Metod

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

DISERTAI MEDIA MIND MAPP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI


KELAS XI SMAN 5 SOLOK SELATAN

Dosen Pengampu:
Annika Maizeli,M.Pd

Oleh :
Ikfin Haula Hakika
20010033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan kata “pembelajaran” sudah tidak asing . hampir

setiap kata tersebut akan disebut dan dibahas makna dari kata pembelajaran. Oleh

sebab itu perlu penjelasan mengenai makna kata pembelajaran yang

dikemukakan oleh para ahli. Menurut (Baharuddin and Wahyuni 2008)

pembelajaran adalah usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali, agar orang

lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.

Usaha tersebut dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang

memiliki kemampuan atau kompetensi dalam merancang atau mengembangkan

sumber belajar yang diperlukan Kemudian pembelajaran menurut (James and

Djamarah 2011) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siwa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar siswa

yang berisi rangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun oleh seseorang yang

memiliki kemampuan dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar

yang ada. Dari proses pembelajaran yang dilakukan penilaian agar dapat

menghasilkan nilai siswa. Hasil belajar ini memberi acuan kepada peserta didik
supaya lebih giat dalam belajar agar dapat memperoleh hasil belajar yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

Biologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari mahluk hidup dan

kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk

keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai

hasil dari proses keilmuan biologi. Pembelajaran biologi di SMA diharapkan

siswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dalam pembelajaran biologi dan

melatih perkembangan pola piker pada siswa. Pembelajaran biologi dibeberapa

sekolah di Indonesia sejauh ini masih didominasi pembelajaran konvensional.

Umumnya guru memberikan pembelajaran pada siswa hanya sebatas bagaimana

memahami konsep, prinsip, dan menghafal nama ilmiah biologi. Terkadang

siswa tidak ikut serta pada kegiatan pembelajaran sehingga potensi yang dimiliki

siswa tidak ditunjukkan saat proses pembelajaran. Peserta didik masih kurang

terlatih dalam mencapai hasil belajar. Proses pembelajaran belum menjadi sarana

yang baik untuk mencapai hasil belajar.

Hasil belajar merupakan nilai akhir suatu pembelajaran. Suatu proses

pembelajaran berhasil apabila memenuhi tujuan dari proses pembelajaran

tersebut. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah siswa

melakukan serangkai proses pembelajaran. Perubahan ini merupakan perubahan

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Proses belajaran dengan model

Discovey learning mampu membuat peningkatan dalam hasil belajar, dimana

siswa dapat memberikan jawaban yang diberikan oleh guru. Keberhasilan


pembelajaran ini merupakan keberhasilan siswa mengembangkan kompetensi

serta keberhasilan guru membimbing siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar

sangatlah penting, orang yang memiliki hasil belajar berarti memperoleh

keberhasilan atau kesuksesan.

Hasil survei di SMAN 5 Solok Selatan memiliki permasalahan dimana

hasil belajar masih tergolong rendah. Hal dikarenakan dalam proses

pembelajaran peserta didik kurang aktif dalam berdiskusi, kegiatan belajar lebih

bersifat individual. dalam pembelajaran Biologi seharusnya peserta didik lebih

aktif memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Karena mata pelajaran

biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami secara

sistematis,sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta konsep dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Melihat kurangnya pencapaian peserta didik untuk pemecahan

masalah, dapat kita ketahui bahwa proses pembelajaran belum memberikan

perlakuan-perlakuan serta penekanan terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini

menyebabkan rendahnya yang diperoleh oleh peserta didik,salah satunya pada

materi jaringan tumbuhan dan hewan. Yang tercemin dari nilai rata-rata ulangan

harian dengan hasil dibawah kriteria ketuntasan maksimum yang ditentukan

sekolah adalah 80. Adapun rincian nilai XI MIPA 1 (86,56), XI MIPA 2 (63,81),

XI MIPA 3 (71,18), XI MIPA 4 (60), XI MIPA 5 (51,87), XI MIPA 6 (56,56).

Sedangkan ketuntusan hasil belajar peserta didik tidak tuntas adalah 68%.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan

diatas adalah menerapkan model pembelajaran discovey learning. Pada masalah

tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang memberikan

kesempatan luas bagi peserta didik untuk terlibat langsung pada aktivitas

pembelajaran dan mampu membimbing peserta didik untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan hasil

belajar peserta didik adalah model Discovey Learning.

Model pembelajaran discovery merupakan proses pembelajaran yang

menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan

dalam proses pembelajaran melalui rasa ingin tahunya dalam menemukan hal

penting dalam materi pembelajaran (Ilahi, 2012). Model discovery Learning

merupakan model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya peserta

didik harus menyampaikan ide atau gagasan melalui proses penemuan (Martaida,

2017). Menurut Akinbobola & Afolabi (2010) penggunaan discovery learning

dapat melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, belajar mandiri,

berpikir kritis, dan pemahaman serta belajar kreatif. Discovery learning adalah

model mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara

berfikir ilmiah, siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru

hanya sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar.

Dalam model ini peserta didik dituntut untuk menyajikan suatu masalah

dan peserta didik merumuskan masalah dalam bentuk hipotesis, yang bertujuan

memberikan rasa ingin tahu pada peserta didik dan dapat mempermudah peserta
didik dalam memahami konsep. Dari uraian di atas model Discovery Learning

dirasakan perlu diterapkan dalam pembelajaran biologi karena dapat

meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pelajaran biologi. Dengan

meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pelajaran biologi hasil belajarpun

diharapkan meningkat

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitin

Penerapan Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Biologi kelas XI SMAN 5

Solok Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan persoalan yang dijelaskan ada beberapa permasalahan dalam

penelitian ini diantaranya :

1. Model yang digunakan pendidik kurang beragam dan monoton, membuat

peserta didik merasa jenuh dalam belajar.

2. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran

3. Peserta didik masih melakukan kegiatan individual

4. Hasil belajar peserta didik kelas XI SMAN 5 Solok Selatan masih rendah.

C. Batasan Masalah

Memperhatikan luasnya cakupan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka

perlu adanya batasan masalah. Pada penelitian ini masalah yang akan dikaji

terbatas pada:

1. Penelitian ini menggunakan model Discovery Learning.


2. Materi diajarkan yaitu sel tumbuhan dan sel hewan.

3. Penilaian yang digunakan yaitu penilaian afektif kognitif dan psikomotor.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan

masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan model Discovery Learning dapat

mempengaruhi hasil belajar afektif peserta didik ?

2. Apakah dengan menggunakan model Discovery Learning dapat

mempengaruhi hasil belajar kognitif peserta didik?

3. Apakah dengan menggunakan model Discovey Learning dapat

mempengaruhi hasil belajar psikomotor peserta didik ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah pengaruh Discovery Learning dalam


pembelajaran biologi materi jaringan sel tumbuhan dan hewan terhadap
hasil belajar afektif
2. Untuk mengetahui apakah pengaruh Discovery Learning dalam
pembelajaran biologi materi jaringan sel tumbuhan dan hewan terhadap
hasil belajar kognitif
3. Untuk mengetahui apakah pengaruh Discovey Learning dalam
pembelajaran biologi materi jaringan sel tumbuhan dan hewan terhadap
hasil belajar psikomotor
F. Manfaat Penelitian
Penelitian dapat digunakan:
1. Bagi peneliti, agar memperoleh keahlian yang bisa meningkatkan hasil
belajar
2. Bagi siswa, untuk menambah minat siswa terhadap pembelajaran
jaringan tumbuhan dan hewan
3. Bagi guru, menambah wawasan terhadap model pembelajaran
terhadap peserta didik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman,

2001:461). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua

komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut

harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa

dapat tercapai secara optimal. Menurut pendapat Bafadal (2005:11),

pembelajaran dapat diartikan sebagai “segala usaha atau proses belajar

mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif

dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto 7 8(2007:12) juga berpendapat

bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana

suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang

dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut

tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi

asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara. Dari beberapa

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah

segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah

informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam


diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta

diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai

suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah

laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan

efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk

kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta

perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu.

B. Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery Learning merupakan pembelajaran berdasarkan

penemuan, konstruktivis dan teori bagaimana belajar. Model

pembelajaran yang diberikan kepada siswa memiliki skenario

pembelajaran untuk memecahkan suatu masalah yang nyata dan

mendorong mereka untuk memecahkan masalah mereka sendiri.

(Widyastuti 2014). Menurut (Rutonga 2017) Discovery learning

merupakan suatu model pemecahan masalah yang akan bermanfaat

bagi anak didik dalam menghadapi kehidupannya di kemudian

hari. Penerapan model discovery learning ini bertujuan agar siswa

mampu memahami materi perubahan wujud benda dengan sebaik

mungkin dan pembelajaran lebih terasa bermakna, sehingga proses

berpikir siswa pun akan meningkat. Karena model discovery

learning ini dalam prosesnya menggunakan kegiatan dan


pengalaman langsung sehingga akan lebih menarik perhatian anak

didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak

yang mempunyai makna, serta kegiatannya pun lebih realistis .

Menururt (Ana 2019) adapun langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran discovery learning yaitu : 1) Stimulation (pemberi

rangsangan). Siswa diberikan suatu permasalah diawal sehingga

bingung yang kemudian menimbulkan keinginan untuk

menyelidiki hal tersebut. 2) Problem Statement (pertanyaan/

identifikasi masalah). Tahap ini adalah guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak

mungkin kejadian-kejadian dari masalah yang relevan dengan

bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas oertanyaan

masalah). 3) Data Collection (pengumpulan data) berfungsi untuk

membuktikan terkait pernyataan yang ada sehingga siswa

berkesempatan mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai,

membaca sumber belajar yang sesuai, mengamati objek terkait

masalah, wawancara dengan narasumber terkait masalag dan

melakukan uji coba mandiri. 4) Data Processing (pengolahan data)

merupakan kegiatan pengolahan data dan informasi yang

sebelumnya telah didapat oleh siswa. Semua informasi yang di

dapatkan semuanya diolah pada tingkat kepercayaan tertentu. 5)


Verification (pembuktian) yaitu kegiatan untuk membuktikan

benar atau tidaknya pernyataan yang sudah ada sebelumnya, yang

sudah diketahui dan dihubungkan dengan hasil data yang sudah

ada. 6) Generalization (menarik kesimpulan) tahap ini adalah

menarik kesimpulan dimana proses tersebut menarik sebuah

kesimpulan yang akan dijadikan prinsip utama untuk semua

masalah yang sama berdasarkan hasil maka dirumuskan prinsip-

prinsip yang mendasari generalisasi.

Pembelajaran dengan discovery learning ini akan menstimulasi

pemahaman siswa pada sebuah konsep materi untuk semakin

dalam dengan kemampuan analisis yang juga semakin tinggi,

indikator penilaian kemampuan analisis yaitu (1) Menginterpretasi

informasi dan ide (2) Mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan

dari pernyataan dan informasi yang disajikan (3) Membangun

hipotesis (4) Menguraikan hubungan kalimat atau bagian suatu

konsep untuk memberikan keputusan (Wiranti, Utami, and

Mulyani 2021).

Kelebihan pada model discovery learning dapat disimpulkan

sebagai berikut : a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses

kognitif, b) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan

cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri, c) Meningkatkan


tingkat penghargaan pada siswam karena unsur berdiskusi, d)

Mmapu menimbulkan perasaan senang dan bahagia karena siswa

berhasil melakukan penelitian, dan e) Membantu siswa kehilangan

skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang

final dan tertentu atau pasti. (Ana 2019)

Sementara itu kekurangan menurut (MELLY 2020) adalah (a)

Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk

belajar bagi siswa yang mempunyai hambatan akademik akan

mengalami kesulitan abstrak atau berpikir, mengungkapkan

hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga

pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. (b) Model ini tidak

efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak , karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka

menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. (c) Harapan-

harapan yang terkandung dalam model ini akan kacau jika

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan

cara-cara belajar yang lama. (d) Lebih cocok untuk

mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek

konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang

mendapat perhatian.

C. Media Mind Mapp


Mind map disebut sebagai pemetaan pikiran, yang merupakan

salah satu cara mencatat suatu materu pelajaran yang memudahkan

siswa pada saat belajat. Mind map juga disebut sebagai teknik

mencatat kreatif. Menurut (Fatmawati 2017) mind map adalah

cara untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil

informasi ke luar dari otak. Jadi dapat disimpulkan bahwa mind

map merupakan cara yang di tempuh, untuk memperoleh hal baru

dalam pikiran, yang bersifat kreatif sehingga proses pembelajaran

lebih efektid dan tidak membosankan.

Langkah – langkah dalam pembuatan mind map yaitu mulailah

dengan bagian tengan kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan mendatar, gunakan gambar atau foto untuk ide sentral,

gunakan warna, hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat

dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua tingkat tiga ke tingkat

satu dan dua, dan seterusnya, buatlah garis lurus, gunakan satu

kunci untuk setiap garis dan yang terakhir adalah gunakan gambar

(Fatmawati 2017).

Keunggulan dari mind mapp dijelaskan oleh (Syam and Ramlah

2015) yakni : a) Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan, b)

Memaksimalkan kinerja otak, c) Saling berhubungan satu sama

lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat

dijelaskan, d) Memacu kreativitas sederhana dan mudah


dikerjakan, e) Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada

dengan mudah.

Sementara itu mind map juga memiliki kekurangan menurut

(Becker et al. 2015) yang mana : 1) jumlah detail informasi yang

diterima peserta didik tidak diketahui. 2) memerlukan waktu yang

lama. 3) memerlukan waktu yang panjang untuk memeriksa. 4)

pembuatan relative sulit. Kekurangan ini akan bisa diatasi apabila

pengajar benar-benar memahami mind map.

Manfaat mind map ini sangat membantu peserta didik dalam

memahami sebuah konsep atau materi peserta didik secara

menyeluruh. Hal tersebut terjadi karena saat membuat mind map

mereka dipaksa untuk menghubungkan konsep baru dengan

pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya. a)

Penggunaan mind map lebih produktif agar peserta didik lebih

mudah menentukan dan memvisualisasikan langkah-langkah yang

yang akan diambil dan dibutuhkan dalam sebuah proyek. b)

Meningkatkan kreativitas peserta didik yang diharapkan lebih

mampu dalam menuangkan gagasannya. c) Meningkatkan

pemahaman agar mempermudah peserta didik untuk menyajikan

dan mengkomunikasikan informasi, baik untuk diri sendiri dan

orang lain. d) Melatih diri dalam memahami informais penting

dengan menggunakan mind map peserta didik yang akan terbiasa


dalam mengorganisasikan dan mengelompokkan informasi-

informasi penting dari mata pelajaran yang sedang dipelajari

(Becker et al. 2015).

D. Hasil Belajar

Anda mungkin juga menyukai