Psikososial P6 Kelompok 11
Psikososial P6 Kelompok 11
Psikososial P6 Kelompok 11
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Tindakan Yang Dilakukan Jika Diri Sendiri Mengalami
Kehilangan Dan Berduka” ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dandorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-sebaiknya. Akan tetapi, makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan jika diri sendiri mengalami
kehilangan dan berduka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kehilangan
1. Definisi kehilangan
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien
dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat
memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat
juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter&Perry,
2005).
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
2. Bentuk Kehilangan
Adapun bentuk dari kehilangan yaitu:
a. Kehilangan Maturasional
Kehilangan Maturasional merupakan kehilangan yang diakibatkan oleh
tranmisi kehidupan normal untuk pertama kalinya misal anak yang mulai
berjalan kehilangan citra tubuh semasa bayinya.
b. Kehilangan Situasional
Kehilangan situasional merupakan kehilangan yang terjadi secara tiba-
tiba dalam merespons kejadian eksternal spesifik misal kematian mendadak dari
orang yang dicintai.
3. Jenis-jenis Kehilangan
a. Kehilangan objek eksternal
Mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpindah
tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Misalnya kehilangan boneka pada
seorang anak atau kehilangan perhiasan bagi orang dewasa. Kedalaman berduka
yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang
dimilikinya dan kegunaan dari benda tersebut
e. Kehilangan hidup
Dimana seseorang mengalami menghadapi mati baik secara perasaan,
pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya sampai pada kematian
yang sesungguhnya, misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat atau diri
sendiri atau orang yang hidup sendirian dan sudah menderita penyakit terminal
sekian lama dan kematian merupakan pembebasan dari penderitaan. .
2.2 Berduka
1. Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
2. Jenis-jenis Berduka
a. Berduka normal terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
b. kehilangan.
c. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sbelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.
d. Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya.
e. Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dpat diakui
secara terbuka.
b. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah
berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
• Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-
apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti "Tidak, tidak mungkin seperti itu," atau "Tidak akan
terjadi pada saya!" umum dilontarkan klien.
• Kemarahan (Anger) Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin
"bertindak lebih" pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah
sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
• Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian
dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap
ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
• Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak
nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi
kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan
masalah.
• Penerimaan (Acceptance) Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial
berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang
mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.
c. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan
bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu
sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12
bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
d. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
✓ Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
✓ Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
✓ Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana
klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
2.3 Tindakan Yang Dilakukan Jika Diri Sendiri Mengalami Kehilangan Dan Berduka
1. Izinkan diri sendiri merasakan emosi: Penting untuk merasakan dan mengungkapkan
emosi yang Anda alami, seperti kesedihan, kemarahan, atau kebingungan.
2. Carilah dukungan: Bicaralah dengan teman, keluarga, atau seorang profesional jika
perlu. Membagikan perasaan Anda dapat membantu mengurangi beban emosional.
3. Jaga kesehatan fisik: Perhatikan pola tidur, gizi, dan olahraga. Kondisi fisik yang
baik dapat membantu Anda mengatasi stres.
4. Berikan waktu: Duka tidak memiliki waktu yang ditentukan untuk sembuh. Berikan
diri Anda waktu yang diperlukan untuk meresapi proses berduka.
5. Temukan cara untuk mengenang dan merayakan kenangan dengan orang yang telah
meninggal. Ini dapat membantu dalam proses penyembuhan.
6. Pertimbangkan dukungan profesional: Jika duka Anda sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari atau Anda merasa kesulitan untuk mengatasi, pertimbangkan
untuk mencari bantuan dari seorang konselor atau psikolog.
7. Ingatlah bahwa setiap orang berduka dengan cara yang berbeda, jadi penting untuk
menghormati perasaan dan pengalaman Anda sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang.
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka.
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk
empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu: Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada
diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal. Respon berduka dalam lima
fase, yaitu: pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia dan Ramayani. 2016. Panduan Praktek Profesi. Keperawatan Dasar Profesi.
Bukittinggi: For de Kock Press
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawan Psikiatri, Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Stuart and Sundeen.
1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.