1186-Article Text-4269-2-10-20211129

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

Yoga untuk Mengurangi Nyeri Haid Primer pada Remaja Putri

Hapsari Windayanti1, Yulia Nur Khayati2, Vistra Veftisia3, Ari Widyaningsih4, Maya Kurnia
Dewi5, Lu’luul Fitrotul Izzah6, Mulyani7, Nia Aprilia8, Indriani Kasih Sabwan9, Lidia Arjulia
Sari10
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Universitas Ngudi Waluyo
1
[email protected]

ABSTRAK
Hasil studi menunjukan bahwa teknologi pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam era pendidikan 4.0, terlihat dari pemanfaaatan produk teknologi pendidikan seperti
e-learning, aplikai, platform self study yang selaras dengan tuntutan pendidikan 4.0. terlebih pada
masa pandemi covid-19 yang menuntut setiap orang untuk bisa menguasai teknologi agar lebih
mudah mendapatkan informasi. Informasi disini terkait tentang cara penanganan disminore atau
nyeri haid primer yang biasanya dialami wanita usia subur. Meskipun kebanyakan nyeri haid dapat
hilang dengan sendirinya, tetapi jika berlangsung sepanjang hari, akan mengganggu aktivitas.
Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi patologis, sedangkan
dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis seperti
ditemukannya endometriosis atau kista ovarium. Melalui latihan yoga secara teratur, akan
memberikan manfaat yang besar seperti dapat mengurangi nyeri saat haid. Pengabdian
masyarakat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel terdiri dari 10
remaja dengan usia 12–19 Tahun. Tahap kedua menentukan alat ukur yang digunakan adalah
kuesioner tingkat pengetahuan responden tentang gejala nyeri haid dan ketrampilan untuk
mengurangi nyeri haid pada saat menstruasi. Tahap ketiga dilakukan ceramah dan diskusi maupun
praktik secara online melalui WhatsappGrup. Tahap keempat mengaplikasikan yoga dengan
melakukan pendampingan secara daring/online serta mengevaluasi dengan cara setiap remaja yang
menjadi sampel mengirimkan video penerapan yoga.

Kata Kunci: Akupresure, Nyeri Haid Primer, Remaja Putri

ABSTRACT
The results of the study show that educational technology has a very important role in the
4.0 education era, as seen from the use of educational technology products such as E-learning,
applications, self study platforms that are in line with the demands of education 4.0. especially
during the covid-19 pandemic which requires everyone to be able to master technology to make it
easier to get information. The information here is related to how to handle dysmenorrhea or
primary menstrual pain which is usually experienced by women of childbearing age. Although
most period pain can go away on its own, but if it lasts all day, it will interfere with activities.
Primary dysmenorrhea is menstrual pain that is not based on pathological conditions, while
secondary dysmenorrhea is menstrual pain based on pathological conditions such as the discovery
of endometriosis or ovarian cysts. Through regular yoga practice, it will provide great benefits
such as reducing pain during menstruation. Community service consists of several stages, namely
the first stage of determining the sample consisting of 10 teenagers with the age of 12-19 years.
The second stage determines the measuring instrument used is a questionnaire on the level of
respondents' knowledge about the symptoms of menstrual pain and skills to reduce menstrual pain
during menstruation. The third stage is lectures and discussions as well as online practice through
Whatsapp Groups. The fourth stage is applying yoga by providing online assistance and evaluating
how each teenager who is a sample sends a video of the application of yoga.

Keywords: Acupressure, Primary Menstrual Pain, Adolescent Girls

1. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan suatu proses transisi dari masa anak-anak menuju tahap dewasa
yang ditandai dengan berubahnya perkembangan tubuh yang cepat. Masa remaja disebut juga
sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik (Pratiwi RY,
2018). Masa ini terjadi suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang
individu, salah satu tanda yang khas pada remaja adalah terjadinya pubertas. Pubertas

93
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

didefinisikan sebagai waktu kematangan seksual yang ditandai dengan adanya menarche
(menstruasi pertama kali) yang merupakan salah satu tanda terjadinya masa reproduksi pada
anak perempuan. Gangguan menstruasi yang sering dialami oleh wanita adalah dismenore (Lubis
N, 2013). Dismenore berarti nyeri saat menstruasi. Kondisi ini dapat bertambah parah bila
disertai dengan kondisi psikis yang tidak stabil, seperti stress, depresi, cemas berlebihan, dan
keadaan sedih atau gembira yang berlebihan (Anurogo & Wulandari, 2011). Gangguan ini tidak
boleh didiamkan karena dapat berdampak serius. Dampak yang terjadi jika nyeri haid
(dysmenorrhea) tidak ditangani adalah gangguan aktifitas hidup sehari-hari, gelisah, depresi,
retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur) (B. Pribakti, 2012).
Nyeri haid mengganggu wanita dalam beraktivitas, menyebabkan para wanita berupaya
mencari cara untuk mengurangi nyeri yang dialaminya. Cara mengurangi nyeri haid dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Cara farmakologi dengan
minum obat-obatan dan cara non farmakologi dapat dilakukan dengan kompres hangat atau
mandi air hangat, massage, latihan fisik (exercise), tidur yang cukup, distraksi seperti
mendengarkan musik serta relaksasi seperti yoga (Sudarti, 2012). Cara farmakologi memang
memiliki efek yang instan dan lebih efektif dalam mengurangi nyeri haid yang dialami wanita
daripada cara non farmakologi, namun bila mengonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang
panjang akan berdampak negatif bagi kesehatan seperti terjadi kerusakan pada hati dan ginjal.
Salah satu cara non farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri saat haid
dan tidak memiliki efek negatif adalah yoga. Terapi yoga merupakan salah satu teknik relaksasi
yang dianjurkan untuk mengurangi tingkat dismenorea. Pelatihan yang terarah dan
berkesinambungan dipercaya mampu menyembuhkan nyeri haid dan menyehatkan badan secara
keseluruhan. Posisi yoga yang dilakukan ketika sedang menstruasi haruslah merilekskan tubuh,
tidak mengganggu arah sirkulasi darah yang harus turun ke bawah dan keluar, tidak terlalu
banyak menghabiskan tenaga dan tidak menimbulkan gangguan pada hormone (Amalia, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Arini et,all (2020), menunjukkan bahwa pada kelompok
eksperimen dengan responden yang telah diberi yoga mengalami penurunan nyeri haid sebagian
besar mengalami nyeri ringan sebanyak 9 responden (60%) dan hampir setengahnya mengalami
tidak nyeri sebanyak 6 responden (40%). Hasil pengamatan didapatkan setelah peneliti
memberikan terapi yoga kepada kelompok perlakuan dengan memberikan terapi yoga sesuai
dengan prosedur, selama 30 menit sebanyak 2–3 kali dalam seminggu sampai siklus haid
berikutnya. Menurut Sindhu (2009), “senam yoga terbukti dapat meningkatkan kadar -
endorphine sampai lima kali di dalam darah. Semakin banyak melakukan senam maka akan
semakin tinggi pula kadar -endorphin-nya. Ketika seseorang melakukan senam maka -
endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam hypothalamus dan sistem limbik
yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan -endorphin terbukti berhubungan erat
dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan
seksual, tekanan darah dan pernafasan”.
Data menunjukkan terdapat sekitar 10 orang remaja perempuan pada Tahun 2020 di 5
wilayah mengalami nyeri saat haid (dismenore). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
yaitu 10 remaja putri, sebagian besar responden mengalami dismenore satu hari sebelum
menstruasi sampai hari ke-2 menstruasi. Gejala lain yang dirasakan oleh responden antara lain
nyeri pada payudara, perubahan mood, nyeri pinggang, mudah lelah, mual dan penurunan
stamina. Penanganan yang dilakukan oleh para responden juga berbeda-beda antara lain
mengonsumsi obat penghilang nyeri, tidur, mengoleskan minyak kayu putih/ aromatherapi, dan
banyak mengonsumsi air putih. Akan tetapi penanganan yang telah dilakukan oleh responden
kurang dirasakan khasiatnya, karena pengurangan intensitas nyeri yang lambat. Selain itu
penggunaan obat penghilang nyeri dalam jangka waktu lama tentu saja memiliki efek samping
yang berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan, dismenore harus ditangani agar tidak terjadi dampak
yang lebih buruk, seperti mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang-kadang pingsan
(Nirwana, 2011). Oleh karena itu perlu adanya alternatif penanganan dismenorea non
farmakologi seperti yoga atau meditasi, yoga dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat
menurunkan nyeri (Saferi, A dan Yessie M, 2013). Manfaat berlatih yoga diantaranya,
meningkatkan sirkulasi darah keseluruh tubuh, meningkatkan kapasitas paru saat bernafas,
mengurangi ketegangan tubuh, fikiran dan mental, serta mengurangi rasa nyeri. Selain itu yoga
juga dipercaya dapat mengurangi cairan yang menumpuk di bagian pinggang yang menyebabkan
nyeri saat haid (Suratini, 2013).
Cara melakukan pengabdian masyarakat dalam kondisi pandemik covid-19 ini adalah

94
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

kami akan memberikan edukasi dan ketrampilan tentang senam yoga yang bermanfaat untuk
mengurangi nyeri haid primer pada remaja perempuan. Pengabdian kepada masyarakat ini
dengan membuat forum komunikasi via whatsapp grup, yang nantinya akan dilakukan
pendidikan kesehatan serta sesi diskusi agar responden benar-benar paham mengenai materi
yang disampaikan. Selanjutnya akan disertakan video cara melakukan yoga yang benar dan
postur-postur yoga yang harus dilakukan. Untuk evaluasi, kami akan meminta responden untuk
mengulang kembali cara melakukan yoga yang sudah diedukasikan melalui video call atau
membuat video. Selanjutnya akan dilakukan pembagian kuesioner kembali untuk mengetahui
pengetahuan respoden.
Berdasarkan hal tersebut kami merasa perlu untuk melakukan kegiatan pengabdian
masyarakat untuk memberikan terapi komplementer yoga untuk mengurangi intensitas nyeri
pada remaja putri yang mengalami dismenore primer. Pada kondisi pandemik covid-19 saat ini
belum memungkinkan untuk tatap muka langsung dengan responden, sehingga dipilih metode
daring (dalam jaringan) menggunakan Whatsapp grup komunikasi untuk metode penyampaian
informasi tentang yoga untuk mengurangi dismenorrhea primer pada remaja putri.

2. PERMASALAHAN MITRA
Berdasarkan hasil analisis, observasi, dan wawancara serta diskusi dengan mitra maka
didapatkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu belum banyak remaja yang
mengetahui tentang manfaat terapi yoga untuk mengatasi nyeri haid yang sangat membantu
dalam penanganan secara non farmakologi. Hal ini juga berdasarkan pada jumlah data kasus
remaja yang didapatkan masih menggunakan penanganan secara farmakologi untuk mengatasi
nyeri haid, dan mengkonsumsi air putih hangat, meminum jamu, kompres menggunakan air es.
Maka diperlukannya untuk dilakukan terapi komplementer dengan yoga yang termasuk tindakan
non farmakologi yang dapat di berikan terhadap remaja
Berdasarkan penelitian menurut Arini, (2020), tindakan nonfarmakologi untuk
menanggulangi dismenore terapi yoga (Paschimottanasana dan Adho Mukha Padmasana) dapat
digunakan sebagai manajemen non farmakologi untuk mengurangi nyeri dismenore pada remaja
putri. Implikasi dari penelitian ini adalah pemberian terapi senam yoga dapat mengurangi nyeri
pada remaja mahasiswi yang mengalami dismenorea, dilakukan selama 30 menit sebanyak 2-3
kali dalam seminggu sampai siklus haid berikutnya.

3. METODE PELAKSANAAN
Langkah-langkah kegiatan pengabdian kepada masyarakat diantaranya adalah :
a. Melakukan koordinasi dengan pihak mitra untuk membahas kegiatan yang akan dilakukan
sehingga selaras dengan program tentang mengatasi nyeri pada remaja dengan terapi yoga
b. Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pengabdian masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang disminorhea dan penanganan secara non farmakologi yaitu dengan
melakukan yoga
c. Menjelaskan kepada remaja putri bahwa pengabdian masyarakat ini akan dilakukan secara
online melalui group whatsaap.
d. Membuat instrumen berupa instrumen kuesioner tentang nyeri haid untuk mengetahui tingkat
pengetahuan/pemahaman responden tentang materi nyeri haid yang telah disampaikan.
e. Memberikan materi tentang yoga sesuai kasus oleh tim pengabdian masyarakat kepada
peserta dengan metode diskusi melalui Focus Grup Discussion (FGD) di WhatsApp.
f. Materi penyuluhan dan diskusi tentang nyeri haid : pengertian disminorhea, faktor-faktor
yang memengaruhi disminorhea, patofisiologi disminorhea, tanda dan gejala disminorhea,
penanganan disminorhea sehingga dapat tercapai dengan baik pemahaman peserta mengenai
Yoga pada remaja untuk mengurangi keluhan nyeri haid.
g. Mendemonstrasikan pose yoga untuk mengatasi dismenorhea primer dalam bentuk video :
sukasana dan pernafasan sitkari, butterfly pose modifikasi gerakan sufi, posisi child pose
modifikasi, Cat and cow pose
h. Evaluasi dilakuakan dengan dua cara yaitu dengan cara memberikan kuesioner pengetahuan
nyeri haid, yang dilakukan 2 kali yaitu sebelum diberikan materi dan sesudah diberikan
materi. serta memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya terkait materi Yoga
pada remaja.
i. Pose yoga dilakukan evaluasi dengan video responden saat melakukan yoga.

95
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

4. PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan tahap pertama yaitu pada hari Sabtu, 27 Juni 2020 melalui group
whatsapp dengan video penjelasan disminorhea dan yoga untuk mengurangi nyeri haid primer,
video yoga, dan juga menggunakan media leaflat. Jumlah responden 10 remaja putri. Adapun
pelaksanaan pada kegiatan tersebut adalah dilakukan pemaparan materi tentang dismenorea dan
yoga dan video yoga untuk mengurangi dismenorea. Kegiatan diawali dengan pengisian
kuesioner yoga untuk mengurangi nyeri haid pada responden melalui link google form untuk
mengetahui pengetahuan remaja putri tentang nyeri haid dan yoga sebelum pemaparan tentang
nyeri haid dan yoga dari tim pengabdian kepada masyarakat. Dibawah ini hasil survei
pengetahuan remaja putri tentang nyeri haid dan yoga, pretest dan posttest.

Tabel 1 Hasil Penilaian Kuesioner


NO Responden Pengetahuan Nyeri Haid & Yoga
Skor pretest Skor posttest
1 LY 85 85
2 ADM 65 100
3 ADS 85 100
4 WTy 90 95
5 AA 95 100
6 AAR 85 100
7 SS 55 100
8 V 75 100
9 LL 35 85
10 RO 60 100

Pada tabel 1 menunjukan bahwa pengetahuan tentang nyeri haid sebelum melakukan
pemaparan materi (Pretest) untuk kategori baik dengan nilai skor 85, 90 dan 95, kategori cukup
dengan nilai skor 75, sedangkan kategori kurang dengan nilai skor 35, 55, 60 dan 65. Dari hasil
pengisian kuesioner tersebut sebagian responden kurang memahami tentang patofisiologi
disminorea primer, klasifikasi disminorea dan faktor yang memengaruhi disminorea. Responden
yang manjawab salah, kuesioner pada poin soal nomor 7, 8, 9 dan 10.
Rasa nyeri pada dismenorea terjadi karena peningkatan sekresi protaglandin dalam darah
haid, yang meningkatkan intensitas kontraksi uterus yang normal. Prostaglandin menguatkan
kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus sehingga keadaan
hipoksia uterus yang secara normal menyertai haid akan bertambah berat. Kombinasi kontraksi
uterus dan hipoksia ini menimbulkan rasa nyeri yang intensif pada dismenorea. Prostaglandin
dan metabolismenya juga dapat menyebabkan gangguan GI (gangguan intestinal), sakit kepala,
serta sinkop. Dismenorea hampir selalu mengikuti siklus ovulasi, baik bentuk primer maupun
sekundernya jarang terjadi selama siklus anovulasi pada haid. Sesudah usia 20 tahun, dismenorea
yang terjadi umumnya merupakan bentuk sekunder (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011).
Dismenorea primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan pada gangguan fisik yang
mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita yang telah mendapatkan haid, lokasi nyeri
dapat terjadi di daerah suprapublik, terasa tajam, menusuk, merasa diremas, atau sakit sekali.
Biasanya terjadi terbatas pada daerah paha dan pinggang. Selain rasa nyeri, dapat disertai dengan
gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare, sakit kepala, dan gangguan emosional. Dismenorea
sekunder biasanya terjadi selama 2–3 hari selama siklus dan wanita yang mengalami dismenorea
sekunder ini biasanya siklis haid yang tidak teratur atau tidak normal. Pemeriksaan dengan
laparaskopi sangat diperlukan untuk menemukan penyebab yang jelas dari dismenore sekunder.
Remaja dengan status gizi yang kurang selain akan memperoleh pertumbuhan dan fungsi organ
tubuh juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini, berdampak pada
gangguan menstruasi termasuk dismenore, akan baik bila asupan nutrisinya baik. Asupan
kalsium memengaruhi signifikan terhadap kejadian dismenore. Kalsium tidak hanya dibutuhkan
untuk pertumbuhan tulang, bagi remaja putri kalsium juga diperlukan untuk mengurangi atau
bahkan menghindarkan rasa nyeri menjelang atau saat menstruasi atau biasa disebut yang dengan

96
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

dismenore.
Sedangkan, sebagian besar reponden yang menjawab benar yaitu tentang pengertian nyeri
haid faktor yang memengaruhi disminorea dan pengertian yoga. Nyeri haid dapat diartikan nyeri
perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya diikuti gejala neurologis
seperti kelemahan. Dismenore primer adalah nyeri haid yang tanpa disertai dengan kelainan
anatomis genetalia dan terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche. (Manuaba,
2010)
Nyeri haid mengganggu wanita dalam beraktivitas, menyebabkan para wanita berupaya
mencari cara untuk mengurangi nyeri yang dialaminya. Cara mengurangi nyeri haid dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Cara farmakologi dengan
minum obat-obatan dan cara non farmakologi dapat dilakukan dengan kompres hangat atau
mandi air hangat, massage/pijat, latihan fisik (exercise), tidur yang cukup, distraksi seperti
mendengarkan musik serta relaksasi seperti yoga (Sudarti, 2012). Cara farmakologi memang
memiliki efek yang instan dan lebih efektif dalam mengurangi nyeri haid yang dialami wanita
daripada cara non farmakologi, namun bila mengonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang
panjang akan berdampak negatif bagi kesehatan seperti terjadi kerusakan pada hati dan ginjal.
Salah satu cara non farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri saat haid
adalah yoga. Yoga adalah penyatuan jiwa, tubuh, fikiran yang berhubungan dengan kesehatan
dan kebugaran. Melalui yoga kita dapat melatih kesabaran dan kontrol emosi yang menunjang
hubungan dengan sesama. Berlatih yoga secara teratur, akan memberikan manfaat yang besar
antara lain: meningkatkan fungsi kelenjar endokrin dalam tubuh, meningkatkan sirkulasi darah
ke seluruh tubuh dan otak (mengurangi stres), membentuk postur tubuh yang lebih tegap, otot
lebih lentur dan lengkap, meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernafas, mengurangi
ketegangan tubuh pikiran dan mental, dan mengurangi nyeri saat haid (Hajir, 2010). Yoga
merupakan salah satu teknik relaksasi yang dianjurkan untuk mengurangi tingkat dismenorea.
Pelatihan yang terarah dan berkesinambungan dipercaya mampu menyembuhkan nyeri haid dan
menyehatkan badan secara keseluruhan. Posisi yoga yang dilakukan ketika sedang menstruasi
haruslah merilekskan tubuh, tidak mengganggu arah sirkulasi darah yang harus turun ke bawah
dan keluar, tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga dan tidak menimbulkan gangguan pada
hormon. (Amalia, 2015)

Gambar 1 Hasil Pre-test


Hasil
Nilai
Pre-test
Nilai < 70
40% Nilai > 70
60%

Gambar 1, menunjukan ada beberapa responden yang belum mengatahui disminore dan
yoga untuk mengurangi nyeri haid hal ini didapatkan dari hasil pre-test sebesar 40% responden
yang memiliki nilai < 70, sedangkan sebesar 60% responden sudah cukup mengetahui tentang
disminore dan yoga untuk mengurangi nyeri haid. Kondisi ini disebabkan karena banyak remaja
ada yang sudah mengetahui tentang mengurangi nyeri haid dengan metode non farmakologi
(yoga). Dismenore berarti nyeri saat menstruasi. Kondisi ini dapat bertambah parah bila disertai
dengan kondisi psikis yang tidak stabil, seperti stress, depresi, cemas berlebihan, dan keadaan
sedih atau gembira yang berlebihan (Anurogo & Wulandari, 2011).
Kegiatan selanjutnya adalah pemberian materi tentang dismonore pada remaja dan yoga
untuk dismenorea yang disampaikan oleh tim pengabdian kepada masyarakat. Saat penyampaian
materi remaja diajak untuk memahami tentang nyeri haid (dismenorea) yang sering dirasakan
oleh remaja, dan penatalaksanaan nyeri haid dengan yoga untuk mengurangi nyeri haid.
Pengetahuan responden yang belum memahami nyeri haid, seperti terungkap dalam diskusi
dengan responde 1, pertanyaan : setiap haid terasa nyeri dan merasa mual muntah, apakah itu
normal? Responden 2, pertanyaan : apakah orang yg terkena disminore terus menerus bisa

97
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

menyebabkan susah hamil?. Responden 3, Pertanyaan: setiap kali haid mengalami nyeri perut,
sakit pinggang dan saya sering juga minum obat untuk kurangi nyerinya?. Responden 4,
Pertanyaan : mbak saya kan kurus katanya kalo orang kurus lebih ngerasa sakit saat haid ada
pengaruhnya gak ya mbak ? Responden 5, pertanyaan kalau kita keseringan minum obat itu
baik atau tidak?.
Dismenorea merupakan nyeri yang timbul akibat kontraksi diritmik miometrium dengan
satu atau dua gejala mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong dan
paha, dan salah satu penanda bahwa terjadi perlukaan (inflamasi) pada endometrium manusia
yang terjadi pada masa periode endometrial dan menstruasi. Gejala yang dirasakan adalah nyeri
pada perut bagian bawah (suprapubik), nyeri yang menjalar ke punggung dan sepanjang paha
dimulai sejak beberapa jam sebelum atau selama menstruasi (umumnya berlangsung 2–3 hari),
disertai dengan mual, muntah, sakit kepala, dan diare. Faktor-faktor penyebab dismenore dapat
dilihat dari faktor usia menarche kurang dari 12 tahun, faktor indeks massa tubuh pada remaja
yang gemuk, faktor adanya riwayat keluarga yang mengalami dismenore, faktor siklus mentruasi
ovulatorik (teratur) dan faktor kadar Malondialdehide < 2,14 μmol/ml. (Irianti B, 2018)
Nyeri haid pada remaja putri dapat memberikan dampak terganggunya aktivitas belajar dan
juga mampu menurunkan konsentrasi karena nyeri yang dirasakan. Penanganan nyeri haid dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu secara farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi
nyeri haid dapat diberikan obat-obatan. Sedangkan, secara non farmakologi rasa nyeri haid juga
dapat dikurangi dengan istirahat yang cukup, olahraga yang teratur, pemijatan, yoga, dan
pengompresan air hangat di daerah perut. Pengetahuan responden pada penatalaksanaan nyeri
haid dengan yoga untuk mengurangi nyeri haid, seperti terungkap dalam diskusi dengan
responde pertanyaan : Kok bisa yoga digunakan untuk mengatasi nyeri haid?.
Yoga dapat mengurangi tekanan dan gejala-gejala pada wanita yang mengalami nyeri haid.
Latihan yoga yang terarah dan berkesinambungan dapat menyembuhkan nyeri haid dan
menyehatkan badan secara keseluruhan. Yoga merupakan salah satu teknik relaksasi
memberikan efek distraksi yang dapat mengurangi kram abdomen akibat dismenorea atau nyeri
haid. Selain itu, dapat melepas endorphin untuk meningkatkan respons saraf parasimpatis yang
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta meningkatkan aliran
darah uterus sehingga mengurangi intensitas nyeri dismenore. (Trisna A, dkk, 2018).
Gerakan yoga yang ajarkan terdiri dari sukasana dan pernafasan sitkari, butterfly pose modifikasi
gerakan sufi, posisi child pose modifikasi, cat and cow pose. Poses yoga disampaikan dengan
menggunakan video. Video merupakan metode yang dipilih agar tahapan-tahapan dalam yoga
mudah diingat oleh responden. Melalui video responden langsung mendapat umpan balik secara
visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba keterampilan yang menyangkut
gerakan pada video. Selain itu dengan melihat video, setelah atau sebelum membaca, dapat
memperkuat pemahaman responden terhadap materi yang disampaikan.
Kegiatan pengabdian masyarakat mengenai yoga untuk mengurangi nyeri haid yaitu berupa
leaflet dan vidio. Penyampaian materi menggukan metode diskusi dan ceramah. Sesi tanya jawab
akan dipandu oleh moderator, peserta seminar boleh bertanya 3 penanya pada materi yoga.
Responden yang menanya adalah Nn. T, Nn. L dan Nn. S dan yang menjawab pertanyaan
tersebut adalah tim pengabdian kepada masyarakat.
Hamidjojo dan Latuheru (Azhar Arsyad, 2011: 4), mengemukakan bahwa media sebagai
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,
gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai pada
penerima yang dituju. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video merupakan rekaman
gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televisi, atau dengan kata
lain video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara.

98
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

Gambar 2 : video Yoga untuk mengurangi nyaeri haid


Evaluasi dari kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan untuk mengukur pemahaman dari
pengetahuan tentang nyeri haid dan yoga serta ketrampilan dalam melakukan yoga untuk
mengurangi nyeri haid. Evaluasi dilakukan dengan pemberian kuesioner pretest dan posttest
yoga untuk mengurangi nyeri haid pada responden melalui link google form. Berdasarkan
evaluasi diketahui bahwa responden mampu menjawab lebih banyak pertanyaan benar mengenai
yoga untuk mengurangi nyeri haid karena telah memahami materi serta video yang sudah
diberikan. Pada tahap evaluasi ini juga diberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya
berkaitan dengan materi yoga untuk mengurangi nyeri haid. Pada kesempatan ini, dimanfaatkan
oleh responden untuk bertanya tentang masalah yoga untuk mengurangi nyeri haid atau diluar
tema penyuluhan. Setelah melakukan pemaparan materi dan diskusi tanya jawab seputar materi
yang diberikan. Kegiatan terakhir dengan pengisian kusioner post test dan diakhiri
mempraktikan kembali dengan mengirimkan video pada tim melalui link google form.

Gambar 4 Hasil Pos-test

0%
0%
1st
Qtr
100
%

Tabel ini menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang yoga untuk mengurangi
nyeri haid sudah meningkat 100%, menunjukan bahwa pengetahuan tentang nyeri haid dan yoga
sesudah melakukan pemaparan materi (Posttest), sebanyak 2 responden dengan nilai 85,
sebanyak 1 responden dengan nilai 95 dan sebanyak 7 responden dengan nilai 100. Dari hasil
pengisian kuesioner tersebut sebagian besar responden telah memahami pengetahuan tentang
nyeri haid dan yoga.

5. KESIMPULAN
Kegiatan dilaksanakan secara daring lewat whatsapp group, kegiatan diikuti oleh 10
remaja putri dan hasil posttest tentang pengetahuannya tentang yoga untuk nyeri haid. Yang
awalnya tidak pernah mendapatkan, terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang
yoga untuk nyeri haid pada responden. Ketercapaian dalam kegiatan pengabdian masyarakat
yang dilakukan oleh tim sudah sesuai dengan yang direncanakan. Metode yang digunakan adalah
pemberian seminar dan workshop tentang Yoga menggunakan video untuk mengurangi
disminore primer pada remaja, pendampingan dan evaluasi penerapan Yoga dirasa tepat sebagai
solusi untuk menyelesaikan permasalahan mitra. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah Yoga
dapat diterapkan oleh remaja dalam mengurangi nyeri saat menstruasi sebagi salah satu metode
non farmakologi. Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para remaja, menambah
pengetahuan dan sikap terhadap dirinya sendiri dalam mengurangi nyeri saat menstruasi datang.
Mengemukakan tingkat ketercapaian target kegiatan di lapangan, ketepatan atau kesesuaian
antara masalah dan kebutuhan dengan metode yang diterapkan, dampak dan manfaat kegiatan,
rekomendasi untuk kegiatan PkM berikutnya.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Kaprodi Kebidanan Program sarjana yang telah memfasilitasi terselenggaranya
pengabdian kepada masyarakat ini, dan kepada remaja putri yang berkenan bersedia menjadi
responden untuk dapat terlaksananya pengabdian masyarakat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Astrid. 2015. Tetap Sehat dengan Yoga. Jakarta: Panda Medika.
Anurogo, D & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: penerbit ANDI.
Arini, D., Saputri, D. I., Supriyanti, D., & Ernawati, D. (2020). Pengaruh Senam Yoga ( Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Mahasiswi Keperawatan Stikes Hang Tuah

99
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

Surabaya. Jurnal Keperawatan, 2(1), 46–54.


Almatsier, S. (2015). Prinsip Dasar Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Cia, A., & Ghia, A. (2020). Asupan Kalsium Dan Kejadian Dismenore Pada Remaja. Jurnal Ilmiah
STIKES Kendal, 10(1), Hal 91-96.
Green, Linda E, Tuan A Dinh, and R. A. S. (2012) ‘An Estrogen Model : The Relationship between
Body Mass Index, Menopausal Status, Estrogen Replacement Therapy, and Breast Cancer
Risk’, Computational and Mathematical Methods in Medicine, Volume 201.
Kroll, A. R. (2010) Recreational Physical Activity and Premenstrual Syndrome in College-Aged
Women. University of Massachusetts. Available at: http://scholarworks.umass.edu/thes
es/428/.
Dewi, Asmarani. 2011. Panduan berlatih yoga yang lengkap dan aman. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Kartika Sari, Isri Nasifah, Anggun Trisna. Pengaruh Senam Yoga Terhadap Nyeri Haid Remaja
Putri. Jurnal Kebidanan, Vol. X, No. 02, Desember 2018. http://www.jurnal.stikeseub.ac.id
Lestari, T. R., Wati, N. M. N., Juanamasta, I. G., Thrisnadewi, N. L. P., & Paramita, N. K. A. S.
(2019). Pengaruh Terapi Yoga (Paschimottanasana dan Adho Mukha Padmasana) terhadap
Intensitas Nyeri pada Remaja Putri yang Mengalami Dismenore Primer. Journal of Health
Science and Prevention, 3(2), 94–100. https://doi.org/10.29080/jhsp.v3i2.221.
Lubis N. Psikologi Kespro: Wanita & Peerkembangan Reproduksinya Ditinjau dari Aspek Fisik dan
Psikologinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group; 2013.
Melda Friska Manurung, Sri Utami, Siti Rahmalia HD. Efektivitas Yoga Terhadap Nyeri Dismenore
Pada Remaja. JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015.
http://media.neliti.com/media/piblications/185563-ID-none.pdf&ved.
Nataria. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Viteran”. Jakarta. Dikutip
tanggal 15 Desember 2013.
Nugroho T, Utama. 2014.Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pratiwi RY. Kesehatan Remaja di Indonesia. Dalam http//www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/kesehatan-remaja-di-Indonesia diakses pada 2018.
Pundati, T. M., Sistriarani, C., & Haryadi, B. (2016). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Disminore Pada Mahasiswa Semester VIII Universitas Jendral Soedirman
Purwokerto. Jurnal Kesmas Indonesia, 08, No 1, 40–48.
Resmiati, Triyanti, & Sartika, R. A. D. (2020). Aktivitas Fisik, Magnesium, Status Gizi, Dan Riwayat
Alergi Sebagai Faktor Determinan Dismenore. Jurnal Endurance, 5(1), 79.
https://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4670.
R. Tri Rahayuning Lestari, Ni Made Nopita Wati, Gede Juanamasta, Ni Luh Putu Thrisnadewi, Ni
Komang Ayu Sintya Paramita. Pengaruh Terapi Yoga (Paschimottanasana dan Adho Mukha
Padmasana) terhadap Intensitas Nyeri pada Remaja Putri yang Mengalami Dismenore
Primer. Journal of Health Science and Prevention Vol 3 No 2 September 2019 – ISSN 2459-
919x. http://jurnalfpk.uinsby.ac.id/index.php/jhsp/article/download/221/163&ved
Rahayu, S. (2010). Pengaruh Kompres Hangat terhadap Disminore Primer Pada Siswi Semester
VIII S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Semarang.
Shindu, Pujiastuti. 2010. Hidup Sehat dan Seimbang dengan Yoga : Daily Practice. Bandung: Qanita

100

Anda mungkin juga menyukai