Risk Assessment and Key Performance Indicators
Risk Assessment and Key Performance Indicators
Risk Assessment and Key Performance Indicators
Disusun Oleh:
Kelompok II
1. Risdayani Hrp
2. Fitriska Sandy
3. Rizky Khairunnisa
4. M. Imam Gunawan
MANAGEMENT INDONESIA
2022-2023
1. Pengertian Risk Assessment
Risk Assessment atau dapat diartikan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penilaian risiko
merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan untuk memperkirakan suatu risiko dari situasi yang
bisa didefinisikan dengan jelas ataupun potensi dari suatu ancaman atau bahaya baik secara
kuantitatif atau kualitatif. Penilaian risiko juga bisa diartikan sebagai suatu proses pemeriksaan
keamanan dengan suatu struktur tertentu, pembuatan suatu rekomendasi khusus, dan rekomendasi
pengambilan keputusan dalam suatu proyek dengan menggunakan analisis risiko, perkiraan risiko,
dan informasi lain yang memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan.
Penilaian risiko berbeda dengan analisis risiko atau dengan manajemen risiko, akan tetapi
antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Analisis
risiko sendiri kegiatan menganalisa untuk menentukan besar kecilnya suatu risiko dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. (Andani EN,
2015).
Setelah menganalisis risiko yang ada dan sebelumnya mengidentifikasi terlebih dahulu risiko
sepert apa yang akan terjadi dan bagaimana suatu bisa terjadi maka tahapan selanjutnya memberikan
penilaian tentang besarnya tingkatan terkait risiko tersebut. Hal itulah menjadi bagian dari penilaian
risiko itu sendiri dimana memberikan makna terhadap suatau bahaya yang teridentifikasi untuk
memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan
terhadap bahaya yang teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.
Dalam menilai suatu risiko terdapat standard yang bisa dipakai acuan, salah satunya ialah
standard AS/NZS 4360 yang membuat peringkat risiko sebagai berikut:
2. M : Moderat Risk (Risiko sedang, diibutuhkan sebuah tinggakan agar risiko berkurang)
3. H : High Risk (Risiko yang besar dibutuhkan perhatian dari manajer puncak)
Penilaian risiko sendiri bisa didefinisikan sebagai keseluruhan proses dari identifikasi risiko,
analisis risiko dan evaluasi risiko.Terdapat 6 fokus dan tipe penialaian risiko yaitu:
1. Risiko Keselamatan
2. Risiko Kesehatan
3. Risiko Lingkungan
4. Risiko Kesejahteraan
5. Risiko Keuangan
Pertanyaan yang mendasar yang bisa dijawab dari penilaian risiko diantaranya yaitu:
a. Apa yang akan terjadi dan bagaimana bisa terjadi (Dapat dijawab ketika memasuki tahap
identifikasi)?
d. Apakah ada faktor-faktor yang mengurangi kemungkinan dari risiko itu atau mengurangi dampak
yang ditimbulkan akan risiko yang ada?
Secara khusus untuk memulai Penilaian risiko terdapat hal-hal yang harus dipahami dan jelas
yaitu:
b. Risiko-risko apa saja yang bisa ditoleransi, dan bagaimana resiko yang tidak diterima akan
diperlakukan
d. Metode dan teknik yang digunakan untuk penilaian risiko terhadapproses manajemen risiko
secara kesuluruhan
Hasil dari tahapan-tahapan ketika fase analisis resiko dan khususnya penilaian risiko
ditindaklanjuti dengan proses manajemen risiko. Manajmeen risiko menurut Clough and Sears (1994
dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang
komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
Menurut AS/NZS 4360 manajemen risiko adalah “the culture, process, and structures that
are directed towards the effective management of potential opportunities and adserve effects”.
Panduan untuk manajemen risiko terdapat dalam ISO 31000 yang terdiri dari 5 aktivitas kunci:
2. Menentukan konteks
3. Penilaian risiko
4. Pengendalian risiko
Merupakan proses menemukan, mengenali dan menggambarkan risiko. Daftar risiko secara
komprehensif disusun berdasarkan peristiwa-peristiwa yang mungkin menciptakan, meningkatkan,
mencegah, menurunkan, memperlambat atau menunda pencapaian tujuan. Risiko-Risiko yang
dimasukkan dalam BCM hanya risiko yang dapat menyebabkan bisnis terhenti total atau yang dapat
menghentikan salah satu dari proses-proses bisnis yang bersifat kritis. Untuk itu diperlukan
identifikasi setiap komponen-komponen atau aset-aset penting yang membuat proses-proses tersebut
berjalan dengan baik dan dampaknya bila salah satu dari komponen atau aset tersebut terganggu.
Identifikasi juga harus mencakup risiko yang bersumber dari komponen yang berada dibawah
kendali organisasi dan yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi.
Merupakan Proses untuk memahami sifat risiko dan untuk menentukan tingkat
risiko. Analisis risiko melibatkan pertimbangan dari penyebab dan sumber risiko, konsekuensi
positif dan negatif , dan tingkat keparahan (saverity) jika terjadi, dan (seberapa sering) kemungkinan
risiko tersebut terjadi dalam satuan waktu.
Untuk menentukan tingkat keparahan organisasi dapat menentukan tingkat keparahan berdasarkan
dua skala yaitu tinggi dan rendah, atau menggunakan tiga skala yaitu tinggi, menengah, dan rendah.
berdasarkan analisa dampaknya terhadap proses bisnis/ Business Impact Analysis (BIA).
Untuk menentukan skala frekuensi tingkat kemungkinan terjadinya organisasi dapat membuat
mengelompokkan jumlah kejadian berdasarkan sumbu waktu.
3. Risk Evaluation
Tujuan dari evaluasi risiko adalah untuk membantu dalam membuat keputusan, berdasarkan
hasil analisis risiko, resiko mana yang memerlukan perbaikan dan prioritas untuk dilakukan lebih
awal. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
Keputusan harus mempertimbangkan konteks yang lebih luas dari risiko dan mencakup
pertimbangan toleransi risiko ditanggung oleh pihak lain selain organisasi yang memiliki
risiko.
Keputusan harus dibuat sesuai dengan hukum , peraturan dan lainnya.
Keputusan harus dibuat dalam persyaratan sesuai
Dalam beberapa situasi , evaluasi risiko dapat menyebabkan keputusan untuk melakukan
analisis lebih lanjut
Evaluasi risiko juga dapat menyebabkan keputusan untuk tidak memperlakukan risiko dengan
cara apapun selain mempertahankan kontrol yang ada
3. Key Performance Indicators (KPI)
Key Performance Indicators (KPI) ialah alat ukur yang menggambarkan efektivitas suatu perusahaan
dalam mencapai tujuan bisnis. Sederhananya,Key Performance Indicator adalah mengukur
pencapaian target perusahaan melalui pekerjaan tiap-tiap karyawan yang ada.
David Parmenter ; Key Performance Indicator adalah paramater finansial ataupun non-
finansial yang paling kritikal untuk menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran
pada kondisi sekarang dan di masa datang pada suatu organisasi.
J. Warren ; Key Performance Indicator adalah sebuah pengukuran yang menilai bagaimana
sebuah organisasi mengeksekusi visi strategisnya.
J. Banerjee dan C. Buoti ; Key Performance Indicator adalah ukuran berskala dan kuantitatif
yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi untuk tujuan mencapai target
organisasi.
G. Iveta ; Key Performance Indicator adalah ukuran kuantitatif dan bertahap bagi suatu
perusahaan yang memiliki berbagai perspektif dan berbasiskan pada data yang konkret untuk
menjadi titik awal penentuan tujuan dan penyusunan strategi organisasi dalam perusahaan.
Marr Bernard ; Key Performance Indicator adalah sebagai alat navigasi yang digunakan oleh
para manajer untuk memahami apakah perusahaan dalam jalur yang benar atau bahkan keluar
dari jalur untuk menuju kesuksesan.
Bahari Antono ; Key Performance Indicator adalah tolak ukur kuantitatif yang digunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja terhadap target kinerja yang telah ditetapkan.
4. Elemen KPI
Beberapa elemen pengukuran kinerja menurut Dale
Furtwengler (2002: 1) adalah sebagai berikut:
1) Perbaikan kinerja
Perbaikan kinerja ini diukur berdasarkan :
a) Kecepatan, kecepatan dalam sebuah proses akan dapat meningkatkan efisiensi.
b) Kualitas, kecepatan tanpa kualitas merupakan hal yang sia-sia, maka kualitas merupakan suatu
keharusan dalam pengukuran kinerja .
c) Layanan, sebuah pelayanan yang buruk akan menghapuskan manfaat apapun yang dicapai dalam
kecepatan dan kualitas.
d) Nilai, nilai adalah kombinasi dari kecepatan, kualitas dan harga yang memungkinkan pelanggan
untuk merasakan bahwa mereka mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang mereka bayarkan.
2) Pengembangan karyawan
Segmen proses penilaian kinerja ini berhubungan dengan keahlian karyawan. Tugas utama dalam
sebuah kepemimpinan adalah untuk mengembangkan kemampuan karyawan sehingga menciptakan
karyawan yang berkualitas yang menghargai kepemimpinan itu.
3) Kepuasan karyawan
Kepuasan karyawan merupakan elemen kunci dalam perbaikan kinerja. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan karyawan adalah sebagai berikut:
a) Keanekaragaman
b) Perkembanagan
c) Pembelajaran
5. Indikator Kinerja
Specific, apakah indikator yang ada di dalam KPI sudah disusun sedemikian rupa dengan materi
yang detail dan spesifik, sehingga lebih dapat dipahami pimpinan di bidangnya masing-masing.
Measurable, apakah indikator yang ada di dalam KPI sudah terukur benar dari sisi kualitatif dan
kuantitatif, sehingga tidak asal menyusun indikator-indikatornya saja.
Achievable atau Attainable, apakah indikator yang ada di dalam KPI adalah hal yang bisa dicapai
dan dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Relevant atau Realistic, apakah indikator yang ada di dalam KPI adalah hal yang sudah sesuai
dengan bidangnya dan tidak mengada-ada dalam pencapaian yang berorientasi pada hasil,
sehingga tidak akan terjadi ketidak pahaman dengan apa yang dimaksudkan.
Timely atau Time-Bound, apakah indikator yang ada di dalam KPI bisa tercapai dalam kurun
waktu tertentu.
Lima hal tersebut bisa dikembangkan lagi agar bisa benar-benar mengoptimalkan KPI sebagai
ukuran keberhasilan suatu usaha. Faktor yang perlu ditambahkan itu adalah Evaluate dan Reevaluate.
Dengan mengevaluasi dan selalu mengevaluasi lagi ukuran apa saja yang dipakai dalam KPI, maka
perusahaan akan selalu berupaya meningkatkan kinerjanya. Selain itu, berdasarkan hasilnya dapat
dipakai untuk pedoman dalam me-review sistem kerja yang sudah berjalan.
Menurut Mondy & Noe(2005), karakteristik sistem penilaian yang efektif, adalah:
1. Kriteria yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus berkaitan dengan pekerjaan /
valid.
2. Ekspektasi Kinerja
Sebelum periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara gamblang tentang kinerja
yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada di bawah organisasi yang sama harus
dinilai dengan menggunakan instrument yang sama.
4. Penilaian yang Cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya
dibebankan kepada seseorang atau sejumlah orang, yang secara langsung mengamati paling tidak
sampel yang representatif dari kinerja itu. Untuk menjamin konsistensi penilaian, para penilai
harus mendapatkan latihan yang memadai.
5. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui tentang seberapa baik
kinerja mereka.
6. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Kerahasiaan akan
menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses terhadap hasil penilaian memberikan kesempatan
karyawan untuk mendeteksi setiap kesalahannya.
7. Proses Pengajuan Keberatan (due process)
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal atas hasil penilaiannya,
penetapan due process merupakan langkah penting.
Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukkan tingkatan pencapaian suatu sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan sesuatu yang dapat dihitung serta digunakan
sebagai dasar untuk menilai atau melihat bahwa kinerja setiap hari dalam perusahaan dan
perseorangan terus mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Fungsi indikator kinerja yang pertama yaitu sebagai bagian dari perencanaan menengah dalam
sebuah instansi atau perusahaan.
kemampuan lainnya juga berfungsi sebagai alat untuk memantau serta mengendalikan kinerja
karyawan.
Hal ini karena indikator tersebut dapat menyediakan informasi tentang karyawan tentang
kinerjanya dalam rentang waktu tertentu.
Contohnya adalah memantau komitmen karyawan dalam hal kehadiran atau absensi dengan
aplikasi absensi online. Ini akan memberikan informasi berapa kali karyawan ini terlambat atau
bekerja lembur, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan selanjutnya untuk karyawan
tersebut.
Fungsi lainnya dari indikator kinerja yaitu karyawan bisa memberikan gambaran dari kinerja
karyawan perusahaan tersebut.
Jadi, dengan indikator tersebut, perusahaan bisa menilai apakah kinerja karyawan positif ataukah
negatif.
Nah, dengan demikian perusahaan dapat mengevaluasi kinerja karyawan agar lebih konsisten
dalam mempertahankan kinerja baiknya.
Sebaliknya, jika kinerja negatif maka perlu dilakukan perbaikan.
4. Membantu Mengukur Akuntabilitas Karyawan
Manfaat yang terakhir yaitu bisa membantu dalam mengukur akuntabilitas kinerja karyawan
dalam sebuah perusahaan.
Akuntabilitas merupakan hal penting dalam instansi atau perusahaan.
Apabila seorang pegawai memiliki akuntabilitas yang baik, maka semakin maju juga perusahaan
atau instansi tersebut.