LP + Resume Kep Jiwa - Eko 1920095
LP + Resume Kep Jiwa - Eko 1920095
LP + Resume Kep Jiwa - Eko 1920095
Oleh:
2021
KONSEP DASAR
I. KONSEP TEORI HARGA DIRI RENDAH
A. DEFINISI
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif
dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan
masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri
dikaitkan dengan hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya
depresisehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan
harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri (Wandono,
2017). Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas–terlepas
dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa
mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi
harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang
secara substansial sepenuhnya (Pardede, Ariyo & Purba, 2020).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan)
2. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan
dalam waktu lama. (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020)
C. ETIOLOGI
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
menurut (Muhith, 2015)
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri
Rendah yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa
tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal
mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintaui
orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari
orang-orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat
individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik sering
merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna
dan merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya
rasa percaya diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri
Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada
umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya
adalah represi dan denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai
dengan mengobservasi penampilan Klien, misalnya
kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian Perawat
mendiskusikannya dengan Klien untuk mendapatkan
pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri
yang Rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
mengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang
negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2013).
4. Rentang Respon Harga Diri Rendah (Muhith, 2015)
Keterangan :
a. Respon adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang
positif serta bersifat membangun (konstruksi) dalam usaha
mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan
dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang
negatif serta bersifat merusak (destruktif) dalam usaha
mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan
dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri : Respon adaptif yang tertinggi karena
individu dapat mengekspresikan kemampuan yang
dimilikinya.
d. Konsep diri positif : Individu dapat mengidentifikasi
kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan dalam
menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
e. Kekacauan identitas : Suatu kegagalan individu untuk
mengintegritasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak
kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi : Suatu perasaan yang tidak realistis dan
keasingan dirinya dari lingkungan. Hal ini berhubungan
dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji
realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan
diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak
nyata dan asing baginya.
E. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan
(Eko, 2014). Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau
geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).
Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri
individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap
diri sendiri, dan amuk).
F. PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).
Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak),
dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole
(untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama (Rokhimma & Rahayu,
2020).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identifikasi klien
b. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
c. Keluhan utama / alasan masuk
1) Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
2) Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
e. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus
dan anak-anak.
f. Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya
(peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi
serta stress yang menumpuk.
g. Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda
vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat
badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
h. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
i. Status mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati
pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien
(sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya
tilik diri.
B. IMPLEMENTASI
Menurut Pardede, Keliat, & Yulia (2015), implementasi disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering
pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena
perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and
now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan
interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien.
Setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan (Rokhimma & Rahayu, 2020).
C. EVALUASI
Kemampuan yang diharapkan dari pasien menurut (Keliat, 2016),
yaitu:
1. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
3. Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
4. Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian
5. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegaiatan
harian
DAFTAR PUSTAKA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Bululawang
Tgl. Kunjungan : 05/06/2021
Tgl. Pengkajian : 05/06/2021
No. Cm : 79xxx
Dx/ keperawatan : Isolasi Sosial
Dx. Medis : Demensia
V. PENGKAJIAN FISIK
a. Kesadaran : composmentis
b. TTV
TD : 130/70 mmHg
Hr : 79 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36.1˚ C
c. Klien tampak Kurang Rapi dan terlihat tidak fokus
VI. PSIKOSOSIAL
No Jenis
1 Aniaya Fisik -
2 Aniaya Seksual -
3 Penolakan -
4 Kekerasan dalam keluarga -
5 Tindakan kriminal -
DAFTAR MASALAH
1. Isolasi Sosial
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
X. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Tn A
Alamat : Ampelgading
Hub. Dengan klien : Anak.
DAFTAR MASALAH
2. Halusinasi Pendengaran
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Do :
Klien tampak gelisah
Klien cemas
Tatapan mata klien tatapan waspada
DAFTAR MASALAH
3. Harga Diri Rendah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DAFTAR MASALAH
4. Waham Somatik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN