Ustzh Umii
Ustzh Umii
Ustzh Umii
Hukum/Perundang-undangan”
PALEMBANG
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “Standar Praktik dan Hukum Perundangan”.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar,tetapi kami menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,jadi kami mohon untuk
memberikan masukan,kritik,dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat Saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua.
Palembang 24-06-2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STANDAR…………………………………………………………...7
1. Kesimpulan............................................................................................................... 20
2. Saran...........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A.LatarBelakang
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang
serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya
tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau
kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam
mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas
pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan
moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi
yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta
penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan atau kebidanan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan dan
dihormati. Bidan sebagai tenaga perawat mempunyai tanggung jawab utama yaitu
melindungi masyarakat / publik, profesi keperawatan dan praktisi perawat.Praktek Bidan
ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya
melalui perundang – undangan yang ada, dimanapun bidan itu bekerja.Kebidanan
hubungannya sangat banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan kemanusiaan, oleh
karena berbagai masalah kesehatan actual dan potensial. Kebidanan memandang manusia
secara utuh dan unik sehingga praktek kebidanan membutuhkan penerapan ilmu Pengetahuan
dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif
pasien/klien. Keunikan hubungan bidan dan klien harus dipelihara interaksi dinamikanya dan
kontuinitasnya.Penerimaan dan pengakuan organisasi profesi bidan sebagai pelayanan
profesional diberikan oleh bidan profesional sejak tahun 1983, maka upaya perwujudannya
bukanlah hal mudah di Indonesia. Disisi lain kebidanan di Indonesia menghadapi tuntutan
dan kebutuhan eksternal dan internal yang kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh –
sungguh dan nyata keterlibatan berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan.
Dalam kaitannya dengan tanggungjawab utama dan komitmen tersebut di atas maka IBI
harus memberikan respon, sensitive serta peduli untuk mengembangkan standar praktek
kebidanan. Dalam menjalankan tugas dan praktiknya, bidan bekerja berdasafrkan pada
pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan, dank
ode etik profesi yang dimilikinya.
B.RumusanMasalah
Bidan sebagai profesi telah memiliki standar praktik untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang telah diatur dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia. Oleh
karena itu dalam makalah ini kami membahas topic yang berhubungan dengan standar
praktik profesi bidan, yang meliputi :
a.Definisi Standar Praktik dan Hukum Perundangan
b. Standar Praktik Bidan di Indonesia
c. Hukum Perundangan di Indonesia.
d. Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Membantu pemerintah dalam peningkatan standar praktik pelayanan bidan terhadap
masyarakat.
2. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak sesuai dengan standar praktik bidan.
3. Memberikan motivasi kepada setiap bidan agar dapat mempertahankan standar pelayanan
yang sesuai dengan standar praktik bidan.
4. Memberi dukungan perlindungan hukum pada bidan yang telah melaksanakan pelayanan
sesui standar praktik bidan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN STANDAR
· Pengertian standar Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline
, 1990) Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu
dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980) Standar
adalah spesifikasi dari fungsi tau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan
agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan maksimal dari pelayanan yang
diselenggarakan
· Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,
berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang
menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
· Standar menunjukan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan, namun ukuran tingkat
ideal tercapai tsb tidaklah disusun terlalu kaku, melainkan dalam bentuk minimla dan
maksimal ( range ) Penyimpangan yang terjadi, tetapi masih dalam batas-batas yang
dibenarkan disebut dengan nama toleransi ( tolerance )
· Untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar tetap berpedoman pada
standar yang telah ditetapkan, disusunlah protokol (pedoman, petunjuk pelaksana) Protokol
adalah suatu pernyataan tertulis yang disusun secara sistimatisdan dipakai sebagai pedoman
oleh para pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan
kes. Makin dipatuhi protokol, makin tercapai standar yang telah ditetapkan
· Syarat Standar Bersifat jelas , artinya dapat diukur dengan baik, termasuk mengukur
berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. Masuk akal , suatu standar yang tidak masuk
akal, misalnya ditetapkan terlalu tinggi sehingga mustahil dapat dicapai,bukan saja sulit
dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para pelaksana Mudah dimengerti ,
suatu standar yang tidak mudah dimengerti, atau rumusan yang tidak jelas akan menyulitkan
tenaga pelaksana shg standar tsb tidakakan dapat digunakan
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga
kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik. Hak tenaga kesehatan
adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga
kesehatan serta mendapat penghargaan.
Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau suatu
keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan klien.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah pada asuhan
kebidanan yang diperlukan oleh klien.
Difinisi Operasional
1. Adanya format pengawasan klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis un¬mengetahui keadaan
perkembangan klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan
Standar VIII :Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi Operasional
• Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan. Men sesuai dengan standar
ukuran yang telah ditetapkan.
• Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
• Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan
yang diberikan.
Definisi oprasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk di setiap langkah managemen kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang bertanggung jawab.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pasal 50 penjelasan
menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan” standar profesi ”adalah batasan kemampuan
( knowledge, skill and professional attitude ) minimal yang harus dikuasai oleh seorang
individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri
yang dibuat oleh organisasi profesi.
Dalam melaksanakan profesinya, Bidan memiliki 9 (sembilan) kompetensi yaitu :
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai
dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
3. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat
selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru
lahir.
5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru lahir sehat
sampai dengan 1 bulan.
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan balita sehat
(1 bulan – 5 tahun).
8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
Setiap Kompetensi dilengkapi dengan Pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan dan
keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam melakukan kegiatan
asuhan kebidanan
Setiap Bidan harus bekerja Secara profesional dalam melaksanakan profesi asuhan kebidanan
, dan dalam melaksanakan profesi tersebut Bidan harus bekerja sesuai standar yang meliputi
meliputi : standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi, standar sumber daya
pendidikan, standar pola pendidikan kebidanan, standar kurikulum, standar tujuan
pendidikan, standar evaluasi pendidikan, standar lulusan, standar Pendidikan Berkelanjutan
Bidan, standar organisasi, standar falsafah, standar sumber daya pendidikan, standar program
pendidikan dan pelatihan, standar fasilitas, standar dokumen penyelenggaraan pendidikan
berkelanjutan, standar pengendalian mutu
Standar Pelayanan Kebidanan, standar falsafah, Standar Administrasi Dan Pengelolaan,
Standar Staf Dan Pimpinan, Standar Fasilitas Dan Peralatan, Standar Kebijakan Dan
Prosedur, Standar Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan, Standar Asuhan, Standar
Evaluasi Dan Pengendalian Mutu, standar praktik kebidanan, Standar metode asuhan, Standar
pengkajian, Standar Diagnosa kebidanan, standar rencana asuhan, standar tindakan, standar
partisipasi klien, standar pengawasan, standar evaluasi, standar dokumentasi.
2. Hukum Perundangan di Indonesia
Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik kebidanan:
1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan Bab II (Tugas Pemerintah),
pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum,
wewenang dan kesanggupan hukum.
2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran
dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan
sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat
termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan
rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah
pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga
pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan
pekerjaannya tanpa pengawasan langsung. UU ini boleh dikatakan sudah usang
karena hanya mengkalasifikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana
dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum
berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat
ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab
mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.
3. UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal 2,
ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib
menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.
Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan
yang dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri sehingga
peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan terhadapnya
UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam
mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU
tersebut sebagai contoh bagaimana sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa
sangsinya bila seseorang tidak menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu
diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja
pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab
terhadap pelayanannya sendiri.
SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979 Membedakan paramedis menjadi dua
golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan.
Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah
tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.
5. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980 Pemerintah membuat suatu
pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya
dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi
tidak diijinkan. Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan
bidang dapat menolong persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang
relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan
membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggatikan atau
mengisi kekurangan tenaga dokter untuk menegakkan penyakit dan mengobati terutama
dipuskesmas-puskesma tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi
perawat yang memperpanjang pelayanan di rumah. Bila memang secara resmi tidak diakui,
maka seyogyanya perawat harus dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan utnuk
benar-benar melakukan nursing care.
6. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4
November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.
Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga
keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang sudah mencapai golingan
II/a, Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S1 Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya
dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya
7. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak
pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk
keperawatan.
I. BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 3
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
II. Pasal 1 Ayat 4
Sarana Kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
3. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan
tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang kemungkinan akan
dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.
4. Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan diinformasikan
tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya.
5. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut program
asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan
6. Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan
kesehatan yang diberikan kepadanya.
7. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih lengkap
dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan RS yang
ditunjuk dapat menerimanya.
8. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan instansi lain,
seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang
diterimanya.
9. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai suatu
eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya.
10. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari dokternya ke
dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya.
11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang diperlukan
untuk asuhan keehatannya.
12. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus dipatuhinya
sebagai pasien dirawat.
b.Kewajiban pasien
1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang ada diinstitusi
kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan kepadanya.
2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yanga da, baik dari dokter ataupun perawat yang
memberikan asuhan.
3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.
4. Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban untuk
menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan selama
perawatan.
5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai dengan
perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujuinya.Di dalam praktek apabila terjadi
pelanggaraan praktek kebidanan, aparat penegak hukum lebih cenderung mempergunakan
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A .Kesimpulan
Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan tentang tingkat kinerja yang
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.
Hukum perundangan adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur tata
tertib didalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang
bersangkutan.Dalam melaksanakan praktiknya terdapat sembilan standar praktik kebidanan
yaitu metode asuhan, pengkajian, diagnosa kebidanan, rencana asuhan, tindakan, partisipasi
klien, pengawasan, evaluasi,dan dokumentasi.
Dalam pelaksanaan praktiknya bidan berpegang pada beberapa peraturan perundangan,
yaitu :
1. UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan
Praktik Bidan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
9. keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan.
B.Saran
Bidan merupakan suatu profesi kesehatan yang bekerja untuk pelayanan masyarakat dan
berfokus pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, Keluarga Berencana, kesehatan bayi dan
anak balita.
Daftar Pustaka
http://niningwarningsih9.blogspot.com/2013/05/standar-profesi-kebidanan.html
http://etikaindahdianhusada.blogspot.com/p/standar-praktek-bidan.htm
http://rahmadewihadhisty.blogspot.com/2013/04/undang-undang-yang-melandasi-
praktik_8.html