Makalah KDPK 2novellya Angel Tania (P05140320030)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Mata Kuliah:
KETERAMPILAN DASAR DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

DOSEN MATA KULIAH:


EPTI YORITA, SST., MPH

DISUSUN :

NOVELLYA ANGEL TANIA P05140320030

Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Kebidanan


Jl. Indragiri Pd. Harapan N0. 3 Kec. Gading Cempaka
Kota Bengkulu 3822

1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KEBUTUHAN ELIMINASI”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini. Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagiseluruh
pembaca.

Bengkulu, 29 Juli 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Oksigenasi....................................................................................................5
1.1 Pengertian Oksigenasi.........................................................................................5
1.2 Tujuan oksigenasi.......................................................................................5
1.3 Anatomi – fisiologi sistem pernapasan...............................................................5
1.4 Fisiologi pernapasan...........................................................................................8
1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen.....................................10
1.6 Gangguan/masalah kebutuhan oksigenisasi.......................................................12
B. Kebutuhan Eliminasi......................................................................................................13
1.1 Pengertian eliminasi ..........................................................................................13
1.2 Fisiologi dalam eliminasi...................................................................................13
1.3 Kebutuhan eliminasi urine.................................................................................14
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine............................................14
1.5 Tindakan dalam upaya pemenuhan eliminasi urine...........................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................19
B. Saran .............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan mahluk hidup yang paling komplek yang diciptakan tuhan YME.Sebagai
mahluk hidup, tentunya manusia memerlukan makan dan hasil dari proses makanan tersebut
akan dikeluarkan sebagai kotoran yang tidak lagi bermanfaat bagi tubuh manusia itu
sendiri.proses pengubahan dari makanan sampai menjadi sisa dinamakan proses pencernaan
yang dilakukan oleh organ percernaan di dalam tubuh manusia.sedangkan proses pengeluaran
kotoran tersebut dinamakan eliminasi

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan manusia untuk


mempertahankan kehidupan dan kesehatannya. Pada hakikatnya manusia mempunyai beberapa
kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik Fisiologis maupun Psikologis. Kebutuhan
Fisiologis menurut Maslow ini meliputi 8 kebutuhan manusia yang harus terpenuhi dan salah
satunya yaitu Kebutuhan Oksigen Pertukaran Gas dan Kebutuhan Eliminasi (Mubarak, W.I. &
Chayatin, N. 2007).
Oksigen menjadi kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh,
oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel, kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Oleh karena itu
sistem pernapasan memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan oksigen ini.
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi
tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Beberapa
gangguan pada pemenuhan kebutuhan oksigen antara lain adalah gangguan pertukaran gas dan
perubahan pola napas . Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau kekurangan
oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar – kapiler.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra (Hidayat, 2010) Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
yang harus di penuhi oleh setiap manusia.
Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar, menyatakan bahwa
kebutuhan eliminasi terdapat pada urutan ke tiga. Apabila sistem perkemihan tidak dapat
berfungsi dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya akan terpengaruh. Secara umum
gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan
eliminasi urine, antara lain : retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Pengertian Kebutuhan Oksigenisasi?
2. Apa Anatomi-Fisiologi System Pernafasan?
3. Apa saja Fisiologi Pernafasaan?
4. Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen?
5. Apa Gangguan/masalah Kebutuhan Oksigenisasi ?
6. Apa Pengertian Kebutuhan Eliminasi?
7. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine?
8. Apa Gangguan/masalah Kebutuhan Eliminasi Urine?
9. Apa Tindakan Untuk Mengatasi masalah eliminasi urine

C. TUJUAN
1. Untuk Memahami apa pengertian Kebutuhan Oksigen dan Kebutuhan Eliminasi
2. Untuk Memahami Anatomi Fisiologi System Pernafasan
3. Untuk memahami fisiologi pernapasan
4. Untuk Mengetahui Faktor Apa yang Mempengaruhi Bebutuhan Oksigen
5. Untuk Mengetahui Ganguan /Masalah Kebuthan Oksigenisasi
6. Untuk Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
7. Untuk Mengetahui Gangguan/Masalah pada Kebutuhan Eliminasi Urine
8. Untuk Mengetahui Tindakan untuk Mengatsi Masalah Eliminasi Urine

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Oksigenisasi
1.1 Pengertian
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas (Harahap,
2005).
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih mampu
mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung
lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen.. Selain itu oksigen
digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan
digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan
sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan
saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih
dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

1.2 Tujuan oksigenisasi


Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh du an mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O2
dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) nelalui darah guna
dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh
darah ke paru-par untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

1.3 Anatomi – fisiologi sistem pernapasan


Anatomi sistem pernapasan
Struktur sistem pernapasan tersusun sedemikian rupa untuk memudahkan pengambilan
oksigen melalui proses inspirasi dan pengeluaran karbondioksida melalui proses inspirasi.
Dtrukttur sistem pernapasan dimulai dari hidung dan berakhir pada alveoolus. Gambar 1.1.
menggambarkan susunan sistem pernapasan yang dimaksud.

5
Gambar 1.1 Sistem pernapasan
a. Hidung = Naso = Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang disebut kavum
nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut septum nasi. Didalamnya terdapat
bulu-bulu hidung yang berfungsi udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
Anatomi
 Terdiri atas bagian eksternal dan internal
 Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
 Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
 Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir
secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
 Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.

Fungsi hidung :
 Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan
pertambahan usia.
 Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
 Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
b. Tekak = Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasal
(nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring).

6
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif .
c. Laring (Pangkal Tenggorokan)
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
 Epiglotis adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan.
 Glotis adalah ostium antara pita suara dalam laring.
 Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple).
 Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
 Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring).
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi Laring juga
berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan
batu.
d. Trakea (Batang Tenggorokan)
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
e. Bronkus (Cabang Tenggorokan)
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf.

Gambar 3 Struktur Paru-paru


f. Bronkiolus

7
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengadung
kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus
untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
g. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
h. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
i. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
Dan kemudian menjadi alveoli.
j. Paru-paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.Terletak dalam rongga dada
atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi
menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus.
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya.
k. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic.
Terbagi mejadi 2 :
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.

8
1.4 Fisiologi Pernapasan
Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi). Sistem
pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang
terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen, dan
pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara 12-15 kali per
menit.
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Ventilasi
Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume
paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a) Tekanan udara atmosfir
b) Jalan nafas yang bersih
c) Pengembangan paru yang kuat
2) Difusi
Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-
paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih
besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli
sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat,
membran ini kadang disebut membran respirasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a) Luas permukaan paru
b) Tebal membran respirasi
c) Jumlah darah
d) Keadaan/jumlah kapiler dara

9
e) Afinitas
f) Waktu adanya udara di alveoli
3) Transpor
Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya
karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-
paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke
paru-paru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a) Curah jantung (cardiac Output / CO)
b) Jumlah sel darah merah
c) Hematokrit darah
d) Latihan (exercise)
e) Keadaan pembuluh darah

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler,


dan keadaan hematologi.
 Sistem respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen,
dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak. Bernafas adalah pergerakan udara dari
atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh sampai ke luar tubuh. Ada tiga
langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
 Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena
pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta.
Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri,
arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian dialirkan ke
jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan
melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk
berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan
bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan transport gas oksigen dan
karbon dioksida.
 Sistem hematologi

10
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksia dari
jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah
merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi
dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigenasi membentuk
oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, ph,
konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian besarnya Hb dan
jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.

2 Faktor- faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen


1. Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
e) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
b) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.

11
d) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
e) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
5. Saraf otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memngaruhi kemampuan
untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh
simpatis maupun parasimpatis.
6. Hormonal dan obat
Semua hormon termasuk devirat katekolamin yang dapat melebarkan saluran
pernapasan.
7. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk
benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.

3 Gangguan/masalah kebutuhan oksigenisasi


Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi dari organ-
organ respirasi.Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif, dan lain- lain. Gangguan tersebu akan
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis
besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga. Yaitu:
a) Gangguan irama/frekuensi pernapasan
Gangguan irama pernafasan antara lain :
1. Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-
mula dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan berhenti. Lalu
pernafasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi
pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis
obat. Namun secara fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat pada orang
di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.

12
2. Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheyne- stokes,
tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
3. Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman meningkat
sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernafasan ini dapat ditemukan pada klien
dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
Gangguan frekuensi pernafasan
1. Takipnea/ hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlah nya meningkat diatas
frekuensi pernafasan normal.
2. Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang
jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
b) Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru
ke jaringan.
c) Hipoksia.
Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat daripada anoksia.
Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi
kedalam kelompok yaitu :
1. Hipoksemia
2. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendunga)
3. Overventilasi hipoksia
4. Hipoksia histotoksik

B. Kebutuhan Eliminasi
1.1 Pengertian
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan
sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari

13
sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi
ini sering disebut buang air kecil.

1.2 Fisiologi dalam eliminasi


a) Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang
sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja
sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan
dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan
dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis
masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi
perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan
glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya
berakhir (Pearce, 2002).
b) Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas
nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih
atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk
berkemih.

1.3 Kebutuhan eliminasi urine


Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhanbuang air kecil)
dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
Organ yang Berperan dalam Eliminasi urine
• Ginjal
Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan volume
cairan dalam tubuh.
• Kandung kemih (bladder, buli-buli)

14
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai
penampung air seni (urine).
• Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine


Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:
a. UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.
Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan
pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah
atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol
terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
b. DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu
pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola
defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu
keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
c. CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa
alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang
colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras.
Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di
sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
d. TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.

15
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang
colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal
selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan
akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
e. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu
termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi.
Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas
peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat
motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
f. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air
besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti
setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler.
Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga
mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain
pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan
kegelisahan akan baunya.
g. OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative
adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan
ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine
hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk
mengobati diare.

Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi:


a. Jumlah air yang diminum Semakin banyak air yang diminum jumlah urin semakin
banyak. Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah
sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan
terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya
penyerapan air ke dalam darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air
kencing berwarna lebih kuning .

16
b. Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah. Supaya tekanan osmotik tetap, semakin
banyak konsumsi garam maka pengeluaran urin semakin banyak.
c. Konsentrasi hormon insulin. Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering
mengeluarkan urin. Kasus ini terjadi pada orang yang menderita kencing manis.
d. Hormon antidiuretik (ADH). Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian
belakang. Jika darah sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan
ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi
pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air,
maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air
berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.
e. Suhu lingkungan. Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk
menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga
darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila
darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran air kencing
pun banyak.
f. Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat
sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam
kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka
timbullah hasrat ingin buang air kecil.
g. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang yang
banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.

1.5 Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi


Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
b. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
c. Memberikan huknah rendah
d. Memberikan huknah tinggi
e. Memberikan gliserin
f. Mengeluarkan feses dengan jari
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
a. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
b. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi

17
c. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran, buah-
buahan, nasi; mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari
d. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
e. Positioning
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menangani pasien dalam eliminasi

a. Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat
seharusnya menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu
menyendiri untuk defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan, perawat
mungkin perlu menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam
jangkauan pembicaraan dengan klien.
b. Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi
peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi dan
ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.
c. Nutrisi dan cairan
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien yang
terjadi, frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu
defekasi normal. Klien untuk minum cairan hangat dan jus buah, juga masukkan serat dalam
diet.

18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
pemenuhan kebutuhan oksigen dan kebutuhan eliminasi , yaitu sebagai berikut:
a) Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakankebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme seltubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
b) Sistem pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, paru – paru, pleura.
c) Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi,
difusi dan transpor. 
d) Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air
kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
e) Organ yang berperan dalam eliminasi urine adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra.
Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Terdapat
gangguan eliminasi serta bagaimana cara mengatasinya.

B. SARAN
Diharapkan kepada seluruh tenaga kesehatan tidak hanya bidan bisa lebih
memahami dan membantu dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan kebutuhan eliminasi
serta dapat mengatasi jika ada gangguan yang terjadi pada tubuh.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mardliyah, T. A. (2018). PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA


KEPERAWATAN TENTANG KEWASPADAAN UNIVERSAL PRECAUTION DALAM
MENCEGAH HIV/AIDS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Paramita, N. (2007). Evaluasi pengelolaan sampah rumah sakit pusat angkatan darat gatot
soebroto. Jurnal presipitasi, 2(1), 51-55.
SUENA, I. W. GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SANJIWANI GIANYAR (Doctoral dissertation, Jurusan Kesehatan Lingkungan).

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/168/jtptunimus-gdl-arifyulian-8375-3-babii.pdf dilihat
tanggal 28 Juli 2021 pukul 16.00 WIB

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/446/6/BAB%20I%20-%20BAB%20IV.pdf dilihat
tanggal 28 Juli 2021 pukul 19.00 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai