Modul Praktik-Pelayanan Kontrasepsi
Modul Praktik-Pelayanan Kontrasepsi
Modul Praktik-Pelayanan Kontrasepsi
PRAKTIK
PELAYANAN KONTRASEPSI
1
VISI DAN MISI
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
PROGRAM PROFESI
VISI :
Menghasilkan lulusan profesi bidan mandiri,
unggul dalam memberikan pelayanan kebidanan
ibu dan anak dalam pemberdayaan masyarakat
pada tahun 2029.
MISI :
1. Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran
berkualitas, asuhan kebidanan ibu dan anak
dengan pemberdayaan masyarakat.
2. Melaksanakan Penelitian dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam asuhan kebidanan ibu dan
anak dengan pemberdayaan masyarakat.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat
sebagai wujud kepedulian sosial yang
terencana, terprogram dan berdampak bagi
kesehatan masyarakat dalam asuhan
kebidanan ibu dan anak dengan
pemberdayaan masyarakat.
4. Menjalin kemitraan antar profesi kesehatan
baik di tingkat regional, nasional dan
internasional untuk menghasilkan lulusan
berdaya saing.
ii
KATA PENGANTAR
Bahan Ajar Pelayanan Kontrasepsi Ini membahas 13 Kegiatan Belajar sesuai dengan
capaian pembelajaran.
Pelayanan Kontrasepsi dalam mempelajari bahan ajar ini mahasiswa diharapkan banyak
membaca dan berlatih berbagai materi yang disajikan, baik secara mandiri maupun berdiskusi
Materi dalam ajar ini disesuaikan dengan capaian pembelajaran yang ada dalam
Penulis
iii
DAFTAR ISI
v
v
Materi I
KONSELING DAN PENAPISAN KLIEN
A. Konseling
Konseling merupakan efek yang penting dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling yang baik membantu klien dalam
menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan
mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien dengan cara meningkatkan hubungan dan kepercayaan
yang sudah ada. Konseling sering diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena petugas tidak
mempunyai waktu dan mereka tidak mengetahui bahwa dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti
nasihat. Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara
interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada.
1. Jenis Konseling (Suyono, 2004)
a. Konseling awal
Konseling awal dilakukan pertama kali sebelum dilakukan konseling spesifik. Biasanya
dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang telah mendapatkan pelatihan tentang
konseling.
Dalam konseling awal umumnya diberikan gambaran umum tentang kontrasepsi. Walaupun
secara umum tetapi penjelasannya harus tetap obyektif baik keunggulan maupun keterbatasan
sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, syarat bagi pengguna
kontrasepsi serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi.
Pastikan klien mengerti dan mengenali tentang keputusannya untuk menunda atau
menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai resiko yang mungkin terjadi. Apabila
klien dan pasangannya telah tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat kontrasepsi, dirujuk
pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.
b. Konseling spesifik
Konseling spesifik dilakukan setelah konseling pendahuluan. Dalam tahap ini konseling
lebih ditekankan pada aspek individual dan privasi. Pada konseling spesifik yang
1
bertugas sebagai konselor adalah petugas konselor, dokter, perawat dan bidan. Konselor harus
mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela dengan pendapat atau penjelasan
konselor.
Setelah semua informasi dari klien terkumpul maka dilakukan penyaringan dan
pengelompokan, kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk menghilangkan
keraguan, kesalahpahaman. Berbagai penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan rasional
sangat membantu klien mempercayai konselor dan informasi yang disampaikan. Di samping itu
klien dapa mengambil keputusan tanpa tekanan dan berdasarkan informasi yang benar.
c. Konseling pra tindakan
Konseling yang dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur penggunaan kontrasepsi. Pada
konseling pra tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah dokter, operator petugas medis yang
melakukan tindakan. Tujuan konseling ini untuk mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi,
menilai tingkat kemampuan klien untuk menghentikan infertilitas, evaluasi proses konseling
sebelumnya, melihat tahapan dari persetujuan tindakan medis dan informasi tentang prosedur yang
akan dilaksanakan.
d. Konseling pasca tindakan
Konseling pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah tindakan selesai
dilaksanakan.Tujuannya untuk menanyakan kepada klien bila ada keluhan yang mungkin dirasakan
setelah tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut, memberikan penjelasan
kepada klien atau mengingatkan klien tentang perlunya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi
agar kontrasepsi efektif.
2. Sikap Petugas Kesehatan dalam Melakukan Konseling yang Baik
a. Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan menciptakan
satu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk
masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas menyakinkan klien bahwa ia tidak akan
mendiskusikan rahasia klien dengan orang lain.
b. Interaksi antara petugas dan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap
klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Petugas harus mendorong agar
klien berani berbicara dan bertanya.
2
c. Memberikan informasi yang baik pada klien
Mendengarkan apa yang disampaikan klien sehingga mengetahui apa yang dibutuhkan oleh
setiap klien. Petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dalam memberikan
informasi.
d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Memberikan infomasi sesuai kebutuhan klien sehingga tidak menyebabkan kesulitan bagi
klien dalam mengingat informasi yang penting, akibat kelebihan informasi. Ketika memberikan
informasi petugas harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi bertanya dan
berpendapat.
e. Tersedianya metode yang diinginkan klien
Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya dan harus tanggap terhadap
pilihan klien dengan mendorong klien untuk berfikir melihat persamaan yang ada dan
membandingkankan antara kontrasepsi tersebut, sehingga klien mempunyai pilihan kontrasepsi
sesuai pilihannya dan klien akan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih
efektif.
f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan kepada klien agar memahaminya
dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya melalui media cetak seperti flip
chart, pamflet, poster, atau halaman bergambar. Sehingga akan membantu klien mengingat akan
apa yang harus dilakukan juga dapat memberitahu kepada orang lain. Petugas juga perlu
melakukan penilaian bahwa klien telah mengerti atau belum.
3. Langkah – langkah konseling KB (SATU TUJU)
Dalam memberikan konseling kepada calon klien KB, hendaknya petugas dapat menerapkan enam langkah
yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU, sebagai berikut :
a. SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya
kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinka klien
untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang dapat dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai
pengalaman KB dan kesehatan reproduksi serta yang lainnya. Tanyakan kontrasepsi yang
3
diinginkan oleh klien. Dengan memahami kebutuhan, pengetahuan dan keinginan klien, kita
dapat membantunya.
c. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan jelaskan mengenai kontasepsi yang mungkin
diingini oleh klien dan jenis kontasepsi yang ada.
d. TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling
sesuai dengan keadaan kebutuhannya. Dorong klien untuk menunjukan keinginannya dan
mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara terbuka dan petugas mempertimbangkan kriteria dan
keinginan klienterhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihannya tersebut.
e. J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah klien
memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat kontasepsinya. Jelaskan
bagaimana alat/obat tersebut digunakan dan cara penggunaannya. Lalu pastikan klien untuk bertanya
atau menjawab secara terbuka.
f. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat perjanjian kepada klien untuk kembali
lagi melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.
B. Perencanaan Keluarga
3 – 5 tahun
C. Penapisan Klien
Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan tela‟ah dan kajian tentang kondisi
kesehatan klien dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan. Tujuan
Modul Praktikum KB dan Pelayanan Kontrasepsi
4
utama penapisan klien untuk menentukan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan masalah
(misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih
lanjut.
Untuk sebagian besar klien bisa diselesaikan dengan cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama
dikenali atau memungkinkan hamil dapat dicegah. Sebagian besar cara kontrasepsi, kecuali AKDR dan
kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk
klien Keluarga Berencana dan klien baru tidak diperlukan karena :
1. Sebagian besar klien KB berusia muda (umur 16 – 35 tahun) dan umumnya sehat.
2. Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi (misalnya kanker genital dan kanker payudara, fibroma
uterus) jarang di dapat pada umur sebelum 35 tahun atau 40 tahun.
3. Pil kombinasi yang sekarang tersedia berisi estrogen dan progestin lebih baik karena efek
sampingnya jarang menimbulkan masalah medis.
4. Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan dengan estrogen dan dosis
progestin yang dikeluarkan perhari bahkan lebih rendah dari pil kombinasi.
Metode hormonal (pil kombinasi; pil progestin, suntikan dan susuk) Ya Tidak
Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih.
Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca
persalinan 1,2.
Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setelah senggama.
Ikterus pada kulit atau mata.
Nyeri kepala hebat atau gangguan visual.
Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (oedema).
Tekanan darah di atas 160/ 90 mmHg.
Massa atau benjolan pada payudara.
Sedang minum obat – obatan anti kejang (epilepsy) 3.
5
Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik.
Haid banyak (lebih 1 – 2 pembalut tiap 4 jam).
Haid lama (lebih dari 8 hari).
Dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring.
Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama/gejala
penyakit jantung valvular atau kongenital.
1. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu postpartum maka pil kombinasi adalah metode
panggilan terakhir.
2. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET - EN), atau susuk
Jika semua keadaan di atas ”tidak” (negatif) dan tidak dicurigai adanya kehamilan, maka dapat di
teruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak yang dalam “iya” (positif), berarti klien perlu
di evaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Hal yang perlu diingat adalah klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi di
atas. Namun, petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya bila di perlukan
petugas dapat mengulangi pertanyaan yang berbeda. Perlu juga di perhitungkan masalah sosial ,budaya atau
agama yang mungkin berpengaruh terhadap respon klien tersebut (pasangannya).
6
Dapat dilakukan pada fasilitas
Keadaan klien Dilakukan difasilitas rujukan
rawat jalan
abdomen/panggul. perlekatan). lainya,perlekatan atau terdapat
kelaianan pada pemerikaan
panggul.
Riwayat radang panggul, hamil Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam ada
ektopik, apendisitis. kelainan.
Anemia HB ≥ 8g% HB < 8g%
7
Pemerksaan fisik jarang dibutuhkan kecuali untuk menyingkirkan kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu. Uji
kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak
tersedia kehamilan yang sensitif, klien di anjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.
Tabel 4 : Prosedur Penapisan Klien
1. Metode hormonal
8
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
9
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN KONSELING AWAL PERENCANAAN KELUARGA
NO LANGKAH MAHASISWA
1 2 3 4 5
A SIKAP DAN PERILAKU
1 Menyambut pasien dengan sopan dan ramah
2 Menjaga privasi klien
3 Mempersilakan klien duduk
4 Memperkenalkan diri pada pasien
5 Menunjukkan rasa empati pada klien
Score : 10
B CONTENT
1 Menanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu
2 Menjelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya
3 Menanyakan pada klien informasi tentang dirinya, bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan Kesehatan Reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya
4 Menanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien
5 Menguraikan kepada klien mengenai pilihannya dan memberitahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi
6 Membantu klien menentukan pilihannya, dengan mendorong klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan
7 Menjelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya (jika diperlukan perlihatkan alat/obat kontasepsinya)
8 Melakukan evaluasi terhadap pemahaman klien
9 Menyepakati kunjungan ulang untuk melakukan pemeriksaan lanjutan
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan
10
Score : 18
C. TEKNIK
1 Melaksanakan konseling secara sistematis
2 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
3 Percaya diri dan tanggap terhadap reaksi klien
4 Menggunakan media secara efektif
5 Mendokumentasikan hasil konseling yang telah dilakukan
Score : 10
Total Score : 38
NILAI AKHIR : (Total Score/38) x 100
11
Materi II
METODE KELUARGA BERENCANA ALAMIAH (KBA)
A. Mekanisme Kerja
1. Untuk kontrasepsi : sanggama dihindari pada masa subur
2. Untuk konsepsi/mencapai kehamilan : sanggama direncanakan pada masa subur yaitu dekat dengan
pertengahan siklus (biasanya H 10 – 15), atau terdapat tanda – tanda adanya kesuburan
B. Manfaat
1. Kontrasepsi
a. Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
b. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
c. Tidak ada efek samping sistemik
d. Murah, tanpa biaya
2. Non Kontrasepsi
a. Meningkatkan keterlibatan laki – laki dalam KB
b. Menambah pengetahuan tentang sistemreproduksi
c. Memungkinkan mengeratkan hubungan melalui komunikasi antara pasangan
C. Keterbatasan
1. Sebagai kontrasepsi sedang (9 – 20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
pemakaian)
2. Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan
3. Perlu ada pelatihan untuk mengenali masa subur
4. Perlu pantang selama masa subur
5. Perlu pencatatan setiap hari
6. Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai
7. Termometer diperlukan untuk metode tertentu
8. Tidak terlindung dari IMS dan HIV/AIDS
12
D. Klien Yang Dapat Menggunakan KBA
1. Semua perempuan semasa reproduksi
2. Perempuan merokok
3. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu
4. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi
5. Perempuan yang tdk dpt menggunakan metode lain
6. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid
7. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, menilai tanda dan gejala
kesuburan
13
c. Ovum hidup selama 24 jam
18
a. Ukur dan catat suhu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat
tidur).
b. Catat suhu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid. Tentukan suhu tertinggi, abaikan
setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
c. Tarik garis pada 0,05 – 0,10 C di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini
dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
d. Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut – turut suhu berada di atas garis
pelindung tersebut.
3. Cara Penggunaan Metode Lendir Serviks
a. Masa subur dapat dikenali dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan
sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tissue
di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering – basah. Tidak dianjurkan untuk periksa
dalam ke dalam vagina.
b. Untuk menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan
diminta secara penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan
dan pola ketidaksuburan.
c. Hindari senggama pada waktu haid. Hari – hari ini tidak aman : pada siklus pendek, ovulasi dapat
terjadi pada hari – hari haid
d. Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam (selang seling). Ini
akan menghindari kebingungan membedakan cairan sperma dan lendir.
e. Segera setelah ada lendir jenis apapun (perasaan basah muncul), hindari senggama atau kontak
15
seksual. Hari – hari lendir, terutama hari – hari lendir subur adalah tidak aman.
16
f. Hari puncak adalah hari ovulasi (hari paling subur), ditandai dengan adanya lendir jernih, licin
dan mulur.
g. Setelah hari puncak, hindari senggama untuk 3 hari berikutnya (hari – hari tidak aman). Mulai
dari pagi hari keempat setelah kering, ini adalah hari – hari aman untuk bersenggama
sampai hari berikutnya.
4. Cara Penggunaan Metode Sim To Termal
a. Menentukan masa subur dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
b. Setelah darah haid berhenti, dapat bersenggama pada malam hari pada hari kering dengan
berselang sehari selama masa tak subur (aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks).
c. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, berpantang bersenggama
sampai masa subur berakhir (aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks).
d. Pantang senggama sampai hari puncak (ovulasi) dan aturan perubahan suhu telah terjadi.
e. Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai akhir masa subur, selalu ikuti aturan
yang paling konservatif, yaitu aturan yang mengidentifikasi masa subur yang paling panjang.
17
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
18
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN KONSELING KB ALAMIAH
METODE LENDIR SERVIKS
19
Score : 10
Total Score : 36
NILAI AKHIR : (Total Score/36) x 100
20
Modul Praktikum KB dan Pelayanan Kontrasepsi
21
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN KONSELING KB ALAMIAH
METODE SUHU BASAL
NO LANGKAH MAHASISWA
1 2 3 4 5
A SIKAP DAN PERILAKU
1 Menyambut pasien dengan sopan dan ramah
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Mempersilahkan pasien duduk
4 Menunjukkan rasa empati
5 Menjaga privasi pasien
Score : 10
B CONTENT
1 Menjelaskan tujuan konseling
2 Menjelaskan pengertian kontrasepsi dengan metode suhu basal
3 Menjelaskan syarat-syarat yang boleh melakukan metode suhu basal
4 Menjelaskan manfaat metode suhu basal
5 Menjelaskan efektifitas metode suhu basal
6 Menjelaskan cara menerapkan aturan perubahan suhu
7 Menjelaskan menentukan waktu yang aman untuk senggama
8 Memberikan kesempatan klien untuk menanyakan hal – hal yang belum
jelas
Score : 16
C. TEKNIK
1 Melaksanakan konseling secara sistematis
2 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
3 Tanggap terhadap reaksi pasien
4 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri
22
5 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 10
Total Score : 36
NILAI AKHIR : (Total Score/36) x 100
23
Modul Praktikum KB dan Pelayanan Kontrasepsi
24
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN KONSELING KB ALAMIAH
METODE KALENDER (PANTANG BERKALA)
25
5 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 10
Total Score : 38
NILAI AKHIR : (Total Score/38) x 100
27
Materi III
METODE AMENOREA LAKTASI (MAL)
A. Profil
1. Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif, tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan lainnya.
2. Efektif sampai 6 bulan, setelah itu harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
3. Cara kerja : menunda/menekan ovulasi.
28
1. Sudah mendapat haid
2. Tidak menyusui secara eksklusif
3. Bayinya berumur lebih dari 6 bulan
4. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam.
D. Instruksi Klien
1. Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi mengisap sampai dia sendiri yang
melepaskan hisapannya.
2. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3. Susui bayi pada malam hari untuk membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI
4. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
5. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
6. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan BB cukup, bayi tidak memerlukan
makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan (BB naik sesuai umur, sebulan minimal 0,5 kg, BAK
sedikitnya 6 kali sehari).
7. Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera mulai
menggunakan metode KB lainnya.
8. Apabila ibu menggantikan ASI dengan makanan atau minuman lain, bayi akan menghisap kurang
sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode kontrasepsi. Ibu perlu menggunakan
metode kontrasepsi lain.
9. Untuk kontrasepsi dan kesehatan :
a. Ibu memerlukan metode kontrasepsi lain ketika ibu mulai dapat haid lagi, jika ibu tidak lagi
menyusui secara eksklusif atau bila bayi ibu sudah berumur 6 bulan.
b. Konsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum ibu mulai memakai metode kontrasepsi lainnya.
c. Jika suami/pasangan beresiko tinggi terpapar IMS termasuk AIDS, ibu harus memakai
kondom.
29
E. Langkah – Langkah Penentuan Saat Pemakaian KB
BELUM
1. Apakah ibu sudah haid lagi?
BELUM
2. Apakah ibu sudah memberi makanan/minuman tambahan atau jangka waktu lama tidak menyusui?
YA
3. Kemungkinan kehamilan meningkat. Mulai mem
BELUM
YA
4. Apakah bayinya sudah berumur
lebih dari 6 bulan?
BELUM
30
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
15
Modul Praktikum KB dan Pelayanan Kontrasepsi
31
Referensi Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
NO LANGKAH MAHASISWA
1 2 3 4 5
A SIKAP DAN PERILAKU
1 Menyambut pasien dengan sopan dan ramah
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Mempersilahkan pasien duduk
4 Menunjukkan rasa empati
5 Menjaga privasi pasien
Score : 10
B CONTENT
1 Menjelaskan pengertian metode amenore laktasi
2 Menjelaskan efektifitas metode amenore laktasi
3 Menjelaskan cara kerja metode amenore laktasi
4 Menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan metode
amenore laktasi
5 Menjelaskan keuntungan metode amenore laktasi
6 Menjelaskan keterbatasan metode amenore laktasi
7 Menjelaskan indikasi metode amenore laktasi
8 Menjelaskan kontraindikasi metode amenore laktasi
9 Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan selama menggunakan
metode amenore laktasi
10 Mengevaluasi informasi yang sudah disampaikan
Score : 20
C. TEKNIK
1 Melaksanakan konseling secara sistematis
32
2 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
3 Tanggap terhadap reaksi pasien
4 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri
5 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 10
Total Score : 40
NILAI AKHIR : (Total Score/40) x 100
33
Materi IV
METODE BARIER (KONDOM)
A. Profil
1. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
2. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar
3. Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain
B. Cara Kerja
1. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma
diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi wanita.
2. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke
pasangan lain.
C. Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa
pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah
didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom, yaitu 2 – 12 kehamilan/100 perempuan per tahun.
D. Manfaat
1. Kontrasepsi
a. Efektif bila digunakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI
c. Tidak mengganggu kesehatan klien
d. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
e. Murah dan dapat dibeli secara umum
f. Tidak perlu resep dokter dan pemeriksaan khusus
g. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lain harus ditunda
2. Non Kontrasepsi
a. Memberi dorongan kepada suami untuk berpartisipasi dalam KB
b. Dapat mencegah IMS
34
c. Mencegah ejakulasi dini
d. Meningkatkan interaksi sesama pasangan
E. Keterbatasan
1. Efektivitas tidak terlalu tinggi
2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
4. Pada beberapa klien menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
7. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dan limbah
G. Teknik Pemakaian
1. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
2. Bila ingin efek yang lebih baik, tambahkan spermisida dalam kondom
3. Jangan menggunakan gigi atau benda tajam pada saat membuka kemasan
4. Pasang kondom saat penis sedang ereksi
5. Pemasangan kondom harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina
6. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma, longgarkan ujungnya agar tidak terjadi
35
robekan saat penetrasi
36
7. Kondom dilepas sebelum penis melembek
8. Lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan sperma
9. Gunakan kondom hanya untuk sekali pakai saja, jangan gunakan kondom bila kondom sobek atau
tampak kusut
10. Jangan gunakan minyak untuk melicinkan kondom karena hanya akan merusak kondom
37
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
38
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN KB METODE BARIER (KONDOM)
39
merupakan cara sementara sebelum memakai metode
kontrasepsi yang lain
d. Kerugian : kegagalan tinggi bila pemakaian benar, dapat
mempengaruhi kenikmatan senggama, harus mempunyai
persediaan kondom setiap saat, setiap senggama memakai
kondom baru, suami mungkin malu memakainya, masalah
pembuangannya
e. Masalah yang mungkin timbul : bocor, iritasi penis,
mempengaruhi kenikmatan seksual
4 Memberikan penjelasan pemakaian kondom :
a. Harus dipakai pada saat penis ereksi, sebelum dimasukkan ke
dalam vagina atau lubang lain, dan sebelum ejakulasi
b. Setiap kondom hanya dipakai satu kali kemudian dibuang
(gunakan kondom baru untuk setiap senggama)
c. Jangan menyimpan kondom ditempat yang panas/tertekan,
seperti : dompet (bisa pecah/bocor)
d. Jangan menggunakan minyak goreng, baby oil untuk melicinkan
kondom, karena hal ini akan menyebabkan lateks lembek dan dapat
pecah/bocor waktu senggama. Air ludah,
cairan vagina, atau spermisida dapat dipakai sebagai pelicin
e. Tanggal yang tertera pada bungkus kondom adalah tanggal
pembuatannya, bila disimpan dengan baik, akan tahan selama 5
tahun
5 Memperlihatkan klien cara pemakaian kondom dengan
menggunakan phantoom/model :
a. Peganglah ujung kondom dan sarungkan pada ujung penis
b. Tarik kondom sampai pangkal penis
c. Setelah ejakulasi, sementara penis masih ereksi, keluarkan penis
dari vagina sambil memegang pangkal kondom,
sehingga tidak terjadi tumpahan sperma
d. Lepaskan kondom tanpa menumpahkan sperma/semen
e. Jepit bagian kondom yang mengandung sperma
40
41
f. Buang kondom setelah mengikatnya/membungkusnya
dengan kertas,masukkan ke dalam tempat sampah
6 Menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila mengetahui kondom
pecah/bocor atau sperma tumpah pada waktu senggama :
a. Segera ganti dengan kondom baru
b. Pakai spermisida bersama kondom
c. Segera ke tenaga kesehatan/bidan terdekat, untuk
mendapatkan kontrasepsi darurat
42
Materi V
KONTRASEPSI PIL
A. Profil
1. Efektif dan reversible
2. Efek samping serius sangat jarang terjadi
3. Pil kombinasi tidak dianjurkan pada perempuan yang menyusui
4. Pil progestin (minipil) sangat efektif pada masa laktasi karena tidak menurunkan produksi ASI
5. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
B. Cara Kerja
1. Mencegah implantasi
2. Lendir servik mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
3. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.
C. Manfaat
1. Memiliki efektivitas yang tinggi bila digunakan dengan benar
2. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang, mencegah anemia), tidak terjadi nyeri
haid
5. Mudah dihentikan setiap saat.
6. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
7. Penggunaan pil progestin (minipil) tidak mengganggu produksi ASI
D. Keterbatasan
1. Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
2. Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
3. Peningkatan/penurunan berat badan
4. Payudara menjadi tegang, nyeri
5. Kadang menimbulkan mual dan pusing, terutama pada awal pemakaian
6. Tidak melindungi dari IMS (Infeksi Menular Seks), HBV,HIV/AIDS
43
7. Penggunaan yang bersamaan dengan obat tuberculosis atau obat epilepsy, maupun mucolitik dapat
menurunkan efektivitasnya.
45
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
28
46
Modul Praktikum KB dan Pelayanan Kontrasepsi
47
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN KONSELING KB PIL
48
Score : 10
Total Score : 40
NILAI AKHIR : (Total Score/40) x 100
49
Materi VI
KONTRASEPSI SUNTIKAN
A. Profil
1. Sangat efektif dan aman
2. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan
5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.
3. Suntikan progestin yang paling sering digunakan mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat
(Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular.
4. Suntikan progestin cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
B. Cara kerja
1. Mencegah/menekan ovulasi
2. Mengentalkan lendir servik sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
3. Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi, sehingga implantasi terganggu
4. Menghambat transportasi gamet dan tuba
C. Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,1 – 0,4
kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
D. Keuntungan
1. Sangat efektif
2. Resiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4. Pada suntikan progestin, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
5. Sedikit efek samping
6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7. Mencegah anemia
50
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause
9. Membantu mencegah kanker ondometrium dan kehamilan ektopik
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
E. Keterbatasan
1. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
d. Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).
3. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
4. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan (keluhan akan hilang setelah suntikan keduan atau
ketiga)
5. Efektivitasnya berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat – obat epilepsy atau obat
tuberkulosis
6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis virus, atau
infeksi virus HIV.
7. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, yang disebabkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan (bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan pada organ
genitalia)
8. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas)
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat
51
- Tekanan darah <180/110mmHg
- Usia reproduksi
- Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
- Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi
- Setelah abortus atau keguguran
52
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
53
13. Safety box
Keselamatan Kerja 1. Patuhi prosedur kerja
2. Pastikan klien telah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
tindakan yang akan dilakukan
3. Dapatkan persetujuan klien secara lisan maupun tulisan sebelum
melakukan tindakan
4. Selama melakukan tindakan, perhatikan privasi, kenyamanan dan
keadaan klien
5. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat yang digunakan dalam
keadaan siap pakai
6. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh
petugas
7. Sebelum dan selama tindakan perhatikan prinsip pencegahan infeksi
8. Lakukan semua prosedur tindakan secara hati – hati
9. Dekontaminasi spuit setelah dipakai dengan diisi larutan klorin 0,5%
untuk mencegah kontaminasi petugas
Referensi Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
54
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN KB SUNTIK
55
karet
9 Membuka kemasan spuit tanpa terkontaminasi dan
mengencangkan jarum suntiknya
10 Mengambil obat dari vial
11 Mengganti spuit dengan dengan jarum yang baru
Pemberian Suntikan
12 Melakukan desinfeksi pada tempat penyuntikan menggunakan
kapas alkohol dengan gerakan sirkuler
13 Membiarkan kulit mengering dengan sendirinya sebelum
memberikan suntikan
14 Menusukkan jarum ke dalam otot hingga pangkal jarum suntik
(otot gluteus kuadran luar pada bokong)
15 Melakukan aspirasi untuk memeriksa ketepatan penempatan
jarum suntik (tidak masuk pembuluh darah)
16 Jika tidak terlihat darah, menyuntikkan obat secara perlahan
sampai seluruh obat masuk
17 Mencabut jarum suntik secara cepat, sambil menekan tempat bekas
suntikan menggunakan kapas alkohol (tetapi jangan
menggosoknya)
Pasca Penyuntikan
18 Membilas spuit dengan larutan klorin 0,5% sebelum dibuang ke
safety box
19 Membereskan alat dan membuang sampah habis pakai ke
tempatnya
20 Mencuci tangan dengan air dan sabun, mngeringkannya dengan
handuk/lap bersih
21 Mengisi Kartu Peserta KB dan menyerahkan kepada klien
22 Memberitahu tanggal suntik kembali
Score : 44
C TEKNIK
1 Melaksanakan secara sistematis
2 Melaksanakan komunikasi selama tindakan
56
57
3 Memberikan umpan balik
4 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 8
Total Score : 62
NILAI AKHIR = (Total Score/62) x 100
58
Materi VII
KONTRASEPSI
IMPLANT
A. Profil
1. Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau implanon.
2. Nyaman.
3. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.
4. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
5. Kesuburan segera kembali setelah dicabut.
6. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.
7. Aman dipakai pada masa laktasi.
B. Jenis
1. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik berrongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm,
yang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,
yang diisi dengan 68 mg 3-keto-degestel dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
C. Cara Kerja
1. Lendir serviks menjadi kental.
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
3. Mengurangi transportasi sperma.
4. Menekan ovulasi.
D. Keuntungan Kontrasepsi
1. Daya guna tinggi, efektivitas tinggi (0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3. Pengebalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
4. Tidak memerlukan pemeriksaaan dalam.
5. Bebas dari pengaruh estrogen.
59
6. Tidak mengganggu kegiatan senggama.
60
7. Tidak mengganggu ASI.
8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
E. Keuntungan Nonkontrasepsi
1. Mengurangi nyeri haid.
2. Mengurangi jumlah darah haid.
3. Mengurangi/memperbaiki anemia.
4. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
6. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
7. Menurunkan angka kejadian endometriosis.
F. Keterbatasan
1. Pada kebanyakan klien dapat menyebarkan perubahan pola haid berupa pendarahan bercak (spotting),
hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
2. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan/penurunan berat badan.
c. Nyeri peyudara.
d. Perasaan mual.
e. Pening/pusing kepala.
f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
g. Membutuhkan tindak pembedahan minor atau untuk insersi dan pencabutan.
h. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan,
akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
j. Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (sifampisin) atau obat
epilepsy (fenitoin dan barbiturate).
k. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan pertahun).
62
5. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja.
6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat
dilakukan setiap saat asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya suntikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
tersebut. Tidak perlu metode kontrasepsi lain.
8. Bila kontrasepsi sebelumnya non hormonal (kecuali AKDR) dank lien ingin menggantinya dengan
norplant, insersi norplant dapat dilakukan setiap saat, asal diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu
menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
9. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dank klien ingin menggantinya dengan implant, norplant
dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7
hari atau gunakan metoda kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
10. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.
63
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
64
13. Spuit
14. Trokar dan mandrin/pendorongnya
15. Skalpel
16. Bisturi
17. Kassa pembalut
18. Band aid
19. Kassa steril
20. Kapas
21. Alkohol
22. Klem penjepit/mosquito
23. Pinset
24. Template/pola
25. Tempat cuci tangan
26. Handuk/lap bersih
27. Sabun cuci tangan
28. Tempat sampah
29. Larutan klorin 0,5%
30. Safety box
65
66
9. Dekontaminasi spuit setelah dipakai dengan diisi larutan klorin 0,5%
untuk mencegah kontaminasi petugas
Referensi 1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
2. Buku Panduan Pelatihan Klinik Teknologi Kontrasepsi Terkini
(Contraseption Technology Update)
67
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN PEMASANGAN KB IMPLANT
68
a. Tunjukkan dimana dan bagaimana implant dipasang
b. Jelaskan bagaimana proses kerja implant dan efektifitasnya
c. Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang
mungkin akan dialami
d. Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh klien
10 Diskusikan kebutuhan, pertimbangan, dan kekhawatiran klien dengan
sikap yang simpatik
11 Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
Bila Klien Memilih Implant
12 Telitilah dengan seksama untuk meyakinkan bahwa klien tidak memiliki
kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan masalah (lengkapi rekam medik)
69
70
21 Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi
22 Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci
lengannya sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya
sehingga tidak ada sisa sabun
23 Bantu klien naik ke meja periksa
24 Letakkan kain yang bersih dan kering di bawah lengan klien dan atur
posisi lengan klien dengan benar
25 Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm di atas lipatan siku
26 Beri tanda atau pola pada tempat pemasangan dengan pola kaki segitiga
terbalik untuk memasang dua kapsul implant
71
72
30 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
31 Pakai sarung tangan steril atau DTT, bila sarung tangan diberi bedak,
hapus bedak dengan menggunakan kassa yang telah dicelupkan ke dalam
air steril atau DTT
32 Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan
33 Hitung jumlah kapsul untuk memastikan lengkap 2 buah
34 Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan ke arah luar
secara melingkar dengan diameter 10 – 15 cm dan biarkan kering
35 Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT di sekeliling lengan klien
73
74
hingga mencapai lapisan subdermal
40 Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut 45OC
hingga mencapai lapisan subdermal kemudian luruskan trokar sejajar
dengan permukaan kulit
41 Ungkit kulit dan dorong trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1
(pada pangkal trokar) tepat berada pada luka insisi
42 Keluarkan pendorong
43 Masukkan kapsul yang pertama ke dalam trokar dengan tangan atau dengan
pinset, tadahkan tangan yang lain di bawah kapsul sehingga dapat
menangkap kapsul bila jatuh
44 Memasukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung dari trokar
sampai terasa adanya tahanan
75
76
46 Sambil menahan ujung kapsul di bawah kulit, tarik trokar dan
pendorongnya secara bersama – sama sampai batas tanda 2 (pada
ujung trokar) terlihat pada luka insisi
47 Kemudian belokkan arah trokar ke samping dan arahkan ke sisi lain dari
kaki segitiga terbalik (imajiner), dorong trokar dan pendorongnya hingga
tanda 1 berada pada luka insisi
77
78
pada kulit
56 Beri petunjuk pada klien cara merawat luka dan jelaskan bila ada nanah atau
perdarahan atau kapsul keluar dari luka insisi maka ia harus
segera kembali ke klinik
57 Masukkan klorin dalam tabung suntik dan rendam alat suntik tersebut
dalam klorin selama sepuluh menit
58 Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin selama sepuluh menit
untuk dekontaminasi, pisahkan trokar dari pendorongnya
59 Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ketempatnya (kasa,
kapas, sarung tangan/alat suntik sekali pakai)
60 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin, kemudian buka dan rendam selama sepuluh menit
61 Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain
bersih
62 Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien
pulang
Konseling Pasca Pemasangan
63 Lengkapi rekam medik dan gambar posisi implant
64 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek
samping
65 Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
66 Ingatkan kembali masa pemakaian implant (2 batang) untuk 3 tahun
67 Yakinkan pada klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik, atau bila menginginkan
mencabut kembali implant tersebut
68 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
79
80
69 Jawab semua pertanyaan klien
Score : 138
C TEKNIK
1 Melaksanakan tindakan secara sistematis
2 Melaksanakan tindakan secara aseptik dan antiseptik
3 Menunjukkan rasa empati pada klien
4 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 8
Total Score : 156
NILAI AKHIR = (Total Score/156) x 100
81
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN PENCABUTAN IMPLANT
82
lengannya sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya
sehingga tidak ada sisa sabun
10 Bantu klien naik ke meja periksa, letakka kain yang bersih dan kering di bawah
lengan klien dan atur posisi lengan klien dengan benar
11 Raba kapsul untuk menentukan lokasi tempat insisi guna mencabut kapsul
untuk memperhitungkan jarak yang sama dari ujung akhir semua kapsul
83
18 Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT di sekeliling lengan klien
84
85
bawa ke arah insisi
86
87
7) Dorong ujung kranial kapsul tersebut sehingga ujung
kaudal muncul keluar (pop out) dan dapat ditarik keluar
melalui luka insisi
8) Taruh kapsul pada mangkok yang berisi larutan klorin
0,5% dan lakukan langkah yang sama untuk kapsul kedua
C. Pencabutan Kapsul dengan Teknik U
1) Suntikkan anestesi lokal (0,3 cc) intrakutan di tempat insisi
dan 1 cc subdermal di bawah ujung kapsul (¼ panjang
kapsul)
2) Uji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit
3) Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 1 dan 2
lebih kurang 3 mm dari ujung kapsul dekat siku
4) Lakukan insisi vertikal di sekitar 3 mm dari ujung kapsul
(setelah ditampilkan dengan melakukan infiltrasi Lidokain
1% pada bagian bawah ujung kapsul)
5) Jepit batang kapsul pada bagian yang sudah diidentifikasi
menggunakan klem „U‟ (klem fiksasi) dan pastikan jepitan ini
mencakup sebagian besar diameter kapsul
88
89
tepi kedua sisi klem (lengkung atas) sehingga ujung kapsul
dapat dijepit dengan klem diseksi
9) Jepit ujung kapsul sambil melonggarkan jepitan klem
fiksasi pada batang kapsul
10) Tarik keluar ujung kapsul yang dijepit sehingga seluruh batang
kapsul dapat dikeluarkan. Letakkan kapsul yang sudah dicabut
pada mangkok. Lakukan langkah yang
sama pada kapsul kedua
Tindakan Pasca Pencabutan
20 Setelah seluruh kapsul tercabut, menghitung jumlah kapsul untuk
memastikan seluruh kapsul telah tercabut dan perlihatkan pada klien
21 Perlihatkan kedua kapsul tersebut pada klien
22 Rapatkan kedua tepi luka insisi dan tutup dengan band-aid
90
91
atau wadah sampah medic
28 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 10%, buka dan rendam selama sepuluh menit
92
93
Materi VIII
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
A. Profil
1. Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang
2. Haid menjadi lebih lama dan banyak.
3. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
4. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
5. Tidak boleh dipakai oleh perempuan terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).
B. Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4. Kemungkinan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
C. Keuntungan
1. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi (kegagalan 1 dalam 125-170 kehamilan)
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metoda jangka panjang.
4. Tidak mempengaruhi hubungan.
5. Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
6. Tidak ada efek samping hormonal.
7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
9. Dapat digunakan sampai menopause.
10. Tidak ada interaksi dengan obat.
D. Kerugian
1. Efek samping yang umum terjadi :
a. Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama)
94
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan anatr menstruasi
d. Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain :
a. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan.
5. Penyakit Radang Pnanggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali
perempuan takut selama pemasangan.
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1-2 hari.
8. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri.
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui.
10. Perempuan harus memeriksakan benang dari waktu ke waktu.
95
7. Penderita penyakit hati atau empedu, DM.
8. Penyakit Tiroid, Malaria, Epilepsi, nonpelvik TBC.
G. Waktu Pemasangan
1. Setiap waktu dalam siklus haid, dapat dipastikan klien tidak hamil.
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan.
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
96
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
97
13. Kassa
14. Lampu sorot
15. Cooper T 380A IUD
16. Bak instrument
17. Penjepit buaya
18. Tempat cuci tangan
19. Handuk/lap bersih
20. Sabun cuci tangan
21. Tempat sampah
22. Larutan klorin 0,5%
Keselamatan Kerja 1. Patuhi prosedur kerja
2. Pastikan klien telah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
tindakan yang akan dilakukan
3. Dapatkan persetujuan klien secara lisan maupun tulisan sebelum
melakukan tindakan
4. Selama melakukan tindakan, perhatikan privasi, kenyamanan dan
keadaan klien
5. Sebelum melakukan tindakan, pastikan semua alat yang digunakan dalam
keadaan siap pakai
6. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh
petugas
7. Sebelum dan selama tindakan perhatikan prinsip pencegahan infeksi
8. Lakukan semua prosedur tindakan secara hati – hati
Referensi Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
98
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN PEMASANGAN AKDR
99
12 Tanyakan tujuan reproduksi (KB) yang diinginkan (apakah klien ingin
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
13 Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien, yang mungkin menentang
penggunaan salah satu metode KB.
14 Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang simpatik.
15 Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
16 Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping AKDR Cu T 380 A,
sampai benar-benar dimengerti oleh klien
Konseling Pra-Pemasangan & Seleksi Klien
17 Lakukan seleksi klien (anamnesis) secara cermat untuk memastikan tidak ada
masalah kesehatan untuk menggunakan AKDR
Riwayat kesehatan reproduksi :
a. Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola perdarahan haid
b. Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
c. Riwayat kehamilan ekopik
d. Nyeri yang hebat setiap haid
e. Anemia yang berat (Hb < 9 gr% atau Hematokrit <30)
f. Riwayat Infeksi Sistem Genitalia (ISG), Penyakit Menular Seksual
(PMS) atau infeksi panggul
g. Berganti-ganti pasangan (resiko ISG tinggi)
h. Kanker serviks
18 Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan
jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
Pemeriksaan panggul
19 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area
genitalia dengan menggunakan sabun dan air
20 Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan kain
bersih
21 Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan
22 Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan
100
101
lainnya di daerah supra pubik
102
34 Lakukan pemeriksaan rektovaginal (bila ada indikasi):
a. Kesulitan menentkan besar uterus retoversi
b. Adanya tumor pada Kavum Douglasi
35 Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%,
kemudian buka secara terbalik dan rendam dalam klorin
Tindakan Pra Pemasangan
36 Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk
mengajukan pertanyaan
37 Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A di dalam kemasan sterilnya : a.Buka
bagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang
b.Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak
steril
c. Letakkan kemasan pada tempat yang datar
d.Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR
e. Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke
pangkal lengan sehingga lengan akan melipat
f. Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung
inserter dari bawah lipatan lengan
g. Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan
lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut kedalam tabung inserter
103
40 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali
42 Masukkan sonde uterus dengan teknik “tidak menyentuh” (no touch technique)
yaitu secara hati-hati memasukkan konde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk
tanpa menyentuh dinding vagina ataupun speculum
104
105
dengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum,
masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh
serviks atau sampai terasa adanya tahanan.
47 Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
48 Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap
menahan pendorong
49 Keluarkan pendorong, kemudan tabung inserter didorong kembali ke
serviks sampai leher biru menyentuh serviks sampai terasa adanyan tahanan
50 Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-
4 cm
106
107
Konseling Pasca Pemasangan
60 Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan
harus dilakukan
61 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
62 Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk control
63 Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
64 Yakinkan klien bahwa ia dapat dating ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medic atau bila menginginkan AKDR tersebut
dicabut
65 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
66 Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien
Score : 122
C TEKNIK
67 Melaksanakan tindakan secara sistematis
68 Melaksanakan tindakan secara aseptik dan antiseptik
69 Menunjukkan rasa empati pada klien
70 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 8
Total Score : 140
NILAI AKHIR = (Total Score/140) x 100
108
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PENCABUTAN AKDR
109
klorin 0,5%
14 Membuang bahan – bahan yang sudah tidak dipakai lagi ke
tempat yang disediakan
15 Melepas dan merendam sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% dalam posisi terbalik
16 Cuci tangan dengan air dan sabun, mengeringkan dengan handuk
bersih
17 Memberitahukan kepada klien bahwa tindakan telah selesai
dilakukan
Score : 52
C TEKNIK
1 Melaksanakan tindakan secara sistematis
2 Melaksanakan tindakan secara aseptik dan antiseptik
3 Menunjukkan rasa empati pada klien
4 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 8
Total Score : 70
NILAI AKHIR = (Total Score/70) x 100
110
Materi IX
KONTRASEPSI MANTAP
A. Profil
1. Sangat efektif dan permanen
2. Tidak ada efek samping
3. Tindak pembedahan yang aman dan sederhana
4. Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan
5. Vasektomi efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
B. Mekanisme Kerja
1. Tubektomi dilakukan dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2. Vasektomi adalah prosedur kliniki untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan
oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi.
C. Kelebihan
1. Permanen dan sangat efektif
2. Tidak ada efek samping jangka panjang
3. Tidak mengganggu hubungan seksual
4. Baik bagi pasangan yang memiliki resiko kesehatan yang serius apabila terjadi kehamilan
5. Tidak mempengaruhi proses menyusui
6. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
D. Keterbatasan
1. Harus ada pembedahan minor
2. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak
3. Sulit untuk mengembalikan kesuburan
111
E. Syarat Mengikuti Kontrasepsi Mantap
1. Sukarela
Klien telah mengerti dan memahami segala akibat prosedur kontrasepsi mantap selanjutnya
memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri, telah mendapat persetujuan dari pasangan untuk
mengisi dan menandatangani informed concent (persetujuan tindakan).
2. Bahagia
Klien terikat dalam perkawinan yang syah, bahagia, dan harmonis, serta telah mempunyai jumlah
anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil minimal 2 tahun
3. Sehat
Klien terikat dalam perkawinan yang syah, bahagia, dan harmonis, serta telah mempunyai jumlah
anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil minimal 2 tahun
112
STANDART OPERATING PROSEDURE
( )
77
Modul Praktikum KB dan Pelayanan Kontrasepsi
113
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN PELAYANAN KONSELING PRA
VASEKTOMI/TUBEKTOMI
114
2 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
3 Percaya diri
4 Tanggap terhadap reaksi klien
5 Mendokumentasikan hasil konseling yang telah dilakukan
Score : 10
Total Score : 44
NILAI AKHIR : (Total Score/44) x 100
115
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN KONSELING PASCA VASEKTOMI (MOP)
116
10 Memberikan penjelasan bahwa klien boleh bersenggama setelah tidak
merasa sakit (hari ke 2 – 3), namun untuk mencegah kehamilan,
pakailah kondom atau kontrasepsi lain selama 3
bulan atau sampai ejakulasi 15 – 20 kali
11 Memberikan penjelasan kepada klien agar periksa sperma 3
bulan pasca vasektomi atau setelah 15 – 20 kali ejakulasi
12 Menjelaskan pada klien jika terasa nyeri minum analgetik 1 – 2
tablet setiap 4 – 5 jam
13 Menjelaskan datang untuk kontrol bila mengalami perdarahan
luka operasi dan atau demam
14 Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
15 Melakukan evaluasi : meminta klien untuk menjelaskan kembali
informasi yang telah diberikan
16 Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
berikutnya
Score : 32
C TEKNIK
1 Teruji menjelaskan secara sistematis
2 Teruji melaksanakan komunikasi selama tindakan
3 Memberikan umpan balik
4 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 8
Total Score : 50
NILAI AKHIR = (Total Score/50) x 100
117
RATING SCALE BELAJAR KETERAMPILAN KONSELING PASCA TUBEKTOMI (MOW)
118
minggu
8 Menjelaskan pada klien jika terasa nyeri minum analgetik 1 – 2
tablet setiap 4 – 5 jam
9 Menjelaskan datang untuk kontrol bila mengalami perdarahan
luka operasi dan atau demam
10 Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
11 Melakukan evaluasi : meminta klien untuk menjelaskan kembali
informasi yang telah diberikan
12 Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
berikutnya
Score : 24
C TEKNIK
1 Teruji menjelaskan secara sistematis
2 Teruji melaksanakan komunikasi selama tindakan
3 Memberikan umpan balik
4 Mendokumentasikan hasil tindakan
Score : 8
Total Score : 42
NILAI AKHIR = (Total Score/42) x 100
119
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara, Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL
Depkes RI, 2008. Skrining kanker Leher Rahim Dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Hartanto,
Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Pedoman
Bagi Tenaga Kesehatan.
P2KS-DIY. 2009. Langkah Baku Pemasangan – Pencabutan AKDR dan Implant. Yogyakarta : RSUP Dr.
Sarjito.
Saryono, dkk. 2009. Perawatan Payudara Cetakan Medika. Yogyakarta : Mitra Cendika
Setiati, Eni, 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta : C.V Andi Offset
120