Proposal Terapi Bermain-1
Proposal Terapi Bermain-1
Proposal Terapi Bermain-1
Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Profesi Ners
Keperawatan Anak
Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryanti dkk pada tahun 2012
di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga mengenai Pengaruh
Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan
Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah membuktikan
terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan yang dialami anak sebelum
dilakukan terapi bermain (mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukan
terapi bermain (mewarnai dan origami) yaitu dengan p value = 0,001
signifikan α = 0,05 sehingga terapi bermain (mewarnai dan origami) dapat
menurunkan tingkat kecemasan anak usia pra sekolah, dari tingkat
kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Hasil permainan ini diharapkan anak tidak merasa cemas lagi ketika
bertemu dengan perawat dan menambah daya evektivitas anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1Definisi pertumbuhan
seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-
protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau
sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan,
tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan
fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan
dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan
perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik,
intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan
individu.
antara satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung pada
antaranya :
Faktor heriditer pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan
kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan
sifat dan sikap tubuh seperti temperamen. Faktor ini dapat ditentukan dengan
adanya intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas
lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak
potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya.
Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor
mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan
anoksia embrio.
keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua.
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang
lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat
tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan
d. Faktor Nutrisi
proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat
gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan
tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.
e. Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak
dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah.
Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi
perlambatan.
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak
d. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap
organ.
Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang dibagi menjadi 3 yaitu:
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi
organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler
yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada
proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas.
a. Masa Pranatal
2) Masa remaja
2.2.1Pertumbuhan Fisik
kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan.Berat badan bayi 0-6 bulan
a) Lahir : 3,25 kg
BBI = ( umur(tahun) x 2) + 8
Berat badan normal diperoleh dengan cara menambah dan mengurangi 10%
dari BBI.
(4) Body massa indeks
BMI = BB
(TB)2
Keterangan:
Tinggi badan rata-rata lahir adalah 50 cm. secara garis besar, tinggi badan
1) Lahir : 50 cm
2) 1 tahun : 75 cm
a. Lingkar Kepala
2.3.1 Definisi
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap
hari secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi
optimal. Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan
lainnya sehingga hal tersebut memberikan kebebasan bermain untuk anak sehingga
orang tua dapat mengetahui suasana hati si anak. Oleh karena itu dalam memilih alat
bermain hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak sehingga dapat
merangsang perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat
di rumah sakit, aktifitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan dengan
kondisi anak.
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain
2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di
rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
a. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa
b. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa. Kategori ini
Kedua kategori bermain ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang
a. Menurut isinya
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3) Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
1) Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
2) Paralel play
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi
dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
3) Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4) Cooperatif play
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
b. Perkembangan kognitif
c. Kreatifitas
f. Perkembangan moral
g. Terapi
h. Komunikasi
Bermain adalah salah satu alat komunikasi bagi anak yang belum dapat
mempunyai keinginan untuk bermain, namun apabila anak mulai lelah atau bosan maka
b. Waktu
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf
perkembangan anak.
Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain dihalaman atau
ditempat tidur.
f. Terapi bermain
Anak harus yakin bahwa anak mempunyai teman bermain. Kalau anak bermain
sendiri, maka anak anak kehilangan kesempatan belajar dari teman-temanya. Akan
tetapi kalau anak terlalu banyak bermain dengan anak yang lain, maka anak tidak
mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan
kebutuhanya sendiri.
g. Reward
Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan
sebuah permainan.
Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnta kalau anak tidak tahu
Kalau anak tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain yang dapat
Penelitian Terdahulu
penelitan ini adalah quasi eksperimen dengan desain pre test and post test
BAB III
DESKRIPSI KASUS
Waktu : ± 15 menit
Identitas Anak
Nama Anak :
Umur :
Tanggal Pelaksanaan :
A. Latar Belakang
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau
kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan
bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan
lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk
belajar mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap,
perasaan dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk
belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses
yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari
proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain
pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun
gagasan yang cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak
mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress,komunikasi,
dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka belajar
tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam
pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan temannya, mengapa
mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan
harus mengalami hospitalisasi. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat
bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua,
bermaksud untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk membantu anak
terhindar dari stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang mengancam pertumbuhan
dan penyakit.
7. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing.
kreativitas,dan sosio-emosional.
D. Jenis Permainan
a. Buku gambar
b. Alat tulis
c. pensil warna
F.Cara bermain :
bermain
G. Manfaat Bermain
H. Pelaksanaan
Waktu : ± 15 menit
Ruangan. : Dahlia
I. Pengorganisasian
D. Metode : Demonstrasi
E. Setting
Keterangan:
: observer
: peserta
: pasilitator
: tempat tidur
: pelaksana
K. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
dan teratur
c.80% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir.
3. Evaluasi Hasil