Proposal Terapi Bermain-1

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK PADA USIA 6-12 TAHUN DI

RUANGAN DAHLIA RS SEMBIRING DELI TUA


TAHUN 2022

Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Profesi Ners
Keperawatan Anak

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
T.A 2022/2023

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh


dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan
penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah
sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat- alat, bau yang khas, pakaian
putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien
anak, atau pun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri (Supartini,
2014). Reaksi yang ditunjukkan oleh anak yang menjalani hospitalisasi/
rawat inap umumnya tidak koopertif saat dilakukan perawatan. Hal
tersebut dapat terjadi karena anak menghadapi sesuatu yang baru yang
belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman,
perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang
dirasakan menyakitkan (Gerungan, N., 2020).

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2018


bahwa 3%-10% pasien anak yang di rawat di Amerika Serikat mengalami
stress dan kecemasan selama hospitalisasi. Sekitar 3%-7% dari anak usia
sekolah yang di rawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa, 5%-10%
anak yang di hospitalisasi di Kanada dan Selandia Baru juga mengalami
tanda stress dan kecemasan selama di hospitalisasi (American Academy of
Pediatrics (2016).

Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari


jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia. Sehingga didapat
peningkatan hospitalisasi pada anak menurut Data Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2018 angka rawat inap atau hospitalisasi anak di
Indonesia naik sebesar 13% dibandingkan tahun 2017 (Badan Pusat
Statistik, 2018).

Terapi bermain menggambar merupakan salah satu alternatif yang


dapat digunakan dalam terapi bermain guna meningkatkan stimulasi dan
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi selama di rawat. Terapi
bermain menggambar merupakan kategori bermain aktif yang sifatnya
konstruksi karena pada permainan ini anak berperan secara aktif,
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri yaitu
anak melakukan permainan dengan menggunakan energi dan inisiatif yang
muncul dari anak sendiri. Dengan melakukan permainan menggambar
diharapkan anak dapat meningkatkan perkembangan sensori motorik,
mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menggambar
sesuai apa yang diinginkan serta sebagai alat komunikasi terutama bagi
yang belum dapat mengatakan secara verbal (Andriana D., 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryanti dkk pada tahun 2012
di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga mengenai Pengaruh
Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat Kecemasan
Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah membuktikan
terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan yang dialami anak sebelum
dilakukan terapi bermain (mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukan
terapi bermain (mewarnai dan origami) yaitu dengan p value = 0,001
signifikan α = 0,05 sehingga terapi bermain (mewarnai dan origami) dapat
menurunkan tingkat kecemasan anak usia pra sekolah, dari tingkat
kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan.

Untuk memenuhi kebutuhan anak yang dihospitalisasi sangatlah


penting bagi perawat anak untuk memiliki pengetahuan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak pada seluruh kelompok usia. Selain
itu, perawat juga harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara
mendekati anak dan berinteraksi dengan mereka, serta cara agar mereka
kooperatif terhadap pengobatan yang diberikan.Dengan terapi bermain
dan kerja sama orang tua yang baik, maka dapat meminimalkan atau
menurunkan stress pada anak selama dirawat.

Berdasarkan paparan masalah tersebut tujuan dalam penelitian ini


adalah untuk mengetahui Efektivitas Terapi Menggambar
TerBermainhadap Kecemasa Anak Usia Sekolah 6-12 Tahun Di Ruang
Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Konawe.
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas "EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN


MENGGAMBAR TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH 6-
12 TAHUN DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT Umum
Sembiring Tahun 2022".

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

untuk mengetahui Efektivitas Terapi Bermain Menggambar Terhadap


Kecemasan Anak Usia Sekolah 6-12 Tahun Di Ruang Perawatan Anak
Rumah Sakit Umum Sembiring

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi efektivitas terapi bermain menggambar terhadap


kecepasan anak usia sekolah 6-12 tahun diruangan perawatan anak
di rumah sakit Sembiring
2. Mengidentifikasi kecemasan anak di usia sekolah 6-12 tahun
diruangan perawatan anak di rumah sakit Sembiring
3. Untuk menganalisa hubungan efektivitas terapi bermain
menggambar terhadap kecepasan anak usia sekolah 6-12 tahun
diruangan perawatan anak di rumah sakit Sembiring

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi keperawatan

Hasil permainan terapi keperawatan anak ini diharapkan menjadi bahan


untuk meningkatkan efektivitas terapi bermain menggambar terhadap
kecepasan anak usia sekolah 6-12 tahun diruangan perawatan anak di rumah
sakit Sembiring

1.4.2 Bagi anak

Hasil permainan ini diharapkan anak tidak merasa cemas lagi ketika
bertemu dengan perawat dan menambah daya evektivitas anak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuh Kembang

2.1.1Definisi pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di

seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-

protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau

sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan,

tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan

fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan

dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.

Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu

secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan

mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun

spiritual (Supartini, 2000).

Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan

bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas


seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan

pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis

dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi

perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik,

intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan

bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan

kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung.

Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap

aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ

individu.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda

antara satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung pada

individu dan lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor di

antaranya :

a. Faktor heriditer/ genetik

Faktor heriditer pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada

individu yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan

secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,

psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000) merupakan faktor keturunan


secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak dapat berubah

sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa karkteristik seperti jenis

kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan

sifat dan sikap tubuh seperti temperamen. Faktor ini dapat ditentukan dengan

adanya intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas

jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan

tulang. Potensi genetik yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi dengan

lingkungan yang positif agar memperoleh hasil yang optimal.

b. Faktor Lingkungan/ eksternal

Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai

lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak

potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Lingkungan prenatal (faktor lingkungan ketika masih dalam kandungan)

Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor

mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan

anoksia embrio.

2) Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran)

Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :

a) Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan kesehatan,

penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.

b) Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi.


c) Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman sebaya, stress,

sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua.

d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau pendapatan

keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua.

c. Faktor Status Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang

lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat

tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan

dalam status ekonomi yang rendah.

d. Faktor Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan

proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat

gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan

tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.

e. Faktor kesehatan

Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak

dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah.

Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi

perlambatan.

1. Ciri-ciri Tumbuh kembang

Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai

dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu :


a.Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas

(dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan daan lingkungan.

b.Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses

tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda.

c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak

satu dengan lainnya.

d. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap

organ.

Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Tumbuh kembang fisis

Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi

organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler

yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada

proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas.

b. Tumbuh kembang intelektual

Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan

kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti

bermain, berbicara, berhitung, atau membaca.

c. Tumbuh kembang emosional

Proses tumbuh kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi umtuk

membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta kasih.


2.1.3Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak

a. Masa Pranatal

1) Masa embrio : konsepsi – 8 minggu

2) Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir

b. Masa bayi : usia 0-1 tahun

c. Masa neonates : 0 – 28 hari

1) Masa neonates dini : 0 – 7 hari

2) Masa neonates lanjut : 8 – 28 hari

d. Masa pasca neonates : 29 hari – 1 tahun

e. Masa pra sekolah : usia 1 tahun – 6 tahun

f. Masa sekolah : usia 6 – 18 tahun

1) Masa pra remaja : usia 6 – 10 tahun

2) Masa remaja

a) Masa remaja dini

Wanita : usia 8-13 tahun

Pria : usia 10-15 tahun

b) Masa remaja lanjut

Wanita : 13-18 tahun

Pria : 15-20 tahun

2.2.1Pertumbuhan Fisik

2.2.2 Berat Badan


Berat Badan pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2

kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan.Berat badan bayi 0-6 bulan

setiap minggunya berat badan akan bertambah 140-200 gr. Sedangkan

panjangnya setiap bulannya akan bertambah 2,5 cm/bln.

1) Perkiraan berat badan dalam kilogram :

a) Lahir : 3,25 kg

b) 3-12 bulan :umur (bulan) + 9

c) 1 – 6 tahun : umur ( tahun ) x 2 + 8

d) 6 -12 tahun : umur (tahun ) x 7 – 5

e) Menghitung berat badan ideal

1) Berat badan ideal (BBI) bayi ( umur 0 – 12 bulan)

BBI = Umur ( bulan) + 4

(1) BBI anak = ( umur1 – 10 tahun )

BBI = ( umur(tahun) x 2) + 8

(2) Remaja dan dewasa

BBI = ( TB-100 ) – ( TB-100 ) X 10%

Atau BBI = ( TB-100 ) 90%

(3) Berat badan normal

Berat badan normal diperoleh dengan cara menambah dan mengurangi 10%

dari BBI.
(4) Body massa indeks

BMI = BB

(TB)2

Keterangan:

BMI < 18.5 : Berat Badan Kurang

BMI 18.5 – 24 : Normal

BMI 25 – 29 : Kelebihan Berat badan

BMI > 31 : Obesitas

2.2.3 Tinggi Badan

Tinggi badan rata-rata lahir adalah 50 cm. secara garis besar, tinggi badan

anak dapat diperkirakan sebagai berikut :

1) Lahir : 50 cm

2) 1 tahun : 75 cm

3) 2 – 12 tahun : umur ( tahun ) x 6 + 77

a. Lingkar Kepala

Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm

1) Usia 0 dan 6 bulan bertambah 1,32 cm / bulan

2) Usia 6 dan 12 tahun bertambah 0,44 cm / bulan

3) Umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm

4) Umur 1 tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm, dewasa 54 cm.


b. Lingkar Dada

Ukuran normal lingkar dada sekitar 2 cm lebih keil lingkar kepala

2.3Konsep Terapi Bermain

2.3.1 Definisi

Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap

hari secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi

anak-anak untuk belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan

kesejahteraan mental dan sosial anak.

Bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara

optimal. Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan

lainnya sehingga hal tersebut memberikan kebebasan bermain untuk anak sehingga

orang tua dapat mengetahui suasana hati si anak. Oleh karena itu dalam memilih alat

bermain hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak sehingga dapat

merangsang perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat

di rumah sakit, aktifitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan dengan

kondisi anak.

Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain

berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),

bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain

akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak,

kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di


lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,

2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial

dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak

akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang

dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah

kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginanya sendiri dan memperoleh

kesenangan. (Foster, 1989).

Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap

dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di

rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,

seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari

hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada

dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas

dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak

akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi

melalui kesenangannya melakukan permainan.

2.3.2 Kategori Bermain

Dua kategori bermain adalah sebagai berikut

a. Bermain bebas

Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa

mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.

b. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa. Kategori ini

mambatasi dan meminimalkan daya cipta anak.

Kedua kategori bermain ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang

akan memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.

2.3.3 Klasifikasi bermain

a. Menurut isinya

1) Social affective play

Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan

dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa

senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

2) Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan

bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.

3) Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak

akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.

4) Dramatika play role play

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

b. Menurut karakteristik sosial

1) Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain

yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.

2) Paralel play

Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing

mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi

dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.

Contoh : bermain balok

3) Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama

tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain

sesukanya.

4) Cooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan

terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

1. Fungsi bermain secara umum

Anak dapat melangsungkan perkembanganya antara lain

a. Perkembangan sensori motorik

Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu.

b. Perkembangan kognitif

Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk dan kegunaan)

c. Kreatifitas

Mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru.


d. Perkembangn sosial

Diperoleh dengan belajat berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari

bagaimana belajar dalam kelompok.

e. Kesadaran diri (self awareness)

Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku

terhadap orang lain.

f. Perkembangan moral

Interkasi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,

menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.

g. Terapi

Bermain merupakan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan

yang tidak enak, misalnya: marah, takut, dan benci.

h. Komunikasi

Bermain adalah salah satu alat komunikasi bagi anak yang belum dapat

mengatakan secara verbal, misalnya: menggambar, melukis, dan bermain peran.

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain

a. Energi ekstra atau tambahan

Bermain memerlukan energi tambahan, anak yang sedang sakit ringan

mempunyai keinginan untuk bermain, namun apabila anak mulai lelah atau bosan maka

anak akan menghentiklan permainannya.

b. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain,


c. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf

perkembangan anak.

d. Ruangan atau tempat untuk bermain

Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain dihalaman atau

ditempat tidur.

e. Pengetahuaan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya,

atau diberi tahu caranya.

f. Terapi bermain

Anak harus yakin bahwa anak mempunyai teman bermain. Kalau anak bermain

sendiri, maka anak anak kehilangan kesempatan belajar dari teman-temanya. Akan

tetapi kalau anak terlalu banyak bermain dengan anak yang lain, maka anak tidak

mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan

kebutuhanya sendiri.

g. Reward

Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan

sebuah permainan.

Namun terkadang keseimbangan dalam bermain kadang tidak dapat dicapai,

yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini:

a. Kesehatan anak menurun

Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.


b. Tidak ada variasi dari alat permainan

c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya

Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnta kalau anak tidak tahu

bagaimana cara menggunakannya.

d. Tidak mempunyai teman bermain

Kalau anak tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain yang dapat

dikerjakan sendiri akan terbatas.

Penelitian Terdahulu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Terapi Bermain

Menggambar Terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah 6-12 Tahun Di

Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Konawe. Jenis

penelitan ini adalah quasi eksperimen dengan desain pre test and post test

nonequivalent control group. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak

68 responden, dengan tehnik pengambilan sampel secara consecutive

sampling. Metode analisis menggunakan uji statistik paired sampel t-test.

Hasil penelitian didapatkan hasil pre-test kecemasan pada kelompok

eksperimen menunjukkan mean = 21.55 dan post-test mean = 10.09 dengan

nilai t = 13.247, sedangkan kelompok kontrol mean = 22.00 dan posttest

mean = 22.00 dengan nilai t = 0.423, sehingga kelompok eksperimen

bernilai Positif yaitu terjadi kecenderungan penurunan kecemasan anak


sesudah intervensi. Sedangkan nilai p value pre-test dan post-test pada

kelompok eksperimen 0.000 dan kelompok control 0.676 dimana nilai

signifikan (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, artinya pada kelompok

eksperimen, Terapi Bermain Menggambar efektif dalam

menurunkan Kecemasan Anak Usia Sekolah 6-12 Tahun.

BAB III

DESKRIPSI KASUS

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

Topik : Terapi Bermain

Sub Topik : permainan anak usia 0 – 28 hari (neonatus)

Tempat : ruang perawatan anak

Waktu : ± 15 menit

Identitas Anak

Nama Anak :

Umur :

Tanggal Pelaksanaan :

A. Latar Belakang
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau

kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan

bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan

lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk

belajar mandiri. Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap,

perasaan dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.

Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,

kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain

tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,

perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan

anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.

Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk

belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses

yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari

proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain

yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan

pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun

dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan

berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali

gagasan yang cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak

mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress,komunikasi,

dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka belajar
tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam

pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan temannya, mengapa

mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan

harus mengalami hospitalisasi. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat

bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua,

anak menjadi marah.

Dengan ini, untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak kita

bermaksud untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk membantu anak

terhindar dari stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang mengancam pertumbuhan

dan perkembangan anak.

B. Fungsi bermain di rumah sakit

1. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing.

2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol.

3. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan

4. Memberikan kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh, fungsinya

dan penyakit.

5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan

serta prosedur medis.

6. Member peralihan (distraksi) dan relaksasi

7. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing.

8. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengksplorasikan perasaan.


9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif

terhadap orang lain.

10. Member cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.

11. Memberi cara untuk mencapai tujuan theraupetik

C. Keterampilan Yang Diperlukan

keterampilan motorik kasar dan motorik halus, konsentrasi, ketelitian,

kreativitas,dan sosio-emosional.

D. Jenis Permainan

permainan tradisional yang dilakukan individu

E. Alat yang diperlukan

a. Buku gambar

b. Alat tulis

c. pensil warna

F.Cara bermain :

a. leader membuka acara serta menjelaskan tujuan maupun aturan

kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. leader menyerahkan permainan kepada fasilitator untuk memulai

bermain

c. fasilitator meminta sasaran untuk melakukan permainan

d. setelah semua bahan disiapkan , fasilitator mencontohkan permainan

yang akan dilakukan


e. setelah dicontohkan oleh fasilitator semua anak anak berkesempatan

menggambar apa yang diarahkan oleh fasilitator

f. fasilitator mengembalikan acara kepada leader

g. leader memberikan hadiah kepada para pemain

h. leader meminta observer untuk mengevaluasi jalannya terapi bermain

i. leader menutup acara terapi bermain.

G. Manfaat Bermain

1. mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

2. mengekspresikan perasaan nya selama menjalani perawatan

3. mengespresikan rasa senangnya terhadap permainan

4. beradaptasi dengan lingkungan sekitar

5. mempererat hubungan antara perawat dan anak

H. Pelaksanaan

Waktu : ± 15 menit

Tempat : RS. Sembiring

Ruangan. : Dahlia

I. Pengorganisasian

1. Pelaksana : Perawat (Mahasiswa)

2. Observer : 1 orang (Pembimbing)

3. Fasilitator : Orang Tua

4. Anak (Pasien) : 1 orang


C. Karakteristik peserta

 Anak usia 6-12 tahun

 Keadaan umum anak mulai membaik

D. Metode : Demonstrasi

E. Setting

Keterangan:

: observer

: peserta

: pasilitator
: tempat tidur

: pelaksana
K. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. peralatan yang memadai

b. lingkungan yang cukup memadai

c. waktu pelaksanaan terapi bermain tidak membuat sasaran bosan

2. Evaluasi proses

a.leader dapat meminpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib

dan teratur

b. fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam bermain

c.80% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai

akhir.

3. Evaluasi Hasil

a. 100% anak merasa senang dan puas

b. 75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan

3. 25 % anak menyatakan senang.

Anda mungkin juga menyukai