Satryani
Satryani
Satryani
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk di
dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau sekitar 18% dari
Jumlah remaja dengan rentang usia 10- 24 tahun pada tahun 2010 adalah
63.421.563 jiwa atau 26,7% dari total jumlah penduduk Indonesia. Mengetahui
jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa
perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara fisik, mental dan spiritual.
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dengan masa
transisi yang unik, ditandai dengan berbagai perubahan fisik dan psikis. Berbagai
perubahan yang terjadi pada remaja dapat menimbulkan permasalahan yang dapat
2012).
yang pesat baik secara fisk, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja
serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku beresiko dan mungkin
harus menggunakan akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai
masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku beresiko pada remaja
sebanyak 29% dan remaja laki-laki sebanyak 32,2%. Remaja perempuan dan
seksual untuk pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5 %.
keputusan oleh karena itu mereka memerlukan informasi yang akurat tentang
2
sistem reproduksi remaja, misalnya tentang perubahan tubuh, aktifitas seksual,
kontrasepsi, dan kehamilan (Potter & Perry, 2015). Masa remaja usia 10-19 tahun
merupakan masa yang khusus dan penting. Masa remaja diwarnai oleh
yang tabu. Misalnya sebagian besar orang tua di Indonesia masih merasa
pada anaknya yang mulai tumbuh menjadi remaja, dan anak remaja cenderung
merasa malu untuk bertanya dan bercerita tentang apa yang terjadi kepada
Kemenkes, 2012).
perkembangan kesehatan reproduksi remaja adalah orang tua (64%) dan teman
(68,4%) (Website et al., 2019). Hal ini menjadi salah satu ciri khas remaja,
dimana remaja cenderungtertutup pada orang dewasa atau orang tua namun lebih
dekat dan terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Keterbatasan akses informasi
terutama dari orang tua membuat remaja mencari akses dan mengeksplorasi
sendiri. Remaja sering kali menggunakan media internet, televisi, majalah dan
bentuk tentang reproduksi atau seksualitas. Oleh karena itu remaja memerlukan
3
akan memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ
Perubahan yang terjadi pada remaja meliputi perubahan fisik, psikis dan
timbunan lemak pada bagian badan tertentu lebih banyak, tumbuh rambut pada
psikologi meliputi ketertarikan pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, pemalu dan
yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi (Rahmah, 2017). Survei
Ada banyak penyakit akibat dari masalah kesehatan reproduksi, salah satunya
yaitu HIV/AIDS. Data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun
ke tahun. Selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai
puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data
WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di regional Asia Pasifik. Untuk
kasus AIDS tertinggi selama sebelas tahun terakhir pada tahun 2013, yaitu 12.214
kasus.
Lima provinsi dengan jumlah kasus HIV terbanyak adalah Jawa Timur, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua, dimana pada tahun 2017 kasus HIV
terbanyak juga dimiliki oleh kelima provinsi tersebut. Sedangkan provinsi dengan
jumlah kasus AIDS terbanyak lainnya adalah Jawa Tengah, Papua, Jawa Timur,
4
DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau. Kasus AIDS di Jawa Tengah adalah sekitar
22% dari total kasus di Indonesia. Tren kasus HIV dan AIDS tertinggi dari tahun
2017 sampai dengan 2019 masih sama, yaitu sebagian besar di pulau Jawa.
Lalu selanjutnya sepuluh provinsi dengan kasus AIDS terbanyak adalah Jawa
Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Kepulauan Riau, Bali, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat. Berdasarkan
grafik di atas, diketahui bahwa AIDS case rate sepuluh provinsi di atas melebihi
angka nasional sebesar 38,93. AIDS case rate tertinggi ada di tiga provinsi yaitu
Papua (653,82), Bali (177,65), dan Papua Barat (176,32). Sepuluh besar provinsi
dengan AIDS case rate tertinggi berbeda dengan sepuluh provinsi yang
Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 70,03% dan perempuan 29,97%. Kasus
Desember 2017 jumlah kasus HIV mencapai 1.739 kasus dan AIDS mencapai 734
pengobatan ARV tahun 2017 sebesar 58,62% lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar
56,87%. Hasil capaian Provinsi Bali pada tahun 2017 sudah melampaui target
Bali, 2017).
5
Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Badung tahun 2018 sebanyak 1.132
kasus. Adapun rinciannya meliputi jumlah kasus HIV sebanyak 451 kasus dan
jumlah kasus AIDS sebanyak 681 kasus. Jumlah kasus HIV dan AIDS menurut
kelompok jenis kelamin menunjukkan bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin
bahwa remaja usia 10-14 tahun sebanyak 86,3% belum mendapatkan penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi, usia 15-19 tahun sebanyak 65,8%, dan usia 20-24
tahun sebanyak 69,6%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50%
(Riskesdas, 2010).
Usia 10-14 tahun merupakan kategori kelompok umur yang paling banyak
perhatian dari semua pihak karena pada tahap ini remaja mengalami kematangan
seksual (Rahayu et al., 2011). Globalisasi informasi membawa dampak yang besar
diantaranya orang tua, sekolah dan media informasi, termasuk teman sebaya
(Ardhiyanti, 2013).
6
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu banjar desa dalung
harus cukup dalam masa pandemi covid-19, jadi penulis tertarik untuk meneliti
B. Rumusan Masalah
Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Dalung Kabupaten Badung Tahun 2021? ”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus,
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
7
a. Mengetahui karakteristik remaja meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis,
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
Tahun 2021.
b. Bagi Peneliti
8
Badung Tahun 2021. Selain itu penelitian diharapkan dapat menjadi
salah satu cara peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari
institusi pendidikan.
c. Bagi Masyarakat
2021.