Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Pernikahan usia dini adalah perkawinan yang dilakukan pada usia remaja, pada
umumnya dapat menimbulkan masalah baik secara fisiologis, psikologis maupun sosial
ekonomi (Romauli dan Vindari, 2012). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (2014), menyatakan bahwa usia siap menikah untuk laki-laki pada usia 25
Generasi Berencana (GenRe) yang dilaksanakan dengan pendekatan dari dua sisi yaitu
pendekatan kepada remaja itu sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang memiliki
dan Konseling Remaja (PIK R), sedangkan pendekatan kepada keluarga melalui
keluarga remaja setiap keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar informasi
dan bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja, meliputi kebijakan
program generasi berencana salah satunya pendewasaan usia pekawinan (Pusat Data
pengertian dan kesadaran pada remaja bahwa dalam merencanakan keluarga, remaja
kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran di
Amerika Latin dan Karibia menunjukkan bahwa 29% wanita menikah saat berusia 18
tahun. Prevalensi tertinggi kasus pernikahan usia dini di dunia terdapat di Nigeria
(79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%). Menurut Kemenkes
RI tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 37 di dunia dalam hal pernikahan usia
muda serta tertinggi kedua di ASEAN setelah kamboja. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia data pernikahan dini sudah
cukup tinggi yaitu 4,8% pada usia 10-14 tahun dan 41,9% pada usia 15-19 tahun.
Data Age Spesific Fertility Rate (ASFR) di Bali ditemukan bahwa kehamilan remaja
pada usia dini cukup tinggi. Remaja yang hamil usia < 20 tahun ditemukan sebanyak
653 jiwa, sedangkan persalinan remaja pada usia < 20 tahun sebanyak 412 jiwa. Daerah
Kabupaten Tabanan berada pada peringkat empat di Provinsi Bali dalam hal remaja
yang hamil usia < 20 tahun, sebanyak 71 jiwa dan remaja yang bersalin usia < 20 tahun
Kabupaten Tabanan pada usia < 21 tahun terdapat 1854 jiwa. Jumlah laki-laki yang
menikah usia < 21 tahun 447 jiwa dan perempuan 1407 jiwa. Data pernikahan usia <
perempuan menikah dengan pasangannya yang berusia > 21 tahun (Dinas Penduduk
dan Catatan Sipil, 2017). Hasil dari studi pendahuluan bahwa data kehamilan dan
persalinan yang cukup tinggi pada remaja yang berusia < 20 tahun tentunya akan
Pernikahan yang dilakukan dalam usia muda dapat berisiko terhadap kesehatan,
Kehamilan dan persalinan di usia yang terlalu muda berkolerasi dengan angka
kesakitan dan kematian ibu. Anak perempuan usia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat
meninggal saat hamil maupun bersalin sedangkan pada kelompok usia 15-19 tahun
risikonya meningkat dua kali lipat bila dibandingkan dengan kelompok usia 20-24
persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
ibu. Dampak yang timbul secara psikologis yaitu perceraian, karena pasangan muda
masalah yang timbul dalam perkawinan. Jika dipandang secara sosial ekonomi, pada
usia yang cukup untuk berumah tangga, seseorang akan memiliki kehidupan yang kuat
atau dorongan mencari nafkah untuk kehidupan keluarganya (Romauli dan Vindari,
2012).
Berdasarkan penelitian Pohan (2017) di Labuhanbatu Utara, status ekonomi
berpengaruh terhadap pernikahan usia dini, bahwa remaja yang status ekonominya
rendah mempunyai resiko 3,28 kali menikah dini dibandingkan dengan remaja putri
dalam persentase yang cukup (49,3%). Pengetahuan setiap individu dapat berbeda
antara satu dengan yang lainnya karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang antara lain pengalaman, usia, lingkungan dan paparan
Dilihat dari faktor-faktor penyebabnya serta resiko yang mungkin terjadi akibat
pernikahan usia dini perlu untuk dilakukan penyuluhan/edukasi kepada remaja yang
yang dapat mencakup sasaran luas. Ceramah dalam penyuluhan dapat merangsang
pikiran dan dikombinasikan dengan dialog antara pemberi ceramah dan audiens.
Sasaran penyuluhan adalah usia remaja yaitu pelajar Sekolah Menengah Atas
(SMA). Hal tersebut dikarenakan pada usia pelajar rentan terkena pengaruh buruk dari
pergaulan yang dijalaninya dan mulai muncul keinginan untuk mencoba hal baru tanpa
disadari justru menjerumuskannya kepada seks bebas yang berakibat kehamilan dan
perkawinan usia dini karena kurangnya edukasi mengenai hal tersebut (Dewi, dkk.,
2017).
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tabanan merupakan sekolah yang letaknya
di pusat Kota Tabanan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada
tanggal 20-23 Maret 2018 didapatkan informasi jumlah siswa kelas XI sebanyak 525
orang, laki-laki jumlahnya 282 orang sedangkan perempuan sebanyak 243 orang. Hasil
wawancara yang dilakukan oleh penulis di SMA Negeri 2 Tabanan pada bagian
Aids dan Narkoba (KSPAN), namun tidak semua siswa memilih ekstrakurikuler
tersebut. Hasil wawancara dengan siswa kelas XI didapatkan bahwa dari sepuluh siswa
terdapat tiga siswa yang mengetahui tentang pendewasaan usia perkawinan, sedangkan
tujuh siswa belum mengetahui tentang pendewasaan usia perkawinan, maka perlu
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik menjadikannya sebagai sebuah penelitian yang
dan Sesudah diberikan Penyuluhan pada Siswa di SMA Negeri 2 Tabanan Tahun
2018”.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini
perkawinan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada siswa di SMA Negeri 2
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis informasi dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
atau bahan kajian bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dalam
2. Manfaat praktis