Askep Sri Yuniarti
Askep Sri Yuniarti
Askep Sri Yuniarti
Dosen pengampu
Di Susun Oleh :
SRI YUNIARTI
P1914020
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada
Klien Gagal Nafas dengan Alat Bantu Mekanik (Ventilator). Penyusunan Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas dari Pak Erwin Purwanto,S.Kep.,Ners., M.kep Selaku Dosen Keperawatan
kritis di Stikes Graha Edukasi Makassar Selain itu tujuan dari penyusun makalah ini juga untuk
menambah wawasan lebih dan memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan pada
Klien Gagal Nafas dengan Alat Bantu Mekanik (Ventilator).
Saya menyadari bahwa buku ajar ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar buku ajar ini selanjutnya bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga buku ajar ini berguna untuk kita semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Pengertian..............................................................................................................................2
B. Patofisiologi...........................................................................................................................3
C. Etiologi..................................................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala...................................................................................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................6
BAB III.............................................................................................................................................8
ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................................8
A. Pengkajian.............................................................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................................12
C. Rencana Keperawatan.........................................................................................................13
D. Evaluasi...............................................................................................................................19
BAB IV............................................................................................................................................20
PENUTUP........................................................................................................................................20
A. KESIMPULAN ...................................................................................................................20
B. SARAN................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................
........................................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gagal napas adalah gangguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yang
terjadi di pertukaran gas intrapulmonal atau gagguan gerakan udara dan masuk keluar
paru. ( Hood Alsagaff, 2004:185 )
Gagal napas merupakan keadaan ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran
gas seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga mengakibatkan hipokseia dan
hiperkapnia. Dikatakan gagal napas apabila PaCO2 > 45 mmHg atau PaO2 < 55 mmHg.
( Boedi Swidarmoko, 2010 : 259 ) Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnoe)
maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi
ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator
mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan
(seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000).
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik
merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth
J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian
dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran
udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang
Setiyohadi, 2006)
B. Patofisiologi
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif . Pada pernafasan dengan
ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien,
sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal
meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
a. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan
b. Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat, dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi,
cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat
dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau
dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-
paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
C. Etiologi
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari
hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada
gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia yang
tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik.
Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum
terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan
(seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
a. Penyebab sentral:
1) Kelainan Neuromuskuler:
2) Guillian Bare syndrom
3) Tetanus
4) Trauma servikal.
5) Obat pelemas otot.
6) Kelainan jalan napas.
7) Obstruksi jalan napas.
8) Asma broncheal.
9) Kelainan di paru.
10) Edema paru, atelektasis, ARDS
11) Kelainan tulang iga / thorak.
12) Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
13) Kelainan jantung.
14) Kegagalan jantung kiri.
1. TANDA
E. Pemeriksaan Penunjang
4. EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
F. Penatalaksanaan Medis
• Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
• Inhalasi nebuliser
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik/jantung
• Pengobatan : a. Brokodilator b. Steroid
• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :28 januari 2023
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis :
Pengumpulan Data
Identitas:
Nama Pasien :An. Y.N
Usia :50 thn
Jenis Kelamin :perempuan
Alamat :patallasang makassar
Pendidikan :
Pekerjaan :petani
Agama :islam
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator.
Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
1. Survey Primery
Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine control, breathing,
circulation and hemorrhage control, disability, exposure/environment). Jalan nafas
merupakan prioritas pertama. Pastikan udara menuju paru-paru tidak terhambat.
Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera langsung, edema, benda asing dan
akibat penurunan kesadaran.
Pada survei primer, hal yang perlu dikaji adalah:
a) Dangers
Kaji kesan umum : observasi keadaan umum klien:
Bagaimana kondisi saat itu
Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
Bagaimana mengatasinya
Pastikan penolong selamat dari bahaya
Hindarkan bahaya susulan menimpa orang-orang disekitar
Segera pindahkan korban’jangan lupa pakai alat pelindung diri
b) Respons
Kaji respon / kesadaran dengan metode AVPU, meliputi :
Alert (A) : berespon terhadap lingkungan sekitar/sadar terhadap kejadian
yang dialaminya
Verbal (V) : berespon terhadap pertanyaan perawat
Paintfull (P) : berespon terhadap rangsangan nyeri
Unrespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
Cara pengkajian :
Observasi kondisi klien saat datang
Tanyakan nama klien
Lakukan penepukan pundak / penekanan daerah sternum
Lakukan rangsang nyeri misalnya dengan mencubit
c) Airway (Jalan Napas)
Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)
Buka jalan nafas, yakinkan adekuat
Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan
teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma
Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut
Suctioning bila perlu
d) Breathing (Pernapasan)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada
pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan
nafas atau tidak
e) Circulation (Pendarahan)
Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress,
Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
Perhatikan tan da-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time,
nadi, sianosis, pulsus arteri distal
2. Survey Sekundary
Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan
mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai
kaki (head to toe) Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah
memulai fase resusitasi. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara
cepat untuk menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan.
Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas pra RS, keluarga, atau korban
lain.
Pada survei sekunder, hal yang perlu dikaji, meliputi :
a) Disability
Ditujukan untuk mengkaji kondisi neurimuscular klien :
Keadaan status kesadaran lebih dalam (GCS)
Keadaan ekstremitas (kemampuan motorik dan sensorik)
b) Eksposure
Melakukan pengkajian head to toe pada klien, meliputi :
1) Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh (Posisi saat ditemukan, Tingkat
kesadaran, Sikap umum, keluhan, Trauma, kelainan, Keadaan kulit).
2) Pemeriksaan Kepala dan Leher:
a. Raut Muka
Bentuk muka : bulat, lonjong, dan lain-lain
Ekspresi muka : tampak sesak, gelisah, kesakitan
Tes syaraf : menyeringai, mengerutkan dahi, untuk memeriksa nervus
V, VII.
b. Bibir
Biru ( sianosis )
Pucat ( anemia )
c. Mata
Konjungtiva : Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/
selaput lendir) pada endokarditis bacterial
Skela: Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit hati,
dan lain-lain
Kornea: Arkus senilis ( garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea )
berhubungan dengan peningkatan kolesterol/ penyakit jantung
koroner.
Eksopthalmus: Berhubungan dengan tirotoksikosis
d. Pemeriksaan dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri
tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi,
suara nafas
e. Pemeriksaan perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
f. Pemeriksaan tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
g. Pemeriksaan pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
h. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak,
denyut nadi, warna luka
Pengkajian Peralatan:
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator berfungsi dengan
tepat dan bahwa pengesetannya telah dibuat dengan tepat. Meski perawat tidak benar-
benar bertanggung jawab terhadap penyesuaian pengesetan pada ventilator atau
pengukuran parameter ventilator (biasanya ini merupakan tanggung jawab dari ahli terapi
pernapasan). Perawat bertanggung jawab terhadap pasien dan karenanya harus
mengevaluasi bagaimana ventilator mempengaruhi status pasien secara keseluruhan.
B. Diagnosa Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dibawah ini disusun dalam rangkaian diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan dan kriteria
hasil tindakan.
4. Cemas berhubungan Setelah dilakukakan tindakan 1. identifikasi saat tingkat 1. untuk mengetahui kapan
dengan penyakit kritis, keperawatan selama 1x8 jam cemas meningkat cemas klien meningkat
takut terhadap kematian diharapkan kondisi cemas 2. monitor tanda-tanda cemas 2. agar mengetahui apa saja
klien menurun dengan KH : 3. pahami situasi yang tanda cemas klien baik verbal
1. Klien tidak lagi gelisah membuat ansietas maupun non verbal
2. Klien tidak lagi tegang 4. kolaborasi pemberian obat 3. untuk menghindarkan klien
3. Pola tidur membaik ansietas dari situasi yang membuatnya
4. Ttv berada dalam batas (I.09314) cemas
normal 4. jika perlu dalam pemberian
(L.09093) obat ansietas
5. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kecepatan, 1. Untuk mengetahui
verbal berhubungan keperawatan selama 1x8 jam tekanan, volume, dan bagaimana peningkatan
dengan pemasangan diharapkan kemampuan verbal diksi bicara komunikasi verbal
selang ETT klien meningkat. KH : 2. Monitor frustasi, klien
1. Respon perilaku membaik marah, depresi 2. Untuk mengetahui
2. Pemahaman komunikasi 3. Identifikasi perilaku tingkat emosional klien
klien semakin membaik emosional dan fisik 3. Agar mengetahui apa
3. Kemampuan mendengar sebagai bentuk yang dirasakan klien
meningkat komunikasi
(L.13.118) (I.13492)
6. Resiko tinggi komplikasi Setelah dilakukan tindakan 1. monitor tanda dan gejala 1. untuk mengetahui tanda dan
infeksi saluran nafas keperawatan selama 1x8 jam infeksi lokal dan sistemik gejala infeksi
berhubungan dengan diharapkan infeksi klien 2. batasi jumlah pengunjung 2. gunanya mengurangi infeksi
pemasangan selang ETT berkurang dengan KH : 3. monitor ttv klien 3. agar ttv klien tetap dalam
1. Klien tidak lagi demam 4. jelaskan tanda dan gejala batas normal
2. Nyeri klien berkurang infeksi 4. agar klien lebih paham
3. Bengkak klien menurun (I.14539) mengenai tanda dan gejala
4. Kadar sel darah putih infeksi yang sedang berada
membaik dalam tubuhnya
(L.14137)
7. Resiko tinggi cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebutuhan 1. untuk mengetahui kebutuhan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam keselamatan klien apa saja yang diperlukan untuk
penggunaan ventilasi diharapkan keparahan cedera 2. Monitor perubahan keselamatan klien
mekanik, selang ETT, menurun dengan KH : status keselamatan 2. agar mengetahui jika ada
ansietas, stress 1. Nafsu makan klien lingkungan klien perubahan status keselamatan
meningkat 3. Sediakan alat bantu lingkungan klien
2. Gangguan mobilitas klien keamanan 3. untuk mengurangi resiko
menurun 4. Fasilitasi relokasi ke cedera pada klien
3. Ttv dalam batas normal lingkungan yang aman 4. agar klien dapat istirahat
4. Ekspresi wajah (I.14513) dengan nyaman
kesakitan menurun
(L.14136)
8. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identrifikasi lokasi 1. untuk mengetahui dimana
dengan penggunaan keperawatan selama 1x8 jam nyeri tempat nyeri yang dirasakan
ventilasi mekanik, diharapkan klien tidak 2. Identifikasi skala nyeri klien
letak selang ETT merasakan nyeri lagi dengan 3. Identifikasi respon non 2. agar mengetahui skala nyeri
KH : verbal klien meningkat atau menurun
1. Keluhan nyeri menurun 4. Monitor efek samping 3. melihat respon nyeri klien
2. Klien tidak lagi tampak penggunaan analgetik tanpa menanyakan klien
meringis (I.08238) 4. untuk mengetahui efek
3. Gelisah klien menurun samping penggunaan analgetik
4. Klien tidak lagi mengenai nyeri klien
mengalami kesulitan tidur
(L.08066)
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat digunakan
sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna
untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam
mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan
rencana atau perubahan dalam membantu asuhan keperawatan.
Adapun evaluasi akhir dengan gagal napas adalah jalan napas efektif, tidak terjad
kerusakan pertukaran gas, status volume cairan tercukupi, kecemasan berkurang,dan
pengetahuan keluarga bertambah mengenai penyakit klien.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PPNI.2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat/
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat.
PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta :EGC
Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, Jakarta :EGC
Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia
Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I,
Universitas Airlangga, Surabaya