Pencarian DG OR223 483 1 PB
Pencarian DG OR223 483 1 PB
Pencarian DG OR223 483 1 PB
Aan Nuraeni***
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
Abstrak
Perawat memainkan peran penting dalam melakukan penilaian dini dan pengelolaan pasien. Beberapa rumah sakit telah
menerapkan sistem respon cepat dengan menggunakan alat bantu Early Warning Score (EWS). Alat ini dapat membantu
perawat dan dokter dalam melakukan respon secara efektif dan efisien dalam deteksi dini perburukan pasien. Namun
penerapan EWS masih terasa belum optimal. Tujuan literatur ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan Early Warning Score (EWS) oleh perawat di rumah sakit. Pencarian literatur dilakukan pada database
elektronik yaitu PubMed, Ebsco, Proquest dan Google Scholar dengan kata kunci application, early warning score, related
factors dan nurse. Kriteria dalam pencarian literatur adalah literatur dalam Bahasa Inggris yang diterbitkan pada tahun
2009-2019. Penilaian artikel dibuat berdasarkan format PRISMA. Dari 340 publikasi yang diidentifikasi, didapatkan 4
studi yang termasuk kedalam kriteria tinjauan, dua Studi Mix Methode, Studi Kualitatif dan Survey. Hasil telaah studi
ditemukan bahwa pengetahuan dan keterampilan perawat dalam mengenali perburukan pasien sangat berpengaruh dalam
implementasi EWS. Selain itu, perawat yang mempunyai pengalaman yang lebih biasanya melakukan respon dengan cepat
dalam hal tersebut. Sehingga perawat akan melakukan kolaborasi dengan tim medis agar pasien bisa tertangani dengan
baik. Kesimpulannya adalah faktor yang mempengaruhi pengaplikasian Early Warning Score (EWS) yaitu pengetahuan
perawat tentang EWS, confidence dalam melakukan pengambilan keputusan, pengalaman dalam menangani pasien yang
mengalami perburukan, hubungan baik dengan staf medis dan kepatuhan dalam protokol EWS. Oleh karena itu, edukasi
berkelanjutan disertai monitoring EWS sangat diperlukan dan dilakukan secara merata bagi perawat.
Kata Kunci: early warning score (EWS), implementasi, faktor terkait, perawat
Abstract
Nurse plays an important role in conducting early assessment and patient management. Several hospitals have
implemented a rapid response system using Early Warning Score (EWS) tool. This tool can assist nurses and doctors in
responding effectively and efficiently in early detection of patient deterioration. However, the implementation of the EWS
is still not optimal. The purpose of this literature is to examine the factors that influence the implementation of the Early
Warning Score (EWS) by nurses in the hospital. Literature searches were carried out on electronic databases such as
PubMed, Ebsco, Proquest and Google Scholar with the keywords: application, early warning score, related factors and
nurse. Criteria of the literature search was published in 2009-2019 with English literature. The article assessment is based
on the PRISMA format. From 340 publications identified, 4 studies were included in the review criteria which consist of
two mix method Studies, a qualitative study and a survey. The results of the study found that the knowledge and skills of
JURNAL KESEHATAN Vol. 11 No. 2 Tahun 2020 | 124
nurses in recognizing patient deterioration were very influential in implementing EWS. In addition, nurses who have more
experience usually respond quickly in this regard. So that nurses will collaborate with the medical team for handling
patients properly. The conclusion is the factors that influence the application of Early Warning Score (EWS) are
knowledge of nurses about the EWS, confidence in making decisions, experience in handling patients with deteriotation,
good relations with other medical staff and adherence to EWS protocol. Therefore, continuous education accompanied by
EWS monitoring is very necessary and carried out equally for nurses.
Keywords: early warning score (EWS), implementation, related factors, nurse
METODE
Studi literatur dilakukan dengan membuat ringkasan dan analisis dari artikel yang terkait
dengan pertanyaan dan tujuan penelitian. Metode pencarian menggunakan beberapa database
elektronik, yakni PubMed, Ebsco, Proquest dan Google Scholar dengan kata kunci application,
early warning score, related factors, dan nurse. Kriteria inklusi: 1) artikel yang memiliki judul dan
isi yang relevan dengan tujuan penelitian; 2) berbahasa Inggris dan fulltext; 3) artikel penelitian
yang dipublikasi pada 2009–2019. Kriteria eksklusi: 1) tidak memiliki struktur artikel yang
lengkap; 2) review artikel; 3) Modified Early Warning Score (MEWS), Pediatric Early Warning
Score (PEWS), Maternity Early Warning Score (MEWS).
Berdasarkan hasil penelusuran dengan memasukkan kata kunci yang didapatkan dari
PubMed sebanyak 3 artikel, Ebsco sebanyak 2 artikel, Proquest sebanyak 155 artikel,dan Google
scholar sebanyak 180 artikel maka total sebanyak 340 artikel. Setelah dilakukan penyortiran
dengan kriteria inklusi didapatkan dari PubMed sebanyak 3 artikel, Ebsco sebanyak 2 artikel,
Proquest sebanyak 25 artikel, dan google scholar sebanyak 28 artikel dengan total keseluruhan
HASIL
Dari hasil review artikel didapatkan bahwa faktor yang menghambat implementasi EWS
oleh perawat yaitu pengetahuan dan keterampilan yang kurang baik. Ketidakpatuhan dalam
melaksanakan protokol EWS di rumah sakit juga dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan
EWS. Sebaliknya, pengetahuan, keterampilan dan pengalamanan yang baik dalam EWS dapat
meningkatkan keberhasilan EWS. Sehingga hal ini juga dapat menjadikan perawat confidence
dalam melakukan pengambilan keputusan saat skor EWS pasien buruk dan perlu dilakukan rujukan
pada tim medis. Kolaborasi antar profesi juga dapat berdampak baik sehingga dapat memberikan
kepercayaan satu sama lain dalam memberikan pelayanan yang terbaik pada pasien yang
mengalami perburukan.
Identification
PEMBAHASAN
Penerapan alat Early Warning Score (EWS) di rumah sakit memiliki beberapa keuntungan
diantaranya meningkatkan keselamatan pasien sehingga mutu pelayanan menjadi meningkat. Bagi
tenaga kesehatan, alat ini dapat meningkatkan kemampuan perawat untuk membedakan perubahan
klinis yang terjadi pada pasien dan membuat keputusan klinis. Hal ini sesuai dengan yang dibahas
oleh Kyriacos et al. (2011)[7] bahwa tanda tanda vital belum cukup untuk menilai perubahan klinis,
akan tetapi keputusan klinis (clinical judgement) dari seorang perawatpun menjadi poin penting dalam
memberikan keselamatan pasien.
Namun perawat sering ragu-ragu dalam pengambilan keputusan tersebut ketika intuisi atau
pengetahuan mereka tidak sejalan dengan protokol EWS. Perawat kadang mengandalkan intuisi dalam
mendeteksi pasien yang memburuk. Beberapa perawat mengandalkan penilaian klinis mereka sendiri
untuk mengelola pasien daripada mematuhi protokol EWS. Perawat akan memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan mereka, mengamati pasien tersebut lalu mengulang EWS dan menilai kembali untuk
memutuskan urgensi transfer pasien atau peninjauan dari pihak medis [8]. Hal ini sesuai dengan
penelitian McGaughey et al (2017)[9] bahwa perawat percaya akan pengetahuan yang dimiliki oleh
mereka dalam menangani pasien. Pendekatan untuk mengelola pasien tersebut sangat bergantung pada
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat. Beberapa bukti menunjukkan bahwa staf
junior tidak memiliki kemampuan dalam mengenali perburukan pasien. Hal ini bisa disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh staf tersebut[10][11].
Perawat yang memiliki pengalaman dalam mendeteksi perburukan pasien dapat dengan segera
melakukan respon yang cepat. Perawat tersebut akan melakukan pengamatan, menyelesaikan protokol
EWS dan segera menghubungi tim medis untuk mengatasi masalah tersebut. Staf yang berpengalaman
akan menggunakan protocol EWS secara flexibel untuk membimbing dan menginformasikan
pengambilan keputusan mereka. Pengalaman para staf merupakan salah satu faktor penting dalam
melakukan penilaian yang efektif dan rujukan[9].
Para staf junior masih kaku dalam melakukan penilaian awal dan menerapkan kriteria yang
masih terbatas pada pengetahuan atau keterampilan dalam penilaian pasien. Kekakuan dalam
pengaplikasian EWS meningkatkan jumlah panggilan positif palsu dan beban kerja medis. Biasanya
para staf junior masih mengandalkan para senior dalam merujuk skor EWS. Dalam penelitian Shearer
et al. (2012)[12] dan Massey et al. (2014)[13] bahwa staf junior mungkin kurang percaya diri dan
pengalamannya masih terintegrasi pada pengetahuan teoritis dalam konteks klinis dalam pengambilan
keputusan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fox dan Elliot (2015)[14] bahwa masih ada perawat ruangan
yang masih kurang percaya diri dalam mengetahui kapan harus memanggil bantuan medis. Meskipun
JURNAL KESEHATAN Vol. 11 No. 2 Tahun 2020 | 130
begitu, perawat meyakini bahwa adanya EWS bisa membantu perawat dalam memprioritaskan pasien.
EWS dianggap dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan pengambilan keputusan
sehingga perawat dapat memutuskan apakah membutuhkan bantuan dokter dalam peninjauan pasien.
Untuk membantu dalam keberhasilan implementasi sistem peringatan dini ini tergantung juga
pada respon yang tepat dan pemanggilan staf medis. Kolaborasi antara perawat dan tim medis harus
berjalan dengan baik. Hubungan interpersonal antara perawat dan dokter sangat penting dalam
bertindak dan merawat pasien. Perawat menyatakan bahwa mereka cenderung lebih menghubungi
dokter yang mereka kenal sebelumnya, mempunyai hubungan baik dan dianggap terampil. Mereka
tidak mau memanggil dokter junior dan menganggap kurang berkontribusi[14].
Hal lainnya yang bisa menghambat jalannya EWS yaitu keterlambatan respon tim medis. Hal
ini biasanya terjadi pada jam-jam tertentu misalnya pada shift malam atau pada saat jam-jam sibuk
dan terjadi pada beberapa dokter yang masih belum memahami sepenuhnya tentang protocol EWS [14].
Selain itu, perawat umumnya tidak ingin memanggil Medical Emergency Team (MET) jika ada pasien
yang mengalami perburukan dan umumnya menganggapnya sebagai pilihan terakhir. Penghalang
utama untuk memanggil MET adalah sikap negatif yang dirasakan dari MET.
Secara umum protokol EWS bermanfaat dalam penilaian klinis, memfasilitasi komunikasi
intra-profesional dan memprioritaskan beban kerja. Kepatuhan protokol dianggap sebagai aspek
penting dari perilaku professional. Ada beberapa perawat yang melakukan pemantauan EWS yang
berlebihan. Hal ini dianggap positif jika tidak membahayakan dan memberikan manfaat kepada
pasien. Namun, ada kalanya juga dilaporkan pemantauan EWS yang jarang dilakukan oleh perawat.
Biasanya hal ini dihambat oleh keterbatasan staf dan pada jam-jam sibuk[15].
Keberhasilan implementasi NEWS dalam organisasi pelayanan kesehatan memerlukan
pengembangan dan evaluasi berkelanjutan. Edukasi tersebut bisa menggunakan beberapa program-
program pendidikan seperti training dan simulasi EWS untuk meningkatkan pengetahuan dan
kompetensi perawat dalam menilai perburukan pasien[16]. Program pendidikan yang berfokus pada
multidisplin telah terbukti meningkatkan kerjasama dan hubungan komunikasi antara dokter dan
perawat[17]. Tim Kolaborasi ini sangat dibutuhkan ketika terlihat ada perburukan pasien, sehingga
pengambillan keputusan dan pengelolaan pasien tersebut bisa membantu memberikan solusi yang
terbaik bagi pasien.
SIMPULAN
Pengetahuan dan keterampilan perawat tentang EWS sangat mempengaruhi dalam
pengaplikasiannya di rumah sakit. Selain itu, perawat harus confidence dalam pengambilan keputusan
dan mempunyai pengalaman dalam menangani pasien yang mengalami perburukan. Hubungan baik
antara perawat dengan staf medis dan kepatuhan dalam protokol EWS-pun harus dilakukan dengan
baik agar penerapan EWS dapat berjalan dengan baik.
SARAN
Adanya edukasi berkelanjutan baik itu pendidikan dan pelatihan seperti simulasi tentang EWS
agar perawat dapat mengidentifikasi kondisi perburukan pasien. Serta perawat harus melakukan
monitoring EWS secara berkala agar dapat berjalan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stafseth SK, Grønbeck S, Lien T, Randen I, Lerdal A. The experiences of nurses implementing the
Modified Early Warning Score and a 24-hour on-call Mobile Intensive Care Nurse: An
exploratory study. Intensive Crit Care Nurs [Internet]. 2016;34:33–41. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.iccn.2015.07.008.
2. Bokhari SWI, Munir T, Memon S, Byrne JL, Russell NH, Beed M. Impact of critical care
reconfiguration and track-and-trigger outreach team intervention on outcomes of haematology
patients requiring intensive care admission. Ann Hematol. 2010;89(5):505–12.
3. Cooper S, Kinsman L, Buykx P, McConnell-Henry T, Endacott R, Scholes J. Managing the
deteriorating patient in a simulated environment: Nursing students’ knowledge, skill and situation