Konsep Dasar Partus Prematurus Imminens

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN STASE MATERNITAS PARTUS


PREMATURUS IMMINENS (PPI)
DI RUANG DRUPADI VK
RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :

Ni’matul Jihan Syaiyidah Nur Arini (22.641.0041)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Maternitas dengan Masalah Keperawatan Partus


Prematurus Imminens (PPI) di Ruang Drupadi VK RSUD Jombang yang disusun oleh :

Nama : Ni’matul Jihan Syaiyidah Nur Arini


NIM : 22.641.0041

Telah disetujui dan di sahkan pada tanggal……………


Jombang, 2022
Mahasiswa

(Ni’matul Jihan Syaiyidah Nur Arini)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( __)

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( )
KONSEP PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)

A. DEFINISI

Prematurus Iminens adalah suatu ancaman pada kehamilan dimana


timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20
minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram(Nisa &
Puspitasari, 2015). Persalinan kurang bulan (prematur) adalah persalinan sebelum
usia kehamilan 37 minggu atau bayi berat lahir dengan 500-2499 gram (Ida
Rahmawati et al., 2021). Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung
pada usia kehamilan 20 - <37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Partus. Persalinan preterm merupakan persalinan yang terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu (20-<37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram (Syarif et al., 2017).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu
Pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun rahim, panggul dan
organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna karena pada usia
ini masih dalam proses pertumbuhan sehingga panggul dan dan rahim masih
kecil. Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan otot-otot perut belum
bekerja secara optimal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh. Pada usia lebih dari 35
tahun endometrium yang kurang subur memperbesar kemungkinan untuk
menderita kelainan kongenital, sehingga berakibat terhadap kesehatan ibu
maupun perkembangan janin yang berisiko untuk mengalami persalinan
premature (Maita, 2012).
Jika kehamilan terjadi pada umur < 20 tahun, maka diperlukan
konseling makanan bergizi pada ibu hamil untuk menghindari terjadinya
anemia, dan jika kehamilan terjadi pada umur > 35 tahun diperlukan
pengawasan ketat oleh tenaga kesehatan melalui pengelompokkan status
pasien yang berisiko untuk mempermudah dalam pemantauan, pencatatan
dan pemberian KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi).

2. Faktor Kehamilan
a. Kehamilan dengan hidramnion
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban >2
liter, produksi air ketuban bertambah serta dikarenakan terganggunya
pengaliran air ketuban. Maka akan terjadi keracunan kehamilan,
premature dan BBLR serta pendarahan.

b. Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar rentan mengalami
hambatan, karena penegangan uterus yang berlebihan oleh karena
besarnya janin, 2 plasenta dan air ketuban yang lebih banyak
menyebabkan terjadinya partus prematurus. Karena kehamilan ganda
termasuk kedalam kehamilan berisiko dan perlu pemantauan yang
ketat terutama berat badan bayi (Triana, 2016).

c. Perdarahan antepartum
Perdarahan yang terjadi setelah minggu ke 28 masa kehamilan,
perdarahan antepartum berasal dari plasenta previa sebagai penyebab
utama perdarahan antepartum. Perdarahan akibat plasenta previa
terjadi
secara progresif dan berulang karena proses pembentukan segmen
bawah Rahim.

d. Komplikasi hamil seperti pre eklampsi


Preeklampsia merupakan sekumpulan gejala yang secara spesifik
hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu.
Dampak preeklampsia pada ibu yaitu kelahiran prematur, oliguria,
kematian, sedangkan dampak pada janin yaitu pertumbuhan janin
terhambat, oligohidramnion, dapat pula meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Pencegahan pre-eklamsia atau eklamsia sangat penting agar
tidak terjadi bahaya pada ibu dan janinnya. Ibu hamil harus periksa
antenatal yang teratur dan mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-
eklamsia ringan), memberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat, harus selalu waspada terhadap
kemungkinan terjadinya pre-eklamsia kalau ada faktor-faktor
presdiposisi, memberikan penerangan tentang manfaat istirahat dan
tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak,
serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat
badan yang berlebihan (Kusumawati & Wijayanti, 2019).

e. Ketuban pecah dini


KPD pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga
Preterm Premature Rupture Of Membrane sehingga dapat
mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Ibu
dengan KPD perlu penanganan yang cepat dikarenakan jika terjadi
persalinan prematur akibat KPD yang berisiko terjadinya infeksi
sedangkan bayi mengalami BBLR akan mempermudah terjadinya
peningkatan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir sehingga
ibu yang mengalami KPD dapat diupayakan mempertahankan
kehamilan sampai mencapai usia kehamilan aterm sehingga
diharapkan bayi lahir dengan berat badan normal (Triana, 2016).

3. Faktor Janin
a. Cacat Bawaan
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada
sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non
genetic. Anomali kongenital disebut juga cacat lahir, kelainan
kongenital atau kelainan bentuk bawaan (Effendi, 2014).

b. Infeksi dalam Rahim


Toksoplasma merupakan infeksi yang diakibatkan oleh sejenis
parasit toxoplasma gondii yang biasa terdapat pada bulu kucing dan
hewan peliharaan rumah lainnya. ToksoplasmaToksoplasma pada ibu
hamil dapat mengakibatkan keguguran dan kematian pada bayi yang
dilahirkan karena terjadi infeksi pada saat bayi didalam kandungan
(Andriyani & Megasari, 2015).
C. Manifestasi Klinis
Partus prematurus iminen ditandai dengan:
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
a. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks.
b. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm
c. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih

2. Rasa berat dipanggul


3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung

D. PATOFISIOLOGI

Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang


bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama
kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau
membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan
perdarahan. Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah,
aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi
aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan
prematur. Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu.
Pada janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga
terjadilah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas
paru yang menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko
tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi
tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan
menjaga kesehatan saat kehamilan.
WOC Partus Prematurus Imminens (PPI)

Faktor kehamilan:
Faktor ibu: Umur Faktor janin: hamil dengan
<20 tahun atau >35 Cacat bawaan, hidromion, hamil
tahun, jarak hamil Infeksi dalam gaanda, perdarahan
terlalu dekat rahim anrepartum dan KPD

Usia Kehamilan kurang dari 37 minggu

Partus Prematurus Imminens imaturitas jaringan pada janin

Tindakan Pembedahan (SC)


Resiko Cidera Pada Janin
Rangsangan pada uterus
Bekas luka SC pada uterus akan mengalami
perubahan pada kehamilan selajutnya

Kontraksi pada uterus Informasi tidak adekuat


Viskositas Pembuluh Darah uterus
Prostaglandin meningkat Defisit Pengetahuan

Metabolisme sel & jaringan menurun Krisis Situasional

Dilatasi serviks
Kehilangan energi
Ansietas
Nyeri Akut Keletihan

Intoleransi Aktivitas
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO, faktor rhesus,
urinalisis, bakteriologi vagina, amniosentesis: surfaktan, gas dan PH darah janin.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin, aktivitas janin, cacat
kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan ketuban dan kelainan uterus (Deitra
L,2013).

F. PENATALAKSANAAN

1. Tokolitik
Agen tokolitik diberikan untuk menghentikan kontraksi uterus selama masa akut.
Tokolitik merupakan agen farmakologis dan terapi yang digunakan dalam mencegah kelahiran
prematur, merelaksasi endometrium uterus dan menghambat kontraksi uterus sehingga dapat
memperpanjang masa kehamilan dan mengurangi komplikasi neonatal. Tokolitik beraksi
melalui berbagai mekanisme untuk menurunkan availabilitas ion kalsium intraseluler yang
akan menghambat interaksi aktin myosin(Karmelita, 2020). Ada beberapa macam tokolitik
seperti
a) Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai
kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis maintenance
3x10 mg.
b) Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat digunakan, tetapi
nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil.Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50
µg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis
per infus: 10-15 µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah: hiperglikemia,
hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c) Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara bolus selama 20-
30 menit, dan infus 2- 4gr/jam (maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek
samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah
edema paru, letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d) Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat menghambat
produksi prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk
produksi prostaglandin. Indometasin merupakan penghambat COX yang cukup kuat, namun
menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki efek samping yang lebih
kecil daripada indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam konteks
percobaan klinis.Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.

Adanya Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid Pemberian terapi
kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin, menurunkan risiko
respiratory distress syndrome (RDS), mencegah perdarahan intraventrikular, necrotising
enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang akhirnya menurunkan kematian neonatus.
Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang
diberikan ialah deksametason atau betametason.

Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian
siklus tunggal kortikosteroid ialah:
a) Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam
b) Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam

2. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotic Pemberian antibiotik yang tepat
dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Antibiotik hanya
diberikan kehamilan yang mengandung risiko terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD
(ketuban pecah dini).
G. KOMPLIKASI
Menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan prematuritas
adalah :
2. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
3. Gangguan respirasi
4. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas
jaringan otak
5. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
6. Cerebral palsy
7. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).

KONSEP BEKAS SECTIO CAESAREA (BSC)

Bekas luka SC terdiri dari dua komponen yaitu bagian hypoechoic pada bekas luka dan
jaringan parut pada miometrium yang dinilai sebagai ketebalan miometrium residual (KMR).
Ketebalan seluruh SBR diukur dengan menggunakan transabdominal sonografi, sementara
lapisan otot diukur dengan menggunakan transvaginal sonografi (TVS). Ketebalan SBR harus
dievaluasi karena berperan penting sebagai prediktor terjadinya ruptur uteri. Hal ini mengingat
resiko ruptur uteri akan meningkat sesuai dengan jumlah pelahiran SC sebelumnya. Bekas luka
operatif SC pada uterus akan mengalami perubahan selama proses kehamilan selanjutnya.
Peningkatan lebar rata-rata 1,8 mm per semester pada bagian bekas luka. Sedangkan kedalaman
dan panjang bekas luka mengalami penurunan dengan rata-rata 1,8 mm dan 1,9 mm per
trimester. Ketebalan myometrium residual menurun rata-rata 1,1 mm per trimester.

Section Caesarian (SC) juga akan meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa dan
abrupsio plasenta pada kehamilan berikutnya. Peningkatan resiko terjadinya plasenta previa dan
abrupsio plasenta pada kehamilan kedua. karena adanya respon yang berbeda terhadap bekas
luka SC, terutama respon terhadap sitokin dan mediator inflamasi, kejadian stress oksidatif.
Keadaan tersebut berdampak pada pertumbuhan dan rekonstruksi desidua basalis dan
kemampuan desidua untuk menampung dan memodulasi infiltrasi trofoblas. Ketebalan dinding
uterus wanita dengan riwayat SC lebih tipis daripada uterus wanita dengan persalinan
pervaginam (Suryawinata et al., 2019).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Fokus pengkajian keperawatan yaitu :
1. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan

(HKK), penyakit sebelumnya.


2. Intregitas Ego Adanya ansietas sedang.
3. Makanan/cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
4. Nyeri/Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari

10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.


5. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
6. Seksualitas : Tulang servikal dilatasi, Perdarahan mungkin terlihat, Membran
mungkin ruptur (KPD), Perdarahan trimester ketiga, Riwayat aborsi, persalinan
prematur, riwayat biopsi konus, Uterus mungkin distensi berlebihan, karena
hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
7. Pemeriksaan diagnostik
Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin

500 sampai 2500 gram)


Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi
fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik
Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Infeksi b.d prosedur invasive (partus prematurus imminents)
2. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan
atau aktual pada diri dan janin.
3. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan
prognosis berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber informasi.
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d maturitas paru

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Resiko Infeksi

Diagnosa Rencana Keperawatan


Intervensi
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Resiko Infeksi NOC : NIC :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Infection Protection (proteksi
dengan keperawatan selama 1x24 jam terhadap infeksi)
prosedur resiko infeksi berkurang dengan
b. Monitor tanda dan gejala
invasif kriteria hasil:
infeksi sistemik dan lokal,
RISK CONTROL c. Monitor hasil laboratorium
(lekosit).
Kriteria Hasil d. Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
 Klien bebas dari tanda dan
e. Monitor masukkan nutrisi
gejala infeksi.
 Mendeskripsikan proses dan cairan yang cukup.
penularan f. Instruksikan pasien untuk
penyakit, factor yang minum antibiotik sesuai
mempengaruhi penularan resep.
serta g. Ajarkan pasien dan keluarga
penatalaksanaannya tanda dan gejala infeksi.
 Menunjukkan kemampuan h. Ajarkan cara menghindari
untuk infeksi
mencegah timbulnya
infeksi.
 Jumlah leukosit dalam batas
normal.
 Menunjukkan perilaku
 hidup sehat.
2. Ansietas

Diagnosa Rencana Keperawatan


Intervensi
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Ansietas, NOC : NIC:
ketakutan a. Anxiety control Coping Enhancement
berhubungan b. Fear control a. Jelaskan pada pasien tentang
dengan krisis Setelah dilakukan tindakan proses penyakit
situasional, keperawatan selama…… takut b. Jelaskan semua tes dan
ancaman yng klien teratasi dengan kriteria hasil : pengobatan pada pasien dan
dirasakan atau a. Memiliki informasi untuk keluarga
aktual pada diri mengurangi takut c. Sediakan reninfoœement
b. Menggunakan tehnik relaksasi positif ketika pasien
dan janin
c. Mempertahankan hubungan melakukan perilaku untuk
sosial dan fungsi peran mengurangi takut
d. Mengontrol respon takut d. Sediakan perawatan yang
berkesinambungan
e. Kurangi stimulasi lingkungan
yang dapat menyebabkan
misinterprestasi
f. Dorong mengungkapkan
secara verbal perasaan,
persepsi dan rasa takutnya
g. Perkenalkan dengan orang
yang mengalami penyakit
yang sama
h. Dorong klien untuk
mempraktekan tehnik relaksasi

3. Kurang pengetahuan

Diagnosa Rencana Keperawatan


Intervensi
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Kurang NOC: NIC:
pengetahuan
a. Kowlw dge : disease process a. Kaji tingkat pengetahuan
mengenal
b. Kowle dge: health Behavior pasien dan keluarga
persalinan preterm,
b. Jelaskan patofisiologi dari
kebutuhan tindakan Setelah dilakukan tindakan
penyakit dan bagaimana hal
dan prognosis keperawatan selama ........
ini berhubungan dengan
berhubungan pasien menunjukkan
anatomi dan fisiologi,
dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
dengan cara yang tepat.
keinginan untuk penyakit dengan kriteria hasil:
mencari informasi, a. Pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda dan gejala
tidak mengetahui menyatakan pemahaman yang biasa muncul pada
sumber-sumber tentang penyakit, kondisi, penyakit, dengan cara yang
informasi. prognosis dan program tepat
pengobatan d. Gambarkan proses penyakit,
b. Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang e. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara benar penyebab, dengan cara yang
c. Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa yang f. Sediakan informasi pada
dijelaskan perawat/tim pasien tentang kondisi,
kesehatan lainnya dengan cara yang tepat
g. Sediakan bagi keluarga
informa si ten tang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
h. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
i. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
j. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
4. Ketidakefektifan pola nafas pada Bayi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan pola NOC NOC
nafas Respiratory Status : Airway Management:
Definisi : Inspirasi atau Ventilation 1. Buka jalan napas
ekspirasi yang tidak Kriteria Hasil 2. Posisikan bayi untuk
memberi ventilasi a. Pernafasan pasien 30-60 memaksimalkan
adekuat. x/menit. ventilasi
Batasan karakteristik : b. Pengembangan dada 3. Auskultasi suara napas,
a. Bradipneu simetris. catat adanya suara
b. Dispnea c. Irama pernapasan teratur. tambahan
c. Penggunaan otot bantu d. Tidak ada retraksi dada saat 4. Keluarkan sekret
pernapasan bernafas. dengan suction
d. Penurunan kapasitas e. Inspirasi dalam tidak 5. Monitor status
vital ditemukan. pernapasan dan oksigen
e. Penurunan tekanan f. Saat bernapas tidak yang sesuai
ekspirasi memakai otot nafas
f. Penurunan tekana tambahan. Respiratory
inspirasi pernafasan g. Bernapas mudah tidak ada Monitoring :
cuping hidung suara nafas tambahan 1. Monitor kecepatan,
g. Perubahan ekskursi irama, kedalaman dan
dada upaya bernapas
h. Pola napas abnormal 2. Monitor pergerakan,
(irama, frekuensi, kesimetrisan dada,
kedalaman) retraksi dada dan alat
i. Takipneu bantu pernafasan
Faktor-faktor yang 3. Monitor adanya cuping
berhubungan : hidung
1. Disfungsi 4. Monitor pola napas:
neuromuskuler bradipnea, takipnea,
2. Hiperventilasi hiperventilasi, respirasi
3. Imaturitas neurologis kusmaul, cheyne stokes,
4. Keletihan otot apnea
pernapasan 5. Auskultasi suara nafas,
5. Posisi tubuh yang catat area dimana terjadi
menghambat ekspansi penurunan atau tidaknya
paru ventilasi dan bunyi
6. Sindrom hipoventilasi napas
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses


keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang
terjadi pada manusia. Setelahrencana keperawatan disusun, maka
rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga
dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan
sesuaidengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan
oleh perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai
manusia yang unik (Hidayat,2012).

V. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi


menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteriahasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan
(Hidayat, 2012).

Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:

1) Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap


selesai tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara
terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2) Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir
tindakan keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan.
Rekapitulasi dan kesimpulanstatus kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

AT., & Pudwiyani, A. (2016). Hubungan Faktor Resiko Dengan Kejadian


Penyulit Persalinan. Jurnal Kebidanan,
8(01),48–60.
https://doi.org/10.35872/jurkeb.v8i01.199

Ida Rahmawati, Mutiara, V. siska, Absari, N., & Andini, P. (2021). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan dengan Persalinan Prematur. Professional
Health Journal, 2(2), 112–121. https://doi.org/10.54832/phj.v2i2.143
Kspr, S., Ibu, P., Anggraeni, L., Theresia, E. M., & Wahyuningsih, H.
(2015). Gambaran tingkat risiko kehamilan dengan skrining kspr pada
ibu h.amil. Kesehatan Lbu Dan Anak, 8(2), 24–29.
Levy, M., Weitz, B., & Grewal, D. (2018). Retailing Management 10th Edition.
McGrawHill Education.

Maita, L. (2012). Faktor Ibu yang Mempengaruhi Persalinan Prematur di


RSUD Arifin Achmad Pekanbar. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(1),
31–34. https://doi.org/10.25311/keskom.vol2.iss1.39

Marwiyah, N., & Sufi, F. (2018). Pengaruh Senam Hamil Terhadap Kualitas
Tidur Ibu Hamil Trimester II dan III di Kelurahan Margaluyu Wilayah
Kerja Puskesmas Kasemen. Faletehan Health Journal, 5(3), 123–128.
https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.34

Mulyana, H. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keteraturan


Anc Ibu Hamil Aterm Yang Mengalami Hipertensi. Jurnal
Keperawatan BSI, V(2), 96–102.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=533700&val=104 95&title=Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Keteraturan Anc Ibu Hamil Aterm Yang Mengalami Hipertensi

Nisa, K. M., & Puspitasari, R. D. (2015). G3P2A0 Hamil 30 Minggu Belum


Inpartu Dengan Partus Prematurus Imminens dan Riwayat Asma.
Journal Medula, 10(1), 17–22.

Anda mungkin juga menyukai