Proposal Fisika
Proposal Fisika
Proposal Fisika
Disusun oleh:
DURRIYATUL LATHIFAH
Penyusunan proposal ini bertujuan dalam tugas kelompok pada mata kuliah Fisika
Lingkungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Welly
Anggraini, M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Lingkungan.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
ii
3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian
yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang menjaga lingkungan dari
pencemaran limbah industry rumahan
2. Tentang sikap menjaga lingkungan dari kerusakan lingkungan agar
terhindar dari beberapa masalah lingkungan dan penyakit.
3. Dapat mewujudkan masyarakat yang cinta akan lingkungan dan saling
menjaga keadaan lingkungan sekitar dari pencemaran lingkungan.
1. Teoritis
Hasil dari penelitian dapat membuktikan adanya Bagaimana Dampak Lingkungan
Dari Limbah Cair Industry Rumahan Tempe Dan Tahu Di Desa Sribasuki-Kota
Bumi, Lampung Utara
2. Praktis
a. Bagi Masyarakat
b. Bagi Peneliti
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang sudah banyak dikenal di
masyarakat dan banyak diminati, karena harganya murah, mudah didapat, dan
mengandung nilai gizi yang banyak. Tahu berasal dari negeri Cina dan merupakan
koagulasi dari protein kedelai. Koagulasi protein dilakukan dengan bahan-bahan yang
bersifat asam, selanjutnya koagulan dari protein kedelai tersebut disaring dan dipadatkan
menjadi tahu (Pusat Studi Lingkungan Universitas Janabadra Yogyakarta, 2006). Di
Indonesia, industri tahu berkembang sangat pesat. Di samping pasarannya cukup luas,
industri tahu juga dapat dikerjakan dalam skala rumah tangga sehingga tidak
membutuhkan investasi tinggi.
Dipasaran terdapat beberapa jenis tahu antara lain tahu putih (mentah), tahu kuning, tahu
goring, tahu sumedang, tahu bulat, dan lain-lain. Masing-masing jenis tahu tersebut
memiliki cita rasa yang berbeda dan memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri. Proses
pembuatan untuk masing-masing jenis tahu tersebut sedikit berbeda. Di Indonesia, tahu
sudah menjadi menu masakan favorit yang banyak kita jumpai dari warung kelas warteg
hingga restoran papan atas. Selain sebagai menu masakan lauk pauk, tahu telah diolah
menjadi berbagai aneka produk makanan khas seperti tahu bakso, siomay, tahu goring,
tahu genjrot, gado-gado, dan aneka camilan seperti keripik tahu dan lain-lain (Salim,
2012).
Dilihat dari segi kesehatan, tahu merupakan makanan yang sangat menyehatkan dan
murah harganya serta mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan
dan perbaikan gizi masyarakat. Komposisi (zat gizi) tahu dalam 100 gram mengandung
18 komposisi asam amino tahu yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
7
5. Karohidrat 0.40 gram
6. Serat 0,10 gram
7. Abu 0,90 gram
8. Kalsium 150,00 miligram
9. Besi 2,20 milligram
10. Vitamin B1 0,04 milligram
11. Vitamin B2 0,02 milligram
12. Niacin 0,40 milligram
Secara umum proses produksi tahu hampir sama, yaitu sortasi / pemilihan, perendaman,
pencucian, penggilingan dan pengenceran, perebusan, penyaringan, penggumpalan,
8
pencetakan, pengirisan, pengemasan. Pada tahapan proses penggumpalan, para
pengrajin tahu dapat berbeda-beda, hal ini dapat mempengaruhi cita rasa maupun
tekstur tahu yang dihasilkan. Proses Pembuatan tahu diperoleh dari hasil ektraksi kedelai
dan penggumpalan protein dengan menggunakan asam atau penggumpalan protein
dengan menggunakan asam atau penggumpalan lainnya (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2006). Berikut ini merupakan alur proses pembuatan tahu sebagai berikut:
a. Pemilihan Kedelai
Agar tahu yang dibuat benar-benar baik maka kedelai yang di gunakan harus
yang berkualitas baik, kedelai dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti kerikil
kecil, daun-daunan, atau batang tanaman yang terbawa pada kedelai. Biji kedelai
yang jelek dipisahkan. Penyortiran atau pemisahan dilakukan secara manual.
b. Perendaman Kedelai Tahap I
Kedelai yang telah dipilih kemudian direndam dalam air selama 3 – 4 jam agar
cukup empuk untuk digiling. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari jumlah
kedelai, intinya kedelai harus terendam semua. Selain itu, dengan direndam
kedelai akan mekar dan kulitnya akan lebih mudah dilepas / dibersihkan. Dari
proses ini dihasilkan limbah cair dan kulit kedelai yang tidak dipakai.
c. Perendaman Tahap II
Perendaman ini dimaksudkan supaya kedelai tersebut lunak sehingga
memudahkan pada saat penggilingan, lama perendaman adalah selama 30-40
menit dan dari hasil perendaman ini juga menghasilkan limbah cair.
d. Pencucian
Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah perendaman. Sebelum
dilakukan proses pencucian, kedelai yang di dalam timba dikeluarkan dari timba
pencucian dan dimasukan ke dalam ember-ember plastik untuk kemudian dicuci
dengan air mengalir. Tujuan dari tahapan pencucian ini utamanya adalah
untuk menghilangkan lender dan sifat asam, disamping untuk membersihkan biji-
biji kedelai dari kotoran-kotoran supaya tidak mengganggu proses
penggilingan dan agar kotoran-kotoran tidak tercampur ke dalam adonan tahu.
Pencucian yang kurang bersih menyebabkan tahu yang dihasilkan memiliki cita
rasa yang kurang enak, terasa asam, dan mudah basi.
e. Penggilingan Kedelai
Penggilingan adalah proses penghancuran kedelai menjadi bubur kedelai dengan
menggunakan mesin. Kedelai yang telah direndam dan dicuci kemudian digiling
dengan menggunakan mesin, bersamaan dengan itu sambil ditambahkan air
sedikit demi sedikit melalui kran hingga dihasilkan bubur kedelai yang berwarna
9
kuning. Bubur kedelai tersebut ditampung dengan menggunakan ember dan siap
untukdirebus.
f. Perebusan / Penggodogan Bubur Kedelai
Bubur kedelai hasil penggilingan selanjutnya direbus dengan menggunakan
tungku berbahan bakar kayu, sekam atau sisa-sisa gergajian. Perebusan dilakukan
hingga mendidih selama 30 menit, sehingga kedelai tersebut
menggumpal/mengalami penggumpalan. Selama proses perebusan, lakukan
pengadukan terus menerus dan dibuang buihnya, dari proses ini akan
menghasilkan limbah cair.
g. Penyaringan
Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses penyaringan
dengan menggunakan kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah
memisahkan antara sari kedelai dengan ampas kedelai yang tidak diinginkan.
Pada proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit
mengental, selanjutnya di pindahkan ke dalam bak pemanas dengan
menggunakan timba kecil. Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas
habis lalu dimulai proses penyaringan. Saat penyaringan secara terus-menerus
dilakukan penambahan air dengan cara menuangkan pada bagian tepi saringan
agar tidak ada padatan yang tersisa di saringan. Penuangan air diakhiri ketika
sari yang dihasilkan sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi ampas
diperas sampai benar-benar kering. Ampas hasil penyaringan disebut ampas
yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke dalam karung.
h. Penggumpalan
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat agar kotoran-kotoran tidak tercampur
ke dalam adonan tahu. Pencucian yang kurang bersih menyebabkan tahu yang
dihasilkan memiliki cita rasa yang kurang enak, terasa asam, dan mudah basi.
i. Penggilingan Kedelai
Penggilingan adalah proses penghancuran kedelai menjadi bubur kedelai dengan
menggunakan mesin. Kedelai yang telah direndam dan dicuci kemudian digiling
dengan menggunakan mesin, bersamaan dengan itu sambil ditambahkan air
sedikit demi sedikit melalui kran hingga dihasilkan bubur kedelai yang berwarna
kuning. Bubur kedelai tersebut ditampung dengan menggunakan ember dan siap
untukdirebus.
j. Perebusan / Penggodogan Bubur Kedelai
Bubur kedelai hasil penggilingan selanjutnya direbus dengan menggunakan
10
tungku berbahan bakar kayu, sekam atau sisa-sisa gergajian. Perebusan dilakukan
hingga mendidih selama 30 menit, sehingga kedelai tersebut
menggumpal/mengalami penggumpalan. Selama proses perebusan, lakukan
pengadukan terus menerus dan dibuang buihnya, dari proses ini akan
menghasilkan limbah cair.
k. Penyaringan
Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses penyaringan
dengan menggunakan kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah
memisahkan antara sari kedelai dengan ampas kedelai yang tidak diinginkan.
Pada proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit
mengental, selanjutnya di pindahkan ke dalam bak pemanas dengan
menggunakan timba kecil. Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas
habis lalu dimulai proses penyaringan. Saat penyaringan secara terus-menerus
dilakukan penambahan air dengan cara menuangkan pada bagian tepi saringan
agar tidak ada padatan yang tersisa di saringan. Penuangan air diakhiri ketika
sari yang dihasilkan sudah mencukupi. Kemudian saringan yang berisi ampas
diperas sampai benar-benar kering. Ampas hasil penyaringan disebut ampas
yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke dalam karung.
l. Penggumpalan
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat K e m u d i a n d i t a m b a h k a n bahkan
asam cuka dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah
mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan
antara whey dengan gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk
dua lapisan yaitu lapisan atas (whey) dan lapisan bawah (filtrat/endapan tahu).
Endapan tersebut terjadi karena adanya koagulasi protein yang disebabkan
adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang
merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Proses penggumpalan
untuk proses berikutnya, dapat dilakukan secara alami yaitu dengan
menggunakan limbah cair proses produksi tahu yang telah didiamkan kurang
lebih 2 hari sebelumnya, dengan cara mencampurkan limbah cair proses produksi
sebelumnya dengan bubur tahu pada proses pengendapan.
m. Pencetakan
Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap akhir pembuatan tahu.
Cetakan yang digunakan adalah terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang
diberi lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang tersebut bertujuan untuk
memudahkan air keluar saat proses pengepresan. Sebelum proses pencetakan
11
yang harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di permukaan cetakan.
Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya dipindahkan
dengan menggunakan alat semacam wajan secara pelan-pelan. Selanjutnya kain
saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan kayu yang berukuran hampir sama
dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian atas cetakan diberi beban
untuk membantu mempercepat proses pengepresan tahu. Waktu untuk proses
pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, pemilik hanya memperkirakan dan
membuka kain saring pada waktu tertentu. Pemilik mempunyai parameter bahwa
tahu siap dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah cukup keras dan
tidak hancur bila digoyang.
n. Pemotongan
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan
dengan cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang
melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar
tahu tidak hancur. Sebelum siap dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai
ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air dan dilakukan secara cepat agar
tahu tidakhancur.
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Akibat dari proses kegiatan manusia yang
menyebabkan kondisi sumber daya air yang ada akan semakin menurun kualitas
maupun kuantitasnya. Pengelolaan suatu industri dan pembuangan limbah yang
tidak di lakukan dengan benar akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
air yang ada di sekitarnya.
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani dengan
system bilogis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organic seperti
karbohidrat, vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan
secara biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-
kadang juga untuk penyisihan unsur hara(nutrien) berupa nitrogen dan fosfor
Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu
maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah
padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan
karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan
mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan
menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang dihasilkan mengandung
padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia,
13
dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk
tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman
lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila
dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan
berbau busuk. Bau busuk ini dapat mengakibatkan gangguan pernapasan. Apabila
limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih
digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Dalam proses pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat atau yang sering kita sebut ampas tahu dapat
diolah kembali menjadi oncom atau dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak,
seperti ayam, bebek, sapi, kambing dan sebagainya.
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jika meninjau jenis data serta teknik analisis data yang digunakan, maka jenis penelitian yang
dilakukan ialah jenis penelitian kuantitatif. Dimana dalam penelitian, peneliti menggunakan
data secara kualitatif yang kemudian akan dikonversi menjadi data kuantitatif saat akan
dianalisis.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Dengan menganalisis data yang telah
dikonversikan sebelumnya kedalam paragraph dan persentase, hingga dapat ditarik kesimpulan.
17
BAB 4
iii
tahu sebagai makanan khas yang banyak digemari masyarakat memang banyak tersebar
di wilayah kota Lampung. Industri tempe dan tahu umunya mengambil lokasi di daerah
yang dekat dengan sungai dan selokan guna memudahkan proses pembuangannya.
Proses pembuatan tempe memakan proses yang cukup lama. Proses yang
dimulai dari perendaman kedelai selama ± 12 jam dalam sebuah bak yang
besar hingga kulit ari pada kedelai perlahan mengelupas. Proses tersebut
terus berlanjut ke pencuciam hingga perebusan kedelai. Selain proses
pembuatannya yang memakan waktu cukup lama, proses pembuatan
tempe juga memerlukan banyak air yang akan digunakan dalam proses
perendaman, perebusan, pencucian serta pengelupasan kulit kedelai.
Fase setelah proses pembuatan tempe tentu saja akan menghasilkan
limbah sisa produksi yang tidak lagi dapat terpakai. Limbah sisa produksi
tempe dapat berupa limbah cair ataupun limbah padat. Limbah padat pada
proses produksi tempe berasal dari kulit kedelai yang mengelupas selama
proses perendaman. Sedangkan limbah cair berasal dari air yang
digunakan selama proses produksi dimulai dari perendaman hingga
pencucian kedelai yang kemudian dialirkan ke pembuangan setempat.
Limbah cair dari hasil produksi tempe tentu saja mengandung beberapa
zat. Bahan – bahan organic yang terkandung dalam limbah tempe sangat
tinggi. Senyawa-senyawa. Organik yang terkandung dalam limbah
tersebut adalah karbohidrat , protein, lemak, dan minyak. Diantara
keseluruhan senyawa organic 4 tersebut, kandungan yang paling dominan
adalah protein yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme di alam. (sang
gede permana,2016)
B. Berikut ini adalah dampak yang ditimbulkan akibat pembuangan limbah industri
tempe dan tahu terhadap lingkungan sekitar :
a. Limbah cair hasil produksi tempe tahu yang langsung dibuang ke perairan maka
dalam waktu yang relatif singkat akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S,
amoniak ataupun fosfin sebagai akibat dari terjadinya fermentasi limbah organik
tersebut. Adanya proses pembusukan, akan menimbulkan bau yang tidak sedap,
terutama pada musim kemarau dengan debit air yang berkurang (Wardojo,1975).
b. Limbah cair hasil produksi temped an tahu yang dibuang ke sungai dapat
menyebabkan air sungai yang tadinya jernih menjadi berwarna keruh sehingga tidak
layak digunakan untuk mandi dan mencuci.
iii
c. Ketidakseimbangan lingkungan baik fisik, kimia maupun biologis dari perairan yang
setiap hari menerima beban limbah dari proses produksi tempe tersebut, akan dapat
mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme yang ada di perairan itu.
d. Komposisi kedelai dan tempe yang sebagian besar terdiri dari protein, karbohidrat
dan lemak, maka dalam limbahnya pun dapat diduga akan terkandung unsur-unsur
tersebut. Dalam banyak hal, akibat nyata dari polutan organik adalah penurunan
konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena dibutuhkan untuk proses penguraian
zat - zat organik. Pada perairan yang tercemar oleh bahan organik dalam jumlah
yang besar, kebutuhan oksigen untuk proses penguraiannya lebih banyak dari pada
pemasukan oksigen ke perairan, sehingga kandungan oksigen terlarut sangat rendah.
Hal ini sangat membahayakan kehidupan organisme perairan tersebut.
iii
BAB 5
KESIMPULAN
Lingkungan adalah suatu hal yang harus kita jaga. Lingkungan adalah suatu campuran
antara kondisi fisik yang mencangkup keadaan sumber daya alam salah satu contohnya
adalah air.
Air sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dari minum,mandi dll. Untuk itu
penulis beserta teman-teman kkn-dr Uin Raden Intan Lampung mengadakan kegiatan
kunjungan ke industry rumahan tempe tahu di desa Sribasuki kecamatan Kotabumi
Kabupaten Lampung Utara guna menginformasi masyarakat akan pentingnya menjaga
lingkungan terutama air demi lingkungan hidup dan kesehatan bersama.
iii
Daftar Pustaka
Rokhani, suciati alfi.”Pengendalian pencemaran lingkungan akibat limbah industri
pengelolaan mie soun dikecamatan tulung kabupaten klaten”, jurnal Universitas
Atmajaya yogyakarta 10 desember 2015.
I made ari permadi dan R.A retno murni, “Dampak pencemaran lingkungan akibat
limbah dan upaya penanggulangannya dikota denpasar”, jurnal fakultas hukum
Universitas Udayana.
Purnama, sang dede, “modul analisis dampak limbah cair industri tempe didenpasar”,
jurnal kedokteran Universitas Udayana 2016.
Henny pagoray, sulistyawti, dan fitriyani, “limbah cair industri tahu dan dampaknya
terhadap kualitas air dan biota perairan”, jurnal pertanian terpadu 9(1): 53-56,
juni 2021.
Mariatun dan harry irawan jauhari, “Studi sanitasi industri rumah tangga dalam
pengelolaan tahu tempe dikelurahan kekalik jaya kecamatan sekarbela”, jurnal
kajian penelitian dan pengembangan pendidikan vol, 6, no. 1, april 2018, hal,34-
44.
iii