0 UWxew 4 HK ZYrpj 8 R 08 I Gy XLKV OFMOEa 2 XV GTD 7 VM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN TEKNIS

INOVASI

ST IKOM L E S T Y
(SIST EM PENINGKATAN
KOMPETENSI GURU
MELAL UI LESSO N STUDY )

DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN BANYUWANGI
2020
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM INOVASI
STIKOM LESTY
(SISTEM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI LESSON STUDY)

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya
manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju.
Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan, ”komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya
manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan
pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan)”.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan tidak akan pernah
berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan.
Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, memperbaiki pola hubung
sebuah sekolah dengan lingkungan dan dengan pemerintah, pola pengembangan
perencanaan, serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan
restrukturisasi model-model pembelajaran.
Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor
kurikulum, baik struktur maupun prosedur penulisannya. Pembaharuan kurikulum
akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam
maupun di luar kelas. Keberhasilan dalam implementasi kurikulum sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan
kurikulum tersebut. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan
oleh kurang pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam mengerti
tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Hal itu membuktikan bahwa guru sebagai
pelaksana kegiatan pembelajaran menjadi kunci atas keterlaksanaan kurikulum di
sekolah.
Belajar dalam tataran idealnya harus direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai
oleh seorang guru serta oleh kepala sekolah. Namun, dalam praktiknya di lapangan
hal ini yang tidak begitu diperhatikan oleh guru yang harus memiliki kompetensi
pedagogik dan kepala sekolah yang harus memiliki kompetensi supervisor.
Faktor Penyebab kondisi pembelajaran di kelas yang masih belum sesuai
dengan permendikbud no. 41 Tahun 2007 tentang standar proses ini antara lain: 1)
pembiasaan guru yang sudah membudaya, 2) kompetensi guru dalam proses
pembelajaran di kelas senyatanya masih rendah, 3) guru kurang mempersiapkan
perangkat pembelajaran sebelum masuk di kelas, 4) guru belum mampu mengubah
cara berpikir mengajar ke arah pembelajaran yang menjadi dasar peserta didik aktif
(berpusat pada siswa), dan 5) alasan-alasan lain yang bersifat konvensional seperti
guru berpendapat bahwa yang penting mengajar dengan metode apa saja yang tidak
terlalu ruwet dan materi pembelajaran selesai walaupun belum tuntas.
Sebenarnya banyak solusi yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah, antara
lain: 1) mengoptimalkan KKG bagi guru, 2) mengadakan bengkel terkait dengan
penyusunan RPP yang baik dan benar dan tata cara pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, 3) mengadakan mikro mengajar dan pengajaran yang mengarah
ke kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dan 4) mengoptimalkan
pengawasan dalam proses pembelajaran bagi guru yang dititik beratkan pada tata
cara mengajar yang baik dan di kelas yang sebenarnya. Dengan mengoptimalkan
pelaksanaan pengawasan akademik yang terfokus pada kegiatan proses
pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kompetensi guru.

B. Tujuan Inovasi
Tujuan implementasi lesson study adalah peningkatan kompetensi guru
dalam pembelajaran. Peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, dan mempertajam kemampuan pengamatan guru terhadap
kegiatan belajar peserta didik. Pada gilirannya akan memudahkan guru
melakukan penelitian mengenai bagaimana memecahkan masalah-masalah
pembelajaran di kelasnya sendiri ataupun di kelas guru mitra yang sama -sama
sepakat melaksanakan lesson study dengannya. Guru akan belajar memberi dan
menerima masukan dan kritik membangun dengan perasaan lapang dada, tidak
marah dan kecewa karena dikritik, tetapi akan berterima kasih karena ada yang
memperhatikan dan memberikan saran bagaimana dia dapat membelajarkan
peserta didiknya dengan lebih baik, karena tidak pernah ada suatu pelajaran
yang sempurna. Selain itu pengembangan lesson study ditujukan agar para guru
bisa saling belajar dari realita pembelajaran siswa dalam kelas yang nyata dan
agar guru dapat saling memperkuat latar belakang mereka tentang materi
pelajaran.

C. Manfaat yang Diperoleh


• Bagi guru adanya lesson study mendorong guru untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan mereka dalam merencanakan, melaksanakan,
serta mengevaluasi kegiatan belajar dan mengajar. Menjadi wadah untuk
merundingkan masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan kewajiban
sehari-hari mereka dan untuk mencari pemecahan yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan, siswa, guru, kondisi sekolah,
dan masyarakat. Memberi kesempatan bagi para guru untuk berbagi
informasi dan pengalaman mengenai pelaksanaan kurikulum, serta untuk
mengembangkan sains dan teknologi. Memberi kesempatan bagi para guru
untuk menyampaikan pendapat mereka pada pertemuan KKG sehingga
meningkatkan kemampuan mereka.

• Bagi siswa adanya lesson study siswa dapat mengalami “pembelajaran”


(dalam arti memiliki pemahaman terhadap apa yang dipelajari). Dapat
mengamati dan mempelajari keterampilan proses, keterampilan
memecahkan maslah, dan keterampilan berfikir ketika mempelajari suatu
pengetahuan.

• Bagi sekolah adanya lesson study dapat membangun kerjasama dengan


sekolah-sekolah lain untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
kondusif, efektif, dan menyenangkan.

D. Rancang Bangun dan Pokok Perubahan yang Dilakukan


Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas
pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang dengan istilah “jugyokenkyu”
(Yoshida, 1999 dalam Lewis, 2002). Orang Amerika menyebutnya sebagai lesson
study atau dalam bahasa Indonesia sebagai “kaji pembelajaran” atau “studi
pembelajaran” meskipun dalam bahasa Indonesia ini belum lazim dipakai.
Pada dasarnya lesson study merupakan suatu bentuk utama peningkatan
kualitas pembelajaran dan pengembangan koprofesionalan guru. Dalam
pelaksanaannya guru-guru secara kolaboratif 1) mempelajari kurikulum,
merumuskan tujuan pembelajaran, dan tujuan pengembangan siswanya
(pengembangan kecakapan hidupnya); 2) merancang pembelajaran untuk mencapai
tujuan tersebut; 3) melaksanakan dan mengamati suatu research lesson
(pembelajaran yang dikaji); dan 4) melakukan refleksi untuk mendiskusikan
pembelajaran yang dikaji, menyempurnakannya, dan merencanakan pembelajaran
berikutnya.
Lesson study didefinisikan sebagai suatu model pembinaan (pelatihan) profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun
komunitas belajar. Pelaksanaannya ditekankan pada tiga tahap, yaitu plan
(merencanakan atau merancang), do (melaksanakan), dan see (mengamati, dan
sesudah itu merefleksikan hasil pengamatan).
Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) dilaksanakan dalam periode dua kali
sebulan. Pesertanya adalah guru di sekolah rintisan (piloting), kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan pihak lain yang terkait. Dalam kegiatannya semua guru
mengimplementasikan lesson study, melaksanakan open lesson setidaknya sekali
dalam setahun. Dalam masa pandemi Covid-19, lesson study dapat dilaksanakan
secara daring melalui link aplikasi yang digunakan guru dalam pembelajaran dan
juga melalui video pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. Durasi pelaksanaan
lesson study adalah 1 hari per pertemuan atau pelatihan. Sebagai penanggungjawab
pelaksanaan lesson study adalah kepala sekolah dimana sekolah yang ditunjuk
sebagai sekolah rintisan (piloting).
Lesson Study berbasis KKG dilaksanakan dalam periode dua kali sebulan.
Pesertanya adalah guru dari sekolah yang mengadakan atau ketempatan open
lesson, kepala sekolah, pengawas sekolah, dinas pendidikan dan pihak lain yang
terkait. Kegiatan lesson study meliputi kegiatan plan dan do-see (biasanya 2 X plan
dan 4-5 X do-see dalam satu semester). Penanggungjawab adalah ketua KKG
homebase, fasilitator KKG, pengawas, dan dinas pendidikan. Durasi pelaksanaan
lesson study adalah 1 hari per pertemuan atau pelatihan. Dalam masa pandemi
Covid-19, lesson study dilaksanakan secara daring dan melalui video pembelajaran.

E. Pedoman Teknis
Lesson Study dilaksanakan melalui tahapan-tahan sebagai berikut:
a. Tahapan dalam Pembuatan RPP. Pada tahap 1, guru bersama-sama membuat RPP
dan mengembangkan LKS. Mereka menunjuk guru model dan guru model
melaksanakan pembelajaran sebagai perwakilan kelompok. Pada tahap 2, guru model
ditunjuk lebih dahulu, kemudian guru model mengembangkan RPP dan LKS dalam
bentuk draft. Pada level KKG para guru membahas draf yang ada, kemudian
menetapkan RPP dan LKS yang akan dipakai. Pada tahap 3, guru model
mengembangkan RPP dan LKS sendiri sambil meminta pendapat rekan guru di KKG
atau di sekolah masing-masing.
b. Tahapan melaksanakan open lesson. Pada tahap 1, guru model memimpin
pembelajaran dengan berpegang teguh pada RPP yang dipersiapkan dalam KKG. Pada
tahap 2, guru model diperbolehkan dan dapat memodifikasi bagian dari RPP yang
dikembangkan bersama-sama dalam KKG dengan memperhatikan situasi dan kondisi
kelas. Pada tahap 3, apabila diperlukan adaptasi atas keadaan siswa, guru model
diperbolehkan merancang ulang pembelajaran, bahkan pada saat pelaksanaan.
c. Tahapan mengamati open lesson. Pada tahap 1, observer titentukan untuk mengamati
hanya satu kelompok siswa, kemudian menyampaikan refleksi tentang kelompok yang
diamati (memberi laporan pengamatan, akibatnya tidak ada diskusi atau pertukaran
pendapat di antara observer, karena yang diamati kelompok yang berbeda-beda). Pata
hap 2, tiap observer mengamati keseluruhan kelas dan dengan bebas memberikan
komentar di dalam refleksi dan semua observer memiliki kesempatan yang sama untuk
memberi komentar dan berdiskusi (bukan memberi laporan pengamatan saja).
d. Tahapan memberi komentar dalam refleksi. Pada tahap 1, agar guru model tidak jera
atau ragu-ragu menjadi guru model lagi, harus dihindari komentar negatif mengenai cara
mengajar sang guru model. Pada tahap 2, diperbolehkan memberi komentar negatif
mengenai cara mengajar guru model selama benar-benar didasarkan atas temuan pada
pembelajaran siswa. Observer tidak hanya mengungkap fakta, tetapi juga memberikan
analisis atas penyebab munculnya kejadian yang ditemukan, serta cara-cara konkret
untuk mengatasi permaslahan yang terkait.

F. Kriteria Teknis
a. Dalam membuka dan mengawali diskusi refleksi moderator merupakan “orang kunci”
yang dapat menghidupkan suasana diskusi. Oleh karena itu, moderator harus pandai
berbicara sesuai situasi, dan juga harus memahami isi setaiap pembicaraan. Oelh
karena itu, moderator harus mengikuti dan mencermati semua situasi/kejadian
pembelajaran yang akan direfleksikan.
b. Pada saat memberi kesempatan guru model menyampaikan refleksinya disampaikan
rambu-rambu apa saja yang perlu diungkapkan guru model, antara lain guru tidak hanya
mengungkapkan perasaan senang, sedih, dan bangga, atau kurang puas terhadap hasil
mempraktikkan skenario pembelajaran yang telah dipersiapkan, tetapi juga
menyampaikan ringkasan alur langkah-langkah pembelajaran, terutama untuk
mengulas hal-hal yang menarik dan ketidakterlaksanaan langkah-langkah
pembelajaran.
c. Agar diskusi lebih terfokus dan terarah, sebaiknya waktu diskusi dibagi menjadi
beberapa termin dengan masing-masing termin mengacu pada permasalahan tertentu.
d. Berilah kesempatan kepada beberapa orang untuk mengemukakan temuan hasil
pengamatan yang menarik untuk diulas dan yang sesuai dengan tema termin diskusi.
Komentar hendaknya disertai dengan mengemukakan fakta atau data konkret hasil
pengamatan.
e. Setelah seorang atau beberapa orang menyampaikan komentar terkait dengan
temuannya, moderator harus berusaha untuk menangkap esensi dan hal menarik yang
perlu dibahas lebih jauh terkait penyebab munculnya fenomena tersebut dan alternative
solusi yang diusulkan.
f. Perhatian dan konsentrasi moderator harus selalu focus pada setiap komentar yang
disampaikan peserta, sambil selalu berfikir mengenai “bagaimana membuat situasi
diskusi lebih hidup, menarik, dan tidak membosankan”.
g. Upayakan untuk memberikan kesempatan yang merata kepada semua peserta diskusi.
Hindarkan adanya dominasi komentar atau bicara oleh orang tertentu.
h. Pada akhir setiap termin, moderator harus berusaha memberikan ulasan singkat,
semacam resume, dari hal yang didiskusikan dalam termin tersebut.
i. Setelah termin pertama selesai, diskusi dilanjutkan ke termin berikutnya dengan tema
atau focus diskusi yang lain. Selesai di sini dalam arti maslah yang muncul,
kemungkinan penyebab dan laternatif solusinya telah dibahas secara tuntas.
j. Apabila ada narasumber lain, hendaknya juga diberi kesempatan untuk menyampaikan
komentar singkat terkait dengan focus diskusi suatu termin atau pada akhir diskusi
sebelum refleksi ditutup.
k. Jika ada suatu masukan yang sangat berarti untuk skenario pembelajaran atau
perangkat pembelajaran, maka disarankan agar RPP segera direvisi oleh guru model
atau oleh KKG.
l. Sebelum menutup forum diskusi refleksi, moderator hendaknya menyampaikan
ringkasan atau penegasan tentang hal-hal yang telah didiskusikan.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan


Kabupaten Banyuwangi

SURATNO, S.Pd., M.M.


Pembina Tk. I / IV/b
NIP. 19690806 1994031007

Anda mungkin juga menyukai