Fix Referat Yanis PD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

PERAWATAN PADA ULKUS DIABETIKUM

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa Kota Banda Aceh

Disusun Oleh:
Muhammad Yanis Armia
22174022

Pembimbing:
dr. Muzakkir, Sp.PD, K-GH

SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


ABULYATAMA RUMAH SAKIT SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
KOTA BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, akhirnya Kami dapat menyelesaikan Referat ini
tepat pada waktunya dan sebaik-sebaiknya dalam rangka melengkapi persyaratan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD meuraxa dengan judul
“PERAWATAN PADA ULKUS DIABETIKUM”. Dalam penyusun Referat ini, saya
mendapat banyak masukan, bantuan dan juga bimbingan serta pengarahan dari berbagai
pihak baik dalam bentuk moril serta materil. Untuk itu dalam kesempatan ini Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Muzakkir, Sp.PD, K-GH
selaku pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan kepada saya selama
penulis melaksanakan KKS di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Meuraxa Kota Banda
Aceh. Semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan Ilmu Kedokteran khususnya. Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
sempurna, adapun Kami menerima kritikan saran berupa lisan maupun tulisan selama
membangun.

Banda Aceh, 3 Januari 2023


Penyusun

Muhammad Yanis Armia,S.ked


22174022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5

2.1 DEFINISI ULKUS DIABETIKUM .....................................................................5

2.2 TANDA DAN GEJALA ULKUS DIABETIKUM...............................................5

2.3 ETIOLOGI ULKUS DIABETIKUM...................................................................6

2.4 PATOFISIOLOGI ULKUS DIABETIKUM.......................................................6

2.5 MANIFESTASI KLINIS ULKUS DIABETIKUM.............................................7

2.6 FAKTOR TERJADI NYA ULKUS DIABETIKUM..........................................8

2.7 PENCEGAHAN ULKUS.....................................................................................10

2.8 PENATALAKSANAAN ULKUS........................................................................13

BAB III KESIMPULAN…..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA…...................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren, merupakan
penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan rutin
ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan di rumah sakit membutuhkan biaya
yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem
pemeliharaan kesehatan.1 Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
neuropati, trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit
vaskuler perifer.Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang menyeluruh dan
sistematik dapat membantu memberikan arahan perawatan yang adekuat.1

Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu debridement, offloading

dan kontrol infeksi. Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan perawatan
karena ada beberapa alasan, misalnya unfuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi,
memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.
Tujuan utama perawatan ulkus diabetes sesegera mungkin didapatkan kesembuhan dan
pencegahan kekambuhan setelah proses penyembuhan. Dari beberapa penelitian,
menunjukkan bahwa perkembangan ulkus diabetes dapat dicegah.1

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ulkus Diabetikum


Ulkus diabetikum merupakan kondisi yang terjadi pada penderita diabetes melitus
dikarenakan abnormalitas syaraf dan terganggunya arteri perifer yang menyebabkan
terjadinya infeksi tukak dan destruksi jaringan di kulit kaki. Ulkus diabetikum
disebabkan karena meningkatnya hiperglikemia yang kemudian menyebabkan
terjadinya kelainan neuropati dan pembuluh darah. Kelainan neurpoati mengakibatkan
perubahan pada kulit, otot dan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki sehingga
meempercepat terbentuknya ulkus. Adanya ulkus yang terinfeksi maka kemungkinan
terjadinya tindakan amputasi menjadi lebih besar.1
Kondisi hiperglikemia yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya resiko
ulkus diabetikum yang sulit mengalami penyembuhan karena pasien mengalami
penurunan kemampuan pada bagian pembuluh darah dalam berkontraksi ataupun
relaksasi akibatnya perfusi jaringan pada bagian distal tungkai tidak baik. Peningkatan
hiperglikemia dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri patogen anaerob karena
plasma darah penderita yang tidak terkontrol dengan baik dan mempunyai kekentalan
(viskositas) yang tinggi yang mengakibatkan aliran darah menjadi lambat dan
menyebabkan suplai oksigen menjadi berkurang.3

2.2 Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum

Tanda dan gejala ulkus diabetik dapat dilihat berdasarkan stadium antara lain
sebagai berikut:3

1. Stadium I
Mulai ditandai dengan adanya tanda-tanda asimptomatis atau terjadi kesemutan.
2. Stadium II
Mulai ditandai dengan terjadinya klaudikasio intermitten yaitu nyeri yang terjadi
dikarenakan sirkulasi darah yang tidak lancar dan juga merupakan tanda awal penyakit
arteri perifer yaitu pembuluh darah arteri mengalami penyempitan yang menyebabkan
penyumbatan alirah darah ke tungkai.
3. Stadium III
Nyeri terjadi bukan hanya saat melakukan aktivtitas saja tetapi setelah
berektivitas atau beristirahat nyeri juga tetap timbul.

5
4. Stadium IV
Mulai terjadi kerusakan jaringan karena anoksia (nekrosis ulkus).

2.3 Etiologi Ulkus Diabetikum


Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum
diantarannya:3.4
 Neuropati sensori perifer yang menyebabkan insensitifitas nyeri.
 Trauma hal ini berhubungan dengan tekanan yang terlalu tinggi pada telapak
kaki selama proses berjalan.
 Deformitas kaki yang berhubungan dengan peningkatan tekanan pada plantar.
 Iskemik merupakan kekurangan darah dalam jaringan sehingga jaringan
mengalami kekurangan oksigen.
 Pembentukan kalus.

 Infeksi dan edema.

 Kontrol gula darah yang tidak bagus.

 Hiperglikemia yang terjadi selama berkepanjangan dan keterbatasan perawatan


kaki.

2.4 Patofisiologi Ulkus Diabetikum


Awal mula terjadinya masalah kaki atau ulkus diabetikum karenaterjadipeningkatan
hiperglikemia yang menyebabkan kelainan pada bagian pembuluh darah dan neuropati.
Neuropati, sensorik, motorik atau pun autonomik dapat menyebabkan berbagai
perubahan pada bagian kulit dan otot yang kemudian dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada bagian telapak kaki lalu akan mempermudah
timbulnya ulkus. Adanya resiko rentan terhadap infeksi menjadikan infeksi menjadi
mudah melebar dan semakin luas. Faktor aliran darah yang tidak cukup juga menjadikan
semakin susahnya pengelolaan pada kaki diabetes.2
Neuropati motoric menyebabkan terjadinya atrofi otot, perubahan biomekanik,
deformitas pada kaki dan redistribusi tekanan pada kaki hal tesebut yang dapat
mengarah pada terjadinya ulkus. Neuropati sensorik mempengaruhi dan terjadi
ketidaknyamanan yang membuat trauma berulang pada kaki. Syaraf otonom yang
mengalami kerusakan menjadi penyebab penurunan keringat sehingga kulit menjadi
kering, pecah-pecah ditandai dengan adanya fisura yang mempermudah masuknya
bakteri. Kerusakan pada bagian persyarafan simpatis pada kaki membuat timbulnya taut
(shunting) arteriovenosa dan distensi vena. Kondisi itu memintas bantalan kapiler

6
pada bagian yang terkena dan menghambat adanya suplai oksigen dan nutrisi.
Penyakit mikrovaskuler dapat menggagu terjadinya suplai nutrisi oleh darah ke jaringan
kaki.2

2.1.5 Klasifikasi Ulkus Diabetikum

Gambar 2. Klasifikasi Ulkus Kaki Diabetikum Wagner-Meggit Sumber:(Nather, 2016)

Klasifikasi Wagner-Meggit paling banyak digunakan secara menyeluruh untuk


penilaian lesi pada ulkus kaki diabetikum. Sistem penilaian ini memiliki 6 kategori.
Empat kelas pertama (Kelas 0,1,2 dan 3) berdasarkan kedalaman pada lesi, jaringan

7
lunak pada kaki. Dua nilai terakhir (Kelas 4 dan 5) berdasarkan pada tingkat gangrene
serta perfusi yang sudah hilang. Kelas 4 lebih mengacu pada gangrene kaki parsial lalu
kelas 5 lebih kepada gangrene yang menyeluruh. Luka superficial yang mengalami
infeksi ataupun disvaskular tidak bisa diklasifikasikan oleh sistem tersebut. Klasifikasi
ini hanya terbatas untuk mengidentifikasi gambaran penyakit vascular sebagai faktor
resiko independen.10

2.6 Faktor Terjadinya Ulkus Diabetikum


Faktor resiko terjadinya kaki diabetik yaitu:11
1. Usia
Umur ≥ 45 tahun sangat beresiko terjadinya Diabetes melitus tipe 2. Orang
dengan usia lebih dari 45 tahun dengan pengaturan diet glukosa yang sangat rendah
akan mengalami penyusutan sel-sel beta pankreas. Sel beta pankreas yang masih
tersisa pada dasarnya masih aktif tetapi sekresi insulinya yang semakin mengalami
kekurangan.
Pada lansia mengalami penurunan syaraf perifer dan kelenturan jaringan juga
menurun sehingga akan menimbulkan adanya luka diabetic.11
2. Lamanya penyakit diabetes mellitus
Semakin lama seseorang menderita DM menyebabkan hiperglikemia yang
semakin menginisiasi terjadinya hiperglisolia yang merupakan keadaan sel kelebihan
glukosa. Hiperglisolia kronik mampu mengubah homeostasis biokimiawi yang
kemudian berpotensi terjadinya perubahan dasar komplikasi kronik DM.11

3. Neuropati

Neuropati dapat mengakibatkan gangguan syaraf motorik, otonom dan sensorik.


Gangguan motorik mengakibatkan terjadinya atrofi otot, deformitas kaki, perubahan

8
biomekanika kaki dan distribusi tekanan pada bagian kaki mengalami gangguan
sehingga ulkus akan meningkat. Gangguan sensorik dirasakan ketika pasien mulai
mengeluhkan kakinya merasa kehilangan sensasi rasa atau kebas. Gangguan otonom
mengakibatkan kaki mengalami penurunan ekskresi keringat sehingga menjadi kering
dan terbentuk adanya fisura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang rentan
retak akan meningkatkan terjadinya ulkus diabetikum.11

4. Pola Makan atau kepatuhan Diet


Kepatuhan terhadap diet diabetes sangat mempengaruhi dalam mengontrol
kadar glukosa darah kolestrol dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat
mencegah adanya komplikasi kronik seperti ulkus kaki diabetik. Hal yang terpenting
bagi penderita diabetes melitus yaitu pengendalian dalam gula darah. Pengendalian
gula darah ini berhubungan dengan diet atau perencanaan makan karena gizi
memiliki hubungan dengan diabetes. Hal ini dikarenakan diabetes merupakan
gangguan kronis metabolisme zat gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak
dengan memiliki ciri terlalu tingginya konsentrasi gula dalam darah walupun kondisi
perut dalam keadaan kosong, serta tingginya resiko terhadap arteriosclerosis atau
penebalan pada dinding pembuluh nadi karena terjad timbunan lemak dan penurunan
fungsi syaraf.12
Penurunan fungsi syaraf pada bagian ekstermitas bawah dapat menimbulkan
nyeri, kesemutan dan hilangnya indera perasa yang memungkinkan terjadi luka,
menyebabkan terjadinya infeksi yang serius atau bahkan amputasi. Kontrol makanan
dapat menjadi upaya kontrol terhadap luka karena kontrol makanan merupakan
bagian dari kontrol metabolik dalam pendekatan multidisplin dalam penatalaksanaan
luka diabetik. Untuk glukosa darah harus selalu dalam keadaan normal karena dapat
mempengaruhi terakit terjadinya hiperglikemia dan menghambat proses
penyembuhan.12

5. Penyakit arteri perifer

Penyakit arteri perifer merupakan penyumbatan pada bagian arteri ekstermitas


bawah yang disebabkan karena artherosklerosis. Gejala yang sering ditemukan
pada pasien penderita arteri perifer yaitu klaudikasio intermitten yang dikarenakan
iskemia otot dam iskemik yang menimbulkan rasa nyeri saat beristirahat. Iskemia
berat akan mencapai puncak sebagai ulserasi dan gangrene.12

6. Kontrol glikemik buruk

9
Kadar glukosa darah yang sangat tidak terkontrol (GDP lebih dari 100
mg/dl dan GD2JPP lebih dari 144 mg/dl) dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi
kronik untuk jangka panjang baik makrovaskuler atau mikrovaskluer salah satunya
adalah ulkus diabetika.13
7. Perawatan kaki
Pada orang yang mengalami diabetes melitus harus rutin menjaga kebersihan
area kaki. Jika tidak di bersihkan maka akan mengalami gangguan peredaran darah
dan syaraf mengalami kerusakan yang mengakibatkan sensitivitas terhadap rasa
nyeri sehingga akan sangat mudah mengalami cidera tanpa di sadari. Masalah yang
sering timbul pada area kaki yaitu kapalan, mata ikan, cantengan (kuku masuk ke
dalam) kulit kaki mengalami retak atau pecah-pecah, luka karena kutu air dan kutil
pada telapak kaki.13 Pedoman dasar perawatan kaki oleh National Institutes of
Health dan American Diabetes association agar mencegah terjadi cidera
mengatakan apabila untuk pemotongan kuku harus posisinya tetap lurus agar tidak
terjadi lesi pada kuku. Apabila kesulitan untuk melihat bagian kaki, sulit untuk
mencapai jari-jari, kuku kaki yang menebal harus dibantu dengan orang lain atau
perawat kesehatan untuk membantu memotong kuku kaki. Memotong dan
merawat kuku secara teratur pada saat mandi hindari terjadinya luka kembali pada
jaringan disekitar kuku, rendam dengan menggunakan air hangat kurang lebih 5
menit apabila kuku keras dan sulit untuk di potong.13

8. Penggunaan alas kaki yang tidak tepat


Seseorang yang menderita atau mengalami diabetes atau ulkus diabetikum harus
menggunakan alas kaki, sepatu sesuai dengan ukuran dan nyaman saat digunakan, lalu
untuk ruang di dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Bagi penderita diabetes atau
ulkus diabetikum tidak boleh berjalan tanpa menggunakan alas kaki karena akan
memperburuk kondisi luka dan mempermudah sekali untuk terjadinya trauma
terutama apabila terjadi neuropati yang membuat sensasi rasa berkurang atau hilang,
jangan menggunakan sepatu atau alas kaki yang berukuran kecil karena sangat
beresiko melukai kaki Seseorang yang menderita atau mengalami diabetes atau ulkus
diabetikum tidak disarankan berjalan tanpa menggunakan alas kaki karena akan
memperburuk kondisi luka dan mempermudah terjadinya trauma pada ulkus diabetika
terutama apbila terjadi neuropati yang membuat sensasi rasa berkurang atau hilang.13

2.7 Pencegahan Ulkus Diabetikum


1. Pencegahan Primer

10
Penyuluhan mengenai terjadinya Ulkus kaki diabetik sangat diperlukan dan
penting agar mampu untuk mempertahankan kondisi kaki yang dalam kondisi baik
sebelum menuju ke kondisi yang lebih buruk. Penyuluhan ini dilakukan
mengenai kontrol glukosa darah untuk penderita diabetes melitus seperti
olahrga, gaya hidup. Edukasi pada penderita dan praktek secara mandiri seperti
menjaga kebersihan area kaki, mempertahankan kelembababan kulit kaki dengan
menggunakan pelembab dan perawatan kuku alangkah baiknya dilakukan pada
kegiatan penyuluhan. pengobatan terutama pada hal keberhasilan melakukan
pengobatan ulkus diabetik dilakukan untuk mencegah terjadinya ulkus yang
disesuaikan dengan resiko kaki.14
Faktor pengetahuan menjadi pengaruh utama bagi seseorang dalam berperilaku.
Pengetahuan merupakan pemahaman manusia mengenai bagaiamana kehidupan dan
isinya, yang dapat dilihat dari hasil tau dari faktor pendidikan serta pengalaman baik
secara formal ataupun informal. Bagi penderita diabetes tingkat pengetahuan
merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap penerapan manajemen
penyakit dan komplikasinya. Keluarga juga mempunyai peran dalam melakukan
manajemen tersebut.14

2. Pencegahan Sekunder
Berbagai hal yang harus dilakukan dengan tepat agar memperoleh hasil
pengelolaan yang maksimal, diantaranya:15
a. Metabolic control (Kontrol Metabolik)
Yaitu mengendalikan kadar glukosa darah, lipid dan sebagainya. Kontrol
mekanik meliputi mengistirahatkan kaki, sebisa mungkin harus menghindari adanya
tekanan pada daerah yang mengalami luka, menggunakan bantal di bawah kaki saat
beristiraht bertujuan untuk menghindari lecet pada luka. Intervensi pada faktor-faktor
resiko juga harus dilakukan seperti penggunaan alas kaki, manajemen kalus dan
perawatan kuku.15
b. Vaskular control (Kontrol Vaskular)
Yaitu memperbaiki supali vaskular dengan tindakan operasi atau angioplasti
biasanya diperlukan pada kondisi ulkus iskemik. Apabila keadaan vaskular
memburuk maka akan memperlambat proses penyembuhan.15

c. Infection Control-Microbiological Control


Yaitu pengobatan infeksi jika ada tanda-tanda klinis infeksi. Data yang
berhubungan dengan pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah
yang berbeda-beda. Antibiotik yang digunakan harus sesuai dengan hasil biakan
kuman serta resistensinya. Pemberian antibiotik harus diberikan antibiotik dengan

11
spectrum luas mencakup kuman gram positif, negatif misalnya golongan sefalosporin
di gabungkan dengan obat yang memiliki manfaat terhadap kuman anaerob misalnya
metronidazole.16

d. Wound Control
Yaitu tindakan membuang jaringan yang mengalami infeksi dan nekrosis secara
teratur. Perawatan pertama kali sejak pasien datang periksa harus dilakukan dengan
teliti dan baik. Debridement yang tepat serta adekuat dapat mengurangi jaringan
nekrotik dengan demikian akan mengurangi adanya pus atau cairan dari ulkus atau
gangren. Debridement dilakukan dengan membuang bagian dasar luka yang
abnormal dan jaringan tepi luka seperti epidermis hiperkeratosis (kalus), jaringan
dermal nekrotik, debris dan elemen bakteri yang menhambat terjadinya proses
penyembuhan luka.16 Dari beberapa penelitian di dapatkan bahwasnya debridement
berguna dalam membantu proses penyembuhan luka dengan memproduksi jaringan
granulasi. Debridement harus dilakukan untuk penangan lukas kronis agar
membuang jaringan yang sudah mati atau nekrotik.
Terdapat dua prinsip dalam melakukan perawatan pada luka yang kronis yaitu
prinsip pertama menyangkut pembersihan atau pencucian luka. Luka yang tidak
mengeluarkan cairan atau luka kering maka dibersihkan dengan teknik swabbing
dengan ditekan dan di gosok secara perlahan dengan kassa steril atau kassa bersih
yang dibasahi dengan cairan NacL 0.9%. Nacl 0,9% adalah cairan yang termasuk
aman untuk merawat luka karena cairan ini memiliki sifat fisiologis, non toksis
serta tidak mahal untuk harganya. Setiap liternya mengandung natrium klorida 0,9
gram sehingga aman untuk di pakai untuk membersihkan luka.17

e. Pressure Control (Mengurangi Tekanan)


Tekanan yang terjadi secara berulang dapat mengakibatkan ulkus sehingga harus
dihindari sekali. Hal ini sangat perlu dan penting dilakukan pada penderita ulkus
neuropatik dan diperlukan adanya pembuangan kalus, memakai sepatu yang sesuai
dengan ukuran jangan terlalu ketat atau sempit.17

f. Educational Control

Dalam hal ini edukasi sangat penting untuk penatalaksanaan kaki diabetes.
Dengan adanya penyuluhan yang baik maka diharapkan penderita diabetes, ulkus
atau gangrene diabetik dan anggota keluarganya mampu membantu, mendukung

12
berbagai tindakan yang diperlukan untuk terjadinya penyembuhan luka secara
optimal.17

3. Pencegahan Tersier
Penderita diabetes melitus yang terdapat luka dan ada tanda-tanda seperti
inflamasi berupa adanya edema, panas, merah pada kulit serta juga ada ulkus yang
sangat berbau sehingga di curigai terinfeksi maka segera untuk di lakukan evaluasi
dan di diagnosis secara klinis sesuai dengan tanda dan gejala inflamasi lokal. Oleh
karena itu sangat diperlukan bantuan petugas kesehatan untuk melakukan perawatan
luka diabetik. Penatalaksanaan luka diabetik memiliki tujuan untuk proses
penyembuhan luka lengkap dengan gold standard untuk terapi luka.17
Penatalaksanaan pada luka diabetik ditentukan berdasarkan derajat keparahan luka,
vaskularisasi dan adanya infeksi.
Rehabilitasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan untuk
penatalaksanaan kaki diabetik. Sejak pertama pencegahan terjadinya ulkus diabetik
dan setelah perawatan, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya kecacatan yang lebih lanjut. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis
berlangsung sampai sesudah tindakan amputasi untuk memberikan bantuan bagi
mereka menghindari timbulnya ulkus yang baru. Pemakaian alas kaki atau sepatu
khusus dapat mengurangi terjadinya tekanan pada plantar karena ulkus yang terjadi
selanjutnya akan memberikan prognosis yang jauh lebih parah dari pada ulkus yang
baru awal terjadi.18

2.8 Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan ulkus diabetikum dapat dilakukan dengan berbagai
usahaseperti rehabilitasi saat melakukan perawatan kemudian rehabilitasi untuk
mencegah timbulnya ulkus yang baru.18
 Manajemen Perawatan Kaki
Menjaga kebersihan kaki setiap hari dengan cara sebagai berikut:

13
Gambar 3: Perawatan kaki diabetik

 Melakukan pemeriksaan kaki diabetes dengan cara inspeksi dengan menggunakan


cermin untuk memeriksa seluruh bagian kaki yang sulit dijangkau
 Periksa bagian dari kuku jari, lihat ada tidaknya kuku yang tumbuh dibawah kulit
(ingrown nail), retakan atau robekan pada kuku
 Periksa bagian kulit di bagian sela-sela jari (dari ujung sampai pangkal jari), amati
apakah ada bagian kulit yang retak, luka, melempuh atau terjadi pendarahan
 Periksa pada bagian telapak kaki apakah ada luka, kalus (kapalan), plantar warts
atau kulit telapak kaki yang retak (fisura)
 Periksa adanya bentuk kelainan tulang pada area kaki seperti terdapat edema ibu
jari, ibu jari bengkok
 Periksa kelembapan kulit dan cek kemungkinan kulit berkerak atau kering akibat
adanya luka
 Periksa kemungkinan adanya bau pada area kaki

 Bersihkan dan cuci kaki setiap hari dengan menggunakan air hangat

 Bersihkan menggunakan sabun dengan lembut sampai ke bagian sela-sela jari


kaki
 Keringkan kaki dengan menggunakan kain yang bersih, lembut sampai ke bagian
sela-sela jari
 Gunakan pelembab atau krim pada area permukaan kulit kaki untuk menghindari
kulit kering dan pecah
 Jangan menggunakan pelembab atau krim di sela-sela jari kaki karena akan
meningkatkan terjadinya kelembapan dan menjadi tempat berkembangnya
mikroorganisme (fungi)

b. Perawatan Kuku Kaki

 Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari, tidak terlalu pendek dekat
dengan kulit kemudian mengikir kuku agar tidak tajam untuk menghindari
hangnails
 Hindari terjadinya luka pada jaringan disekitar kuku. Apabila kuku keras sulit
untuk dipotong rendam kaki dengan air hangat ± 5 menit
 Memotong kaki sebaiknya dilakukan minimal seminggu 1 kali
 Kuku kaki yang menusuk daging dan terdapat kalus sebaiknya di obati oleh
dokter

14
c. Pemilihan alas kaki yang tepat

 Memakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kemungkinan resiko
terjadinya luka tidak terkecuali di dalam rumah
 Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari kaki
terpasang pada sepatu dengan aman, nyaman (sepatu yang agar lebar) jangan
menggunakan model sepatu yang tinggi atau lancip khususnya wanita karean
untuk menghindari adanya resiko cidera
 Memeriksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian tumit sepatu, telapak kaki,
bagian atas dan again dalam dasar (alas) dan tepi
 Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing atau tajam
 Jangan menggunakan kaos kaki yang ketat, sebaiknya menggunakan kaos kaki
yang terbuat dari kapas wol atau campuran dari keduannya
 Lepas sepatu setiap4-6 jam serta menggerakan pergelangan, jari-jari kaki agar
sirkulasi darah tetap optimal

d. Konsultasi dengan dokter

 Konsultasikan dengan dokter apabila terjadi luka yang membengkak dan


bernanah. Tidak adanya pemulihan setelah melakukan perawatan sendiri
selama 3 hari terjadinya perubahan warna misalnya menjadi hitam dan kaki
bengkak

e. Hal-hal yang perlu dihindari dalam perawatan kaki diabetes

 Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki

 Hindari menggunakan plester pada kulit

 Usahakan kaki tidak kontak dengan air panas (jangan menggunakan botol panas
atau peralatan listrik dirumah untuk memansakan kaki ketika merasakan nyeri)
 Jangan menggunakan batu, silet atau peralatan tajam lainnya untuk mengurangi
kallus atau kapalan
 Jangan biarkan luka sekecil apapun pada kaki langsung pergi konsultasikan
dengan dokter

f. Senam Kaki Diabetik


senam kaki merupakan gerakan yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes
mellitus untuk mencegah terjadinya luka, membantu memperlancar aliran darah bagian

15
kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mencegah terjadinya kelainan bentuk
dan mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.

g. Manfaat senam kaki diabetik


 Mengontrol kadar gula darah
 Menghambat dan memperbaiki resiko penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada
penderita diabetes mellitus yaitu penyakit- penyakit vaskuler yang sangat
berbahaya seperti penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah
perifer
 Mengurangi pemakaian obat oral serta insulin
 Persiapan Senam Kaki
 Persiapan alat: Kertas Koran 2 lembar dan kursi
 Persiapan lingkungan: Ciptakan lingkungan yang nyaman dan menjaga privasi
 Jika dilakukan dengan posisi duduk maka pasien duduk tegak diatas bangku
dengan menyentuh lantai

i. Langkah-langkah Senam Kaki


 Posisi tumit di lantai kedua jari kaki diluruskan menghadap ke ataa, di bengokkan
kembali ke arah bawah
 Pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan dilantai dengan posisi tumit kaki
diangkat ke atas. Lakukan hal ini secara bersamaan pada kaki kiri dan kanan
dengan bergantian, ulangi sebanyak 10 kali
 Angkat kaki sejajar, gerakan telapak kaki ke depan dan belakang juga. Pada kaki
kanan dan kiri lakukan secara bergantian, lakukan sebanyak 10 kali
 Lalu angkat kaki sejajar, gerakan telapak kaki ke depan. Lakukan cara seperti ini
secara bersamaan lalu ulangi sebanyak 10 kali
 Angkat salah satu bagian kaki, tulis angka nol secara bergantian.

 Bentuk kertas menyerupai bola kemudian buka kembali kertas-nya lalu robek
dengan menjadikan-nya dua bagian, salah satu robekannya di robek lagi sampai
menjadi bagian kecil-kecil lalu kumpulkan.
j. Debridement
Hal ini dilakukan pada kondisi luka yang sudah kronis dengan tujuan untuk
menghilangkan luka di permukaan dan jaringan yang sudah mati atau nekrotik.
Dengan begitu akan mempercepat proses penyembuhan dengan meningkatkan
produksi jaringan granulasi dan bisa dicapai dengan proses pembedahan enzimatik,

16
biologis serta autolisis. Debridement hanya boleh dilakukan menggunakan pisau
bedah, metode seperti ini justru dianggap lebih cepat dan efektif untuk menghilangkan
hiperkeratosis, jaringan mati.
Klasifikasi jenis-jenis debridement yaitu:18
 Pembedahan tajam dengan menggunakan pisau bedah, yaitu untuk persiapan luka,
menghilangkan bagian jaringan yang sudah menghitam atau mati (nekrotik) serta
mikroorganisme
 Mekanis dengan menggunakan dressing basah sampai kering, irigasi luka dan
dekstranomer
 Enzimatik dengan menggunakan enzim kimia seperti kolagenase, papain atau
tripsin seperti krim, salep
 Debridement autolitik dengan menggunakan enzim in vivo yang mampu mencerna
sendiri bagian jaringan yang menyimpang seperti hydrogel atau hidrokolid.

k. Dressing
Dressing dipergunakan untuk mempercepat adanya penyembuhan luka.
Dressing bukanlah pengganti dari debridement. Dressing lebih melibatkan
pemeliharaan sekitar luka seimbang yaitu tidak terlalu lembab maupun kering. Tenaga
kesehatan harus mempergunakan pembalut luka yang sesuai dengan kondisi luka pada
kaki diabetik. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan meliputi lokasi luka, luas
atau ukuran, kedalaman luka, jumah dan jenis eksudat kondisi kulit kusut, jenis
jaringan utama pada bagian permukaan luka, kompatibilitas dengan menggunakan
terapi lain dan kualitas hidup serta kesejahteraan pada diri pasien.18
l. Amputasi
Dalam pedoman International Diabetic Foot, tindakan amputasi tidak boleh
dilakukan kecuali memang telah dilakukan assessment vaskular yang terinci. Amputasi
dilakukan ketika dalam kondisi Iskemi yang tidak bisa ditangani dengan analgesis atau
revaskularisasi, infeksi kaki yang kondisinya sudah mengancam jiwa yang tidak bisa
diperbaiki dengan dilakukan tindakan lain, ulkus kaki tanpa adanya proses
penyembuhan disertai dengan beban penyakit lebih tinggi dari pada akibat amputasi.
Pada beberapa kasus yang terjadi, komplikasi pada ulkus kaki diabetikum
menyebabkan tidak berguna secara fungsional dan tindakan amputasi merupakan
alternatif terbaik.18

2. Terapi Antibiotik

17
Pada ulkus kaki diabetikum apabila terdapat infeksi gabungan dari bakteri
anaerob atau aerob, antibiotik yang disarankan harus sesuai dengan hasil kultur serta
resistensi terhadap antibiotik. Karena itu untuk melakukan pemilihan antibiotik yang
pertama harus diberikan antibiotic golongan spectrum supaya infeksinya tidak
bertambah parah. Pemberian entibiotik harus melihat tingkat keparahan infeksinya
karena hal ini berguna untuk mencegah terjadinya resistensi selama menjalan terapi.18

2.9 Komplikasi Ulkus Diabetikum


1. Komplikasi makrovaskuler
Pada komplikasi makrovaskuler yang biasanya umum berkembang yaitu
trombosit otak atau dibagian otak mengalami pembekuan darah sebagian, gagal
jantung kongestif, penyakit jantung coroner dan mengalami stroke.17
2. Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi ini terjadi pada pasien diabetes dengan tipe 1 yaitu nefropati, diabetik
retinopati atau pasien mengalami kebutaan, neuropati dan amputasi akibat luka
diabetes yang sudah tidak mengalami perawatan dengan baik lalu mengalami infeksi
yang sangat parah.17

18
BAB III
KESIMPULAN

Ulkus diabetes merupakan salah safu komplikasi penyakit diabetes yang


menjadi salah satu masalah yang sering timbul pada penderita diabetes. Ulkus diabetes
menjadi masalah dibidang sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer, deforrnitas struktur kaki
menjadi faktor utama penyebab ulkus diabetes. Faktor lain turut berperan timbulnya
ulkus diabetes meliputi trauma, kelainan biomekanik, keterbatasan gerak sendi, dan
peningkatan resiko infeksi. Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan
penelusuran riwayat dengan baik, pemeriksaan fisik untuk neuropati perifer dan
insufisiensi vaskuler serta beberapa modalitas pemeriksaan tambahan lainnya.
Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus menjadi bagian yang penting dalam penanganan
ulkus diabetes, yaitu dalam penentuan rencana terapi yang tepat serta
pengamatannya. Selama ini ada beberapa sistem klasifikasi yang telah dikenalkan.
Klasifikasi ulkus didasarkan pada ukuran dan kedalam ulkus, adanya
hubungan dengan tulang, jumlah jaringan granulasi dan fibrosis, keadaan sekitar luka
dan adanya infeksi. Perawatan ulkus diabetes pada dasarnya terdiri dari 3 komponen
utama yaitu debridement, offloading dan penanganan infeksi. Penggunaan balutan
yang efektif dan tepat membantu penanganan ulkus diabetes yang optimal. Keadaan
sekitar luka harus dijaga kebersihan dan kelembabannya. Penegakan diagnosis dini
dan penanganan tepat ulkus diabetes merupakan hal yang penting untuk mencegah
amputasi anggota gerak bawah dan menjaga kualitas hidup penderita.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Kruse I, Edelman S. Evaluation dan Treatmen of Diabetic Foot Ulcer.


Clinical Diabetes Vol24, Number 2, 2015. p 91-93. [Accesed On Januari
2023]
2. Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer: Pathogenesis and Management. Am
Fam Physician, Vol 66, Number 9. 2016. p 1655-62[Accesed On Januari
2023]
3. Stillman, RM. Diabetic Ulcers. Cited Jun 2016. Available at : URL http
://www.emedicine.com. [Accesed On Januari 2023]
4. California Podiatric Medical Association Diabetic Wound Care. Cited
September 2016. Availabel at : URL http://www.Podiatrist.org. [Accesed
On Januari 2023]
5. Jones R. Exploring The Complex Care of The Diabetic Foot Ulcer. JAAPA.
2016. [Accesed On Januari 2023]
6. American Medical Association. Lower Extremity Amputation Episodes
Among person with Diabetes-New Mexico, 2017. JAMA. 2017 ;289 ;12:
1502-1503. [Accesed On Januari 2023]
7. H. Thorne, Charles. Grab's and Smith Plastic Surgery. 6th Edition. p 704-
706. Sumpio BE. Foot Ulcers. NEJM 2016; 343:787-93. [Accesed On
Januari 2023]
8. McCarthy JG, editor. Plastic Surgery. Philadelphia: W.B Saunders
Company; 2016.p.4079-92. [Accesed On Januari 2023]
9. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM; Fischer JE, Galloway AC,
editors. Principles of Surgery. 7th ed. New York: Mc Graw Hill;
2017.p.931-1004. [Accesed On Januari 2023]
10. Amstrong DG, Lavery LA. Diabetic Foot Ulcer: Prevention, Diagnosis and
Classification. Am Fam Physician.2016. [Accesed On Januari 2023]
11. oulton JM, Kirsner RS, Vileykite L. Neuropathic Diabetic Foot Ulcers.
NEJM 2017; 351:48-55. [Accesed On Januari 2023]
12. Caputo GM, Cavanagh PR, Ulbrecht JS, Gibbons GW, Karchmer AW.
Assessment and Management of Foot Disease in Patients with Diabetes.
NEJM 2016;331:854-60. [Accesed On Januari 2023]
13. Singh N, Amstrong DG, Lipsky BA. Preventing Foot Ulcers in Patients
with Diabetes. J Am Med Ass 2015;293,217-28. [Accesed On Januari 2023]

20
14. Beiser IH. Diabetic Foot. Cited Dec 2016. Available at: URL http:// Dr.Ian
H Beiser Podiatric Page. [Accesed On Januari 2023]

15. Doupis J, Veves A. Classification, Diagnosis, and Treatment of Diabetic


Foot Ulcers. Wound. May 2016; 20:117-126. [Accesed On Januari 2023]
16. Brem H, Sheehan p, Boulton AJ. Protocol for Treatment of Diabetic Foot
Ulcers. Am J Surg. 004;187(5A):15-105. [Accesed On Januari 2023]
17. Sibbald RG, Amstrong DG, Orsted HL. Pain in Diabetic Foot Ulcers.
Ostomy Wound Management. Apr 2018;49 :24-29
18. Beckman JA, Creager MA, Libby P. Diabetes and Atherosclerosis:
Epidemiology, Pathophysiology, and Management. JAMA' 2018; 287 ;19
:2570-2581. [Accesed On Januari 2023]

21

Anda mungkin juga menyukai