Pengembangan Pasar Kebon Watu Gede Sebagai Wisata Belanja Bagi Wisatawan Di Magelang Jawa Tengah
Pengembangan Pasar Kebon Watu Gede Sebagai Wisata Belanja Bagi Wisatawan Di Magelang Jawa Tengah
Pengembangan Pasar Kebon Watu Gede Sebagai Wisata Belanja Bagi Wisatawan Di Magelang Jawa Tengah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Wisatawan memiliki preferensi tertentu dengan atraksi yang disajikan
sehingga atraksi harus dikembangkan dan dikelola sesuai dengan potensi
desa sehingga mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh wisatawan”
(Aditha. Agung P, 2015. http://www.ejournal.stipram.net/ ).
B. Rumusan Masalah
2
3. Bagaimana peran serta masyarakat Dusun Jetak dalam
pengembangan objek wisata Pasar Kebon Watu Gede?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan diatas, maka
penelitian ini memfokuskan pada pembahasan mengenai peran serta
masyarakat dalam pengembangan objek wisata Pasar Kebon Watu Gede
agar dapat menjadi salah satu wisata belanja menarik di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah
D. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi yang
dimiliki Pasar Kebon Watu Gede sehingga dapat menentukan
pengembangan yang tepat di Magelang, Jawa Tengah
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
serta wawasan yang dijadikan sebagai acuan kerja dalam bidang ilmu
kepariwisataan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pariwista (S.Par) di Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
(STIPRAM) Yogyakarta.
2. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
bagi pengembangan ilmu kepariwisataan khususnya di bidang ilmu
kepariwisataan berbasis wisata belanja.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah daerah setempat terutama
Pemerintah Desa, Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga
dan Masyarakat setempat.
3
BAB II
LANDASAN TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata seperti sektor
perdagangan, hotel, restoran dan kunjungan wisatawan”. (Rosalina dan
Yerika, Mei 2018, http://ejournal.stipram.net/ ).
Pariwisata merupakan aktivitas pelayanan produk dan hasil industri
pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi
wisatawan. Unsur pembentuk pegalaman perjalanan bagi wisatawan
yang utama adalah adanya daya tarik dari suatu tempat atau lokasi.
( Dra. Damiasih, Ria Eka Yunita : 2017 :26 :
http://ejournal.stipram.net/ )
Berdasarkan pendapat-pendapat dan para ahli tersebut maka
penulis dapat memberikan pengertian bahwa pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari satu tempat ke
tempat lain dengan tujuan berwisata. Dan juga adanya peran
masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah dalam objek
dan daya tarik wisata yang ada, serta di dukung dengan adanya fasilitas
layanan.
2. Pengertian Wisatawan
Menurut G.A. Schmoll, wisatawan adalah individu atau
kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga
beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang
tertarik pada perjalanan yang pada umumnya dengan motivasi
perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik
oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang
dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang.
4
Wisatawan merupakan unsur utama dalam pariwisata.
Terlaksananya kegiatan pariwisata tergantung pada adanya interaksi
antara wisatawan dan objek wisata, yang didukung dengan berbagai
sarana prasarana pariwisata. Sebuah objek wisata akan dikatakan
menarik jika banyak dikunjungi wisatawan. (Kuntowijoyo, 2006 : 55).
Rekomendasi PATA (Pasific Area Travel Assosiation) yang
didasarkan atas Leangue of Nation tahun 1963 dan telah diberi
amandemen oleh Komisi Teknik IUOTO (International Union Of
Travel Organization) mengatakan bahwa wisatawan adalah orang-
orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu
minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan ke suatu negeri yang bukan
negeri dimana ia tinggal, atau wisatawan adalah setiap orang yang
mengunjungi suatu negara dengan tujuan untuk tidak menetap atau
bekerja tetap dan membelanjakan uangnya ditempat tersebut dengan
uang yang diperoleh ditempat lain (Musanef, 1996:14) (di kutip dari
e-jurnal kepustakaan hal 29-38 Pengembangan Desa Wisata
Nganggring Kabupaten Sleman Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung
Merapi milik Moch Nur Syamsu dengan link
http://ejournal.stipram.net).
Wisatawan membuat suatu keputusan untuk melakukan suatu
perjalanan wisata berdasarkan pada dorongan motivasi untuk
melakukan perjalanan. Pengambilan keputusan tersebut terdiri dari
beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah munculnya kebutuhan dan
keinginan dalam diri seseorang untuk melakukan perjalanan wisata,
selanjutnya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya
tersebut seseorang akan mulai mencari berbagai informasi terkait
dengan kebutuhan dan keinginannya tersebut. (Eko Haryanto,
http://ejournal.stipram.net)
5
3. Pengertian Daya Tarik Wisata
Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Menurut Sunaryo (2013, 25-27), daya tarik
wisata dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Daya tarik wisata alam, daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan berbasis pada keindahan dan
keunikan yang ada di alam, seperti pantai dengan keindahan
pasir putihnya, laut dengan aneka kekayaan terumbu karang
maupun ikannya, danau dengan keindahan panoramanya,
gunung dengan daya tarik vulcano-nya, hutan dan sabana
dengan keaslian flora dan faunanya, dan lain sebagainya.
b) Daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan berdasarkan pada hasil karya dan
cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya
maupun nilai budaya yang masih hidup dalam kehidupan di
suatu masyarakat, dapat berupa upacara /ritual, adat-itiadat,
seni pertunjukan, seni kriya, seni sastra maupun seni rupa
maupun keunikan kehidupan sehari hari yang dimiliki oleh
suatu masyarakat.
c) Daya tarik wisata minat khusus, daya tarik wisata yang
dikembangkan berdasarkan pada aktivitas untuk pemenuhan
keinginan wisatawan wisatawan secara spesifik, seperti
pengamatan satwa tertentu, memancing, berbelanja,
kesehatan dan penyegaran badan, arung jeram, wisata agro,
menghadiri pertemuan, rapat, perjalanan incentive dan
pameran atau yang dikenal sebagai wisata MICE (Meeting,
Incentive, Conference and Exhibition) dan aktivitas-
aktivitas wisata minat khusus lainnya yang biasanya terkait
6
dengan hobi atau kegemaran seorang wisatawan. (Susanto,
DR. Syaifulloh,M, 2018, 45-56) http://ejournal.stipram.net
Daya Tarik Wisata adalah suatu bentukan atau aktfitas dan fasilitas
yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau
pengunjung untuk datang ke suatu daerah/ atau tempat tertentu.
(Zahrotun Satriawati .Marganing Jati :2016 :24:
http://ejournal.stipram.net/ )
4. Pengertian Wisata Belanja (Shopping tourism)
Kegiatan belanja telah melekat pada perilaku wisatawan dan
merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan dari rantai nilai
pariwisata (UNWTO, 2014)
Hubungan antara belanja dan pariwisata dapat dipahami dalam dua
istilah –Tourist Shopping dan Shopping Tourism. Pada istilah
pertama, kegiatan belanja adalah bagian dari itinerary wisatawan.
Sedangkan istilah kedua, belanja adalah motif utama untuk berwisata
(Tosun, Temizkan, Timothy, & Fyall, 2007).
Dalam konteks shopping tourism atau wisata belanja, aktifitas
belanja dan fasilitas nya merupakan daya tarik wisata. Lebih lanjut,
wisata belanja memberikan kontribusi untuk penciptaan lapangan
kerja dan membangun citra yang baik ditengah tingginya kompetisi
yang ada. (Chang, Yang, & Yu, 2006; Tosun et al., 2007; Turner &
Reisinger, 2000; Yüksel & Yüksel, 2007).
Belanja artinya kegiatan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang secara sukarela tanpa ada paksaan untuk membeli
segala keperluan yang dibutuhkan. Maka, wisata belanja secara singkat
disimpulkan sebagai suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang bukan sekedar hanya jalan-jalan
tetapi sekaligus untuk membeli kaperluan dan melihat-lihat serta
menikmati daya tarik dari kawasan wisata belanja tersebut.(Mardiana
Lumban R, 2015)
7
Berdasarkan pendapat-pendapat dan para ahli tersebut maka
penulis dapat memberikan pengertian bahwa wisata belanaj (shopping
tourism) adalah suatu kegiatan wisata dengan tujuan berbelanja
menjadi tujuan utama dan menjadi daya tarik.
B. Metodologi Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Penulis membahas tentang Destinasi Wisata Belanja untuk menarik
garis linier antara jurnal ilmiah Domestic Case Study berjudul “Pasar
Beringharjo Sebagai Surga Belanja Wisatawan di Yogyakarta” dan
Foreign Case Study yang berjudul “Daya Tarik Chinatown Sebagai
Wisata Belanja Bagi Wisatawan Mancanegara di Singapura” maka
dalam penulisan artikel ilmiah ini, penulis mengambil judul
“Pengembangan Pasar Kebon Watu Gede Sebagai Wisata Belanja
di Magelang Jawa Tengah” Penulis mengambil judul tersebut untuk
membuat keterkaitan tema dalam pembahasan yang menitik beratkan
tentang Destinasi Wisata Belanja.
2. Jenis Penelitian
3. Materi Penelitian
Kabupaten magelang terletak di tengah pulau jawa, tepatnya di
persilangan lalu lintas ekonomi dan wisata antara semarang, magelang,
yogyakarta dan purworejo-temanggung,. sehingga kabupaten
8
magelanga merupakan salah satu wilayah strategis di tengah tengah
provinsi jawa tengah yang ditetapkan oleh Rencana Tata Ruang
Nasional dab Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah.
Pasar Kebon Watu Gede merupakan sebuah objek wisata baru
yang di buka pada bulan februari 2018. pasar ini terletak di tengah
pohon-pohon bambu, dengan pemandanagn gunung sumbing di
sebelah barat dan gunung merapi serta merbabu di sebelah timur. pasar
ini menyuguhkan aneka jajanan, makanan dan sovenir tradisional.
Mengusung konsep ramah lingkungan pasar ini melarang
pengunjungan untuk meroko di area pasar.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 di Pasar Kebon
Watu Gede Dusun Jetak, Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
5. Jenis Data
Menurut sumbernya, data penelitian di golongkan sebagai data
primer dan data sekunder yaitu:
a. Data primer
Data primer, atau data tangan pertama, adalah data yang
diperoleh lansung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data lansung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari. (Saifuddin, 2015:91)
b. Data sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang di
peroleh lewat pihak lain, tidak lansung di peroleh oleh peneliti dan
subjek penelitiannya. (Saifuddin, 2015:91)
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Tenik wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
9
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalamdan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidak- tidaknya pada pengetahuan
dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui
tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
(Sugiyono: 2015:194)
b. Observasi
Obeservasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain.Teknik pengumpulan
data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. (Sugiyono, 2015:194)
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar,
dan karya-karya monumental, yang semuanya itu memberikan
informasi bagi proses penelitian. .(Muh Fitra dan
Lutfiyah,2017:74)
7. Teknik Pengolahan Data
a) Reduksi data
Reduksi data adalah data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti
dan rinci. Mereduksi data berarti berarti merangkum, memilih hal-
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
10
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.
(Sugiyono:2015:338).
b) Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data.Dalam bentuk penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Sedangkan dalam
penelitian kuantitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik phie chard, pictogram dan sejenisnya. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah difahami tersebut. (Sugiyono :2015:341)
c) Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, danakan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahappengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. (Sugiyono :2015 :345)
d) Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dansumber data yang telah
ada.Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi,
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
11
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. (Sugiyono:2015 :330)
8. Analisis Data
Analisis SWOT adalah alat analisis yang umumnya digunakan
untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai faktor secara
strategis berdasarkan intuisi (pemahaman dan pengetahuan) expert
terhadap suatu objek.
Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis
SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal berupa kekuatan
dan kelemahan serta lingkungan eksternal berupa peluang peluang dan
ancaman yang dihadapi oleh perusahaan atau dianggap perusahaan.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal, yang
berupa peluang dan ancaman, dengan faktor internal, yang berupa
kekuatan dan kelemahan, sehingga dari hasil analisisnya dapat diambil
suatu keputusan strategis bagi perusahaan atau dianggap perusahaan.
(Utama dan Mahadewi, 2012:150)
12
BAB III
A. Gambaran Umum
13
Topografi wilayah Kabupaten Magelang berada pada ketinggian antara
154-3296 meter di atas permukaan laut, dengan luas Topografi datar 8.599
Ha, bergelombang 44.784 Ha, curam 41.037 Ha dan sangat curam 14.155
Ha. Wilayah Kabupaten Magelang secara umum merupakan dataran tinggi
yang berbentuk ‘basin’ (cekungan) dengan dikelilingi gunung-gunung
(Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Sumbing) dan pegunungan
Menoreh.
14
Jumlah Luas Wilayah
Nama Kecamatan Kelurahan
(Ha) (%)thd total
/ Desa
Salaman 20 6887 6,34
Borobudur 20 5455 5,02
Ngluwar 8 2244 2,07
Salam 12 3163 2,91
Srumbung 17 5318 4,90
Dukun 15 5430 5,00
Muntilan 14 2861 2,64
Mungkid 16 3740 3,44
Sawangan 15 7237 6,67
Candimulyo 19 4695 4,32
Mertyudan 13 4535 4,18
Tempuran 15 4904 4,52
Kajoran 29 8341 7,68
Kaliangkrik 20 5734 5,28
Bandongan 14 4579 4,22
Windusari 20 6165 5,68
Secang 20 4734 4,36
Tegalrejo 21 3689 3,31
Pakis 20 5968 5,49
Grabak 28 7718 7,11
Ngablak 16 4380 4,03
KAB.
372 108573 100,00
MAGELANG
15
penduduk disuatu daerah. Yang dapat membantu pemerintah daerah dalam
merumuskan kebijakan dan program pembangunan. Hasil dari Sensus
tahun 2000 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang 1.100.265 jiwa
Sedangkan Hasil Sensus 2010 Penduduk Kabupaten Magelang mencapai
1.181.723 Jiwa. Dari Kurun Waktu 10 Tahun penduduk Kabupaten
Magelang meningkat dengan pertumbuhan 0,72% per tahun. Penyebaran
penduduk yang terpadat Kecamatan Mertoyudan mempunyai jumlah
penduduk terbanyak 104,934 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar
2.310 jiwa/Km2, Jumlah penduduk terkecil Kecamatan Kajoran 51.477
jiwa kepadatan 617 jiwa/km2 .
Pasar kebon watu gede berada di Dusun Jetak Desa Sidorejo Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
16
ini menawarkan banyak daya tarik wisata yang menarik untuk di kunjungi.
Pasar Kebon Watu Gede ini menawarkan daya tari berupa suasana pasar
tradisional tempo dulu yang dipadukan dengan suasana alam dan
pemandangan yang masih asri.
Awal mula terbentukinya pasar kebon watu gede ini di mulai dari
inisiatif pemuda setempat untuk memberdayakan masyarakat setempat.
Awalnya pemuda setempat yang tergabung dalam karang taruna “Ta’dhiin”
Ini ingin membuat kolam berenang. karena dana yang di butuhkan tidak
sedikit sementara dana yang di miliki terbatas pada ahirnya pemuda
setempat memcari pilihan lain. Lalu pemuda setempat melakukan
kunjungan ke ambarawa tepatnya ke salah satu objek wisata embung yang
ada di ambarawa, pemuda setempat melakukan sharing pendapat dengan
pengelola embung yang sudah berpengalaman dalam mengelola objek
wisata. Saat kunjungan tersebut pemuda setempat mendapatkan masukan
untuk mengembangna potensi yang ada di daerah merekan sendiri. Sadar
jika di daerah mereka memiliki kebon bambu ahirnya pemuda setempat
memutuskan untuk membuat suat pasar wisata yang di buat di kebon bambu
yang konsepnya terinspirasi dari pasar papringan di temanggung yang
suadah lebih dulu berkembang.
Pasar Kebon Watu Gede pertama kali di buka pada tanggal 11 februari
2018. Pasar Kebon Watu Gede ini merupakan sebuah pasar tradisonal yang
dipadukan dengan suasana alam yang masih asri. Pasar ini terletak di
sebuah kebon bamboo dan kebon bamboo ini berada di tengah-tengah
persawahan yang lumayan jauh dari jalan besar maupun pemukima warga.
Pasar ini menyajikan daya Tarik berupa suasana pasar tradisonal tempo
dulu seperti bertransaksi mengunakan uang benggol dan menggunakan
peralatan makan jaman dulu, serta penjual di sana tidak menggunakan plasti
untuk membungkusmau pun menyajikan makanan melainkan
menggunakan daun, piring anyam atau mangkok dari badok kelapa. Pasar
17
ini terbagi dalam 3 blok A,B dan C setiap blok nya menjual bermacam-
macam makanan dan souvenir.
Pemilihan jadwal pagelaran pasar yang hanya dua kali dalam bulan
sekali dan hanya pada hari minggu pahing dan minggu legi di karenakan
hari minggu adalah hari libur bagi semua orang dan sangat cocok untuk
berwisata dan melepas lelah. Pemilihan hari minggu pahing dan minggu
legi dikarenakan selain kedua hari itu di dusun setempat sudah terdapat
kegiatan pengajian rutin di setiap tiap minggunya oleh sebab itu di pilihlan
minggu pahing dan minggu legi agar tidak merusak kegiatan yang sudah
ada. Selain itu dengan tetap melestarikan pasar yang menggunakan
tanggalan jawa serta sebagai strategi pengelola setempat agar pengujung
tidak cepat bosan saat berkunjung ke pasar kebon watu gede.
18
dapatkandi lokasi tersebut untuk menjadi bahan penelitian. Di Dusun Jetak,
Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah adalah lokasi
penulis melakukan Penelitian, dimana penulis melakukan observasi dan
wawancara dengan pihak Pengelola Pasar Kebon Watu Gede, masyarakat
sekitar Pasar Kebon Watu Gede dan wisatawan yang berkunjung ke Pasar
Kebon watu Gede.
Aksesibilitas menuju pasar kebon watu gede sudah bagus dengan jalan
bersapal dan lebar hanya saja kurangnya papan penunjuk arah untuk ke
pasar, sehingga Wisatawan dapat menggunakan google map untuk
menemukan dan mengunjungi pasar karna minimnya papan penunjuk arah
menuju Pasar Kebon Watu gede. bila kita menggunakan map hanya akan
behenti di pertigaan desa buka di pasar. Karena papan penunjuk arah hanya
menunjukan letak daerah kecamatan bandongan. akses masuk dari parkiran
menuju pasar dapat di lalui dengan jalan kaki dengan keadaan jalan sudah
sangat bagus. Untuk menuju pasar kebon watu gede di sarankan membawa
kendaraan pribadi baik motor maupun mobil karena sangat minimnya
transportasi umum untuk ke pasar.
19
ingin mencoba sensasi berbeda bisa juga dengan menggunakan kuda yang
juga di sediakan dengan membayar Rp. 5000.
Fasilitas umum dan fasilitas penunjang yang dimiliki pasar kebon watu
gede sudah cukup lengkap tapi masih kurang memadai daru segi jumlah.
Pasar kebon watu gede memiliki fasilitas sebagai berikut, memiliki lahan
parkir, toilet, musholla, panggung kesenian, tempat duduk, tempat sampah
dan stand-stand makanan. Kondisi toilet sudah bagus dan bersih namun
masih kurang dari segi jumlah karena hanya terdapat dua toilet di pasar dan
tidak di pisah antara laki-laki maupun perempuan selain itu lahan parkir
yang kurang memadai karena terletak di pinggir jalan dan cukup sempit.
Dan juga masih sangat minimnya tempat berteduh untuk mengantisipasi
musim hujan. Sedangkan dari hasil observasi yang dilakuka penulis,
sumber daya manusia yang ada di pasar kebon watu gede sudah cukup
banyak dan memadai, ini terlihat dari banyaknya petugas yang berada di
pasar kebon watu gede dengan seragam yang berbeda-beda.
Dari hasil observasi penulis, di pasar kebon watu gede sepertinya sudah
ada pengelola pasar ini terlihat dari seragan berwarna hitam bereberapa
orang yang bertuluskan panitia. Hubungan antar SDM di pasar kebon watu
gede menurut hasil observasi penulis terlihat baik, interaksi yang di
lakukan antara petugas satu dan yang lain terlihat akrab dan saling
menghormati antara yang muda terhadap yang lebih tua. Pendanaan pasar
kebon watu gede dari Hasil dari obeservasi yang di lakukan penulis,
pendanaan pasar kebon watu gede berasal dari tiket parkir motor maupun
mobil.
Pasar Kebon Watu Gede sendiri memiliki potensi yang sangat bagus
untuk mendatangkan wisatawan, namun memang memerlukan pengelolaan
yang baik dan juga kerja sama yang baik antara berbagai pihak mulai dari
pengelola, pemerintah dan masyarakat. Potensi ini tentu harus
dimanfaatkan dengan baik, terlebih kebon watu gede saat ini memiliki
pesaing yang sedikit di magelang.
20
Pengunjung dapat menikmati makanan dan suasana alam yang dimiliki
pasar kebon watu gede, di pasar kebon watu gede terbagi menjadi 3 blok
yaitu blok A,B dan C. Potensi yang di miliki pasar kebon watu gede cukup
beragam dan sangat berpotensi untuk di kembangkan lagi menjadi daya
Tarik, berikut potensi yang di miliki pasar kebon watu gede hasil dari
observasi penulis :
a. Keadaan Alam
Pasar kebon watu gede berada di kebon bamboo yang di sekitarnya
di kelilingi persawahan. Kedaan alam yang masih asri dan sejuk
serta pemandangan yang menarik berupa gunung merapi dan
merbabu yang terlihat dari jalan masuk menuju pasar.
b. Konsep Pasar
Konsep pasar yang memadukan alam dan tradisional membuat
pasar kebon watu gede sangan menarik untuk di kunjungi, suasana
tradisonal yang masih kental terasa dimana wisatawan bertransaksi
menggunakan uang jaman dulu, lalu menyantap makanan di tengah-
tengah alam yang sejuk. dan harga makanan yang di jual sangat
terjangkau. Makanan yang di jual di pasar tradisional beranekan
raga mulai dari makanan yang umum di temui sampai makanan
yang suadah sulit untuk di temukan di tempat lain. Souvenir yang
di tawarkan merupakan souvenir dan mainan jaman dulu yang
terbuat dari bahan-bahan yang di dapatkan di alam ,
c. Makanan dan souvenir
Makanan yang di jual di pasar tradisional beranekan raga mulai dari
makanan yang umum di temui sampai makanan yang suadah sulit
untuk di temukan di tempat lain dan yang pasti dengan harga
terjangkau. Terdapat makanan berat maupun cemilan yang dapat di
nikmati wisatawan. Souvenir yang di tawarkan merupakan souvenir
dan mainan jaman dulu yang terbuat dari bahan-bahan yang di
dapatkan di alam.
21
sesuai hasil observasi penulis, pasar kebon watu gede memiliki
keamanan yang baik ini terlihat dari adanya hansip dan polisi Babinkam
yang berjga saat pagelaran pasar kebon watu gede berlangsung. Serta
adanya petugas parkir dengan jumlah yang cukup untuk menjaga area
parkiran. Kebersihan di pasar kebon watu gede sudah bersih mulai dari
tempat maupun fasilitasnya yang sudah bersih dan nyaman untuk di
gunakan berwisata. Fasilitas sepetri toilet pun juga bersih dan wangi untuk
di gunakan. Untuk pelayana pelayana di pasar kebon watu gede bisa di
katakana baik karna menurut hasil observasi penulis petugas yang ada di
pasar kebon watu gede menyambut ramah dan sangat membantu
pengunjung yang datang ke pasar.
Menurut hasil observasi, di pasar kebon watu gede belum ada regulasi
seperti perjanjian kerjasama dengan dinas pariwisata karena tidak ada tiket
retribusi dan tiket parkir hanya buatan masyarakat setempat Sedangkan
untuk pesaing dari hasil observasi yang di lakukan penulis, di wilayah
magelang sendiri pasar kebon watu gede tidak memiliki pesaing sementara
jika di wilayah luar magelang ada beberapa pesaing seperti jogja dan
temanggung.
Dilihat dari observasi penulis di setiap pagelaran pasar kebon watu gede
selalu ramai pengunjung puncak keramainan biasanya di antar jam 8 sampai
jam 10 siang. Dan pengunjung yang datang ke pasar kebon watu gede
merupakan wisatawan local, penulis tidak menemukan wisatawan asing
saat melakukan observasi dan penelitian. serta pengunjung yang datang dari
semua kalangan usia baik anak-anak, remaja, orang dewasa sampai orang
usia lanjut juga berkunjung ke pasar kebon watu gede.
22
Di pasar kebon watu gede belum menggunakan teknologi seperti cctv
dan mesin tiket parkir petugas hanya menggunakan Ht atau smartphone
masing-masing untuk saling berkominukasi dan juga menggunakan sound
system untuk memutar musik gamelan jawa, sedangkan untuk selebihnya
hampir semua kegiatan di lakukan secara manaual atau menggunakan
tenaga manusia.
C. Deskripsi Responden
Deskripsi karakteristik informan adalah menguraikan atau memberi
gambaran mengenai indentitas responden dalam penelitian ini, sebab
dengan menguraikan identitas informan yang menjadi sample dalam
penelitian maka akan dapat diketahui sejauh mana identitas informan dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, deskripsi informan dalam penelitian ini
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis
kelamin, jenis pekerjaan, usia dan pendidikan terakhir yang ditempuh.
Deskripsi informan ini diambil dari hasil wawancara selama penelitian
berjumlah 100 informan. Data identitas informan dapat dijelaskan dan
dianalisis sebagai berikut :
1. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
38% Perempuan
Laki-laki
62%
23
Berdasarkan Diagram diatas, diketahui bahwa
responden berdasarkan jenis kelamin merupakan identitas yang
penting dalam menganalisis responden. Penulis membagi dua
kategori jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Dari 100
responden terdapat 38% laki-laki dan 62% perempuan
2. Umur
Umur
6% < 20 tahun
12% 30% 21 - 30 tahun
12% 31- 40 tahun
41-50 tahun
40% >51
24
3. Pekerjaan
Pekerjaan
Pelajar Mahasiswa
7% 5%
PNS
9%
Wiraswasta
47%
Ibu Rumah Tangga
19%
wirausaha
13% lainya
4. Asal
Asal
luar kota
51% 49%
Dalam Kota
25
Diagram 4 karakteristik responden berdasarkan asal
D. Faktor Lingkungan
1. Faktor Lingkungan Internal
a. Aksesibilitas
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi, Aksesibiltas menuju pasar
kebon watu gede sudah bagus baik jalan raya maupun jalan masuk
menuju pasar hanya saja masih kurang papan penunjuk arah
menuju pasar. Serta masih kurangnya tarnsportasi umum.
b. Fasilitas
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, diketahui bahwa
Fasilitas di pasar kebon sudah bagus dan lengkap hanya saja masih
kurang dari segi jumlah dan tempat berteduh saat musim hujan.
Fasilitas yang dimiliki oleh Pasar Kebon Watu Gede yaitu,
panggung kesenian, spot foto dan stand makanan. Sedangkan
Fasilitas umum seperti toilet, tempat parkir, tempat sampah, dan
mushola juga sudah ada di Pasar Kebon Watu Gede ini. dari hasil
wawancara dengan beberapa pengunjung fasilitas umum seperti
toilet dirasa masih kurang dari segi jumlah toilet, karena hanya
ada 2 toilet. sedangkan kebersihan toilet dirasa sudah bagus.
Fasilitas tempat parkir juga dirasa masih kurang sebab tempat
parkir masih kurang luas dan berada di pinggi jalan raya.
26
c. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis diketahui bahwa Sumber daya manusia di pasar kebon
watu gede memiliki jumlah yang mencukupi. Hanya saja masih
sangat sedikit pengelola yang bisa berbahasa asing hanya satu dua
orang.
d. Organisasi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, di Pasar kebon watu
gede memiliki organisasi berupa karang taruna dan karang aruna
ini merangkap menjadi pengelola yang disebut panitia dan bekerja
sama dengan warga sekitar
e. Hubungan Antar Sumber Daya Manusia
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
Hubungan antar SDM di pasar kebon watu gede sudah baik..
f. Pendanaan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
Pendanaa awal merupakan hasil iuran anggota karang taruna, dan
selanjutnya pendanaa berasal dari pagelaran pasar dan uang sewa
pedagang.
g. Potensi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
bahwa Pasar kebon watu gede memiliki potesi yang cukup
banyak seperti pemandangan, konsep pasar, lokasi yang bagus
serta makanan yang memiliki banyak pilihan dan murah.
h. Keamanan
27
bahwa Keamanan di pasar kebon watu gede sudah bagus dengan
adanya kerja sama denga kantip dan polisi setempat.
i. Kebersihan
j. Pelayanan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, disimpulkan bahwa
Pengelola dan penjual disana ramah dalam menyambut
pengunjung.
Analisis faktor lingkungan Internal dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness), secara lebih rinci dijabarkan dalam tabel berikut :
No. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
(Strength) (weakness)
1 Aksesibiltas menuju pasar -
kebon watu gede sudah
bagus baik jalan raya
maupun jalan masuk
menuju pasar hanya saja
masih kurang papan
penunjuk arah menuju
pasar. Serta masih
kurangnya tarnsportasi
umum.
28
2 Fasilitas di pasar kebon -
sudah bagus dan lengkap
hanya saja masih kurang
dari segi jumlah dan
tempat berteduh saat
musim hujan.
3 Sumber daya manusia di -
pasar kebon watu gede
memiliki jumlah yang
mencukupi. Hanya saja
masih sangat sedikit
pengelola yang bisa
berbahasa asing hanya
satu dua orang.
4 Pasar kebon watu gede -
memiliki organisasi
berupa karang taruna dan
karang aruna ini
merangkap menjadi
pengelola yang disebut
panitia dan bekerja sama
dengan warga sekitar
5 Hubungan antar SDM di -
pasar kebon watu gede
sudah baik..
6 Pendanaa awal -
merupakan hasil iuran
anggota karang taruna,
dan selanjutnya pendanaa
berasal dari pagelaran
29
pasar dan uang sewa
pedagang.
7 Pasar kebon watu gede -
memiliki potesi yang
cukup banyak seperti
pemandangan, konsep
pasar, lokasi yang bagus
serta makanan yang
memiliki banyak pilihan
dan murah.
8 bahwa Keamanan di pasar -
kebon watu gede sudah
bagus dengan adanya
kerja sama denga kantip
dan polisi setempat.
9. Kebersihan sudah baik
dengan adanya kerja bakti
setiap pasar akan di buka
dan tempat sampah yang
banyak tersedia di pasar.
Dan juga sudah nyaman
bagi pengunjung yang
menyantap makanan di
sana.
10. Pengelola dan penjual
disana ramah dalam
menyambut pengunjung.
Tabel 2. Analisis Faktor Lingkungan Internal
30
2. Faktor Lingkungan Eksternal
a. Regulasi
b. Pesaing
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
bahwa Pasar kebon watu gede sebenarnya memiliki pesainga di
dalam daerah maupun luar daerah hanya saja untuk di dalam
magelang pesaing pasar kebon watu gede kurang terkenal di
kalangan wisatawan.
c. Wisatawan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
bahwa Pasar Kebon Watu Gede belum ada perjanjian secara
resmi karena sejauh ini memang di kelola secara swadaya dan
belum bekerja sama dengan instansi manapun
d. Target pasar
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
bahwa Wisatawan yang datang dominan domestic dalam kota
maupun luar kota . ada juga kunjungan wisatawan asing tapi
masih sangat sedikit. Dan setiap pagelaran tidak pernah sepi
pengunjung.
e. Promosi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
31
bahwa Promosi sudah di lakukan oleh pengelola pasar kebon
watu gede melalui sosial media dan cukup menarik minat
wisatawan untuk datang.
f. Teknologi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan
bahwa Teknologi yang ada di pasar kebon watu gede sudah
cukup.
Analisis faktor lingkungan external dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu Peluang
(opportunities) dan Ancaman (threat), secara lebih rinci
dijabarkan dalam tabel berikut :
No Faktor eksternal Peluang Ancaman
(opportunities) (threat)
Regulasi di pasar
1
kebon watu gede belum
ada perjanjian secara
resmi. Hanya ada kerja
sama dalam bentuk
acara-acara kecil. Dan
tidak ada tiket retribusi.
Pasar kebon watu gede
2
sebenarnya memiliki
pesainga di dalam
daerah maupun luar
daerah hanya saja untuk
di dalam magelang
pesaing pasar kebon
watu gede kurang
32
terkenal di kalangan
wisatawan.
Wisatawan yang
3
datang dominan
domestic dalam kota
maupun luar kota . ada
juga kunjungan
wisatawan asing tapi
masih sangat sedikit.
Dan setiap pagelaran
tidak pernah sepi
pengunjung.
Target pasar dari pasar -
4
kebon watu gede adalah
semua usia dan
terutama kaum milenial
Promosi sudah di -
5
lakukan oleh pengelola
pasar kebon watu gede
melalui sosial media
dan cukup menarik
minat wisatawan untuk
datang.
Teknologi yang ada di
6
pasar kebon watu gede
sudah cukup.
Tabel 3. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal
33
3. Analisis SWOT
34
kebon watu gede pasar dan uang
sudah baik.. sewa pedagang.
4) Pasar kebon watu
gede memiliki
potesi yang cukup
banyak seperti
pemandangan,
External
konsep pasar,
lokasi yang bagus
serta makanan
yang memiliki
banyak pilihan dan
murah.
5) Keamanan di pasar
kebon watu gede
sudah bagus
dengan adanya
kerja sama denga
kantip dan polisi
setempat.
6) Kebersihan sudah
baik dengan
adanya kerja bakti
setiap pasar akan di
buka dan tempat
sampah yang
banyak tersedia di
pasar. Dan juga
sudah nyaman bagi
pengunjung yang
35
menyantap
makanan di sana.
7) Pengelola dan
penjual disana
ramah dalam
menyambut
pengunjung
Opportunity Strategi (Strength - Strategi (Weakness-
(Peluang) Oppourtunity) : Oppourtunity)
1) Memanfaat kan 1) Menambah
1) Wisatawan potensi alam dan kapasitas fasilitas
yang datang lahan yang masih umum yang ada
dominan luas untuk di pasar kebon
domestic dalam membuat daya watu gede seperti
kota maupun tarik baru yang tempat parkir,
luar kota . ada dapat menambah toilet dan tempat
juga kunjungan kunjungan berteduh.
wisatawan wisatawan. 2) Melakukan
asing tapi 2) Melakukan promosi pedekatan dan
masih sangat menggunakan kerjasama kepada
sedikit. Dan media lain selain pihak pemerintah
setiap media sosial dan desa agar dapat
pagelaran tidak mulai menargetkan bekerjasama
pernah sepi wisatawan deangan dinas
pengunjung. 3) Meningkatkan pariwisata untuk
2) Target pasar kemampuan SDM mendapatkan
dari pasar dalam berbahasa dukungan ilmu
kebon watu asing untuk maupun materi
gede adalah mengantisipasi bila guna
semua usia dan ada wisatawan mempercepat
asing berkunjung pengembangan
36
terutama kaum ke pasar kebon pasar kebon watu
milenial watu gede gede lebih pesat
3) Promosi sudah mulai dari daya
di lakukan oleh tarik hingga
pengelola pasar fasilitas yang ada.
kebon watu 3) Mengoptimalkan
gede melalui potensi yang
sosial media dimiliki pasar
dan cukup kebon watu gede
menarik minat untuk
wisatawan memunculkan
untuk datang. daya tarik baru
4) Teknologi yang yang dapat
ada di pasar menunjang
kebon watu pendapatan pasar
gede sudah kebon watu gede.
cukup
Threat (ancaman) Strategi (Strength- Strategi (Weakness-
Threat) Threat)
1) Regulasi di 1) Menjalin kerjasama 1) Menambah
pasar kebon dengan pemerintah jumlah fasilitas
watu gede desa dan dinas yang ada untuk
belum ada pariwisata memenuhi
perjanjian kabupaten kebutuhan
secara resmi. magelang. Serta wisatawan yang
Hanya ada membuat berkunjung dan
kerja sama perjanjian resmi tetap menjaga
dalam bentuk dengan se,ua pihak kualitas
acara-acara yang bekerjaa sama kebersihan yang
kecil. Dan tidak dengan pasar kebon sudah baik.
watu gede
37
ada tiket 2) Tetap menjaga 2) Membuat
retribusi. kualita pasar kebon organisasi resmi/
2) Pasar kebon watu gede dan professional agar
watu gede mengembangkan dapat bekerjasama
sebenarnya daya tarik baru agar dengan dinas
memiliki tetap menjaga ke pariwisata untuk
pesainga di eksisan pasar mendapatkan
dalam daerah kebon watu gede. support ilmu
maupun luar 3) Memanfaatkan maupun materi
daerah hanya potensi dan lahan
saja untuk di yang masih asri
dalam untuk membuat
magelang daya tarik baru
pesaing pasar yang dapat menarik
kebon watu minta wisatawan
gede kurang
terkenal di
kalangan
wisatawan.
tabel, baik yang dari Internal maupun Eksternal yang sudah dikaji
berikut
38
b. Melakukan promosi menggunakan media lain selain media
sosial dan mulai menargetkan wisatawan
c. Meningkatkan kemampuan SDM dalam berbahasa asing
untuk mengantisipasi bila ada wisatawan asing berkunjung
ke pasar kebon watu gede
2. Strategi Weakness – Opportunities (W-O)
a. Menambah kapasitas fasilitas umum yang ada di pasar
kebon watu gede seperti tempat parkir, toilet dan tempat
berteduh.
b. Melakukan pedekatan dan kerjasama kepada pihak
pemerintah desa agar dapat bekerjasama deangan dinas
pariwisata untuk mendapatkan dukungan.
c. Mengoptimalkan potensi yang dimiliki pasar kebon watu
gede untuk memunculkan daya tarik baru yang dapat
menunjang pendapatan pasar kebon watu gede.
3. Strength-Threat (S-T)
a. Menjalin kerjasama dengan pemerintah desa dan dinas
pariwisata kabupaten magelang. Serta membuat perjanjian
resmi dengan se,ua pihak yang bekerjaa sama dengan pasar
kebon watu gede
b. Tetap menjaga kualita pasar kebon watu gede dan
mengembangkan daya tarik baru agar tetap menjaga ke
eksisan pasar kebon watu gede.
c. Memanfaatkan potensi dan lahan yang masih asri untuk
membuat daya tarik baru yang dapat menarik minta
wisatawan
4. Strategi Weakness – Threath (W-T)
a. Menambah jumlah fasilitas yang ada untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan yang berkunjung dan tetap menjaga
kualitas kebersihan yang sudah baik.
39
b. Membuat organisasi resmi/ professional untuk menjaga
keberlangsungan Pasar Kebon Watu Gede.
Memanfaat kan potensi alam dan lahan yang masih luas untuk
membuat daya tarik baru yang dapat menambah kunjungan wisatawan.
Masih banyaknya potensi yang dimiliki pasar kebon watu gede mebuat
pasar kebon watu gede masih berpotensi untuk di kembangkan baik dengan
membuat daya tarik baru maupun mengoptimalkan potensi yang sudah ada.
Dengan alam yang masih asri pasar kebon watu gede sangan berpotensi
untuk membuat spot foto dengan memanfaat kan view yang ada, bisa
berupa spot foto untuk umum maupun penyewaan tempat unutk foto
prewedding.
Serta mengoptimalkan daya tarik yang sudah ada yaitu pasar itu
sendiri dengan memanfaat kan lokasi pasar untuk tempat membuat
kegiatan lain selain pasar yang hanya di gelar pada minggu pahing dan
40
minggu legi. Dengan membuat pasar malah hari atau bisa di sebut pasar
wengi dengan menambahkan lampu- lampu kecil di dalam pasar dan di
jalan masuk menuju pasar untuk menciptakan suasana baru bagi
pengunjung dan memanfaat kan panggung kesenian sebagai tempat hiburan
bagi wisatawan dengan membuat perjuntukan music maupun teater. Pilihan
lain dengan menyewakan lokasi pasar sebagai tempat pernikahan dengan
konsep garden part dan Juga bisa melibatkan masyarakat setempat untuk
menyediakan jasa ketring makanan untuk acara pernikahan. dengan
pemanfaatan ini di harapkan lokasi pasar lebih berfungsi leboh optimal
sehingga warga sekitar memiliki pemasuka lebih tidak hanya dari pasar
saja. Serta dengan adanya daya tarik baru juga bisa sekalian
mempromosikan pasar kebon watu gede.
41
akan di masukan kedalam destinasi tujuan di dalam paket wisata
perusahaan tersebut.
42
masuk pasar. Di lokasi itu memiliki lahan yang cocok untuk menjadi
parkiran mobil dan bus, sehingga parkiran mobil yang sekarang bisa di
alih fungsi sebagai parkiran kendaraan roda dua.
43
Dengan menambahkan papan penunjuk arah memudahkan wisatawan
dalam menemukan lokasi pasar kebon watu gede.
44
Membuat organisasi resmi atau professional untuk menjaga
keberlangsungan pasar kebon watu gede. Saat ini pengelola pasar kebon
watu gede masih bisa di katakana belum pengelola resmi hanya sebuah
karang taruna yang membentuk panitia pagelaran pasar kebon watu
gede. Dengan organisasi seperti ini dapat mengancam keberlangsungan
pasar kebon watu gede, karena tidak ada pengikat secra resmi yang mana
para anggotanya bisa berhenti kapan saja karena jenuh. Oleh karena itu
perlunnya di bentu organisasi resmi yang terikat agar keberlangsungan
pagelaran pasar kebon watu gede dapat terjaga karena sudah ada
peraturan yang mengatur dan secara resmi.
45
3. Bagaimana peran serta masyarakat Dusun Jetak dalam pengembangan
objek wisata Pasar Kebon Watu Gede?
Masyarakat dusun jetak ikut berperan aktif dalam setiap pagelaran Pasar
Kebon Watu Gede. semua masyarakat bekerja sama untuk
mengembangankan pasar kebon watu gede ini, kalangan muda dan tua
saling membantu. Juga kan di sisi ada susunan organisasi yang memang
membuat ada kerja sama yang baik antara satu bagian dengan yang lain
46
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan analisis data pada bab
sebelumnya, penulis menarik kesimpulan bahwa Pasar Kebon Watu
Gede memiliki potensi pariwisata yang sangat bagus. Mengingat
suasana alam dan konspe pasar yang menarik menjadi wisata belanja
dengan konsep yang berbeda.
Potensi yang dimiliki masih banyak dan masih dapat di
manfaatkan secara maksimal oleh pengelola, sehingga masih banyak
yang harus dibenahi dan di kembangkan dari Pasar Kebin Watu Gede
Magelang. Terutama fasilitas umum seperti toilet yang dirasa masih
kurang tentunya harus mendapatkan perhatian lebih dari pengelola
pasar. Kualitas SDM yang dimiliki juga dirasa masih kurang dalam
kemampuan berbahasa asing,
Dukungan dari masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan
dalam pengembangan Pasar Kebon Watu Gede ini. Karena bentuk
dukungan yang telah diberikan oleh masyarakat dalam berpartisipasi
aktif di setiap kegiatan pagelaran pasar sangat berpengaruh bagi
perkembangan pasar kebon watu gede, Hanya saja belum di imbangi
dukungan dari pemerintah desa maupun pemerintah pusat saat ini cukup
mempengaruhi perkembangan pasar juga terutama dalam segi
pendanaan karna pasar kebon watu gede hanya mengandalkan
pendanaan dari setiap keuntungan pagelaran pasar saja. Oleh karena itu
perlu adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak mulai dari
pengelola, pemerintah dan masyarakat agar Pasar Kebon Watu Gede
Magelang bisa lebih baik lagi.
47
B. SARAN
tambah lagi.
wisatawan.
7. Merawat fasilitas yang sudah ada agar tidak cepat rusak dan bisa
48
DAFTAR PUSTAKA
49
Suhendroyono, 2016. Pengelolaan Wisata Alam Watu Payung Sebagai Ikon
Wisata Berbasis Budaya Di GunungKidul Yogyakarta: Jurnal
Kepariwisataan, vol.10, no 1 (2016): 43-50/http://ejournal.stipram.net/
Suyitno. 2013. Pengembangan Potensi Kepariwisataan di Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. http://ejournal.stipram.net/
Volume 7 Nomor 2 Mei 2013
Susanto, DR. Syaifulloh,M. Pengembangan Obyek Wisata Berbasis
Community Based Tourism (CBT) Di Hutan Payau, Cilacap. 12(2). 45-
56 .
Syamsu, Moch Nur. 2018. Studi Kelayakan Air Terjun Nggembor sebagai
Destinasi Wisata untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa
Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta:
Jurnal Kepariwisataan, Vol 12, No. 3 (2018): 71-84.
Syamsu, Moch Nur. "Pengembangan Desa Wisata Nganggring Kabupaten
Sleman Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung Merapi." Jurnal Kepariwisataan
10.3 (2016): 29-38. (http://ejournal.stipram.net).
Saifuddin, Azwar. 2015. Metode Penelitian, Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Utama, I Gusti Bagus Rai & Mahadewi, Ni Made Eka. 2012. Metodologi
Penelitian Pariwisata dan Perhotelan. Yogyakarta : Andi Offset
50