Askep RPK
Askep RPK
Askep RPK
2
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
KONDISI DIMANA INDIVIDU PERNAH ATAU MENGALAMI RIWAYAT MENCEDERAI DIRINYA
SENDIRI, ORANG LAIN ATAUPUN LINGKUNGAN BAIK SECARA FISIK, EMOSIONAL, SEKSUAL
◦ Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan
oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif
Tanda dan Gejala
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain
6
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Azizah (2016) adalah sebagai berikut :
a. Fisik
Muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat,
mengepalkan tangan dan jalan mondar-mandir.
b. Verbal
Bicara kasar, suara tinggi, membentak/berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik, mengumpat dengan kata kotor, suara keras dan ketus
c. Perilaku
Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan dan amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, dendam jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan juga menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan juga sarkasme.
f. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang
lain, tidak peduli dan juga kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri dan penyimpangan seksual.
RENTANG RESPON MARAH
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respons pasif dan melarikan diri/respon
melawan dan menantang respon maladaptif yaitu
agresif - kekerasan
Asertif : Emosi yang diungkapkan tanda mencederai orang lain
Frustasi : Gagal dalam mencapai apa yang diinginkan sebab terdapat hambatan
atau tidak terwujud
2. Perilaku
- Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan
- Sering mengobservasi kekerasan dirumah atau
diluar rumah menstimulus individu mengadopsi
PK
Lanjutan …
3. Sosial Budaya
- Budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif-agresif)
- Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap PK
akan menciptakan seolah-olah PK diterima
(Permisive)
4. Bioneurologis
Adanya kerusakan sistem limbik, lobus frontal/
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter
berperan terjadinya PK
FAKTOR PRESIPITASI
1. Klien
- Kelemahan fisik :penyakit fisik
- Keputusasaan
- Ketidakberdayaan
- Percaya diri yang kurang
2. Lingkungan
- Situasi lingkungan yang ribut, padat
- Kritikan yang mengarah pada penghinaan
- Kehilangan orang yg dicintai/pekerjaan
3. Interaksi dengan orang lain
- Interaksi sosial yang provokatif dan konflik
Asuhan Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan
Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan. Sesi pengkajian meliputi pengumpulan informasi
tentang kebutuhan ataupun permasalahan klien. Pengumpulan informasi dikumpulkan melalui data biologis,
psikologis, sosial serta spiritual (Azizah et al., 2016).
Identitas
Meliputi nama kliem, nama panggilan klien, tujuan, usia, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
dan no rekam medis.
(Core Problem)
Resiko Perilaku Kekerasan
Tujuan
1) Pasien dapat menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial dan
terapi psikofarmaka.
24
Lanjutan …
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab PK
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
- Klien dapat mengidentifikasi PK yg biasa dilakukan
- Klien dapat mengidentifikasi akibat PK
- Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif
dalam berespon terhadap kemarahan
Lanjutan …
Tindakan keperawatan pada Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yaitu dengan
mengontrol perilaku kekerasan pasien dan membina hubungan saling percaya’.
Tindakan keperawatan pada risiko perilaku kekerasan yaitu dengan melatih berbicara baik-baik,
menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan
akibat perilaku kekerasan serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal, menjelaskan dan
melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar, melatih cara verbal atau bicara baik-baik, melatih cara
spiritual.
Evaluasi
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), evaluasi klien dengan perilaku kekerasan harus
didasarkan pada pengamatan terhadap perubahan perilaku dan reaksi subjektif. Klien diharapkan
dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, tanda-tanda sikap kekerasan, akibat
perilaku kekerasan, cara-cara konstruktif dalam menghadapi amarah, menunjukkan perilaku
terkontrol, mendapatkan support keluarga dalam mengendalikan sikap, serta pemakaian obat
dengan benar.
2. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK
KELUARGA
A. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
dengan riwayat PK
B. Tindakan
1. Diskusikan masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama kel. ttg PK (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yg muncul dan
akibat dari perilaku tsb)
Lanjutan …
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi
pasien yang perlu segera dilaporkan kpd perawat,
spt melempar atau memukul benda/orang lain.
Kriteria evaluasi :
• Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
Tindakan keperawatan :
• Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah.
Rasional :
• Mengetahui apa yang dilakukan setelah pulang
TINDAKAN KEPERAWATAN : MANAJEMEN KRISIS
(PD SAAT TERJADI PK)
Keluarga mampu :
- Mencegah terjadinya PK
- Menunjukkan sikap mendukung dan menghargai
- Memotivasi dlm mengontrol PK
- Mengidentifikasi perilaku yang harus dilaporkan ke perawat
Menghadapi Pasien PK
46
Mengendalikan Pasien PK
47
Mengendalikan Pasien
48
Mengendalikan Pasien PK
49
Mengendalikan Pasien PK
50
Pengikatan Pasien PK
51
ASKEP
RISIKO
PERILAKU
KEKERASA
N SDKI
PRAKTISI MENGAJAR
Risiko Perilaku Kekerasan
[SDKI D.0146]
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan
metode dua bagian, yaitu:
◦ [masalah] + [faktor risiko]
◦ Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko
perilaku kekerasan adalah “kontrol diri meningkat”.
◦ Kontrol diri meningkat diberi kode L.09076 dalam SLKI.
Kontrol diri meningkat diberi kode L.09076
Kontrol diri meningkat berarti meningkatnya kemampuan untuk mengendalikan atau mengatur
emosi, pikiran, dan perilaku dalam menghadapi masalah.
◦ Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa kontrol diri meningkat adalah:
1.Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
2.Verbalisasi umpatan menurun
3.Suara keras menurun
4.Bicara ketus menurun
◦ Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3
komponen, yaitu:
◦ [Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
◦ Contoh:
◦ Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kontrol diri meningkat,
dengan kriteria hasil:
1.Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
2.Verbalisasi umpatan menurun
3.Suara keras menurun
4.Bicara ketus menurun
◦ Perhatikan:
1.Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kontrol diri
2.Ekspektasi = Meningkat
3.Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Intervensi
◦ Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa
intervensi dapat mengatasi penyebab.
◦ Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa
intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
◦ Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
◦ Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko
perilaku kekerasan adalah:
1.Pencegahan perilaku kekerasan
2.Promosi koping
Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
◦ Intervensi pencegahan perilaku kekerasan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.14544).
◦ Pencegahan perilaku kekerasan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
mengidentifikasi dan menurunkan meminimalkan kemarahan pasien yang diekspresikan secara
berlebihan dan tidak terkendali secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan/atau
merusak lingkungan.
◦ Tindakan yang dilakukan pada intervensi pencegahan perilaku kekerasan berdasarkan SIKI, antara lain:
O…T...E…K
Observasi
• Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis: benda tajam, tali)
• Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
• Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis: pisau cukur)
Terapeutik
Observasi
• Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
• Identifikasi kemampuan yang dimiliki
• Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
• Identifikasi pemahaman proses penyakit
• Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
• Identifikasi metode penyelesaian masalah
• Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Intervensi promosi koping berdasarkan SIKI
Terapeutik
• Diskusikan perubahan peran yang dialami
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
• Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
• Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
• Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
Intervensi promosi koping berdasarkan SIKI
Terapeutik lanjutan..
• Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
• Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
• Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
• Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
• Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
• Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
Intervensi promosi koping berdasarkan SIKI
Terapeutik lanjutan..
• Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
• Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
• Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
• Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
• Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
• Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
• Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Anjurkan keluarga terlibat
• Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
Edukasi lanjutan
• Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
• Latih penggunaan Teknik relaksasi
• Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
• Latih mengembangkan penilaian obyektif
75