3 7298 KMA366 092018 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

Isu Terkini AKK:


Program & Kebijakan Tuberkulosis
Ade Heryana, S.St, M.KM
[email protected]

PENDAHULUAN

Masalah TB paru menjadi isu global dan penting. Hal ini ditandai dengan akan digelarnya
deklarasi “Perang Melawan TB” pada Konferensti Tingkat PBB tanggal 26 September
2018 mendatang di Jenewa. PBB berkomitmen pada tahun 2030 epidemi tuberculosis
akan diakhiri dan setiap tahun akan dikucurkan dana US$13 miliar.

Pada tahun 2017 WHO telah mengingatkan tuberkulosis telah melampaui HIV/Aids
sebagai pembunuh nomor satu di dunia, dan penyebab kematian kesembilan di seluruh
dunia. Dari total kematian akibat penyakit sebanyak 10,4 juta pada tahun 2016, sebanyak
1,7 juta orang meninggal akibat tuberkulosis. Lima negara penyumbang tuberculosis
terbesar adalah India, Indonesia, Cina, Filipina, dan Pakistan. Yang menarik pada
kongres pendahuluan di bulan Juli 2018 terjadi perdebatan antara Amerika Serikat
dengan Afrika Selatan terkait kekayaan intelektual obat TB yang dipersoalkan negara AS.
Hal ini mengakibatkan mahalnya harga obat TB bagi negara-negara miskin yang
membutuhkan. Akhirnya masalah ini dapat diatasi dengan berbagai kompromi (Financial
Express, 2018).

Untuk itu pada tahun 2017 WHO bersama dengan beberapa pimpinan negara di dunia
menyatakan empat komitmen untuk melawan TB (World Health Organization, 2017):

1. Secepatnya mencapai universal health coverage dengan memperkuat sistem


kesehatan dan memperbaiki akses masyarakat terhadap pusat pelayanan TB
(pencegahan dan perawatan) dan memastikan tidak ada satu pun masyarakat
yang terlewati;
2. Memobilisasi pembiayaan yang mencukupi dan berkelanjutan melalui peningkatan
investasi domestik dan internasional untuk menutup ketertinggalan dalam
penelitian dan implementasi program;
3. Mendorong penelitian dan pengembangan alat diagnosis, pengobatan dan
pencegahan TB yang lebih maju;
4. Membangun kerangka kerja yang akuntabilitas dalam menelusuri dan menilai
kemajuan program “Ending TB” dengan melibatkan multisektor.

Secara global tingkat penurunan TB berjalan sejak tahun 2000-2016 lambat yakni 2% per
tahun. Sekitar 4,1 juta penderita TB “menghilang” atau tidak tertangani setiap tahun dan
berkontribusi terhadap penularan penyakit ini. Global Fund, sebuah lembaga donor anti

1
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

TB terbesar di dunia, merekomendasikan penuruan 4-5 % per tahun hingga tahun 2020
agar tercapai tujuan strategi “End TB” (Global Fund, 2018).

Penyebaran penyakit menular dewasa ini sudah menyebar melalui batas-batas negara.
Hal ini disebabkan terus bertambahnya populasi penduduk dunia dan makin maraknya
perjalanan/traveling antar negara. Keadaan ini sesuai dengan konsep Re-emerging
Infectious Disease, yaitu penyakit menular yang dinyatakan hilang ternyata timbul lagi
dan menjadi epidemi baru di berbagai belahan dunia.

PROGRAM PENANGGULANGAN TB

Tahun 2019 nanti merupakan tepat 50 tahun program penanggulangan TB berjalan di


Indonesia, dan tepat 26 tahun sejak WHO mencanangkan TB adalah masalah kesehatan
darurat di dunia. Namun pada tahun 2017 kasus TB di Indonesia menduduki tempat
nomor 2 setelah India. Apa yang salah?

Tonggak sejarah penanggulangan TB di Indonesia terbagi dua yaitu sebelum tahun 1995
dan setelah tahun 1995. Tahun 1995 merupakan mulai diadopsi program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) di Indonesia sebagai strategi penanggulangan TB
secara ekspansif. Program DOTS ini diujicoba secara strategis tahun 1992. Sebenarnya
sejak era sebelum kemerdekaan, program penanggulangan penyakit TB telah dilakukan
di Indonesia. Pada era tersebut program TB dilakukan oleh pihak swasta bagi kelompok
masyarakat tertentu. Barulah pada tahun 1969 program penanggulangan TB pasca
kemerdekaan dijalankan. Pada masa sebelum DOTS diterapkan, pemerintah pernah
melakukan program kemoterapi jangka panjang yaitu tahun 1987 (Ditjen P2PL Kemenkes
RI, 2010).

Setelah DOTS dimulai adopsi di Indonesia, maka pada tahun 1995-1999 dilakukan
ekspansi ke seluruh Puskesmas. Tidak hanya di Puskesmas, pada tahun 1999 DOTS
mulai diinisiasi di seluruh pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit dan disebut dengan
Gerdunas-TB. Pada tahun 2005 pemerintah menetapkan Komite Ahli Gerakan Terpadu
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dalam Kepmenkes No.1389 tahun 2005.

Tahun 2000-2005 mulai diintesifkan kualitas program DOTS di seluruh pelayanan


kesehatan. Dilanjutkan konsolidasi dan implementasi inovasi dalam strategi DOTS antara
tahun 2006-2010 (Ditjen P2PL Kemenkes RI, 2010). Tahun 2009 diterbitkan Kepmenkes
No.364 tahun 2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Tahun 2011
ditetapkan Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis tahun 2011-2014 melalui
Permenkes No.565 Tahun 2011. Untuk memperkuat pengendalian TB, kemenkes
mengganti Kepmenkes No.364 tahun 2009 dengan Permenkes No.67 tahun 2016
tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Dalam perjalanannya program DOTS meskipun secara umum dikatakan berhasil, namun
masih terdapat kendala. Studi tentang strategi DOTS di Puskesmas Kalikedinding
Surabaya secara umum menunjukkan indikator keberhasilan. Namun masih terkendala
pada kepatuhan minum OAT akibat kurangnya petugas Pemantau Minum Obat (PMO)
2
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

dan jarak Puskesmas dari rumah pasien yang jauh (Eka, 2014), , demikian pula dengan
studi di puskesmas Siulak Mukai kabupaten Kerinci Sumatera Barat (Mimi, 2014), dan
di puskesmas Pintu Padang kabupaten Tapanuli Selatan (Rizki, 2018).

Sementara itu studi tentang program pengendalian TB di Puskesmas Cipaku kabupaten


Bogor menunjukkan dari sisi input program sudah memadai, namun dari sisi proses
belum berjalan sesuai dengan ketetapan yang ada dan output masih belum mencapai
target yang ditetapkan (Aryani & Maryati, 2018), demikian pula di puskesmas
Paringgonan kabupaten Padang Lawas (Siregar, 2017).

Disamping ditujukan kepada masyarakat secara umum, program TB juga difokuskan


pada kelompok masyarakat tertentu yang rentan seperti anak-anak, Lansia, penderita
HIV, penghuni lembaga pemasyarakatan dan sebagainya. Bahkan secara khusus
Kemenkes mengeluarkan Kepmenkes No.1278 tahun 2009 tentang TB dan HIV untuk
menangani masalah infeksi penyerta TB-HIV. Secara global 10% penderita TB menderita
infeksi oportunis HIV dan di beberapa negara sudah ada penanganan yang baik (Global
Fund, 2018).

PUBIC PRIVATE MIX DALAM PENANGGULANGAN TB

Public private mix (PPM) merupakan mitra pemerintah dengan swasta dalam
penyelesaian masalah-masalah di masyarakat. Beberapa program pengendalian TB di
Indonesia juga menggunakan model ini, dan merupakan komponen dari program Stop
TB. Program PPM melibatkan seluruh penyedia layanan pemerintah, swasta, dan LSM
dalam pelaksanaan DOTS yang berkualitas. Namun pelaksanaan PPM tidak semudah
yang dibayangkan. Sebuah studi evaluasi tentang implementasi PPM di kabupaten Ende
provinsi Nusa Tenggara Timur belum berjalan optimal. Dalam kurun waktu tiga tahun
angka penemuan kasus TB masih < 70%, angka keberhasilan pengobatan < 85%, angka
konversi < 80% dan angka drop out pasien TB > 10%. Keterbatasan sumberdaya
(manusia, anggaran, logistik, sarana), ketergantungan terhadap lembaga donor, tidak
adanya SOP, dan kurangnya komitmen, kurangnya koordinasi dan komunikasi
merupakan faktor-faktor penghambat keberhasilan program PPM ini di kabupaten Ende
(Tondong, Mahendradhata, & Ahmad, 2014).

Berbagai program PPM penanggulangan TB di Indonesia di daerah lain juga dilakukan


dengan nama program yang berbeda-beda, seperti TB-LKNU di Bandung Barat, Posko
TB Berjalan di Lebong Riau, atau Gempur TB di Magelang. Prinsipnya pelaksanaan
program ini sama yaitu mencari kasus TB, dan mengobati hingga tuntas.

TB-LKNU merupakan kerjasama program eliminasi tuberkulosis 2030 yang dilakukan


antara organisasi kemasyarakatan Nahdatul Ulama (NU) dengan pemerintah setempat.
Studi tentang kerjasama ini yang dilakukan di kota Makassar menunjukkan adanya
peningkatan penemuan kasus dan kesembuhan pasien TB, adanya reward untuk kader
dan keterbukaan pelaporan, serta adanya benefit bagi pemerintah yaitu meningkatnya
deteksi kasus suspek TB. Kemitraan dilakukan dengan secara rutin tiap 3 bulan

3
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

melakukan koordinasi dan monev. Tindak lanjut dari program adalah fokus pada upaya
pencarian lembaga donor dan membentuk kelompok masyarakat peduli TB. Upaya ini
pada akhirnya dapat mengurangi penularan TB di masyarakat (Syafar & Abna, 2017).

Kerjasama ormas NU dengan dinkes Kabupaten Bandung Barat didanai oleh lembaga
donor internasional yaitu Global Fund (GF). Penemuan kasus TB di Bandung Barat pada
tahun 2017 hanya 55,6%, sementara sampai triwulan-2 tahun 2018 baru mencapai
21,4% dari target 100%. Sedangkan angka keberhasilan1 di semua kasus TB mencapai
91,4% pada tahun 2017, sedangkan sampai triwulan-2 tahun 2018 baru mencapai 54,6%
dari target 90%. Selama tahun 2013-2017 sebanyak 70 orang mengalami TB Resisten,
sembuh 20 orang, meninggal 10 orang, dalam pengobatan 23 orang, belum terlacak 3
orang, tidak mau minum obat 3 orang, dan pindah domisili sebanyak 1 orang. Sementara
antara Januari – Agustus 2018 sebanyak 14 orang mengalami TB resisten, sembuh 4
orang, dan dalam pengobatan 10 orang (Wijaya & Alawi, 2018).

Posko TB Berjalan merupakan upaya penanggulangan TB yang inovatif dan mendapat


penghargaan dari pemerintah Dinkes provinsi Riau oleh Puskesmas Teluk Meranti,
Pelalawan, Riau. Istilah “posko” di sini bukanlah tempat menunggu, namun merupakan
sebuah sepeda roda dua yang dilengkapi dengan box di belakangnya. Petugas
kesehatan secara aktif ke kampung-kampung untuk penanganan tuberkulosis (Redaktur
DetikNews, 2018).

Kerjasama pemerintah dalam penanggulangan TB juga dilakukan dengan lembaga


“Aisyiyah”. Studi tentang aktivitas lembaga ini di Makassar menunjukkan telah dilakukan
strategi AKMS yaitu Advokasi, Konsultasi, dan Mobilisasi Sosial. Advokasi berupa
pertemuan rutin dengan Dinkes, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Komunikasi berupa
penyuluhan tentang TB oleh kader dan tokoh agama serta penyebaran informasi melalui
media massa. Sedangkan Mobilisasi mata berupa kegiatan pada peringatan hari
kesehatan, serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi (Amiruddin, Ibnu, & Rahman,
2013).

Kerjasama lembaga Aisyiyah juga dilakukan di kabupaten Lebong provinsi Bengkulu.


Selama Januari-Juni 2018 ditemukan penderita tuberculosis sebanyak 91 orang yang
sebagian besar (81 orang) adalah penderita baru, sedangkan sebanyak 10 orang di
antaranya adalah penderita kambuhan. Program eliminasi tuberkulosis ini merupakan
kerjasama antara Dinkes kabupaten Lebong dengan “Aisiyah” yaitu lembaga TB-HIV
Care yang meliputi program pencegahan, deteksi kasus, dan pengobatan (Usmin, 2018).
Sementara kerjasama Aisyiyah di kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan berhasil
menjaring 1.366 orang suspek TB, sedangkan yang positif TB mencapai 259 orang
selama bulan Januari-Agustus 2018 (Dede, 2018). Di Sukoharjo Jawa Tengah, lembaga
ini memberikan pelatihan kepada 24 kader TB selama 3 hari berturut-turut. Pelatihan
yang diberikan adalah materi awal, investigasi kontak TB secara langsung dan
dilanjutkan tugas praktik di wilayah binaan masing-masing (Redaktur Solotrust, 2018).

1
Angka Keberhasilan TB = (angka kesembuhan + angka pengobatan lengkap)/Seluruh pasien kasus TB x 100%

4
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

MULTI-DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS (TB-MDR)

Masalah TB Multi-Drug Resistant (TB-MDR) mencuat bersamaan dengan lahirnya kasus


baru. Kondisi ini salah satunya disebabkan ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi
obat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal ini. Oleh WHO, TB-MDR
dinyatakan sebagai krisis kesehatan masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh strain
bakteri TB yang kebal terhadap obat antibiotik standar. Secara global diperkirakan ada
490.000 kasus baru TB-MDR pada tahun 2016, dan 240.000 di antaranya meninggal
dunia. Sebagian kecil kasus TB-MDR berkembang menjadi TB-XDR atau extensively
drug-resistant tuberculosis, yaitu kondisi dimana seseorang kebal terhadap antibiotik
dalam jumlah banyak (Steinman, 2018).

Dalam laporan Global Fund disebutkan TB-MDR telah berkembang menjadi ancaman
bagi kesehatan global. TB juga berkontribusi sebesar 1/3 kematian akibat resistensi
antibiotik di seluruh dunia. Bila masalah ini didiamkan diprediksi akan menyebabkan
kematian pada 2,6 juta penduduk pada tahun 2050 (Global Fund, 2018).

Knowles (2018) dalam laman Becker Hospital Review menginformasikan tiga


rekomendasi terkini dari WHO dalam menangani TB-MDR, yaitu:

1. Agar pasien dikelompokkan menjadi tiga kelas;


2. Pemberian antribiotik kanamycin dan capreomycin agar dihindari; dan
3. Mengutamakan penggunaan obat secara oral.

Dari sisi biomedis, untuk mengatasi TB-MDR sedang dikembangkan obat non-antibiotik
baru yang bukan menyerang bakteri mycobacterium tuberculosis, namun lebih
menyerang pertahanan bakteri tersebut. Saat ini obat tersebut sedang dalam masa uji
klinis (The Week Magazine, 2018). Program pencegahan TB-MDR yang terbukti efektif
dan efisien dan direkomendasikan WHO adalah DOTS, meskipun gagal menyembuhkan
pada beberapa keadaan (Asri, 2014).

Untuk memperkuat penanggulangan TB-MDR di Indonesia maka dikeluarkan Permenkes


No.13 Tahun 2013 tentang Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat. Lalu
untuk memperkuat pengendalian TB-MDR dikeluarkan Kepmenkes No.350 tahun 2017
tentang Rumah Sakit dan Balai Kesehatan Pelaksana Layanan Tuberkulosis Resisten
Obat. Namun pelaksanaannya masih belum maksimal. Studi tentang implementasi
kebijakan ini di Dinkes kabupaten Minahasa menunjukkan belum berjalan sesuai
peraturan yang ada dilihat dari aspek komitmen politik. Hal ini dilihat dari masih
kurangnya pengembangan infrastruktur TB RO, pengembangan SDM belum cukup dan
memadai, advokasi TB RO dari pemegang progran ke pimpinan tidak berjalan,
komunikasi tidak berjalan, mobilisasi sosial tidak dilaksanakan, dan pengelolaan logistik
TB RO yang kurang baik (Rarun, Kepel, & Mandey, 2017). Begitu pula program
pengendalian TB-MDR di Puskesmas Mulyorejo kabupaten Deli Serdang menunjukkan
penatalaksanaan berlum berjalan maksimal karena penemuan kasus dilakukan secara
pasif, kurangnya penyuluhan terhadap pasien dan PMO serta masyarakat (Datubara,
2017), demikian pula di puskesmas Aras Kabu kabupaten Deli Serdang (Hana, 2017).

5
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

TB PADA ANAK

Isu lainnya berkaitan dengan penanggulangan tuberkulosis adalah sulitnya


penanggulangan pada anak-anak. Menurut ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ,
Aman B. Pulungan, beberapa penyebabnya adalah (Lestari, 2018):

a. Porsi bantuan dana penanggulangan tuberkulosis pada anak-anak lebih rendah


dibanding pada penderita dewasa; dan
b. Diagnosis TB pada anak lebih sulit yang meliputi tes tuberculin, molecular rapid
test, dan foto dada (rontgen thorax) khusus anak yang jarang tersedia. Diagnosis
TB pada anak memerlukan pendekatan yang sistematik dengan 3 tahapan yaitu
(Carvalho et al., 2018):
1. Riwayat klinis dan pemeriksaan fisik secara detail
2. Evaluasi terhadap foto rontgen, dan
3. Identifikasi bakteri patogen.

Sementara itu pengobatan TB pada anak juga merupakan hal yang sulit. Kesulitan dalam
pengobatannya antara adalah sulitnya fomulasi obat untuk anak-anak, toksisitas obat
pada anak, dan kepatuhan terhadap pengobatan. Hal ini makin diperparah dengan infeksi
penyerta dan adanya TB-MDR pada anak (Carvalho et al., 2018).

Masalah TB pada anak akan semakin rumit jika mengalami kondisi TB-MDR. Beberapa
isu penting terkait TB-MDR pada anak antara lain (Smith & Seaworth, 2005):

a. Kasus TB-MDR lebih sulit ditentukan dan didiagnosa, serta kurang senstif
terhadap tes diagnostik;
b. Anak-anak memiliki risiko tinggi menderita TB aktif, sama seriusnya dengan TB
bukan paru seperti TB Meningitis;
c. Pengobatan TB-MDR umumnya kurang efektif, mahal, dan pada pemakaian yang
panjang lebih memiliki efek toksik yang ditimbulkan oleh obat lini kedua;
d. Pengobatan anti TB tidak dapat diformulasikan untuk anak-anak , terutama obat
lini kedua
e. Dua jenis obat anti TB yang paling direkomendasikan pada TB-MDR yaitu
Florkinolon dan Etambutol masih sangat kontroversial bagi anak-anak karena
kemungkinan efek samping yang dulit dimonitor dan kurangnya uji coba klinis;
f. Belum banyak studi penggunaan obat lini kedua pada anak-anak

Intervensi kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya kasus baru terutama pada
negara berkembang adalah perlu dijalankan untuk menanggulangi TB-MDR pada anak
yaitu melakukan investigasi kontak, pengurangan pajanan/paparan, dan pengobatan
terhadap infeksi (Smith & Seaworth, 2005).

TB DAN IMIGRASI PENDUDUK

Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain atau migrasi memperburuk
penularan tuberkulosis. Salah satunya adalah negara Spanyol yang kasus TBnya

6
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

meningkat akibat keluar masuk penduduk ke negara tersebut khususnya pada abad ke-
21. Penduduk dari berbagai negara yang memiliki risiko TB masuk ke Spanyol dan
berkontribusi terhadap penularan. Permasalahan penularan TB semakin buruk karena
para imigran tersebut sulit memperoleh akses ke pelayanan kesehatan sehingga
memperlambat penanganan kasus. Sebuah penelitian tentang hal ini menyarankan agar
dibuat pelayanan kesehatan yang secara khusus menangani masalah TB pada
penduduk pendatang atau migran (Sanchez-Montalva, Salvador, Molina-Morant, &
Molina, 2018).

BIAYA AKIBAT TUBERKULOSIS

Tuberkulosis berdampak signifikan terhadap pembelanjaan kesehatan. Biaya-biaya yang


timbul akibat tuberkulosis meliputi biaya hospitalisasi, pemeriksaan foto rontgen, DOTS,
dan hari kerja yang hilang atau cuti. Untuk itu dibutuhkan pengendalian yang lebih intens
dan proses admision di rumah sakit yang lebih pendek (Gullon et al., 2016).

India sebagai negara dengan angka TB tertinggi di dunia dengan angka kematian
mencapai 220.000 orang meninggal dan menyebabkan pengeluaran ekonomis sebesar
sekitar US$ 340 juta (Heraldkeeper, 2018).

Lembaga donor Global Fund memprediksi biaya akibat TB-MDR akan mencapai US$
16,7 triliun pada tahun 2050 jika tidak ada penanganan yang memadai (Global Fund,
2018). Lembaga ini melaporkan rata-rata memberikan batuan sebesar US$ 4 miliar per
tahun untuk membantu kegiatan kesehatan masyarakat termasuk penanggulangan TB
bersama dengan pemerintah, LSM dan perusahaan swasta (AFP, 2018).

Studi tentang biaya pengobatan tuberkulosis di Indonesia menunjukkan biaya medis


langsung pada pasien Kategori 1 yang menggunakan Obat Anti Tuberkulosis Kombipak
rata-rata Rp. 1.675.154,32 dan biaya pada pasien pengguna Obat Anti Tuberkulosis-KDT
rata-rata Rp. 1.671.510,67 selama 6 bulan (Pratiknya & Harlianti, 2017). Sedangkan studi
tentang biaya satuan pelayanan tuberkulosis pasien kategori 2 dengan metode ABC
menunjukkan biaya satuan per pasien rawat jalan sebesar Rp 611.321, pasien gawat
darurat sebesar Rp. 713.852,-. Pada pasien rawat inap yang masuk melalui rawat jalan
sebesar Rp. 5.037.309 dan yang masuk melalui gawat darurat sebesar Rp. 4.398.415,-
per pasien (Hilfi, Setiawati, DJuhaeni, Paramita, & Komara, 2015).

PROGRAM PENANGGULANGAN TB SEPERTI APAKAH YANG SEBAIKNYA


DIJALANKAN?

Berbagai program penanggulangan TB di atas ternyata tidak mampu mengeliminasi


penyakit ini di masyarakat. Lalu seperti apakah program yang sebaiknya dijalankan?

Sebuah artikel di Lancet (terbitan kesehatan berkala terkenal di dunia) menyarankan agar
para kepala negara di dunia tetap memperhatikan aspek beban sosial dan ekonomi dari

7
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

penyakit ini. TB merupakan penyakit yang dapat menyebabkan biaya katastropik yaitu
penderita harus mengeluarkan biaya lebih dari 20% dari nilai kekayaan yang dimilikinya.
Tidak jarang di antaranya harus menanggung kemiskinan. Beberapa negara yang
berisiko TB telah melakukan program penanggulangan TB yang memperhatikan aspek
biaya katastropik. Misalnya:

 Nigeria memberikan transfer dana secara tunai kepada penderita untuk menjalani
pengobatan.
 Negara kecil Moldova, pasien TB mendapat dana tunai atau kupon makanan dan
transportasi.
 Peru, pemerintah memberikan dana tunai bersyarat dan dukungan sosial.
 Brasil, penderita TB mendapat dana tunai bersyarat yang besarnya tergantung
pendapatan.

Kesemua program ini secara positif mampu menurunkan kasus TB dan meningkatkan
kesejahteraan penderita. Indonesia dengan program Universal Health Coverage,
menurut terbitan Lancet, belum mencapai keberhasilan (Shete, Reid, & Goosby, 2018).

Keberhasilan penanggulangan di negara Korea dapat dijadikan contoh bagi negara lain.
Program “Korea-Free TB” berhasil menurunkan angka kasus TB secara signifikan sejak
tahun 2011 hingga 2016 sebesar 23,4%. Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari
program penanggulangan TB di Korea antara lain (Unyeong et al., 2018):

a. Adanya kemauan politik yang kuat dari pemerintah dalam menanggulangi TB,
yang didukung dengan sumberdaya finansial dan manusia;
b. Tujuan yang jelas dan tegas dari pemerintah untuk menanggulangi TB;
c. Untuk menangani infeksi laten TB, prioritas utama ditujukan pada investigasi
kontak (pencarian kasus) serta didukung dengan pembiayaan terhadap deteksi
dini dan pengobatan. Dalam penyusunan kebijakan dilakukan melalui lobi politik
yang kuat dengan legislatif. Pengendalian infeksi laten TB akan berpengaruh
terhadap eliminasi TB itu sendiri.
d. Melakukan komunikasi yang efektif dan intensif dengan seluruh pemangku
kepentingan.

Sementara itu para ilmuwan di Inggris merekomendasikan tiga upaya untuk


menanggulangi TB, yaitu (McKie, 2018):

1. Mendorong penemuan obat antituberkulosis baru yang penggunaannya lebih


mudah. Obat antituberkulosis sekarang harus dikonsumsi berbulan-bulan.
2. Melakukan investigasi terhadap orang-orang yang kontak dengan penderita TB
baru
3. Meningkatkan kualitas kondisi lingkungan hidup di beberapa negara berkembang

8
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

STRATEGI “END TB”

Untuk menghadapi masalah global TB di atas, WHO pada tahun 2018 merilis strategi
“End TB”. Strategi ini sinergi dengan tujuan ke-3 Sustainable Development Goal (SDG)
yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk seluruh
kelompok umur penduduk.

Ada 9 target yang dicanangkan dalam strategi “End TB” ini yaitu (World Health
Organization, 2018):

1. Pada tahun 2030, mengurangi Angka Kematian Maternal global menjadi kurang
dari 70 ibu per 100.000 kelahiran hidup
2. Pada tahun 2030, menghentikan kematian yang dapat dicegah pada bayi dan
Balita, dengan mengurangi Angka Kematian Neonatal kurang dari 12 per 1.000
kelahiran hidup (Bayi) dan 25 per 1000 kelahiran hidup (Balita)
3. PAda tahun 2030, menghentikan epidemi AIDS, TB dan Malaria serta penyakit
tropis yang terabaikan. Selain itu melawan penyakit hepatitis, penyakit yang
tertular melalui udara, dan penyakit menular lainnya.
4. Pada tahun 2030, mengurangi 1/3 kematian prematur akibat penyakit tidak
menular melalui program pencegahan dan pengobatan serta meningkatkan
kesehatan mental dan kesejahteraan.
5. Meningkatkan pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat adiktif seperti
penyalahgunaan narkotika dan alkohol
6. Pada tahun 2020, mengurangi jumlah kematian dan kecelakaan lalu lintas secara
global
7. Pada tahun 2030, memastikan akses yang merata terhadap kesehatan reproduksi
seperti Keluarga Berencana, Edukasi dan Informasi, dan mengintegrasikan
kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program kesehatan nasional
8. Mencapai universal health coverage, seperti perlindungan terhadap risiko
keuangan, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas, akses
terhadap pengobatan dasar dan imunisasi yang aman, efektif, berkualitas dan
terjangkau.
9. Pada tahun 2030, mengurangi jumlah kematian dan penyakit yang disebabkan
hazard kimia & udara, serta polusi dan kontaminasi air & tanah.
10. Memperkuat implementasi Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau
(FCTC) di seluruh negara
11. Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obat penyakit menular
dan tidak menular yang secara khusus bermanfaat bagi negara-negara
berkembang, menghasilkan akses pengobatan dan vaksinasi yang terjangkau,
sesuai dengan Deklarasi Doha dan Kesepakatan & Kesehatan Masyarakat
TRIPS.
12. Secara substansif meningkatkan pembiayaan kesehatan, serta program
perekrutan, pengembangan, pelatihan, dan mempertahankan tenaga kesehatan
di negara-negara berkembang, terutama di negara yang sangat terbelakang dan
di pulau terpencil.

9
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

13. Memperkuat kapasitas seluruh negara, terutama negara-negara berkembang,


terhadap peringatan dini, pengurangan risiko, serta pengelolaan risiko kesehatan
nasional dan global.

KESIMPULAN

Permasalahan tuberkulosis merupakan masalah ancaman kesehatan utama baik pada


level nasional maupun global pada saat ini. TB menjadi pembunuh nomor satu di dunia
mengalahkan HIV-Aids. Indonesia pada tahun 2017 adalah negara nomor 2 dengan
penderita TB terbanyak setelah India.

Berbagai program dan kebijakan sudah dilakukan pemerintah Indonesia mulai dari Stop
TB, Gerdunas-TB, Stranas TB hingga kerjasama dengan pihak swasta. Namun upaya ini
tidak cukup mengurangi penyakit yang sebenarnya sudah dinyatakan tidak epidemi ini.

Program penanggulangan TB yang baik harus melibatkan kemauan politik pemerintah


dan mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi.

DAFTAR ISTILAH PENTING

AKMS
Directly Observed Treatment Short-course (DOTS)
Etambutol
Florkinolon
Gerdunas-TB
Korea-free TB
OAT-KDT
OAT-Kombipak
Pemantau Minum Obat (PMO)
Posko TB Berjalan
Public Private Mix
Re-emerging infectious disease
Stop TB
TB-LKNU
TB-MDR
TB-HIV
Tuberculosis

10
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

QUIZ

Jawab Benar atau Salah

1. Pada tahun 2017 Indonesia merupakan negara dengan angka TB terbesar kedua di
dunia setelah Cina (Benar/Salah)

2. Kepanjangan DOTS adalah Directly Observed Treatment Short-course


(Benar/Salah)

3. Mitra antara pemerintah dengan swasta dalam penanggulangan TB disebut dengan


Public Private Mix (Benar/Salah)

4. Penanganan TB-MDR pada anak sulit karena keterbatasan studi tentang hal ini
(Benar/Salah)

5. Penanganan masalah TB tidak perlu memperhatikan masalah sosial dan ekonomi


(Benar/Salah)

6. Gerdunas-TB adalah program mendukung penanggulangan TB oleh Puskesmas


saja (Benar/Salah)

7. TB tidak termasuk dalam re-emerging infectious disease (Benar/Salah)

8. Program penanggulangan TB di Indonesia baru ada setelah masa kemerdekaan


(Benar/Salah)

9. Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat dikukuhkan dalam Permenkes


No.13 tahu 2013 (Benar/Salah)

10. Permenkes No.67 tahun 2016 mengatur tentang Pengendalian Tuberkulosis

PROBLEM

Untuk mengerjakan soal ini Anda diminta mencari literatur tambahan di luar modul ini.

1. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya TB-MDR !


2. Sebutkan jenis obat antibiotik kombipak dan KDT !
3. Sebutkan jenis pelayanan/pemeriksaan TB sesuai dengan clinical pathway !
4. Carilah data angka kejadian TB-HIV di Indonesia terkini !
5. Apa saja pokok-pokok ketentuan penanggulangan TB yang diatur dalam Permenkes
No.67 tahun 2016 !

11
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

KEPUSTAKAAN

AFP. (2018, September 12). Global AIDS, TB Fight Needs More Money: Health Fund.
DailyNation. Retrieved from https://www.nation.co.ke/news/world/Global-Aids--TB-
fight-needs-more-money/1068-4756764-11ch51a/index.html

Amiruddin, F., Ibnu, I. F., & Rahman, M. A. (2013). Implementasi Strategi AKMS dalam
Penanggulangan TB Paru oleh Aisyiyah Muhammadiyah di Kota Makasar.
Retrieved September 19, 2018, from
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8451/JURNAL
TB.pdf?sequence=1

Aryani, E., & Maryati, H. (2018). Analisis Pelaksanaan Penanggulangan TB Paru di


Wilayah Kerja Puskesmas Cipaku Tahun 2017. Hearty UIK Bogor, 6(1).

Asri, S. D. A. (2014). Masalah Tuberkulosis Resisten Obat. Cermin Dunia Kedokteran,


41(4), 247–249.

Carvalho, I., Goletti, D., Manga, S., Silva, D. R., Manissero, D., & Migliori, G. (2018).
Managing Latent Tuberculosis Infection and Tuberculosis in Children.
Pulomonology, 24(2), 1–9.

Datubara, B. M. (2017). Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan


Tuberculosis Multi Drug Resisten (TB-MDR) Puskesmas Mulyorejo Kab Ddeli
Serdang Tahun 2017. Universitas Sumatera Utara. Retrieved from
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1551

Dede, D. (2018, September 17). SSR TB-HIV Aisyiyah Temukan 214 Pengidap
Tuberkulosis di Jeneponto. SulselSatu.Com. Retrieved from
https://www.sulselsatu.com/2018/09/17/sulsel/selatan/ssr-tb-hiv-care-aisyiyah-
temukan-214-pengidap-tuberkulosis-di-jeneponto.html

Ditjen P2PL Kemenkes RI. (2010). Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia


2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Eka, A. (2014). Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis Paru dengan Strategi


DOTS di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi,
2(2), 251–262.

Financial Express. (2018, September 15). United Nations Agree Global Plan to Battle
Tuberculosis Ahead of First-ever Summit. Financialexpress.Com. Retrieved from
https://www.financialexpress.com/world-news/united-nations-agrees-global-plan-to-
battle-tuberculosis-ahead-of-first-ever-summit/1314226/

Global Fund. (2018). The Global Fund State of Fight 2018: Tuberculosis.

Gullon, J. A., Garcia-Garcia, J. M., Villanueva, M. A., Alvarez-Navasquez, F., Rodrigo,


T., Casals, M., … Tuberculosis Research Integrated Program Working Group.

12
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

(2016). Tuberculosis Costs in Spain and Related Factors. Archivos de


Bronconeumologia, 52(12), 583–589.

Hana, E. E. P. (2017). Analisis Pelaksanaan Strategi DOTS dalam Program


Penanggulangan TB (P2TB) di Puskesmas Aras Kabu Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017. Universitas Sumatera Utara.

Heraldkeeper. (2018). Tuberculosis Diagnosis and Treatment Market 2018 - Industry


Analysis, Size, Share, Strategies, and Forecast to 2022. Retrieved September 20,
2018, from https://www.marketwatch.com/press-release/tuberculosis-diagnosis-
and-treatment-market-2018-industry-analysis-size-share-strategies-and-forecast-to-
2022-2018-08-31

Hilfi, L., Setiawati, E. P., DJuhaeni, H., Paramita, S. A., & Komara, R. (2015).
Perbedaan Perhitungan Unit Cost dengan Menggunakan Activity Based Costing
(ABC) dan Metode Double Distribution (DD) untuk Pasien TB Paru Kategori 2 di
Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap RS Paru. Jurnal Sistem Kesehatan, 1(2),
63–70.

Knowles, M. (2018). WHO Updates Treatment Recommendations for Multidrug-


resistant Tuberculosis. Retrieved September 18, 2018, from
https://www.beckershospitalreview.com/quality/who-updates-treatment-
recommendations-for-multidrug-resistant-tuberculosis.html

Lestari, M. R. D. (2018). Anak Indonesia Masih Hadapi Tantangan Tuberkulosis.


Retrieved September 17, 2018, from
http://www.netralnews.com/news/kesehatan/read/157113/anak-indonesia-masih-
hadapi-tantangan-tuberkulosis

McKie, R. (2018, September 15). Scientist Warn of Global Crisis Over Failure to Tackle
Tuberculosis. The Guardian. Retrieved from
https://www.theguardian.com/society/2018/sep/15/global-tuberculosis-crisis-
scientists-warn-united-nations-summit

Mimi, R. (2014). Pelaksanaan Program Pengendalian TB dengan Menggunakan


Strategi Direct Observed Treatment Short-course di Puskesmas Siulak Mulai
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2014. Universitas
Andalas.

Pratiknya, F. A. S. W., & Harlianti, M. S. (2017). Analisis Biaya Antituberkulosis Kategori


1 Pasien Rawat Jalan di RSUD X Tahun 2017. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Rarun, K. R., Kepel, B. J., & Mandey, L. C. (2017). Analisis Implementasi Kebijakan
Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat Ditinjau dari Aspek Komitmen Politis
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa. Jurnal Ikmas, 2(7), 46–56.

Redaktur DetikNews. (2018, April 30). Pakai Sepeda Motor, Sri Susuri Pelosok Cegah

13
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

Tuberkulosis. DetikNews.Com. Retrieved from https://news.detik.com/berita/d-


3997351/pakai-sepeda-motor-sri-susuri-pelosok-riau-cegah-tuberkulosis

Redaktur Solotrust. (2018, September 7). Komunitas Tuberkulosis Berikan Pelatihan


kepada Kader TB. Solotrust.Com. Retrieved from
http://www.solotrust.com/read/11361/Komunitas-Tuberkulosis-Berikan-Pelatihan-
Kepada-Kader-TB

Rizki, U. R. (2018). Sistem Pelaksanaan Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Pintu


Padang Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018. Universitas Sumatera Utara.

Sanchez-Montalva, A., Salvador, F., Molina-Morant, D., & Molina, I. (2018).


Tuberculosis and Immigration. Enfermedades Infecciosas y Microbiologia Clinica,
36(7), 446–455.

Shete, P. B., Reid, M., & Goosby, E. (2018, September). Message to World Leaders:
We can not End Tuberculosis without Addressing the Social and Economic Burden
of the Disease. The Lancet Global Health, 1–2. Retrieved from
https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(18)30378-
4/fulltext

Siregar, N. C. (2017). Implementasi Program Penanggulangan TB Paru di Puskesmas


Paringgonan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017. Universitas Sumatera Utara.

Smith, K. C., & Seaworth, B. j. (2005). Drug-resistant Tuberculosis: Controversies and


Challenges in Pediatrics. Expert Review of Anti Infection Therapy, 3(6), 995–1010.

Steinman, J. (2018). The Dangers of Drug-resistant Tuberculosis: What You Need to


Know. ABCNews. Retrieved from https://abcnews.go.com/Health/dangers-drug-
resistant-tuberculosis/story?id=57670404

Syafar, M., & Abna, N. J. (2017). Kemitraan Pemerintah dengan Muslimat NU (NGO)
dalam Pengendalian Tuberkulosis Paru. The Indonesian Journal of Public Health,
13(3).

The Week Magazine. (2018, September). First Non-antibiotic Drug may Offer Treatment
for Tuberculosis. The Week Online. Retrieved from
https://www.theweek.in/news/sci-tech/2018/09/12/First-non-antibiotic-drug-may-
offer-treatment-for-tuberculosis.html

Tondong, M. A. P., Mahendradhata, Y., & Ahmad, R. A. (2014). Evaluasi Implementasi


Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Kabupaten Ende Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2012. Kebijakan Kesehatan Indonesia, 3(1), 37–42.

Unyeong, G., Misun, P., Un-na, K., Sodam, L., Sunni, H., Joosun, L., … Korea
Tuberculosis Epidemic Investigation Service. (2018). Tuberculosis Prevention and
Care in Korea: Evolution of Policy and Practice. Jorunal of Clinical Tuberculosis
and Other Myciobacterial Disease, 11, 28–36.

14
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis

Usmin, U. (2018). Ditemukan 91 Penderita Tuberkulosis di Lebong Bengkulu. Retrieved


September 17, 2018, from http://www.beritasatu.com/satu/509961-ditemukan-91-
penderita-tuberkulosis-di-lebong-bengkulu.html

Wijaya, P., & Alawi, A. (2018). LKNU dan Dinkes Bandung Barat Luncurkan Eliminasi
Tuberkulosis 2030. Retrieved September 17, 2018, from
https://www.nu.or.id/post/read/94720/lknu-dan-dinkes-bandung-barat-luncurkan-
eliminasi-tuberkulosis-2030

World Health Organization. (2017). New Global Commitment to End Tuberculosis.


Retrieved September 21, 2018, from http://www.who.int/news-room/detail/17-11-
2017-new-global-commitment-to-end-tuberculosis

World Health Organization. (2018). Global Tuberculosis Report 2018. Geneva,


Switzerland.

15

Anda mungkin juga menyukai