3 7298 KMA366 092018 PDF
3 7298 KMA366 092018 PDF
3 7298 KMA366 092018 PDF
PENDAHULUAN
Masalah TB paru menjadi isu global dan penting. Hal ini ditandai dengan akan digelarnya
deklarasi “Perang Melawan TB” pada Konferensti Tingkat PBB tanggal 26 September
2018 mendatang di Jenewa. PBB berkomitmen pada tahun 2030 epidemi tuberculosis
akan diakhiri dan setiap tahun akan dikucurkan dana US$13 miliar.
Pada tahun 2017 WHO telah mengingatkan tuberkulosis telah melampaui HIV/Aids
sebagai pembunuh nomor satu di dunia, dan penyebab kematian kesembilan di seluruh
dunia. Dari total kematian akibat penyakit sebanyak 10,4 juta pada tahun 2016, sebanyak
1,7 juta orang meninggal akibat tuberkulosis. Lima negara penyumbang tuberculosis
terbesar adalah India, Indonesia, Cina, Filipina, dan Pakistan. Yang menarik pada
kongres pendahuluan di bulan Juli 2018 terjadi perdebatan antara Amerika Serikat
dengan Afrika Selatan terkait kekayaan intelektual obat TB yang dipersoalkan negara AS.
Hal ini mengakibatkan mahalnya harga obat TB bagi negara-negara miskin yang
membutuhkan. Akhirnya masalah ini dapat diatasi dengan berbagai kompromi (Financial
Express, 2018).
Untuk itu pada tahun 2017 WHO bersama dengan beberapa pimpinan negara di dunia
menyatakan empat komitmen untuk melawan TB (World Health Organization, 2017):
Secara global tingkat penurunan TB berjalan sejak tahun 2000-2016 lambat yakni 2% per
tahun. Sekitar 4,1 juta penderita TB “menghilang” atau tidak tertangani setiap tahun dan
berkontribusi terhadap penularan penyakit ini. Global Fund, sebuah lembaga donor anti
1
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
TB terbesar di dunia, merekomendasikan penuruan 4-5 % per tahun hingga tahun 2020
agar tercapai tujuan strategi “End TB” (Global Fund, 2018).
Penyebaran penyakit menular dewasa ini sudah menyebar melalui batas-batas negara.
Hal ini disebabkan terus bertambahnya populasi penduduk dunia dan makin maraknya
perjalanan/traveling antar negara. Keadaan ini sesuai dengan konsep Re-emerging
Infectious Disease, yaitu penyakit menular yang dinyatakan hilang ternyata timbul lagi
dan menjadi epidemi baru di berbagai belahan dunia.
PROGRAM PENANGGULANGAN TB
Tonggak sejarah penanggulangan TB di Indonesia terbagi dua yaitu sebelum tahun 1995
dan setelah tahun 1995. Tahun 1995 merupakan mulai diadopsi program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) di Indonesia sebagai strategi penanggulangan TB
secara ekspansif. Program DOTS ini diujicoba secara strategis tahun 1992. Sebenarnya
sejak era sebelum kemerdekaan, program penanggulangan penyakit TB telah dilakukan
di Indonesia. Pada era tersebut program TB dilakukan oleh pihak swasta bagi kelompok
masyarakat tertentu. Barulah pada tahun 1969 program penanggulangan TB pasca
kemerdekaan dijalankan. Pada masa sebelum DOTS diterapkan, pemerintah pernah
melakukan program kemoterapi jangka panjang yaitu tahun 1987 (Ditjen P2PL Kemenkes
RI, 2010).
Setelah DOTS dimulai adopsi di Indonesia, maka pada tahun 1995-1999 dilakukan
ekspansi ke seluruh Puskesmas. Tidak hanya di Puskesmas, pada tahun 1999 DOTS
mulai diinisiasi di seluruh pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit dan disebut dengan
Gerdunas-TB. Pada tahun 2005 pemerintah menetapkan Komite Ahli Gerakan Terpadu
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dalam Kepmenkes No.1389 tahun 2005.
Dalam perjalanannya program DOTS meskipun secara umum dikatakan berhasil, namun
masih terdapat kendala. Studi tentang strategi DOTS di Puskesmas Kalikedinding
Surabaya secara umum menunjukkan indikator keberhasilan. Namun masih terkendala
pada kepatuhan minum OAT akibat kurangnya petugas Pemantau Minum Obat (PMO)
2
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
dan jarak Puskesmas dari rumah pasien yang jauh (Eka, 2014), , demikian pula dengan
studi di puskesmas Siulak Mukai kabupaten Kerinci Sumatera Barat (Mimi, 2014), dan
di puskesmas Pintu Padang kabupaten Tapanuli Selatan (Rizki, 2018).
Public private mix (PPM) merupakan mitra pemerintah dengan swasta dalam
penyelesaian masalah-masalah di masyarakat. Beberapa program pengendalian TB di
Indonesia juga menggunakan model ini, dan merupakan komponen dari program Stop
TB. Program PPM melibatkan seluruh penyedia layanan pemerintah, swasta, dan LSM
dalam pelaksanaan DOTS yang berkualitas. Namun pelaksanaan PPM tidak semudah
yang dibayangkan. Sebuah studi evaluasi tentang implementasi PPM di kabupaten Ende
provinsi Nusa Tenggara Timur belum berjalan optimal. Dalam kurun waktu tiga tahun
angka penemuan kasus TB masih < 70%, angka keberhasilan pengobatan < 85%, angka
konversi < 80% dan angka drop out pasien TB > 10%. Keterbatasan sumberdaya
(manusia, anggaran, logistik, sarana), ketergantungan terhadap lembaga donor, tidak
adanya SOP, dan kurangnya komitmen, kurangnya koordinasi dan komunikasi
merupakan faktor-faktor penghambat keberhasilan program PPM ini di kabupaten Ende
(Tondong, Mahendradhata, & Ahmad, 2014).
3
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
melakukan koordinasi dan monev. Tindak lanjut dari program adalah fokus pada upaya
pencarian lembaga donor dan membentuk kelompok masyarakat peduli TB. Upaya ini
pada akhirnya dapat mengurangi penularan TB di masyarakat (Syafar & Abna, 2017).
Kerjasama ormas NU dengan dinkes Kabupaten Bandung Barat didanai oleh lembaga
donor internasional yaitu Global Fund (GF). Penemuan kasus TB di Bandung Barat pada
tahun 2017 hanya 55,6%, sementara sampai triwulan-2 tahun 2018 baru mencapai
21,4% dari target 100%. Sedangkan angka keberhasilan1 di semua kasus TB mencapai
91,4% pada tahun 2017, sedangkan sampai triwulan-2 tahun 2018 baru mencapai 54,6%
dari target 90%. Selama tahun 2013-2017 sebanyak 70 orang mengalami TB Resisten,
sembuh 20 orang, meninggal 10 orang, dalam pengobatan 23 orang, belum terlacak 3
orang, tidak mau minum obat 3 orang, dan pindah domisili sebanyak 1 orang. Sementara
antara Januari – Agustus 2018 sebanyak 14 orang mengalami TB resisten, sembuh 4
orang, dan dalam pengobatan 10 orang (Wijaya & Alawi, 2018).
1
Angka Keberhasilan TB = (angka kesembuhan + angka pengobatan lengkap)/Seluruh pasien kasus TB x 100%
4
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
Dalam laporan Global Fund disebutkan TB-MDR telah berkembang menjadi ancaman
bagi kesehatan global. TB juga berkontribusi sebesar 1/3 kematian akibat resistensi
antibiotik di seluruh dunia. Bila masalah ini didiamkan diprediksi akan menyebabkan
kematian pada 2,6 juta penduduk pada tahun 2050 (Global Fund, 2018).
Dari sisi biomedis, untuk mengatasi TB-MDR sedang dikembangkan obat non-antibiotik
baru yang bukan menyerang bakteri mycobacterium tuberculosis, namun lebih
menyerang pertahanan bakteri tersebut. Saat ini obat tersebut sedang dalam masa uji
klinis (The Week Magazine, 2018). Program pencegahan TB-MDR yang terbukti efektif
dan efisien dan direkomendasikan WHO adalah DOTS, meskipun gagal menyembuhkan
pada beberapa keadaan (Asri, 2014).
5
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
TB PADA ANAK
Sementara itu pengobatan TB pada anak juga merupakan hal yang sulit. Kesulitan dalam
pengobatannya antara adalah sulitnya fomulasi obat untuk anak-anak, toksisitas obat
pada anak, dan kepatuhan terhadap pengobatan. Hal ini makin diperparah dengan infeksi
penyerta dan adanya TB-MDR pada anak (Carvalho et al., 2018).
Masalah TB pada anak akan semakin rumit jika mengalami kondisi TB-MDR. Beberapa
isu penting terkait TB-MDR pada anak antara lain (Smith & Seaworth, 2005):
a. Kasus TB-MDR lebih sulit ditentukan dan didiagnosa, serta kurang senstif
terhadap tes diagnostik;
b. Anak-anak memiliki risiko tinggi menderita TB aktif, sama seriusnya dengan TB
bukan paru seperti TB Meningitis;
c. Pengobatan TB-MDR umumnya kurang efektif, mahal, dan pada pemakaian yang
panjang lebih memiliki efek toksik yang ditimbulkan oleh obat lini kedua;
d. Pengobatan anti TB tidak dapat diformulasikan untuk anak-anak , terutama obat
lini kedua
e. Dua jenis obat anti TB yang paling direkomendasikan pada TB-MDR yaitu
Florkinolon dan Etambutol masih sangat kontroversial bagi anak-anak karena
kemungkinan efek samping yang dulit dimonitor dan kurangnya uji coba klinis;
f. Belum banyak studi penggunaan obat lini kedua pada anak-anak
Intervensi kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya kasus baru terutama pada
negara berkembang adalah perlu dijalankan untuk menanggulangi TB-MDR pada anak
yaitu melakukan investigasi kontak, pengurangan pajanan/paparan, dan pengobatan
terhadap infeksi (Smith & Seaworth, 2005).
Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain atau migrasi memperburuk
penularan tuberkulosis. Salah satunya adalah negara Spanyol yang kasus TBnya
6
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
meningkat akibat keluar masuk penduduk ke negara tersebut khususnya pada abad ke-
21. Penduduk dari berbagai negara yang memiliki risiko TB masuk ke Spanyol dan
berkontribusi terhadap penularan. Permasalahan penularan TB semakin buruk karena
para imigran tersebut sulit memperoleh akses ke pelayanan kesehatan sehingga
memperlambat penanganan kasus. Sebuah penelitian tentang hal ini menyarankan agar
dibuat pelayanan kesehatan yang secara khusus menangani masalah TB pada
penduduk pendatang atau migran (Sanchez-Montalva, Salvador, Molina-Morant, &
Molina, 2018).
India sebagai negara dengan angka TB tertinggi di dunia dengan angka kematian
mencapai 220.000 orang meninggal dan menyebabkan pengeluaran ekonomis sebesar
sekitar US$ 340 juta (Heraldkeeper, 2018).
Lembaga donor Global Fund memprediksi biaya akibat TB-MDR akan mencapai US$
16,7 triliun pada tahun 2050 jika tidak ada penanganan yang memadai (Global Fund,
2018). Lembaga ini melaporkan rata-rata memberikan batuan sebesar US$ 4 miliar per
tahun untuk membantu kegiatan kesehatan masyarakat termasuk penanggulangan TB
bersama dengan pemerintah, LSM dan perusahaan swasta (AFP, 2018).
Sebuah artikel di Lancet (terbitan kesehatan berkala terkenal di dunia) menyarankan agar
para kepala negara di dunia tetap memperhatikan aspek beban sosial dan ekonomi dari
7
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
penyakit ini. TB merupakan penyakit yang dapat menyebabkan biaya katastropik yaitu
penderita harus mengeluarkan biaya lebih dari 20% dari nilai kekayaan yang dimilikinya.
Tidak jarang di antaranya harus menanggung kemiskinan. Beberapa negara yang
berisiko TB telah melakukan program penanggulangan TB yang memperhatikan aspek
biaya katastropik. Misalnya:
Nigeria memberikan transfer dana secara tunai kepada penderita untuk menjalani
pengobatan.
Negara kecil Moldova, pasien TB mendapat dana tunai atau kupon makanan dan
transportasi.
Peru, pemerintah memberikan dana tunai bersyarat dan dukungan sosial.
Brasil, penderita TB mendapat dana tunai bersyarat yang besarnya tergantung
pendapatan.
Kesemua program ini secara positif mampu menurunkan kasus TB dan meningkatkan
kesejahteraan penderita. Indonesia dengan program Universal Health Coverage,
menurut terbitan Lancet, belum mencapai keberhasilan (Shete, Reid, & Goosby, 2018).
Keberhasilan penanggulangan di negara Korea dapat dijadikan contoh bagi negara lain.
Program “Korea-Free TB” berhasil menurunkan angka kasus TB secara signifikan sejak
tahun 2011 hingga 2016 sebesar 23,4%. Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari
program penanggulangan TB di Korea antara lain (Unyeong et al., 2018):
a. Adanya kemauan politik yang kuat dari pemerintah dalam menanggulangi TB,
yang didukung dengan sumberdaya finansial dan manusia;
b. Tujuan yang jelas dan tegas dari pemerintah untuk menanggulangi TB;
c. Untuk menangani infeksi laten TB, prioritas utama ditujukan pada investigasi
kontak (pencarian kasus) serta didukung dengan pembiayaan terhadap deteksi
dini dan pengobatan. Dalam penyusunan kebijakan dilakukan melalui lobi politik
yang kuat dengan legislatif. Pengendalian infeksi laten TB akan berpengaruh
terhadap eliminasi TB itu sendiri.
d. Melakukan komunikasi yang efektif dan intensif dengan seluruh pemangku
kepentingan.
8
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
Untuk menghadapi masalah global TB di atas, WHO pada tahun 2018 merilis strategi
“End TB”. Strategi ini sinergi dengan tujuan ke-3 Sustainable Development Goal (SDG)
yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk seluruh
kelompok umur penduduk.
Ada 9 target yang dicanangkan dalam strategi “End TB” ini yaitu (World Health
Organization, 2018):
1. Pada tahun 2030, mengurangi Angka Kematian Maternal global menjadi kurang
dari 70 ibu per 100.000 kelahiran hidup
2. Pada tahun 2030, menghentikan kematian yang dapat dicegah pada bayi dan
Balita, dengan mengurangi Angka Kematian Neonatal kurang dari 12 per 1.000
kelahiran hidup (Bayi) dan 25 per 1000 kelahiran hidup (Balita)
3. PAda tahun 2030, menghentikan epidemi AIDS, TB dan Malaria serta penyakit
tropis yang terabaikan. Selain itu melawan penyakit hepatitis, penyakit yang
tertular melalui udara, dan penyakit menular lainnya.
4. Pada tahun 2030, mengurangi 1/3 kematian prematur akibat penyakit tidak
menular melalui program pencegahan dan pengobatan serta meningkatkan
kesehatan mental dan kesejahteraan.
5. Meningkatkan pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat adiktif seperti
penyalahgunaan narkotika dan alkohol
6. Pada tahun 2020, mengurangi jumlah kematian dan kecelakaan lalu lintas secara
global
7. Pada tahun 2030, memastikan akses yang merata terhadap kesehatan reproduksi
seperti Keluarga Berencana, Edukasi dan Informasi, dan mengintegrasikan
kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program kesehatan nasional
8. Mencapai universal health coverage, seperti perlindungan terhadap risiko
keuangan, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas, akses
terhadap pengobatan dasar dan imunisasi yang aman, efektif, berkualitas dan
terjangkau.
9. Pada tahun 2030, mengurangi jumlah kematian dan penyakit yang disebabkan
hazard kimia & udara, serta polusi dan kontaminasi air & tanah.
10. Memperkuat implementasi Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau
(FCTC) di seluruh negara
11. Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obat penyakit menular
dan tidak menular yang secara khusus bermanfaat bagi negara-negara
berkembang, menghasilkan akses pengobatan dan vaksinasi yang terjangkau,
sesuai dengan Deklarasi Doha dan Kesepakatan & Kesehatan Masyarakat
TRIPS.
12. Secara substansif meningkatkan pembiayaan kesehatan, serta program
perekrutan, pengembangan, pelatihan, dan mempertahankan tenaga kesehatan
di negara-negara berkembang, terutama di negara yang sangat terbelakang dan
di pulau terpencil.
9
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
KESIMPULAN
Berbagai program dan kebijakan sudah dilakukan pemerintah Indonesia mulai dari Stop
TB, Gerdunas-TB, Stranas TB hingga kerjasama dengan pihak swasta. Namun upaya ini
tidak cukup mengurangi penyakit yang sebenarnya sudah dinyatakan tidak epidemi ini.
AKMS
Directly Observed Treatment Short-course (DOTS)
Etambutol
Florkinolon
Gerdunas-TB
Korea-free TB
OAT-KDT
OAT-Kombipak
Pemantau Minum Obat (PMO)
Posko TB Berjalan
Public Private Mix
Re-emerging infectious disease
Stop TB
TB-LKNU
TB-MDR
TB-HIV
Tuberculosis
10
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
QUIZ
1. Pada tahun 2017 Indonesia merupakan negara dengan angka TB terbesar kedua di
dunia setelah Cina (Benar/Salah)
4. Penanganan TB-MDR pada anak sulit karena keterbatasan studi tentang hal ini
(Benar/Salah)
PROBLEM
Untuk mengerjakan soal ini Anda diminta mencari literatur tambahan di luar modul ini.
11
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
KEPUSTAKAAN
AFP. (2018, September 12). Global AIDS, TB Fight Needs More Money: Health Fund.
DailyNation. Retrieved from https://www.nation.co.ke/news/world/Global-Aids--TB-
fight-needs-more-money/1068-4756764-11ch51a/index.html
Amiruddin, F., Ibnu, I. F., & Rahman, M. A. (2013). Implementasi Strategi AKMS dalam
Penanggulangan TB Paru oleh Aisyiyah Muhammadiyah di Kota Makasar.
Retrieved September 19, 2018, from
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8451/JURNAL
TB.pdf?sequence=1
Carvalho, I., Goletti, D., Manga, S., Silva, D. R., Manissero, D., & Migliori, G. (2018).
Managing Latent Tuberculosis Infection and Tuberculosis in Children.
Pulomonology, 24(2), 1–9.
Dede, D. (2018, September 17). SSR TB-HIV Aisyiyah Temukan 214 Pengidap
Tuberkulosis di Jeneponto. SulselSatu.Com. Retrieved from
https://www.sulselsatu.com/2018/09/17/sulsel/selatan/ssr-tb-hiv-care-aisyiyah-
temukan-214-pengidap-tuberkulosis-di-jeneponto.html
Financial Express. (2018, September 15). United Nations Agree Global Plan to Battle
Tuberculosis Ahead of First-ever Summit. Financialexpress.Com. Retrieved from
https://www.financialexpress.com/world-news/united-nations-agrees-global-plan-to-
battle-tuberculosis-ahead-of-first-ever-summit/1314226/
Global Fund. (2018). The Global Fund State of Fight 2018: Tuberculosis.
12
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
Hilfi, L., Setiawati, E. P., DJuhaeni, H., Paramita, S. A., & Komara, R. (2015).
Perbedaan Perhitungan Unit Cost dengan Menggunakan Activity Based Costing
(ABC) dan Metode Double Distribution (DD) untuk Pasien TB Paru Kategori 2 di
Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap RS Paru. Jurnal Sistem Kesehatan, 1(2),
63–70.
McKie, R. (2018, September 15). Scientist Warn of Global Crisis Over Failure to Tackle
Tuberculosis. The Guardian. Retrieved from
https://www.theguardian.com/society/2018/sep/15/global-tuberculosis-crisis-
scientists-warn-united-nations-summit
Rarun, K. R., Kepel, B. J., & Mandey, L. C. (2017). Analisis Implementasi Kebijakan
Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat Ditinjau dari Aspek Komitmen Politis
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa. Jurnal Ikmas, 2(7), 46–56.
Redaktur DetikNews. (2018, April 30). Pakai Sepeda Motor, Sri Susuri Pelosok Cegah
13
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
Shete, P. B., Reid, M., & Goosby, E. (2018, September). Message to World Leaders:
We can not End Tuberculosis without Addressing the Social and Economic Burden
of the Disease. The Lancet Global Health, 1–2. Retrieved from
https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(18)30378-
4/fulltext
Syafar, M., & Abna, N. J. (2017). Kemitraan Pemerintah dengan Muslimat NU (NGO)
dalam Pengendalian Tuberkulosis Paru. The Indonesian Journal of Public Health,
13(3).
The Week Magazine. (2018, September). First Non-antibiotic Drug may Offer Treatment
for Tuberculosis. The Week Online. Retrieved from
https://www.theweek.in/news/sci-tech/2018/09/12/First-non-antibiotic-drug-may-
offer-treatment-for-tuberculosis.html
Unyeong, G., Misun, P., Un-na, K., Sodam, L., Sunni, H., Joosun, L., … Korea
Tuberculosis Epidemic Investigation Service. (2018). Tuberculosis Prevention and
Care in Korea: Evolution of Policy and Practice. Jorunal of Clinical Tuberculosis
and Other Myciobacterial Disease, 11, 28–36.
14
Ade Heryana, SSt, MKM | Isu Terkini AKK: Program dan Kebijakan Tuberkulosis
Wijaya, P., & Alawi, A. (2018). LKNU dan Dinkes Bandung Barat Luncurkan Eliminasi
Tuberkulosis 2030. Retrieved September 17, 2018, from
https://www.nu.or.id/post/read/94720/lknu-dan-dinkes-bandung-barat-luncurkan-
eliminasi-tuberkulosis-2030
15