Makalah Ilmu Pendidikan Islam
Makalah Ilmu Pendidikan Islam
Makalah Ilmu Pendidikan Islam
Tentang
Pandangan Islam Terhadap Manusia dan Implikasinya Terhadap
Pendidikan
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Dosen Pengampu :
Dr.Gusmaneli,S.Ag,M.Pd
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .......................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A.Manusia dalam Pandangan Islam ........................................... 3
1. Hakikat Manusia dalam Islam ................................................. 3-5
2. Kedudukan Manusia dalam Islam ........................................... 6-7
3. Potensi Manusia dalam Islam ................................................... 7-8
PENUTUP ....................................................................................... 15
Kesimpulan ..................................................................................... 15
Saran ............................................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................ 16
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca dapat mengetahui
apa sebenarnya hakikat seorang, serta pandangan dari sisi ilmu pengetahuan dan
implikasinya terhadap pendidikan islam.
2
PEMBAHASAN
3
1. Hakikat Manusia dalam Islam
a) Kata Al-Basyar disebut dalam Al-qur'an sebanyak 36 kali dan terdapat dalam
26 surah. Secara etimologi Al-Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh
yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penggunaan istilah “basyar” dalam
Al-qur'an lebih cenderung digunakan pada hal-hal yang berkaitan dengan
aspek fisik yang tampak pada manusia secara umum seperti kulit, rambut,
bentuk fisik secara umum, kebutuhan biologis yang tidak berbeda antara
manusia satu dengan yang lainnya.
b) Kata insan menurut Ibnu Manzhur berasal dari kata “insiyan” yang berarti
manusia (kecil). Sedangkan menurut M. Quraish Shihab istilah insan terambil
dari kata “uns” yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Jinaknya manusia
(normal) ini lebih tampak manakala dibandingkan dengan binatang. Kata
insan dalam Al-qur'an, pertama yaitu digunakan untuk menunjuk manusia
dengan seluruh totalitasnya, yaitu jiwa dan raganya. Perbedaan manusia antara
satu dengan lainnya adalah karena perbedaan fisik, dan kecerdasan. Kedua
yaitu menggambarkan perbedaan-perbedaan dalam aspek kerohanian,
keimanan, dan akhlak. Dengan kata lain, kata insan disamping digunakan
untuk menunjuk manusia secara utuh, juga menggambarkan perbedaan antara
seseorang dengan lainnya. Dan kata al-insan dinyatakan dalam Al-qur'an
sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surah.
c) Kata An-Nas dinyatakan dalam Al-qur'an sebanyak 240 kali dan terdapat
dalam 53 surah. Kata an-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai
makhluk sosial secara keseluruhan tanpa melihat status keimanan atau
kekufurannya. Dalam menunjuk makna manusia, kata an-nas lebih bersifat
umum apabila dibandingkan dengan kata al-insan. Kata an-nas menunjuk
manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai
4
kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah dan merupakan
pengisi neraka disamping iblis. Kata an-nas juga dinyatakan Allah dalam Al-
qur'an untuk menunjuk bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki
ketetapan keimanan yang kuat.
d) Penggunaan kata Bani Adam menurut Ath-Thabathaba'i menunjuk pada arti
manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga aspek yang dikaji.
Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, diantaranya
adalah dengan berpakaian guna menutup auratnya. Kedua, mengingatkan pada
keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu syaitan yang
mengajak pada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam
semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkan-Nya. Semua itu merupakan
anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan
Adam dibanding makhluk-Nya yang lain.
٢: ( تمترون )االنعام
ُ هُو الَّذِي خلقكُم مِن طِ ين ث ُ َّم قضى أجال وأجل ُمس ًّمى عِندهُ ثم أثم
"Dialah yang menciptakan kumua dari tauh, kemudian Dia menetapkan ajal
(kemmiamma), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun
demikian kamu masih meragukannya." (QS. Al-An'an 2)"
5
ْ ث ُ َّم جع ْل َٰنهُ ن. ١٢ نسن مِن س َُٰللة مِن طِ ين
ُطفة فِى قرار َّمكِين ِ ْ ولقدْ خل ْقنا
َٰ ٱْل
ۚ طفة علق ًۭة فخل ْقنا ْٱلعلقة ُمضْغ ًۭة فخل ْقنا ْٱل ُمضْغة عِظ َٰـ ًۭما فكس ْونا ْٱلعِظ َٰـم لحْ ًۭما ث ُ َّم أنشأْن َٰـهُ خ ْلقا ءاخر
ْ ُّث ُ َّم خل ْقنا ٱلن
١٤ ٱّلل أحْ سنُ ْٱلخ َٰـ ِلقِين
ُ َّ فتبارك
"Dan sungguh. Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal dari tanah.
Kemudian kami jadikan saripati itu air muni (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani ini kami jadikan sesuatu yang melekat itu
kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging ini kami jadikan tulang belulang lah melang
belulang itu kami bungkus dengan daging kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, pencipta yang paling baik." (QS.
Al-Mukminum: 12-14).3
Di dunia bukanlah secara kebetulan. Bukan pula sebagai benda hidup lalu
mati kembali ke benda lagi dan selesai tanpa tanggung jawab. Islam memberikan
garis dasar yang jelas tentang maksud penciptaan manusia. Di dunia ini, manusia
mengemban fungsi dan tugas hidup. Kata fungsi diartikan sebagai jabatan,
kedudukan, dan status.
َ ض ِم ْن ب َ ع ْ دِ هِ مْ ل ِ ن َ ن ْ ظ ُ َر ك َ ي
ْف ت َ ع ْ مَ ل ُ و َن ِ ْاْل َ ر َ ث ُم َّ جَ ع َ ل ْ ن َا ك ُ مْ خَ ََل ئ
ْ ِف ف ِي
3 Ibid.hlm.37
6
Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka
bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu
berbuat.(QS.Yunus:14)
Setelah bumi ini diciptakan, Allah memandang perlu bumi didiami, diurus,
dan diolah. Untuk itu Ia menciptakan manusia yang diserahi tugas dan jabatan
khalifah. Kemampuan bertugas ini adalah suatu anugerah Allah dan sekaligus
merupakan amanat yang dibimbing dengan suatu ajaran yang pelaksanaannya
merupakan tanggungjawab manusia yang bernama khalifah itu.
ْ ت ال ْ ِج َّن و
اْلِ ن ْ س إ ِ َّال ل ِي ع ْ ب ُ د ُو ِن ُ ْو م ا خ ل ق
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadaKu.
7
Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat tiga potensi
(fitrah), yaitu:
memungkinkan manusia dapat membedakan nilai baik dan buruk. Dengan daya
intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan mengEsakan Tuhannya.
8
melaksanakan visinya yang ideal.hal ini dapat dilihat dari ketimpangan
kepribadian peserta didik di era ini. Ketika mereka mampu mengembangkan
aspek intelektualitasnya, pada waktu bersamaan mereka telah kehilangan aspek
social dan relgiusitasnya, atau sebaliknya.
Hal ini disebabkan berbagai factor, diantara factor itu adalah bahwa bentuk
interaksi pendidikan yang ditawarkan masih bersifat parsial dan belum mampu
mengembangkan seluruh aspek peserta didik secara integral Pelaksanaan
kebijakannya masih terkesan “paket khusus” dan kurang demokratis. Akibatnya
interaksi yang ditawarkan kurang menarik dan bahkan membosankan. Bila ini
terjadi, maka proses pendidikan tidak akan mampu berjalan secara efektif dan
efisien. Fenomena ini terjadi karena pendidik belum mampu mengenal pribadi
peserta didiknya secara utuh dan belum terakumulasi pada suatu system yang
kondusif bagi pengembangan kepribadian peserta didik.
Bila makna manusia yang ditunjukkan Allah dalam Al-quran dicermati secara
seksama, sesungguhnya akan dapat dijadikan pedoman bagi upaya meformat
interaksi pendidikan yang proposional dan ideal para pakar pendidikan sepakat
bahwa teori kependidikan harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang manusia.
Pembicaraan yang berkaitan dengan hal ini dirasakan sangat mendasar dan perlu
dijadikan pijakan dalam melakukan aktivitas pendidikan. Tanpa adanya kejelasan
mengenai konsep manusia, pendidikan akan berjalan tanpa arah yang jelas,
bahkan pendidikan tidak akan dapat dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu
memahami hakikat manusia seutuhnya. 6
9
Berdasarkan pandangan di atas, berikut Ini akan dijelaskan implikasi potensi dasar
manusia dalam Proses pendidikan.
1. Implikasi Potensi Jasmani (fisik) dalam Proses Pendidikan dan Aspek jasmani
(fisik) merupakan sesuatu yang hakiki untuk manusia. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam pendidikan Islam jasmani adalah bagian penting dalam proses
pendidikan manusia untuk menjadi pribadi yang utuh. Perhatian pendidikan pada
aspek jasmani ini membawa dampak bahwa dalam proses belajar mengajar dan
mencari pengetahuan, pancaindra perlu dilatih untuk peka, teliti dan terintegrasi
dengan kegiatan akal budi. Penghargaan terhadap pentingnya jasmani
mengakibatkan penghargaan terhadap pekerjaan tangan sebagai bagian integral
dari pendidikan. Abdurrahman Abdullah menyatakan bahwa aspek jasmani harus
dikembangkan menjadi manusia yang memiliki jasmani yang sehat dan kuat serta
berketerampilan melalui pendidikan.
Rohani adalah aspek manusia yang bersifat spiritual dan trasendental. Potensi
rohani yang dimiliki manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu.
Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah melestarikan, serta menyempurnakan
kecenderungan-kecenderungan yang baik dan menggantikan atau mengendalikan
kecenderungan-kecenderungan jahat menuju kecenderungan-kecenderungan
positif.
a. Dimensi An-Nafsu
10
1) Mengembangkan nafsu peserta didik pada aktivitas yang positif, misalnya
nafsu agresif, yaitu dengan memberikan sejumlah tugas harian yang dapat
memperoleh kesempatan berbuat yang berguna.
2) Menanamkan rasa keimanan yang kuat dan kokoh. Sehingga dimanapun
berada, pesrta didik tetap dapat menjaga diri dari perbuatan amoral.
3) Menghindarkan diri dari pendidikan yang bercorak materialistik, karena
nafsu mempunyai kecenderungan serba kenikmatan tanpa
mempertimbangkan potensi lainnya. Dengan demikian, dalam diri peserta
didik, terbentuk dengan sendirinya suatu kepribadiaan, atau setidak-
tidaknya dapat mengurangi dorongan nafsu serakah.7
b. Dimensi Al-Aql
Potensi akal merupakan karunia Allah untuk mengetahui hakikat segala sesuatu,
maka upaya pendidikan dalam mengembangkan potensi akal adalah sebagai
berikut:
7Muhaimin dan Abdu Mujid,Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalnya,(Bandung:Trigenda Karya,2019)hlm.16
11
sebagai upaya ijtihad dan bila ternyata akal belum mampu memberikan
konklusi tentang suatu masalah, masalah tersebut dikembalikan kepada
wahyu.
6) Berusaha mencetak peserta didik untuk menjadi seseorang yang
berpredikat "“ulul alba" yaitu seorang muslim yang cendikiawan dan
muslim intelektual dengan cara melatih daya intelek, daya pikir dan daya
nalar serta memiliki keterikatan moral.
c. Dimensi Al-Qalb
12
d. Dimensi al-Ruh
13
ketika Allah menggunakan term al nas, maka interaksi pendidikan harus pula
mampu menyentuh aspek kehidupan social peserta didik. Ketiga term tersebut
harus diformulasikan secara integral dan harmonis dalam setiap interaksi
pendidikan yang ditawarkan. Hanya saja mungkin dalam operasionalnya, proporsi
antara ketiga term tersebut sedikit berbeda penekanannya, sesuai dengan materi
dan tujuan yang ingin dicapai dari proses tersebut.
Ketika Allah menunjuk ketiga term tersebut dalam memaknai manusia, Allah
secara implicit telah melakukan serangkaian interaksi edukatif pada manusia
secara proposional. Allah telah memberikan kelebihan pada manusia dengan
berbagai potensinya yang bersifat dinamis, disamping berbagai kelemahan dan
keterbatasan manusia dalam menjalankan kehidupannya dimuka bumi. Dengan
berbagai potensi tersebut, manusia lebih ungul dan sempurna sesuai dengan tujuan
penciptaannya, dibanding dengan makhluk yang paling hina, takkala seluruh
potensi tersebut tak mampu diaktualkan dan diarahkan secara maksimal, sesuai
dengan nilai nilai ajaran islam. Hanya saja, jika mereka ingin tetap dalam
keridhaan-Nya, maka mereka dituntut untuk mempergunkan seluruh potensinya
tersebut sesuai dengan batas batas kapasitas kebebasan yang diberikan padanya.
Untuk itu Allah memberikan rambu rambu dan berbagai konsekwensi atas
aktifitas yang dilakukan manusia.9
14
PENUTUP
A.Kesimpulan
Manusia adalah satu kata yang sangat bermakna dalam, dimana manusia
adalah makhluk yang sangat sempurna dari makhluk-makhluk lainya. Makhluk
yang sangat spesial dan berbeda dari makhluk yang ada sebelumnya. Makhluk
yang bersifat nyata dan mempunyai akal fikiran dan nafsu yang diberikan Tuhan
untuk berfikir, mecari kebenaran. Pola dasar pendidikan Islam yang dilaksanakan
dalam suatu system memberikan kemungkinan berprosesnya bagian-bagian
menuju ke tujuan yang telah di tetapkan sesuai ajaran islam.
B.Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua. Namun kami sangat menyadari banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, oleh sebab itu kami mohon kepada pembaca dan dosen pembimbing
untuk dapat memberikan kritik dan saran demi terciptanya makalah yang lebih
baik untuk kedepannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
AlFurqan,2017,https://ejurnal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/educative/index,Vol
2,No2.
16