Sistem Politik Islam
Sistem Politik Islam
Sistem Politik Islam
AL-A’LA AL-MAUDUDY
SKRIPSI
Oleh:
Assalamualaikum, Wr. Wb
Npm : 1431040037
Perspektif Abu Al-A’la Al-Maududy” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri
dan tidak ada unsur plagiat, kecuali beberapa bagian yang disebutkan sebagai
jawab saya dan saya siap menerima segala saksi yang diakibatkannya.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Ahmad Saukat
Ali
NPM
1431040037
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu” (QS. An-Nisa:59)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat rohmat dan
Inayah-Nya, dan shalawat serta salam semoga Allah tetap melmpah curahkan
kepada jujungan baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan penuh rasa puji dan
segala syukur dan tulus ikhlas maka skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta (Ayahanda Ahmad Bangsawan Ali dan Ibunda
keberhasilanku.
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Saukat Ali. Lahir di Penengahan La’ay tanggal 06 juni 1996 putra
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Ahmad Bangsawan Ali
dan Ibunda Ratna Erlaeni. Pendidikan pertama kali SDN 1 Penengahan La’ay
dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan sekolah di MTS NU Krui
lulus pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan MAN Krui lulus pada tahun
Selama aktif menjadi mahasiswa UIN RIL menjadi anggota PMII Rayon
KATA PENGANTAR
Hanyalah Allah jualah yang berhak segala puji, dan hanya Allahlah yang
maha Agung dan maha Kaya dengan segala ilmu. Selawat dan salam semoga
yang mau nyampaikan-Nya ilmu Allah kepada umat yang haus kebenaran serta
yang menggali ilmu Allah yang tertera dan tidak tertera. Seperti ayat kaunia dan
tanzil.
Alhamdulilah dalam pembuatan skripsi ini tidak ada hambatan atau kendala
yang berarti, sehingga pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan degan baik dalam
hal ini saya selaku penulis. Dalam pembuatan skripsi ini memiliki kekurangangan
kritik dan sarannya. Karya kecil ini tidak akan terealisasikan tanpa adanya
bantuan dari semua pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-
1. Bapak Prof. Dr. Moh. Mukri M.Ag. Selaku rektor UIN Raden Intan
dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan
3. Ibu Dr. Tin Amalia Fitri, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Pemikiran
Politk Islam, dan Ibu Eska Prawisudawati Ulpa, M.Si selaku Sekertaris
Jurusan Pemikiran Politik Islam yang telah memberikan waktunya dalam
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Raden
Politk Islam.
positif, dan peneliti akhiri dengan memanjatkan do’a semoga Allah berkahi.
Aamiin.
A. Kesimpulan......................................................................................... 91
B. Saran-Saran......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Dalam penegasan judul ini yang terpenting akan dipaparkan atau dijabarkan
pokok-pokok bahasan dalam penulisan proposal judul ini yang akan digunakan untuk
Sistem politik Islam adalah sistem konstitusional yang dibentuk atas syarat-
syarat yang digariskan oleh syariah, yang merupakan sistem kehidupan yang lengkap
dan meliputi semua tatanan sosial. Syariah menurut al maududi adalah persoalan yang
kewajiban warga, sistem hukum, hukum perang dan damai serta hubungan
internasional.1 Sistem politik Islam dalam hal ini dikhususkan pada aspek ritual
keagamaan atau upacara yang dilakukan oleh berbagai macam agama antara lain
tidak mencampur adukan antara keagamaan dan politik dalam arti lain Islam
Kesatuan Republik Indonesia yang mempunyai aset atau kekayaan dalam berbudaya,
berbangsa guna untuk menata suatu tatanan perekonomian yang sedang berkembang
1
Al-Maududi, Hukum Dan Konstitusi Sistem Politik Islam, Terjemahan Asep Hikmat,
(Bandung: Mizan, 1993), h.306.
pada saat ini. Suatu ikatan multikultural satu pandangan dan keinginan politik suatu
masyarakat. Dalam hal ini peranan para politikus sangat menentukan keinginan dan
cita-cita masyarakat.2 Setiap dalam penyelesaian masalah baik secara teori maupun
secara praktek hendaknya mengacu kepada sudut pandang para peneliti dalam mencari
solusi.
Abu Al-A’la Al-Maududy adalah Sayyid Abul A'la Maududi (Urdu: ٰسید ابى االعلى
مىدودی- pengejaan alternatif nama akhir Maududi, dan Mawdudi) (25 September
1903 - 22 September 1979), juga dikenal sebagai Mawlana (Maulana) atau Syeikh
Sayyid Abul A'la Mawdudi, adalah jurnalis, teolog, dan filsuf politik Pakistan Sunni,
dan mayor pemikir Islam Ortodoks abad ke-20. Dia juga merupakan figur politik di
merangkum dalam pembahasan sistem politik Islam perspektif Abu Al-A’la Al-
Maududy ini, yaitu sistem ritualitas dalam keagamaan dan konstitusional yang
dibentuk atas syarat-syarat yang digariskan oleh syariah, yang merupakan sistem
kehidupan yang lengkap dan meliputi semua tatanan sosial digagas oleh Abu Al-A’la
Al-Maududy.
Adapun alasan penulis memilih judul di atas dalam “Sistem Politik Islam Dalam
Islam.
Umat Islam, sebagai bagian integral dari manusia secara general, mau atau
tidak, pasti bersentuhan, baik secara pasif maupun aktif, dengan dunia politik dan
pemerintahan karena keduanya merupakan bagian yang tak terhindarkan dari hidup
dan kehidupan. Terlebih, tidak sedikit ayat al-Quran yang menyinggung masalah ini
meskipun pada tataran global dan interpretatif sehingga memunculkan ide-ide tentang
Salah satu tokoh yang mempunyai perhatian cukup besar terhadap masalah ini
adalah seorang pemikir dari sub kontinen India (Pakistan) yang bernama Abu al-A’la
al-Maududy, yang lahir pada tanggal 3 Rajab 1321 H./25 September 1903 M. di
Banyak ahli yang mempertanyakan atau bahkan tidak setuju dengan statemen
dan/ atau ukhrawi yang tercemin dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an atau Sunnah Nabi. Akan
tetapi dengan konsisten, pendiri Jama’at-i Islam ini mencoba merakit dan menjalin
seluruh pemikirannya menjadi satu sistem dan tata pikir terpadu. Statemen dasar
4
Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1993),
h. 238.
bahwa Islam merupakan sistem komprehensif5 bagi kehidupan manusia menjadi
pijakan utama yang termuat di dalamnya sistem sosial, sistem ekonomi, sistem politik,
dan sebagainya. Baginya, Islam merupakan sebuah sistem yang teratur rapi, suatu
keseluruhan yang berdiri di atas postulat yang jelas dan pasti. Segala kehidupan
manusia telah diatur di dalamnya dengan tegas, sehingga kaum muslim tidak perlu
berpaling atau bahkan mencari sistem lain dalam mengatur hidup dan kehidupannya.
kritik itu tidak sedikitpun menggoyahkan kemantapan tata pikirnya yang begitu solid.6
Meskipun, pada tataran aplikatif sulit diwujudkan terlebih dewasa ini yang
mengemuka adalah tidak lagi ideologi agama, an sich, tapi juga faktor lain baik
berupa nasionalisme, partai politik, atau untuk kasus tertentu kesukuan. Kajian
terhadap konsepsi politik dan pemerintahan al-Maududy tampaknya cukup urgen bila
dilihat dari segi konsep-konsep yang ditawarkan, meskipun terkesan tekstual dengan
banyak menggunakan pola piker deduktif, yang terpolarisasi oleh diktum wahyu Ilahi,
tapi pada sisi yang lain realitas sosial yang muncul belakangan juga tersentuh walau
berkembangan kala itu bahkan banyak ditentang karena dinilai tidak sejalan dengan
misi diturunkannya ajaran Islam. Hal ini terlihat, pada satu sisi, misalnya, ia
5
Harun Nasution, Studi Islamika, No. 17 Juli 1983, h. 4.
6
M. Amin Rais, “Kata Pengantar Khilafah dan Kerajaan”, Dalam Abu Al- A’la Al-
Maududy, al-Khlilafah wa al-Mulk (Bandung : Mizan, 1978), h. 6.
dan menuduh orang-orang yang berkuasa di negara itu gagal mengubah pakistan
politik di negaranya bahwa jelas terdapat permasalahan antara realitas politik yang
dianggap masih sangat relevan untuk dijadikan sebagai penulisan proposal judul yang
Inilah sebagai langkah awal yang dilakukan oleh penulis mengenai pembahasan
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulis paparkan, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
E. Tujuan Penelitian
G. Metode Penelitian
yang diharapkan maka dari itu perlu bagi seorang peneliti menggunakan suatu
1. Sifat Penelitian
penelitian yang dilakukan secara kepustakaan atau mengutip dari berbagai teori
Jadi, dalam penelitian ini akan mengumpulkan data dari buku, serta karya-
7
M. Ahmad Anwar, Prinsip-prinsip Metodologi Research, (Yogyakarta: tt., 1975), h. 2.
karya lain yang berhubungan dengan pokok pembahasan, yaitu yang berkenaan
2. Jenis Penelitian
sehingga dalam penelitian ini mendapat data–data yang benar (Valid) yang
Adapun sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data primer
dan data skunder karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan,
Sumber data dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber penelitian:
8
Kaelan M.S. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. (Jogyakarta: Paradigm, 2005),
h. 58
2. Hukum Dan Konstitusi Sistem Politik Islam
b. Data Sekunder
yang sulit didapati, maka data yang sudah diperoleh akan di lengkapi oleh
penelitian harus di tuju pada metode dan harus diterapkanpula metode analisa
data, yaitu penerapan metode pada saat pengumpulan data dan setelah
diantaranya:
9
.Chailid Narbuko, Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, Cet-1, (Jakarta, Bumi Aksara,
1997), h. 43
a. Metode Holistika
dilihat interaksi dengan seluruh kenyataan. Dan identitas objek akan terlihat
bila ada kolerasi dan koamunikasi dengan lingkungannya. 10 Objek hanya dapat
hubungannya dengan manusia dan manusia sendiri dalam segala macam yang
dalam satu totalitas. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode tersebut
didalam data. Sehingga makna yang terdapat didalam data tersebut mudah
b. Interpretasi
Metode ini adalah karya pemikiran tokoh agar peneliti mudah dalam di
memahami, serta hayati untuk menangkap makna dan nuansa yang dimaksut
oleh tokoh secara khas. Pada aplikasi hakikat dalam penelitian karya Abul A’la
pemikiran yang khas terutama pada Sistem Politik Islam Dalam Perspektif Abu
11
Al-A’la Al-Maududy.
10
Sudarto, Metodologi Penelitian filsafat, (Grafindo Persada Jakarta, 1997), h. 45
11
Anton Bakker dan Achmad Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1983), h. 63
5. Metode penyimpulan
pemahaman dari hal induksi dan deduksi tidak dapat dikatakan mana yang
H. Tinjauan Pustaka
sjadzali dalam bukunya yang berjudul Islam dan tata negara : ajaran,
12
23 Anton Bakker dan Achmad Chams Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, kanasius,
(Yogyakarta 1990), h. 45
3. Imam Yudhi Prasetya Dalam Jurnal Pergeseran Peran Ideologi Dalam
berkembang lagi, partai politik yang dulu tidak berdaya ketika berhadapan
waktu itu sangat tergambarkan oleh muncul banyak sekali partai politik
peserta pemilu dan asas jurdil yang relatif bisa dipertanggung jawabkan
jalannya pesta demokrasi dan hal seperti ini yang pada saat sekarang
penguasa, politik uang, permainan data pemilih dan juga permainan dari
Legislatif) tertentu. Saat pemilu pertama pada tahun 1955 diikuti oleh 172
13
Imam Yudhi Prasetya, Pergeseran Peran Ideologi Dalam Partai Politik
Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No. 1, 201130
dalam politik modern” oleh Wiyadi Fakultas Ushuluddin skripsi tersebut
politik modern.
sebagai penguasa.14
7. Baihaqi, dalam Jurnal Hukum Dan Tata Negara Perspektif Abu A’la Al-
ulama Pakistan yang hidup di abad ke-20 dan penggagas Jama‟at al-Islami
14
Abu A’la Al-Maududi, Al-Khilafah wal Mulk, Muhammad Al-Bafir, Khilafah dan
Kerajaan, (Bandung:Alfabeta, 1998), h.30
15
Muhammad Choiri, SKRIPSI, Relevansi Pemikiran Konsep Negara Ideal Menurut Abul
A’la Al –Maududi. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA FAKULTAS
SYARI’AH DAN HUKUM JURUSAN SIYASAH TAHUN 2016-2017.h.56
Qutb di Mesir yaitu Jamaah al-Ikhwan al-Muslimun. Sebagaimana Sayyid
salah satu rumah sakit di New York Amerika Serikat.1 Beliau lahir dalam
ini keturunan wali sufi besar tarekat Chisti yang membantu menanamkan
16
Baihaqi, Hukum Dan Tata Negara Perspektif Abu A’la Al-Maududi, Jurnal, Vol. I, No.
01, September 2013.h.24
Hafidz Cahya Adiputra, Skripsi, Analisis Pemikiran Abul A’la Al
17
Era Nabi Muhammad SAW adalah 14 abad yang silam (570-632 M), akan
tetapi ajaran yang dibawanya tetap berlaku hingga kini. Islam, apabila ditelaah secara
keseluruhan, ternyata bukan hanya menyangkut teologi, ritual dan etika, melainkan
mencakup seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Islam meliputi seluruh aspek
kebudayaan. Selain agama, juga terdapat prinsip-prinsip filosofis, sains dan teknologi,
termasuk sosial, ekonomi, hukum dan politik Dalam aspek politik selain membawa
ajaran, juga beliau melakoni sebagai praktisi, memimpin negara Madinah pada tahun
622 –632 M. Suatu hal yang menarik bahwa Nabi Muhammad SAW ketika
kekuasaan pada umumnya yang bercorak monarki absolut. Jika dibandingkan dengan
bentuk pemerintahan yang ada di zaman modern, pemerintahan Beliau lebih bercorak
demokratis, suatu hal yang menakjubkan bagi para penulis sejarah politik. 18
ibadah lain. Selain masjid, surau, mushola dan lain-lain, begitu pula sebaliknya.
َ) َوال أَ ْنتُ ْم عَابِ ُدون٤( ) َوال أَنَا عَابِ ٌد َما َعبَ ْدتُ ْم٣( ) َوال أَ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما أَ ْعبُ ُد٢( َ)ال أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون١( َقُلْ يَا أَيُّهَا ا ْل َكافِرُون
)٥( َما أَ ْعبُ ُد
18
M. Basir Syam ,Kebijakan Dan Prinsip Prinsip Kenegaraan Nabi Muhammad Saw Di
Madinah (622-632 M) (Tinjauan Perspektif Pemikiran Politik Islam), KRITIS Jurnal Sosial
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol. 1, No. 1, Juli 2015.h.157-158
(1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (2). aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. (3). dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (4). dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (5). dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.19
kemenangan dalam pertempuran melawan penjajah pada saat merebut NKRI menjadi
negara yang merdeka. Upaya kelompok Islam Politik untuk menegakkan syariah di
Indonesia dapat dilihat sebagai sebuah upaya untuk menperhadapkan kembali Islam vs
Pancasila. Bagi kelompok Islam Politik, Pancasila dianggap sebagai sebuah ideologi
Pandangan ini bersumbu pada nalar kuantitatif bahwa Islam adalah penduduk
sebagaimana terangkum dalam “tujuh kata” pada Piagam Jakarta, adalah sebuah
Indonesia yang majemuk di mana koeksistensi agama, suku, ras dan golongan adalah
sebuah fenomena yang hidup. Selain itu, di dalam tubuh umat Islam sendiri, nalar
kuantitatif Islam Politik ini juga bersifat imparsial: mayoritas umat Islam (yang
Pancasila.20
menyangkut ibadah rutinitas maupun sosial. Ataupun dalam politik Islam maupun
nilai keimanan yang kuat, yang mengedepankan akhlak yang mulia dalam rangka
19
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,
Bandung:CV.Diponegoro,2005.h.484
20
Andar Nubowo,Islam Dan Pancasila Di Era Reformasi: Sebuah Reorientasi
Aksi,Jurnal Keamanan Nasional Vol. I No. 1 2015.H.62
mencapai kebersamaa, tidak memecah belah umat, baik umat islam maupun non
islam. Persoalan diatas perlu diterapkan guna menjaga persatuan dan kesatuan umat
baik dalam beribadah maupun sosial kemasyarakatan Akan tetapi, sejak mulai
tampilnya institusi negara yang menggantikan model monarki yang terjadi di Eropa,
politiknya.21
kepada orang banyak dalam maksa secara luas, sehingga bukan hanya untuk
kebutuhan golongan saja, namun untuk kemaslahatan umat Islam disegala sisi, baik
dibidang pemerintahan maupun kebangsaan yang meliputi ibadah baik secara vertikal
(kepada Allah) maupun secara horizontal (kepada sesama umat manusia) yakni ibadah
sosial sebagai alat pemersatu antar elit pokitik. Istilah ini muncul pertama kali di
termuat dalam KamusBesar Robert edisi 1966 dan Encyclopedia Universalis edisi
1966 dengan pengertian yang sangat umum sekali, yaitu ”Sikap orang-orang yang
Iman terhadap keesaan dan kekuasaan Allah merupakan landasan sistem sosial
dan moral yang ditanamkan oleh para Rosul. Dari sinilah filsafat politik Islam
21
Jaenudin,Hubungan Antara Agama Dan Negara Dalam Pemikiran Kontemporer
Menurut Abul A’la Al-Maududi, Al Mashlahah Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial Islam, Vol. I
No. 1 2015.H.227
22
Dwi Ratnasari, Fundamentalisme Islam, Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan
Dakwah Stain Purwokerto Komunika Issn: 1978-1261 Vol.4 No.1 Januari-Juni 2010 Pp.40-
57.h.5
mengambil titik pijak. Prinsip dasar Islam adalah bahwa makhluk manusia, baik
secara individual maupun kelompok, harus menyerahkan semua hak atas kekuasaan,
legislatif serta penguasaan atas sesamanya. Tidak seorang pun yang akan
melaksanakan perintah atau aturan seperti ini. 23 Tidak seorang pun yang diberi hak
seorang pun yang wajib mengikatkan dirinya kepada undang-undang yang telah
Tujuan negara Islam yang dapat dibentuk berdasarkan Al-Quran dan Al-sunnah
juga telah diberikan tuhan. Umat Islam, sebagai bagian integral dari manusia secara
general, mau atau tidak, pasti bersentuhan, baik secara pasif maupun aktif, dengan
dunia politik dan pemerintahan karena keduanya merupakan bagian yang tak
terhindarkan dari hidup dan kehidupan. Terlebih, tidak sedikit ayat alQuran yang
menyinggung masalah ini meskipun pada tataran global dan interpretatif sehingga
intelektual muslim.25
Agaknya telah menjadi jelas bagi siapa pun yang merenungkan ayat-ayat Al-
Quran dan hadits-hadits Nabi bahwa tujuan negara yang dikonsepsikan oleh Al-Quran
Suci tidaklah negatif, tetapi positif. Tujuan negara tidak hanya mencegah rakyat hanya
23
Ibid.h.7
24
Sayyid Abul a’la al-Maududi, Sistem Politik Islam (Bandung:Penerbit
Mizan,1993),h.157
25
Idri , Sistem Politik Dan Pemerintahan Islam Dalam Perspektif ,Abu Al-A’la Al-
Maudu,Jurnal, Al-Qānūn, Vol. 11, No. 1, Juni 2008.h.95
untuk memeras untuk melindungi kebebasan mereka dan melindungi seluruh
bangsanya dari invasi asing. Negara ini bertujuan untuk mengembangkan sistem
keadilan sosial yang berkeseimbangan yang telah diketengahkan Allah dalam Kitab
Suci Al-Quran. Untuk tujuan ini, kekuasaan politik akan digunakan demi kepentingan
itu dan biloa mana diperlukan, semua sarana propaganda dan persuasi damai akan
digunakan, pendidikan moral rakyat juga akan dilaksanakan, dan pengaruh sosial
maupun pendapat umum akan diijinkan.26 Negara Islam itu universal dan
menyeluruh.27
Terbukti bahwa negara semacam ini tidaklah dapat membatasi ruang lingkup
kehidupan manusia. Negara ini berusaha meramu setiap sektor kehidupan dan
sosialnya.28 Dalam negara semacam ini, tidak ada seorang pun yang akan dapat
dari aspek ini, bisa jadi negara Islam mirip-mirip negara fasis dan komunis. Tetapi
nanti kita akan mengetahui bahwa dibalik sifatnya yang serba mencakup, negara ini
merupakan negara yang secara luas dan mendasar berbeda dengan negara-negara
totaliter dan otoriter tersebut. Di bawah lindungan negara ini, kebebasan pribadi atau
orang per orang tidaklah ditekan dan sama sekali tidak ada abu-abu kediktatoran.
Negara ini mengajukan jalan tengah dan mengejawantahkan segala yang terbaik yang
sempurna yang menandai sistem pemerintahan islam, dan pemisahan yang tegas
antara yang benar dan yang salah dirumuskan sedemikian rupa sehingga sistem yang
26
Ibid, h,166
27
Ibid.h.96
28
Ibid.h.175
begitu seimbang ini tidak akan mampudibentuk oleh siap pun kecuali Tuhan yang
Negara Islam adalah Negara Ideologis Dampak lebih konkret dari kedua tantangan
sistem ekonomi Islam. Di satu sisi umat Islam kekurangan ulama pakar syariah yang
ekonomi kontemporer. Di sisi lain ilmuwan Muslim kini kebanyakan telah diajari
disiplin ilmu dan praktik ekonomi konvensional (baca: kapitalis) sehingga menolak
syariah. Sementara itu praktik-praktik perbankan syariah, takaful, bursa syariah dan
lembaga keuangan syariah lainnya tidak berdasarkan pada kajian ilmiah akademik dan
untuk mengembangkan sistem ekonomi Islam umat Islam terhadang oleh kondisi
Karakteristik lain negara islam adalah bahwa ia merupakan negara ideologis. Dari
pengamatn yang cermat atas Al-Quran akan jelas bahwa negara islam ini berlandaskan
suatu ideologi dan bertujuan untuk menegakkan ideologi tersebut. Negara merupakan
instrumen reformasi dan harus berperan sebagai instrumen reformasi. Ketentuan dari
negara islam inilah yang menyebabkan negara tersebut wajhib diselenggarakan oleh
orang-orang yang meyakini ideologi islam serta hukum Ilahi yang dijunjung tinggi
oleh mereka. Penyelenggaraan suatu negara islam haruslah orang-orang yang seluruh
kehidupannya dibaktikan untuk menaati dan menegakkan hukum ini, yang tidak hanya
29
Ahmad Sholikin ,Pemikiran Politik Negara Dan Agama “Ahmad Syafii Maarif”, Jurnal
Politik Muda, Vol 2 No.1, Januari-Maret 2012, hal 194-203.h.196.
30
Hamid Fahmy Zarkasyi, Liberalisasi Pemikiran Islam: Gerakan Bersama Missionaris,
Orientalis dan Kolonialis,Jurnal TSAQAFAH, Vol. 5, No. 1, Jumadal Ula 1430.h.2
31
Ibid.h.3
setuju dengan program reformasinya dan sepenuhnya yakin atas program itu,
rinciannya.
minoritas menjadi entitas sosial yang tak dapat dinafikan keberadaannya. Hampir di
tiap negara, kehadiran minoritas jadi semacam keniscayaan yang tak terbantahkan di
tentang hak-hak minoritas dalam Islam sebenarnya telah lama diperdebatkan oleh
generasi pertama Islam. Zaid bin Ali (w. 122 H) dalam karya al-Majmu’ al-Kabir
Tetapi orang-orang yang tidak menerimanya tidaklah diberi hak istimewa untuk turut
campur dalam pembentukan politik dasar negara ini. Mereka dapat tinggal dalam
batas-batas negara itu sebagai warga non-muslim. Hak-hak khusus telah diberikan
kepada mereka dalam hukum islam. 33 Kehidupan minoritas ini kekayaan dan
sumbangsih, sumbangsih ini akan dimanfaatkan sepenuhnya. 34 Tetapi dia tidak akan
Negara Islam didasarkan pada ideologi tertentu dan hanya masyarakat yang meyakini
32
Havis Aravik, Hak Minoritas Dalam Konteks Islam1 (Minority Rights in the Context of
Islam), Mizan; Jurnal Ilmu Syariah, FAI Universitas Ibn Khaldun (UIKA) BOGOR Vol. 5 No. 1
(2017), pp. 63-78,h.63
33
Ibid.h.64
34
Ida Noviant, Dilema Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam, Jurnal, YINYANG,
Vol.3 No.2 Jul-Des 2008 pp.h.255-261
kebenaran ideologi semacam itulah yang diperkenankan untuk menahkodainya. Di sini
juga kita mencatat beberapa kemiripannya dengan negara komunis. Tetapi, perlakuan
yang diberikan oleh negara-negara komunis terhadap orang orang yang menganut
dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan oleh negara Islam bagi orang yang
sama.35
kepada pihak-pihak lain dengan cara kekerasan. Tidak pula merampas harta kekayaan
mereka atau menciptakan suasana teror dengan pemancungan massal rakyat serta
membasmi minoritasnya tetapi justru melindungi mereka dan memberi mereka dan
Perlakuan ramah dan adil yang diberikan Islam kepada kaum non-Muslim dalam suatu
negara islam (dzimmiy) dan perbedaan tegas yang ditarik antara keadilan dan
ketidakadilan serta antara yang benar dan yang salah, akan meyakinkan semua orang
yang tidak berprasangka terhadap negara islam: bahwa rasul-rasul diturunkan Tuhan
untu menunaikan tugasnya dengan cara yang sama sekali berbeda-suatu yang snagat
berbeda dan secara diametris bertentangan dengan jalan para reformer palsu yang
Tuhan dan merupakan peserta yang setara dalam kekhalifahan ini, tidak dapat
35
Ibid, h,167
36
Havis Aravik, Hak Minoritas Dalam Konteks Islam1 (Minority Rights in the Context of
Islam),h.88
membiarkan adanya pembagi-bagian kelompok yang didasarkan pada perbedaan
kelahiran dan kedudukan sosial. Semuanya menikmati status dan kedudukan yang
sama dalam masyarakat semacam itu. Kriteria superioritas dalam tatanan sosial ini
adalah kemampuan pribadi dan karakteristiknya. 37 Inilah yang secara jelas dan
Tidak ada seorang pun yang lebih mulia kedudukannya dibandingkan dengan orang
lainnya kecuali dari segi kesalehan dan ketakwaannya. Semua orang adalah keturunan
Seorang arab tidak lebih mulia dibandingkan dengan seorang non-Arab, dan
seorang non-Arab tidak lebih mulia dibandingkan dengan seorang arab, seorang kulit
putih juga tidak lebih mulia dibandingkan dengan seorang kilt hitam, seorang kulit
hitang tidak lebih mulia dibandingkan dengan seorang kulit putih, kecuali dalam hal
kesalehannya.
sukunya dan orang-orang yang pada masa sebelum Islam menikmati kedudukan yang
Wahay kaum Quraisy! Allah telah mencabut keangkuhan kalian di zaman jahiliyah
dan kebanggaan akan nenek moyang. Hai manusia, kalian semua adalah keturunan
Adam dan Adam di ciptakan dari tanah, jangan ada kebanggan apa pun mengenai
nenek moyang, tidak ada kelebihan kemuliaan dari seorang Arab atas non-Arab, atau
37
Muhammad Fakhry Ghafur, Agama Dan Demokrasi : Munculnya Kekuatan Politik
Islam Di Tunisia, Mesir Dan Libya1 Religion And Democracy : The Emergence Of The Power Of
Political Islam In Tunisia, Egypt And Libya, Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember
2014 | 85–100.h.97
dari seorang non-Arab dibandingkan dengan seorang Arab. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kalian di mata Allah adalah orang yang paling bertakwa.
(b) Dalam suatu masyarakat semacam ini, tidak ada seorang pun yang akan
sosial, atau profesi yang dengan berbagai cara dapat mengakibatkan terhambatnya
(c) Dalam masyarakat semacam ini, tidak ada ruang bagi kedikdatoran
seseorang atau kelompok tertentu atas yang lainnya, karena setiap orang adalah
khalifah Tuhan. Tidak ada seorang atau sekelompok orang pun yang diberi hak
isti,ewa untuk menjadi penguasa mutlak dengan merampas hak-hak asasi orang
kenegaraan tidak akan melampaui ketentuan ini sehingga semua muslim, atau tepatnya
Allah, dan dilain pihak dia juga akan dimintai tanggung jawabnya oleh rekan-
rekannya yang telah mendelegasikan kekhalifahannya kepada mereka. Jadi jika tiba-
tiba dia mendaulat diri sebagai penguasa mutlak yang tidak bertanggung jawab, diktor,
maka sebenarnya dia tengah berperan sebagai pemeras ketimbang seorang khalifah,
masa pemerintahan Zainal Abidin Ben Ali, sistem Pemilu multipartai sudah
berlangsung di Tunisia, namun politik otoritarianisme tetap mencolok dalam setiap
Oleh karenanya sudah dapat dipastikan bahwa Negara Islam merupakan negara
dan keuniversalan ini didasarkan pada keuniversalam Hukum Ilahi yang harus
ditegakkan dan ditaati oleh semua orang dan para pemimpinh Islam. 39 Tuntutan yang
telah diberikan Tuhan atas setiap sektor kehidupan pastilah akan ditegakkan
perintah-perintah ini serta menganut politik regimentasinya sendiri. Dia tidak dapat
memaksa orang untuk menjadikan profesi tertentu sebagai penganut, atau tidak
menjadikan profesi tertentu sebagai panutan, mempelajari atau tidak mempelajari seni
(politik) khusus, menggunakan atau tidak menggunakan suatu ajaran tertent, memakai
atau tidak memakai pakaian tertentu, mendidik atau tidak mendidik anak mereka
dengan cara tertentu. 41 Kekuasaan yang telah dimiliki para diktator Rusia, Jerman dan
Italia atau yang telah dikerahkan oleh Ataturk di Turki, tidak dianugerahkan Islam
kepada Amir-nya. Di samping itu, masalah penting lainnya adalah bahwa dalam Islam
pribadi ini sama sekali tidak dapat didelegasikan kepada orang lain. Oleh karenanya,
seorang individu menikmati kemerdekaan penuh untuk memilih jalan mana yang
sesuai dengan fitrahnya. Jika sang pemimpin mempengaruhinya, maka dia sendirilah
38
Muhammad Fakhry Ghafur, Agama Dan Demokrasi : Munculnya Kekuatan Politik
Islam Di Tunisia, Mesir Dan Libya1 Religion And Democracy : The Emergence Of The Power Of
Political Islam In Tunisia, Egypt And Libya, Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember
2014 | 85–100.h.86
39 39
Havis Aravik, Hak Minoritas Dalam Konteks Islam1 (Minority Rights in the Context
of Islam),h87
40
Ibid.h.38-39
41
Ida Noviant, Dilema Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam,
yang akan dihukum Tuhan karena tiraninya ini. Inilah alasan-alasan mengapa tidak
ada satu pun jejak regimentasi dalam hukum Rasulullah dan Al-Khulafa Al-Rasyidun.
(d) Dalam masyarakat semacam ini, setiap muslim yang telah mencapai cukup
umur, laki-laki maupun wanita, diberi hak dikalangan mereka adalah penjelma dari
kekhalifahan. Tuhan telah membuat kekhalifahan ini bersyarat, bukan atas norma
kekayaan atau kemampuan tertentu, tetapi hanya atas iman dan kesalehan. Oleh
pendapatnya.42
dan diberi arah yang tepat oleh hukum, pada akhirnyadapat memenuhi hajat dan
harmonisasi kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip hukum
islam yang terdiri dari : Pertama, menegakkan mashlahat (perolehan manfaat dan
42
Ibid.h.
43
Sidi Ritaudin, Etika Politik Islam, (Bandar Lampung:FU IAIN raden intan Lampung,
2015), h. 127
Dalam kondisi seperti ini, hukum memegang dua peranan penting.
Pertama, hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau disebut dengan istilah
social engineering. Kedua, hukum dapat dijadikan sebagai alat mengatur prilaku
Hukum islam sebagai suatu sistem hukum yang berlandaskan kepada wahyu
Illahi tidak terlepas dari dua peran diatas. Pada satu sisi, hukhm Islam merupakan alat
untuk mengubah masyarakat dalam menciptakan suatu tatanan baru. Pada posisi ini
atyran Illahi yang terdapat dalam hukum Islam bertujuan untuk mencapai kedilan
mutlak, yang diwujudkan dalam kemaslahatan manusia di sunia dan di akhirat. Pada
sisi lain, hukum Islam merupakan alat kontrol sosial yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Pada posisi
kedua ini hukum Islam berfungsi untuk menjawab segala tantangan dan permasalahan
Dalam bidang hukum, umapamamya, Allah adalah hakim yang paling adil, dan
tidak pernah berbuat tidak adil, Dia tidak berlaku zalim kepada manusia, manusia
sendiri yang berbuat zalim kepada dirinya. Pada hari akhir, Dia akan menegakkan
neraca keadilandan perbuatan yang sekecil apapun tidak akan luput dari
perhitunganNya. Dia sangat cepat dalam perhitungan dan sangat pedih siksaNya. Dia
sangat cepat memerintahkan manusia untuk berbuat adil dan mencintai orang-orang
yang berbuat adil. Kesemuanya itu selaras dengan ungkapan Allah SWT, sebagaimana
Tuhanku13 sedangkan kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang
44
Sidi Ritaudin, Etika Politik Islam,h.321
kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum utu hanyalah
hak Allah. Dia menerangkan sebenarnya fan Dia Pemberi keputusan yang paling
"Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah
memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya" ( Q.S
Yunus/10:109)46
satu kesatuan yang tak terpisahkan. Oleh yang memperoleh amanat, memang tidak
bisa tidak, ia harus menegakkan hukum secara adil, umpamanya seorang halim, di
45
Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 107
46
Ibid, h. 179
47
Sidi Ritaudin, Etika Politik Islam, Bandar Lampung: FU IAIN raden intan Lampung,
(2015), hal. 69.
Dari ayat ini, dapat dilihat maksut dan tujuan ayat, bahwa Allah SWT
sesuatu kepada orang yang berhak menerimanya. Jangan ditambah dan janagn
dikurangi, karena ada maksut tertentu dibelakangnya. Demikian pula pada waktu
menetapkan hukum (keputusan), hendaklah ditetapkan dengan adil, jangan ada pilih
kasih dan timbang rasa. Katakanlah yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Qul
al-haqqa walau kana murram. Katakanlah yang benar meskipun hal itu pahit.
kepada orang yang berhak menerimanya hukumannya adalah wajib, karena perintah
Allah, berdosa bagi orang yang tidak amanah, umpamanya berdusta, dan menipu
orang lain. Menetapkan hukum (memberi keputusan tentang hukum) terhadap sesama
manusia hendaklah dengan adil, jika tidak, berarti menentang perintah Allah. Sebab
berbuat adil dan amanah adalah pengajaran dari Allah yang wajib ditaati oleh setiap
orang yang beriman. Manfaat atau mudarat pengajaran dari Allah akan jauh berbeda
akibatnya jika dibandingkan dengan manfaat atau mudlarat pengajaran dari sesama
memtaati perintah dan pengajaranNya. Ancaman Allah itu tersembunyi di dalam kata-
kata: "Lagi Mendengar Lagi Maha Melihat" dalam arti, bahwa manusia tidak akan
bidang politik, hukum sangat diperlukan untuk mengatur, meliputi berbagai bidang
pemerintahan, termasuk juga bidang peradilan. Oleh karena itu, makan berbicara soal
hukum, sesungguhnya masih bicara dalam koridor etika sosial Islam. Terdorong oleh
ilmu tafsir yang menjadi landasan utama bagi penetapan hukum-hukum tersebut. Oleh
karena itu, maka McDonald merupakan menggambarkan hukum Islam itu sebagai
"The Science of all things, human and diven" (pengetahuan tentang segala hal, baik
Dalam wacana etika sosial Islam, kedudukan hukum Islam menjadi amat
penting dan menentukan pandangan hidup serta tingkah laku para pemeluk Islam.
kedudukan dan peran hukum Islam dalam sejarahnya, kini sebagian besar merupakan
yang mengharuskan penilaian ulang serta pengkajian yang mendalam kembali agar
hukum islam itu tidak kehilangan relevansinyadengan kehidupan yang terus menerus
memenuhi kebutuhan hukum masyarakat Islam. Bahkan karena tungkat toleransi antar
mazhab itu begitu besar, hampir tidak dapat ditemukan kodifikasi hukum Islam yang
seragam untuk semua negara maupun wilayah yang berbeda dari sebuah negara
nilai akhlak, hukum islam juga senantiasa bertujuan untuk menciptakan harmonisasi
kehidupan masyarakat. Hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum adat, hukum
Islam dsan hukum Barat. Hukum Islam berlaku di Indonesia dapat dibagi menjadi dua,
pertama hukum islam yang berlaku secara yuridis formal dan yang kedua hukum islam
yang berlaku secara non formal. Dalam point yang terakhir ini hukum islam di
48
Sidi Ritaudin, Op.Cit. h. 132
pandang sebagai sitem yang bersifat teoritis saja, walaupun sebagian besar masyarakat
secara nominal beragama Islam Hukum Islam yang berlaku secara yuridis formal
adalah (sebagian)hukum Islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
benda yang dirangkum dalam istilah mu’amalah. Tentu yang dimaksud dengan
persoalan hukum disini adalah hukum yang berkenan dengan bidang mu’amalah dan
adat (tradisi lokal) dan tidak menyentuh persoalan hukum yang berkaitan dengan
ibadah.
terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah, artinya Al-Quran yang terdiri dari 114 surat,
mengandung lebih dari 6000 ayat dan sunah yang berfungsi untuk mengutamakan dan
hidup mereka di dubnia dan akhirat. Aspek-aspek hukum yang harus dipatuhi manusia
membahas dan memperinci dasar-dasar moral keagamaan dari hukum, diantara tujuan-
menciptakan fondasi-fondasi rasional, moral dan spiritual dari sistem hukum Islam.
Substansi dan urat nadi kajian intensi legislasi (maqasid syari’ah) dalam
konteks etika sosial adalah maslahah (wefare, benefit and unitily). Artinya, tujuan
pokok dan utama pelambangan hukum dalam islam adalah untuk merealisir
49
Ibid, h. 134
kemudaratan. Untuk itu, Allah SWT, dalam mentransformasikan hukum islam (dalam
tujuan-tujuan sebagai sasaran akhir yang ingin dicapai, yang kesemuanya itu adalah
untuk kepentingan dan kemaslahatan makhluknya baik di dunia maupun diakhirat. Al-
Syatibi mengembangkan konsep intensi legislasi dengan pijakan bahwa tujuan akhir
sebagai suatu sistem yang memiliki berbagai tingkatan. Secara hakiki konsepsi Al-
syatibi tentang intensi legislasi diarahkan untuk memberikan garansi dan proteksi
terhadap lima prinsip pokok dalam hukum Islam (al-usul al-khamsah), yaitu
hukum, menentukan pula warna opini sosial terhadap kebijaksanaan penerapan hukum
pada masyarakat tertentu. Problemnya kepentingan sosial berbeda pada setiap bentuk
konsepsi dalam “keadilan” relatif bersifat seragam. Keadaan tersebut akan berbeda
dirasakan oleh masyarakat modern, masyarakat massa dan masyarakat berlapis yang
menafsirkan “keadilan” relatif lebih subyektif. Artinya, suatu hal yang dianggap adil
oleh suatu kelompok sosial, akan dianggap tidak adil oleh kelompok lainnya. Dalam
hukum Islam, klaim keadilan didasarkan pada keseimbangan hak dan kewajiban. Hak
dan kewajiban dalam Islam sangat erat kaitannya. Seseorang tidak akan pernah
memiliki hak tanpa dikaitkan dengan kewajiban tertentu, dan tidak ada orang yang
Filosogi dasar dari Hukum Islam adalah pengendalian atas tindakan pribadi-
pribadi. Oleh sebab itu, setiap orang bukan saja didorong untuk menuntut hak nya,
melainkan juga untuk menjalankan kewajibannya. Hak dan kewajiban tersebut pada
dasarnya dibagi pada dua kategori, yakni hak dan kewajiban untuk Allah. Di dalamnya
termasuk hak dan kewajiban publik atau kolektif yang pelaksanaannya dilakukan oleh
pemerintah. Kedua, hak dan kewajiban individu yang dilaksanakan oleh pribadi-
pribadi. 50
Setiap tindakan hukum pribadi, akan berdampak sosial yang tinggi pada
masyarakat, semua perbuatan buruk seseorang tertentu akan berpengaruh buruh pada
masyarakat, sedangkan semua perbuatan baiknya, juga akan memperoleh hasil yang
bahwa seseorang yang membunuh orang lain tanpa haq, maka seolah-olah ia telah
membunuh semua manusia, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa
intens terhadap perubahan sosial. Hal ini ditunjukkan dengan, misalnya adaptasi al-
arak seketika di waktu ayat yang menyinggung tentang arak pertama kali diturunkan.
Ayat pertama tentang arak ini mendeskripsikan kurma dan anggur yang bisa menjadi
rizki dan juga bisa menjadi arak. Tahapan ini belum menunjukkan nuansa kehalalan
dan keharaman, dosa dan pahala atau benar dan salah. Tahapan ini hanyalah sekedar
50
Ibid, h. 136
deskripsi awal yang belum menunjukkan suatu nilai dari sebuah produk makanan dan
minuman.
Ketika keadaan sosial arab sudah kondusif untuk menerima ayat itu, maka
turunlah ayat yang menyebutkan perbedaan yang jelas tentang klasifikasi khamar.
Khamar ditunjukkan dengan dua klasifikasi yakni dosa besar di satu sisi dan manfaat
di sisi lainnya, dengan menyebut dosanya lebih banyak dari manfaatnya, namun belum
Di saat pengendapan paham bahwa mudlarat khamar lebih banyak dari pada
secara eksplitis, tapi itu pun hanya dalam kondisi alat. Sebelum ayat ini turun,
meminum arak masih menggejala di masyarakat arab, bahkan ketika mereka hendak
alatpun mereka masih meminum arak. Hal ini menyebabkan mereka mabuk dan
terkadang salah dalam membaca bacaan alat. Maka tutunlah ayat yang melarang
muslim untuk mendekati (tempat) alat ketika dalam keadaan mabuk. Pada tahapan
khamar ini di samakan dengan pengharaman judi, berhala dan sihir yang dalam
Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa ketertarikan antara etika sosial dengan
hukum itu laksana dua sisi satu mata uang, sama-sama seiring sejalan dan setujuan, di
satu sisi etika sosial ingin menegakkan mebaikan dan menjauhi keburukan dalam
syurgawi dan manusiawi. Karena substansi dari hukum itu sendiri, menurut Stone
sebagaimana dikutip oleh Inu Kencana Syafi'i, adalah penyelidikan oleh para ahli
hukum tentang norma-norma, cita-cita, teknik-teknik hukum dengan menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dari berbagai disiplin di luar hukum yang mutakhir.
Dengan kata lain, hukum memang saling terkait dengan ilmu-ilmu lainnya, dan untuk
memahami kebermaknaan hukum dalam konteks etika sosial, ada adgium yang
mengatakan bahwa etika itu bersifat abstrak, realisasinya adalah penegak hukum,
apabila semua orang berbuat baik, maka hukum tidak diperlukan. Ditinjau dari
kacamata teori politik modern atau teori politik sekuler, teori politik Islam seperti
Keunikan atau katakanlah keganjilan teori politik Al-Maududi terletak pada konsep
dasar yang menegaskan bahwa kedaulatan (souverenitas) ada di tangan Tuhan, bukan
di tangan manusia. Jadi berbeda dengan teori demokrasi dalam tatanan sistem politik
modern pada umumnya yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat. 51
Dalam Al-Quran kita lihat bahwa sajian tentang hukum porsinya jauh lebih baik
banyak dari hal lainnya, karena al-Quran itu memang merupakan kumpulan aturan-
aturan dasar bagi manusia untuk hidup di dunia maupun di akhirat. Jadi, konsep al-
Quran tentang hukum senantiasa berkaitan dengan Yang Maha Hakim, dan
mengkaitkan norma hukum dengan ranah ghaibiyah ini merupakan bagian dari akhlak.
Ironisnya, banyak negara yang mempunyai penduduk mayoritas islam namun masih
enggan atau belum menerapkan hukum Islam. Bahkan hingga kini ada beberapa
hukum Islam yang masih dinilai kontroversi, terutama bagi beberapa negara sekuler,
51
Baco Sarluf1 dan Usman Wally, Theo-Demokrasi Dalam Pandangan Abu A’la Al-
Maududi, Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon.Vol,11 juni 2015.h.1
hukuman mati bagi kejahatan pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu.
Hukuman yang keras ini membuat para calon pembunuh diharapkan menjadi jera.
Tetapi perlu dipertimbangkan juga dalam hal ini pengaruh dari hukuman yang keras
manusia. Dewasa ini di Indonesia, yang terjadi adalah berkembangnya rasa tidak
beberapa peristiwa pembunuhan yang direncanakan tidak di usut tuntas, seperti kasus
Kedua, hukum pencurian, sebagai telah diketahui bersama bahwa hukuman bagi
pencuri adalah potong tangan, hukuman semacam ini dianggap keras luar biasa, tetapi
apabila hukum Islam yang menerapkan potong tangan bagi pencuri masih dianggap
keras, apakah tangan si pencuri itu harus lebih disayangi daripada nyawa korban
pencurian tersebut. Mengapa ada istilah "keluar masuk penjara" dalam kasus serupa,
pada orang yang sama, tentu saja hukuman tersebut tidak sesuai, membuat dia
berdasi, berapa juga orang mati kelaparan akibat ulahnya melakukan penggelapan
uang me-mark up belanja negara, korupsi dan lain sebagainya. Apakah lebih sayang
kepada nyawa seseorang Lim Sio Liong dari pada jutaan rakyat jelata bangsa sendiri.
orang tua merasa resah dan khawatir terhadap putrinya, terutama bila hendak
52
Ibid, h. 139
membuat Islam berhasil mencegah kehancuran kehidupan keluarga dan
Di balik dari apa yang telah diuraikan di atas, agaknya cukup signifikan untuk
meneropong atau menyoroti berbagai jenis kejahatan yang dilakukan manusia, mulai
dari pemerkosaan terhadap anak dibawah umur yabg dapat merusak fisik dan jiwanya
dimasa depan, sampai pada pembantaian ibu hamil yang jabang bayinya dikeluarkan
dan dijadikan mainan sasaran tembak di Bosnia. Kasus korupsi tidak kunjung henti,
individu, data statistik memperlihatkan bahwa setiap enam menit terjadi satu kali
perkosaan, bahkan National Victims Center pada tahun 1990 mencatat bahwa satu dari
delapan wanita Amerika Serikat adalah korban perkosaan. Jadi pelanggaran terhadap
harakat dan martabat sosial tidak tercegah lagi, sehingga mendorong terjadinya
hukum Islam, kejadian seperti di atas tidak terjadi, dengan Al-Quran dan Hadis, HAM
seharusnya memproklamirkan. Menjadi kewajiban bagi para ahli hukum Islam untuk
menegakkan kritik etika sosial dengan memberikan keterangan dan penjelasan kepada
dan menjelek-jelekkan nama Islam dan kaum muslimin dan sistem masyarakat yabg
komprehensif dan holistik, oleh karenanya menjadi lebih rumit. Di samping banyak
terjadi penyelenggaraan, bidang ini berkaitan erat dengan hukum dan kekuasaan.
kekuasaan. Ekonomi berada dalam koridor hukum, sedang hukum dan kekuasaan
Islam membawa implikasi bahwa Islam adalah siatem nilai yang absah dan mengatasi
sistem-sistem nilai yang lain yang dianggap absurd. Di sini signifikasi etika sosial
dalam upaya mencari titik temu antara idealitas Islam (nilai-nilai al-Quran) dengan
realitas empiris dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terlihat. Bahkan Fazlur
Rahman menegaskan bahwa "dimanapun" Islam hadir akan memberikan sikap moral
yang lebih baik lagi bagi manusia, karena memang islam adalah jalan hidup yang
lengkap. Ia merupakan sesuatu yang utuh yang menawarkan jalan keluar terhadap
Ada pandangan yang agak filosofis, bahwa manusia itu tidak mungkin selalu
benar. Karena itu, dalam konteks etika sosial, harus ada cara untuk saling
mengingatkan, apa yang tidak baik dan tidak benar. Dalam arti kata, jelas Fachy lebih
lanjut,:
pengejawantahan dari proyeksi teologis dan moralitas surat Al-Ashr yang menyerukan
53
Ibid, h. 142
tidak seorang pun mampu merangkum kebenaran mutlak pada dirinya maka, dalam
relevan dengan kajian etika sosial melainkan juga sebagai Moral Force yang
berlandaskan teologis. Nilai-nilai teologis seperti iman dalam surat ini sangat erat
dengan pertaliannya dengan amal saleh sebagai tindakan empiris yang harus ditopang
dengan etika sosial, yaitu berpesan tentang kebenaran dan berpesan dalam kesabaran.
Selanjutnya surat Al-Ashr ini sangat padat dengan pelajaran berharga. Imam Syafi'i
pernah mensinyalir bahwa "Seandainya manusia mau mengamalkan surat Al-Ashr ini,
maka cukuplah satu surah sajaditurunkan oleh Allah kepadanya". Karena implikasinya
amat dahsyat bagi perdamaian dan kemakmuran dibumi, di akhirat kelak pun
mendapat kedamaian yang abadi di syurga, sebab di dunia ia telah beriman dan
beramal saleh.
Etika sosial Islam bersumber dari makna substantif untuk kepentingan manusia
sebagai petunjuk (Way of Life) sebab al-Quran yang mencangkup seluruh aspek moral
kaum muslimin, kehidupan sosial keagamaan, tidak berisi teori-teori etika (ilmu)
dalam arti buku, sekalipun ia membentuk keseluruhan etos islam. Oleh karena itu
kajian ini menjadi signifikan karena hasil dari proses substansiasi (pemaknaan secara
hakiki etika dan moralitas) memiliki peran besar bagi pengembangan etika sosial,
yang digali dari sumbernya, al-Quran. Karena agama tidak sebatas masalah ritualistik
dan moralitas dalam kerangka ketaatan individu kepada Tuhannya, tetapi perlu terlibat
Adanya kesenjangan dan ketimpangan sosial dalam suatu masyarakat, hal itu
dilihat sebagai realitas sosial yang bertentangan dengan apa yang menjadi misi agama
itu sendiri, yaitu bahwa manusia mempunyai tugas di muka bumi sebagai
pemakmurnya dengan jabatan sebagai khlaifah. Dalam konteks Indonesia, umat islam
adalah yang paling tertimpa kesedihan, pasalnya adalah di dalam realitas empiris dan
kemerdekaan dari tangan penjajah, akan tetapi daerah-daerah kantong Islam ternyata
paling tertinggal, paling miskin dan bodoh-bodoh. Ketimpangan sosial dan ekonomi
tersebut akan tampak lebih jelas lagi jika melihat, bagaimana kaum minoritas warga
keturunan, yang dalam kurun waktu tertentu pada era Orde Baru mendapat fasilitas
bisnis, kini seperti tuan penjajah baru di negeri multi etnis ini.
zamrud khatulistiwa yang gemah ripah loh jinawi, kini tengah terpuruk di segala
bidang. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, puluhan juta orang terpaksa
hidup dalam kemiskinan dan belasan juga kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, sekalipun
pemerintah telah berulang kali ganti, tetapi kestabilan politik belum juga kunjung
terwujud. Untuk menjelaskan akar persoalan, mengapa krisis terjadi, paling tidak ada
tiga perspektif yang dapat dipakai sebagai bahan analisis, yaitu pendapat Zaim (1999)
Pertama, dalam perspektif teknis ekonomi krisis itu terjadi oleh karena
lemahnya fundamental ekonomi, hutang luar negeri yang luar biasa besar, terjadinya
restrukturisasi hutang dan sebagainya. Kedua, dalam perspektif politis, krisis itu
terjadi karena berkuasanya rezim yang korup dengan tatanannya yang tidak
seperti yang sudah terjadi pada rezim Soeharto. Ketiga, dalam perspektif filosofis
radikal, krisis tersebut terjadi bukan karena itu semua. Tapi lebih oleh karena sistem
yang dipakai, yakni kapitalisme liberal, yang memang sudah cacat sejak awal dan
bersifat self-destructive.
kesalahan manusia. Manusia itu bodoh karena ia bodoh, dan manusia itu miskin
karena ia miskin. Bagaimana mungkin seorang yang bodoh akan bisa merubah
nasibnya jadi pintar, jika ia selalu jadi objek orang pintar, dan bagaimana mungkin
orang yang miskin dapat jadi kaya, jika ia sendiri tidak punya modal usaha, sudah
terlanjur jadi miskin, makan akan senantiasa miskin, hingga ajalnya menjemput. Dari
kondisi seperti inilah maka muncul motivasi kritik terhadap pemerintah. Karena
pemerintah itu bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya, maka perspektif
yang "salah urus" negara ini, untuk itu perlu diidentifikasi secara cermat dan radikal
oleh Zaim di atas, maka agaknya memang perlu dilakukan pembersihan rezim dari
mata, bahwa berbagai krisis yang melanda merupakan fasad (kerusakan) yang
ditimbulkan oleh perbuatan manusia, yang serakah, korup, tamak, dan rakus,
sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam al-Quran surat Ar-Rum ayat 41: "Telah
nyata kerusakan di daratan dan di lautan oleh karena tangan-tangan manusia".
Muhammad Ali Ashabuni dalam kitab Syafwat al-Tafsir menyatakan bahwa yang di
maksud dengan bi ma kasabat ayai al-nas dalam ayat itu adalah "oleh karena
setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah, yakni melakukan yang dilarang dan
Setiap muslim, yang tahu akan ajaran agamanya, pasti tahu wewenang dan
tanggung jawabnya, yaitu menyuruh kepada yang benar dan melarang yang munkar.
munkar. Semua kemunkaran yang dilakukan oleh umat manusia itu adalah melanggar
etika sosial.
Hampir seluruh pakar berbagai bidang ilmu bependapat bahwa krisis ekonomi
yang telah melanda Indonesia dan berbagai negara Asia dewasa ini bermula dari krisis
moral. Dengan kata lain, krisis moral merupakan awal dari segala krisis yang lain.
Untuk itu, yang menjadi persoalan adalah bagaimana etika sosial Islam aspek ekonomi
berulang-ulang ditekankan oleh al-Quran adalah alat produksi dan sumber daya
alamiah yang mendukung kehidupan manusia telah disediakan oleh Tuhan. Dialah
yang telah menciptakan berbagai benda itu sebagaimana adanya dan mengatur benda-
benda tersebut untuk patuh terhadap hukum alam agar bisa dimanfaatkan oleh
manusia. Dialah pemberi izin kepada manusia untuk mengelola benda-benda itu dan
Dia pulalah yang menyediakan semua itu untuk dimanfaatkan oleh manusia.
Pembahasan yang menyangkut modal, dalam al-Quran adalah larangan
harta (at-Taubah/9:34). Besi banyak digunakan untuk membuat barang modal, seperti
mesin perindustrian dan juga untuk barang konsumsi yang tahan lama. Al-Quran
mengingatkannya dengan memberikan nama surat ke-57 dengan al-Hadid yang beratti
besi, dan dalam ayat 25 mengingatkan bahwa besi mempunyai kekuatan hebat dan
Mengenai jual beli sebagai transaksi yang dihalalkan, harus dengan suka sama
suka, dan jangan ada penipuan, di ungkapkan Al-Quran dalam surat Al-Baqarah /2
:275; dan an-Nisa'/4:29; dan al-Muthaffifin/83 : 1-3. Riba diharamkan Allah jual-beli
riba tidak ada bedanya dengan orang gila yang dimasuki syaitan. Karena itu mereka
berkata, bahwa berniaga dan riba itu sama saja. Akan tetapi, Allah mengizinkan
pahala bersedekah diperbanyakNya. Dan sebagai nasehat bagi orang yang beriman
(Surat Ali Imron/3:130) diperingatkan juga kejahatan riba itu: "Janganlah engkau
memakan riba yang berlipat ganda; dan takutlah engkau kepada Allah, supaya engkau
beroleh bahagia".
bayaran bunga sampai puluhan dan ratusan persen jumlahnya setahun. Sekalipun ia
tahu, bahwa pokok hutang serta bunganya yang begitu berat tidak akan terbayar
olehnya dengan tiada menghabiskan hartanya kelak, ia mau juga, sebab sesak
hidupnya tidak terkira. Tidak jarang terjadi, sawah ladang orang habis terjual dan
tergadai untuk membayar bunga hutang yang tidak kunjung berakhir... Riba, semata-
mata dipungut dari orang yanv miskin, yang meminjam uang untuk keperluan
dikemudian hari. Tidak pernah ribadapat dipungut dari orang yang meminjam uang
Dari ilustrasi diatas, terlihat betapa peduli dan concern-nya Islam terhadap etika
program mengentaskan kemiskinan seperti terlihat sekarang ini. Sebagai etika sosial,
ternyata tidak sedikit yayasan dan LSM atau apapun namanya yang
suasana, contohnya sekarang sudah menjadi rahasia umum, yaitu "Yayasan Raudlatul
melibatkan Akbar Tanjung. Begitu pula kasus-kasus penyaluran dan bantuan bencana
Agus, Al-Quran mengungkapkan bahwa segala yang ada di alam adalah milik Allah
milik pribadi yang di dapatkan secara halal akan dipergunakan untuk hal-hal yang
halal pula (al-Baqarah/:274; an-Nisa/4:32; an-Nahl/16:71; az-Zukhruf/43:32; dan at-
adz-Dzariat/51:19), manusia mempunyai sifat keluh kesah sewaktu miskin dan kikir
untuk memperhatikan sifat manusia secara umum, seperti sifat cinta kepada wanitadan
Hal senada yang menganjurkan agar berusaha mencari nafkah, umpamanya soal
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
kegiatan usaha perdagangan sebagai salah satu bidang penghidupan yang sangat
dianjurkan oleh agama, dan bahwa Islam juga menempatkan prinsip kebebasan pada
tempat yang begitu senetralnya guna mengejar tujuan keduniaab, umum serta merta
54
Departemen Agama RI. Op.Cit, h. 65
dengan itu sekaligus juga mengharuskan umat Islam bekerja secara etis menurut
norma-norma yang secara garis besar telah disurutkan dan disiratkan di dalam al-
Dengan demikian, ada hubungan fungsional antara sistem nilai etika dengan
etos kerja hmat beragama. Terlepas dari kontroversi teori Max Weber mengenai hal
menganut ajaran islam secara kaffah dalam kondisi tertentu akan mendinamiskan dan
yang bersifat keduniaan secara konsisten dan sistematis. Mengenai telri Weber dan
kegiatan ekonomi sering terdapat pada kelompok tertentu pemelyk sesuatu agama,
yakni bersumber pada keyakinan pemeluk tersebut bahwa kehidupan mereka telah
ditentukan oleh takdir Allah kepada orang-orang yeng terpilih. Karena mereka, tidak
mengetahui apakah mereka termasuk orang yang terpilih, demikian jalan pemikiran itu
ketidakpastian yang terus menerus. Namun adalah kewajiban mereka, kata Weber,
memupuk kepercayaan itulah maka orang harus bekerja keras. Inilah yang disebutkan
doktrin islam, bukan terletak pada panggilan untuk menjadi manusia terpilih, namun
terletak pada kemutlakan Islam pada setiap Muslim untuk melaksanakan kewajiban
55
Muhammad Fakhry Ghafur, Agama Dan Demokrasi : Munculnya Kekuatan Politik
Islam Di Tunisia, Mesir Dan Libya1 Religion And Democracy : The Emergence Of The Power Of
Political Islam In Tunisia, Egypt And Libya, h.89
pada segi ibadah dan segi mu'amalah secara simultan, dan bahwa hanya kepada
mereka yang bekerja akan diberikan imbalan keduniaannya ( )مما كسبىالهم نصىب
Di dalam kerangka nilai islam, maka konsep tekdir, seperti dimaksudkan oleh
Weber di atas, di sebutkan bahwa Allah SWT, memang telah menetapkan suratan
kepada setial manusia di kemudian hari, namun suratan takdir itu sendiri pada
takdirnya. Oleh karenanya, kaum muslim dituntut untuk melaksanakan ajaran Islam
secara kaffah sehingga, meminjam istilah Harus Nasution, dapat merubah takdir
dengan takdir.
BAB III
September 1903, di Aurangabad, suatu kota terkenal di daerah yang sekarang dikenal
sebagai Audra Pradesh, India. Ayahnya yang lahir pada 1844, adalah seorang ahli
hukum yang sangat taat kepada ajaran-ajaran agama islam.56 Al-Maududi anak
dengan pendidikan islam tradisional. Ketika Abu A'la sedang belajar di perguruan
tinggi Darul Ulum, Hydrabad, ayahnya sakit dan kemudian meninggal, setelah itu
pendidikan Abul A'la berhenti secara formal. Akan tetapi dengan metode otodidak ia
tetap menekuni pelajaran-pelajaran lnya diluar lembaga pendidikan formal. Pada awal
1920-an Maududi telah menguasai bahasa Arab, Persia dan Inggris di samping,
Sebagian besar ilmu yang diperoleh Maududi dapat dikatakan didapat dari
jerih payahnya ssndiri dengan bimbingan sarjana-sarjana yang tangguh pada waktu itu
dalam lingkungannya. Sejak muda Maududi telah menyukai jurnalisme dan pernah
56
Abul A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, ( Bandung, Penerbit Mizan: 1996), h.
7
menjadi editor beberapa mass-media ketika usianya baru menginjak dua puluh tahun.
Minatnya pada politik juga tumbuh pada usia sekitar dua puluhan itu. Pada usia muda
inilah Maududi menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul al-Jihad fil Islam, suatu
buku yang sangat cermat dan tajam mengenai hukum Islam dalam perang dan damai.
Tidak kurang dari Sir Muhammad Iqbal dan Maulana Muhammad Ali Jauhar, tokoh
terkenal gerakan khilafah dan kemerdekaan, memberikan pujian sangat tinggi pada
buku tersebut
dihadapi oleh kaum muslimin India, dan sudah tentu semuanya itu ditinjau dari sudut
pandang Islam. Berbagai ideologi modern yang mulai menguasai cara berpikir
mengarah pada jingo-isme dan xenophobisme tidak saja ditelanjangi oleh Maududi,
tetapi juga dibongkar seluruh bahaya yang terkandung di dalamnya serta ditunjukkan
membujumnya agar pindah dari Hyderabad dan tinggal di distrik pthankot, suatu
daerah di bagian timur punjab. Di sana Maududid bekerja sama dengan Iqbal
mendirikan suatu pusat riset yang dinamakan Dar al-Islam dengan maksut untuk
mendidik sarjana-sarjana Islam agar mereka dapat berkarya secara positif dalam
berkhidmat pada Islam, terutama sekali untuk melakukan rekontruksi syariat Islam.
Pada awal 1940-an Maududi mendirikan suatu gerakan Islam yang dipimpinnya
sendir, yaitu Jamiati Islami. Gerakan Jamiati Islami pimpinan Maududi pada
hakikatnya merupakan gerakan kader-kader Islam dan tidak pernah menjadi gerakan
massa. Gerakan Jamiati Islami ini disegani terutama karena para pemimpinnya dan
kenyataan bahwa sebagian besar mereka menjadi muhsinin dalam kaliber masing-
masing.
Ketika Pakistan lahir pada tahun 1947, Maududi segera pi dah ke Pakistan dan
mulai memusatkan segala tenaga dan pikirannya untuk ikut mendirikan suatu negara
Islam yang benar-benar sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.57 Untuk mencapai tujuan
sosial dan politik. Resiko seorang pemikir dan pejuang seperti Maududi kiranya sudah
didirikannya Pakistan. Oleh karena itu penjadi bagi Maududi bukanlah tempat tinggal
yang asing lagi. Tekad yang teguh membaja untuk mempertahankan pendiriannya
yang berkaitan dengan masalah sekte Ahmadiyah Qadiani. Namun Maududi bukannya
minta naik banding atau memohon pengampunan penguasa waktu itu. Dengan senang
sahabatnya: "Jika ajal bagi saya telah datang, tidak seorangpun dapat
mengelakkannya, akan tetapi bila ajal itu memang belum datang, mereka tidak akan
dapat menggantung saya, walaupun mereka sampai menggantung diri mereka sendiri
57
Abul A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, ( Bandung, Penerbit Mizan: 1996), h.9
untuk dapat menggantung saya". Keteguhan Maududi ini justru menggoncangkan
pemerintah dan di bawah tekanan-tekanan dari dalam dan luar negeri, pemerintah
agama dan umat Islam dunia. Selama kehidupan perjuangannya yang berkisar sekitar
menawarkan Islam sebagai alternatif bagi umat manusia modern yang dirundung
kebingungan ideologis, filsafi, dan sosial-politik. Ratusan buku, pamflet, dan ribuan
ceramah, semua didedikasikan untuk menggali ajaran-ajaran Islam yang sudah terlalu
lama tertindih oleh berbagai paham kehidupan dan ideologi asing yang telah lama
bercokol di dunia Islam selama masa penjajahan Barat yang panjang. Negara kesatuan
Dan jika kita berpindah dan melihat realita kontemporer kaum muslimin, kita
akan melihat sebuah kenyataan yang tentu saja sangat jauh berbeda dengan kondisi
Islam pada masa-masa sebelumnya. Perbedaan ini terwujud sangat nyata dalam
kaum muslimin sendiri pun sangat jauh berubah terhadap Islam. Setelah sebelumnya
agama memiliki kekuatan yang nyaris sempurna terhadap perilaku individu dan
masyarakat, kini hampir dapat dikatakan bahwa kekuatan peran agama nyaris tidak
melewati batas individu saja kecuali jika ingin mengecualikan beberapa kalangan
masyarakat Islam, seperti sebagian masyarakat yang ada di Jazirah Arab misalnya,
58
Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Gema Insani
Press, 1996), h. 36.
yang itupun memiliki tingkat kepatuhan dan keterpengaruhan pada Islam yang tidak
radikal Maududid dewasa ini telah langsung atau tidak langsung menggerakkan
semangat kebangunan Islam di dunja Muslim. Bahkan tidak kurang dari Sayyid Qutb,
dan ijtihad Maududid tentang jihad dengan sangat jelas. Pendapat-pendapat Maududid
tentang jihad dapat kita baca dalam tafsir Qutb mengenai surat al-Anfal. Keluasaan
tafsir, hadis, hukum, filsafat dan sejarah tidak mengurangi produktifitas karya-
karyanya di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi dan lain sebagainya.
Indonesia, juga menjadi salah seorang tokoh Rabithah al-'Alam al-Islami yabg
berpusat di Makkah. Ketika penulis kata pengantar ini berada di Amerika Serikat, di
beberapa negara Eropa Barat dan di Timur Tengah, penulis sempat menyaksikan
Maududid sebagai salah seorang tokoh yang sangat dihormati karena wawasan-
zaman modern. Tampaknya juga di Indonesia, para pelajar dan mahasiswa serta
59
Abdullah Zawawi, Politik Dalam Pandangan Islam ,Jurnal Ummul Qura Vol V, No 1,
Maret 2015 .h..86