LP KMB Ok
LP KMB Ok
LP KMB Ok
Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak
berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor
jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif
berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).
B. Anatomi Fisiologi
Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, teraba
seperti kenyal, bentuknya bulat dan berbenjol – benjol sesuai ukuran
tumor. Ukuran tumor bervariasi dari yang kecil hingga besar, mioma uteri
dengan permukaan yang tidak rata apabila dibelah mioma uteri terdiri dari
otot polos dan jarinan ikat yang tersusun seperti pusaran air dengan
pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar.
Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul dan berasal dari otot
polos jaringan fibrans Menurut letaknya, mioma uteri terdiri dari, mioma
sub mukosa (endometrium), berada di bawah endometrium dan menonjol
kedalam rongga uterus. Mioma Intramural (miometrium), terdapat di
dinding uterus diantara serabut miometrium. Mioma sub serosum
(perimetrium), tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus. Ketiga daerah mioma tersebut timbul disebabkan ada
hubungannya dengan reseptor estrogen yang berlebihan. : Uterus yang
terkena mioma dibeberapa daerah, sub serosa, intramural, mukosa,
morphologi bentuk berbenjol – benjol, padat, bersimpai, ukuran bervariasi
sedang struktur jaringannya terdiri sel – sel tersusun padat, sejajar,
berkumparan – kumparan, inti spindel, monoton, kromatin halus merata,
mitosis normal dan jarang.
C. Etiologi
Menurut Setiati (2018) ada beberapa faktor yang diduga kuat
merupakan faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada
jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium
normal.
3. Riwayat keluarga Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat
pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri,
namun sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri.
Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan
respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1
(satu) kali atau 2 (2) kali
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu
putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi
umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari
benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara
yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan
kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut
mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi
E. Pathway
F. Manifestasi klinis
Menurut Padila (2015) gejala yang dikeluhkan tergantung letak
mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Perdarahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi.
2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai nekrosis dan peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis,
hidroureter, poliuri.
4. Abortus spontan karena disoroti rongga uterus pada mioma
submukosum.
5. Infertilasi bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis
tuba.
G. Komplikasi
1. Menurut (Manuaba, 2018) komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3
yaitu:
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh, serta merupakan 50-75%
dari semua sarcoma uterus.
c. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor 24 (Prawirahardjo, 2018). Hal itu dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan pembesaran ureter
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submucosa
disertai dengan infertilitas
4. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5. Laboratorium: darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah
6. Tes kehamilan
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur,
paritas, lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena itu penatalaksanaan mioma
uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
1. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada
pra dan postmenopause tanpa adanya gejala.
Cara penanganan konsevatif adalah sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi. d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-
releasing hormone) leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama
sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat
ini menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada periode postmenopause.
Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam
12 minggu.
2. Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.
3. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkah berikut.
a. Enukleusi Mioma Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang
infertil yang masih menginginkan anak, atau mempertahankan uterus
demi kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma
uterus dan dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya
dibatasi pada tumor dengan tangkai dan tumor yang dengan mudah
dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, maka
kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
4. Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG) kriteria
preoperasi adalah sebagai berikut.
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang tidak ditemukan.
5. Histeroktomi Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan
anak lagi dan pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik
atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah
sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6. Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian
bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
7. Penanganan radioterapi Tujuan dari radioterapi adalah untuk
menghentikan perdarahan. Langkah ini dilakukan sebagai penanganan
dengan kondisi sebagai berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
J. Pencegahan
1. melakukan aktivitas fisik secara teratur dan berkala
2. berhenti merokok
3. Membatasi mengkonsusmsi alcohol
4. menjaga berat badan
5. mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang
6. menghindari konsumsi makanan tinggi gula dan tinggi lemak
K. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien
mioma uteri, misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah
yang relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu
penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri
karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri
adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit
yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh
pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan
tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat
persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah
dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga Tanyakan kepada keluarga apakah ada
anggota keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien
mioma uteri yang perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid
terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum
menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat
pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya,
faktorfaktor budaya yang mempengaruhi, tingkat
pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah
dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga
diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian
dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran
atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien
mioma uteri dengan orang lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari Pola nutrisi sebelum dan sesudah
mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah frekuensi,
jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
e. Pola eliminasi Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi,
warna, BAB terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji
adalah frekuensi, warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain Tanyakan jenis kegiatan
dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya, tanyakan
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan
minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur Tanyakan waktu dan lamanya tidur
pasien mioma uteri saat siang dan malam hari, masalah yang ada
waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata
simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh
sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik
motorik.
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran,
ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber
informasi terkait penyakit)
3. Intervensi
Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Resiko syok berhubungan dengan NOC: Setelah dilakukan Pencegahan Syok
perdarahan perawatan selama 1x 24 jam 1) Monitor adanya respon
Definisi: beresiko terhadap ketidak diharapkan tidak terjadi syok konpensasi terhadap syok
cukupan aliran darah kejaringan tubuh, hipovolemik dengan kriteria: (misalnya, tekanan darah normal,
yang dapat mengakibatkan disfungsi 1) Tanda vital dalam batas tekanan nadi melemah, perlambatan
seluler yang mengancam jiwa. Faktor normal. 2) Tugor kulit baik. 3) pengisian kapiler, pucat/ dingin
resiko 1) Hipotensi. 2) Hipovolemi 3) Tidak ada sianosis. 4) Suhu kulit pada kulit atau kulit kemerahan,
Hipoksemia 4) Hipoksia 5) Infeksi 6) hangat. 5) Tidak ada diaporesis. takipnea ringan, mual dan munta,
Sepsis 7) Sindrom respon inflamasi 6) Membran mukosa kemerahan. peningkatan rasa haus, dan
sestemik kelemahan)
2) Monitor adanya tanda-tanda
respon sindroma inflamasi sistemik
(misalnya, peningkatan suhu,
takikardi, takipnea, hipokarbia,
leukositosis, leukopenia)
3) Monitor terhadap adanya tanda
awal reaksi alergi (misalnya, rinitis,
mengi, stridor, dipnea, gatal-gatal
disertai kemerahan, gangguan
saluran pencernaan, nyeri abdomen,
cemas dan gelisa)
4) Monitor terhadap adanya tanda
ketidak adekuatan perfusi oksigen
kejaringan (misalnya, peningkatan
stimulus, peningkatan kecemasan,
perubahan status mental, egitasi,
oliguria dan akral teraba dingin dan
warna kulit tidak merata)
5) Monitor suhu dan status respirasi
6) Periksa urin terhadap adanya
darah dan protein sesuai kebutuhan
7) Monitor terhadap tanda/gejalah
asites dan nyeri abdomen atau
punggung.
8) Lakukan skin-test untuk
mengetahui agen yang
menyebabkan anaphiylaxis atau
reaksi alergi sesuai kebutuhan
9) Berikan saran kepada pasien
yang beresiko untuk memakai atau
membawa tanda informasi kondisi
medis
10) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala syok
yang mengancam jiwa
11) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah
timbulnya gejala syok
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan
keinginan berubah dari keluarga, memandirikan keluarga.
Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti
dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi
5. Evaluasi
terhadap masalah keperawatan keletihan dapat dinilai dari indikator
keberhasilan yaitu tingkat keletihan menurun.
DAFTAR PUSTAKA