LP Mioma Uteri Print

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

PEERTEACHING LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI MIOMA UTERI DI RUANGAN ZAITUN 3


GINEKOLOGI RSUD AL-IHSAN PROV.JAWA BARAT

Diajukan untuk memehuni salah satu tugas mata kuliah


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

Candra Asep G
Farizhal F S
Jedquin Satra
Jihan Pratama
Vinita Devi N
Yulianti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

BUDI LUHUR

CIMAHI

2018
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI : MIOMA UTERI DI RUANG ZAITUN 3 GINEKOLOGI

RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

A. Konsep Mioma Uteri


1. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos

dinding uterus. Beberapa istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma,

miofibroma, laiomioma, fibroleimioma, atau uterin fibroid. Mioma

merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas

umur 35 tahun (Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015). Mioma

adalah penyakit yang berjenis tumor. Berbeda dengan penyakit kanker,

mioma tidak mempunyai kemampuan menyebar ke seluruh tubuh.

Konsistensinya padat dan sering mengalami degenerasi dalam

kehamilan dan sering kali ditemui pada wanita berumur 35-45 tahun.

Tumor ini membutuhkan waktu 4-5 tahun untuk mencapai ukuran

sebesar jeruk. Tumor ini sering pula ditemukan pada wanita yang belum

pernah melahirkan atau wanita yang sulit hamil (inferentil) (Setiati, 2009).
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa mioma uteri

adalah suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot

rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus

yang merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat

tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya mioma uteri

banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35

tahun.

2. Klasifikasi
Menurut letaknya mioma dibagi menjadi :
a. Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke cavum

uteri
b. Mioma intramural : berada di dinding uterus diantara serabut

miometrium.
c. Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga

menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.

3. Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang

pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa

mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat

pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus-menerus oleh

hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi

faktor pendukung terjadinya mioma adalah : wanita 35-45 tahun, hamil

pada usia muda, genetic, zat-zat karsinogensik, sedangkan yang

menjadi faktor pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah sel yang

imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan

diduga merupakan penyakit multifactorial. Dipercayai bahwa mioma uteri

merupakan sebuah tumor monoclonal yang dihasilkan dari mutasi

somatic dari sebuah sel neoplastic tunggal. Sel-sel tumor mempunyai

abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosong lengan. Fakror-


faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor adalah estrogen,

progesteron, dan human growth hormone.


4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam

miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu

miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau

sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu

mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang

tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar

dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma

dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung

kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani,

2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu

putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan

memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya

satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan

ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih

besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam

miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium

(submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir

membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya,

dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian

membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.

Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis

iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah


menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami

kalsifikasi (Robbins, 2007).


5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Separuh penderita mioma uteri tidak memperlihatkan gejala. Umumnya

gejala yang ditemukan bergantung pada lokasi, ukuran, dan perubahan

pada mioma tersebut seperti :


a. Perdarahan abnormal : hipermenore, menoragia, metroragia.

Sebabnya :
1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi endometrium diatas mioma submukosum.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya

sarang mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat

menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.


b. Nyeri : dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis

setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang

dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga

menimbulkan dismenore.
c. Gejala penekanan : penekanan pada vesika urinaria menyebabkan

poliuria, pada uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter

menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum

menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.


d. Disfungsi reproduksi
Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat

menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio

dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi

endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

Mekanisme gangguan reproduksi dengan mioma uteri :


1) Gangguan transportasi gamet dan embrio
2) Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
3) Perubahan aliran darah vaskuler
4) Perubahan histologi endometrium
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin : turun
Albumin : turun
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
b. USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
c. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan

ukurannya.
d. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
e. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat

menghambat tindakan operasi.


f. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat

mempengaruhi tindakan operasi.


8. Komplikasi
a. Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak

membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu

terjadi sesudah menopause


b. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami

putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami

gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak

gambaran klinik dari abdomenakut.


c. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-

kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina,

dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis

dan infeksi sekunder.


9. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan

ukuran tumor, dan terbagi atas:


a. Penanganan konservatif, yaitu dengan cara :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6

bulan,
2) Monitor keadaan Hb,
3) Pemberian zat besi,
b. Penggunaan agonis GnRH, untuk mengurangi ukuran mioma dengan

jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium.


c. Penanganan operasi
Indikasi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri

adalah:
1) Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
2) Sangkaan adanya keganasan
3) Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4) Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena

oklusi tuba
5) Nyeri dan penekanan yang sangat terganggu
6) Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinalis
7) Anemia akibat perdarahan.

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa

pengangkatan rahim/uterus. Ada beberapa pilihan tindakan untuk

melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari

mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan

laparatomi, histeroskopi maupun dengan laparaskopi.


2) Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk

mengangkat rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri

ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri. Histerektomi

dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan

pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau

yang sudah bergejala.


B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas klien, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, stasus perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dll


Pengkajian pada pasien dengan mioma uteri biasanya terlihat

dari umur penderita :


a) Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering

ditemukan pada usia 35 tahun keatas.


b) Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan

berkurang
c) Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif

dalam menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan

yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.


2) Identitas Penanggung jawab, meliputi : nama, umur, jenis

kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.


b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri

misalnya nyeri yang timbul dari benjolan di perut bagian bawah yang

relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid


c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan

pengkajian seperti rasa nyeri. Yang perlu dikaji pada rasa nyeri

adalah lokasi nyeri, intensitas nyeri, waktu, dan durasi serta kualitas

nyeri.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis

pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan

penggunaan obat-obatan, tanyakan riwayat alergi, tanyakan riwayat

kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat

kontrasepsi, pernah dirawat/operasi sebelumnya.


e. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga

mempunyai penyakit keturunan.


f. Riwayat Obstetri
1) Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma

uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami

atrofi pada masa menopause


2) Hamil dan Persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma

uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan

hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang

besar. Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi

psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan

kewanitaan.
g. Data Psikologi.
Rencana pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh

terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai

perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen

kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang

feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebagai

hilangnya perasaan kewanitaan.


Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani .

Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas

terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang

dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.


h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas,

kesadarannya. Pada kasus myoma uteri, perdarahan yang

menyebabkan keadaan umum penderita lemah.


2) Tanda-tanda Vital
Tensi, suhu, respirasi, pernapasan normal atau tidak karena

tanda dan gejala klien dengan myoma uteri, yaitu klien dapat

menjadi takikardi, takipneu, hipotensi/hipertensi.


3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : apakah ada kerontokan pada rambut

karena pada kasus myoma uteri yang disertai dengan nutrisi

bisa menyebabkan rambut menjadi rontok


b) Mata : melihat bagaimana keadaan konjungtiva anemis tidak

karena pada kasus myoma uteri terjadi perdarahan banyak

yang berakibat klien menjadi anemia dengan ditandai

konjungtiva anemis
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya

pembengkakan konka nasal/tidak


d) Telinga : lihat kebersihan telinga
e) Mulut : apakah ada stomatitis atau tidak, karena myoma uteri

yang disertai dengan kurangnya vitamin C menyebabkan

timbulnya stomatitis
f) Gigi : keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis

karena pada kasus myoma uteri dengan kurangnya nutrisi

bisa menyebabkan gingivitis


g) Leher dan tenggorokan : apakah ada kelenjar yang

membesar, karena myoma uteri terjadi ketidakseimbangan

hormone bisa juga menyebabkan pembesaran pada kelenjar

tiroid
h) Dada/thoraks : apakah sering terasa sakit dan berdebar-

debar pada kaus myoma uteri biasanya menyebabkan

takikardi sehingga jantung berdebar


i) Abdomen : bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas,

ada nyeri tekan atau tidak, teraba massa di perut bagian

bawah atau tidak, karena pada kasus myoma uteri biasanya

ada nyeri tekan dan teraba massa bagian bawah


j) Ekstremitas/muskuloskeletal : terjadi pembengkakan pada

ekstremitas atas dan bawah pada pasien mioma uteri


k) Genetalia dan anus : perhatikan kebersihan, adanya lesi,

perdarahan diluar siklus mesntruasi.


2. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 Batasan Karakteristik : Faktor predisposisi Nyeri

- Perubahan tekanan Mioma uteri


darah
- Perubahan frekuensi Tanda gejala
pernapasan
- Melaporkankan nyeri Pembesaran uterus
secara verbal
- Mengekspresikan Penekanan syaraf
perilaku
(gelisah,meringis) Nyeri

2 Batasan Karakteristik : Faktor predisposisi Resiko syok


hipovolemik
- Hipotensi Mioma uteri

- penurunan Tanda gejala


kesadaran
Perdarahan
- kehilangan cairan pervaginam
yang berlebihan
Anemia

Hb menurun

Tidak tertangani
dengan cepat

Resiko syok
hipovolemik

3 Batasan Karakteristik : Faktor predisposisi Gangguan


perfusi
- perubahan frekuensi Mioma uteri jaringan
pernapasan perifer
- crt > 3 detik Tanda gejala
- perubahan suhu
kulit Perdarahan
- gangguan sensasi pervaginam

Anemia

Suplai oksigen
menurun
Gangguan perfusi
jaringan perifer
4 Batasan Karakteristik : Faktor predisposisi Resiko
infeksi
- Pemajanan Mioma uteri
patogen
- Tidak adekuatan Tanda gejala
pertahanan
- Prosedur invasif Perdarahan
pervaginam

Anemia

Gangguan hematologi

Penurunan respon
imun

Resiko infeksi

5 Batasan Karakteristik : Faktor predisposisi Gangguan


eliminasi
- Sering berkemih Mioma uteri urine
(disuria,nokturia)
- Retensi Tanda gejala

Pembesaran uterus

Penekanan kandung
kemih

Poliuria

Gangguan eliminasi
urine

6 Batasan Karakteristik : Faktor predisposisi Konstipasi

- Nyeri abdomen Mioma uteri


- Rasa tekanan pada
rectal Tanda gejala
- Peningkatan
tekanan abdomen Pembesaran uterus
- Bising usus
hiperaktif/hipoaktif Penekanan rektum

Obstipasi

Konstipasi
7 Batasan Karakteristik : Tindakan pembedahan Disfungsi
seksual
- Ketidakmampuan Hilangnya uterus
mencapai kepuasan ovarium
yang diharapkan
- Gangguan aktivitas Estrogen berkurang
seksual
- Penurunan hasrat Produksi kewanitaan
seksual menurun

Libido seksual menurun

Disfungsi seksual

8 Batasan Karakteristik : Faktor predisposisi Ansietas

- Gelisah Mioma uteri


- Mengekspresikan
kekawatiran Tanda gejala
- Peningkatan ttv
- Perasaan Perdarahan
pervaginam

Tindakan pembedahan

Kurang informasi
mengenai prognosis
penyakit dan terapi

Ansietas

2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks

spasme otot sekunder akibat tumor


2) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berulang
3) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai oksigen
4) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun akibat

gangguan hematologi (perdarahan)


5) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan oleh

masa jaringan neoplasma pada organ sekitar


6) Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
7) Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan prosuksi estrogen
8) Ansietas berhubungan dengan kurangnya sumber informasi terkait

penyakit
3. Rencana Tindakan

No Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri Tupan : 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui tingkat
dan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan karakteristik nyeri termasuk nyeri klien dan memudahkan
dengan refleks keperawatan selama 3 x 24 kualitas, frekuensi, durasi, dalam memberi intervensi
spasme otot jam diharapkan nyeri teratasi. lokasi, dan intensitasnya. selanjutnya
sekunder akibat 2. Ajarkan klien 2. Teknik relaksasi nafas dalam
teknik
tumor Tupen : relaksasi nafas dalam dapat menghambat
Setelah dilakukan tindakan neurotransmiter nyeri sampai
keperawatan selama 1 x 24 ke otak melalui dinding gate
jam diharapkan refleks control sehingga nyeri yang
spasme otot sekunder akibat dirasakan dapat berkurang
tumor teratasi, dengan kriteria 3. Berikan posisi 3. Dengan
yang memberikan
hasil : nyaman lingkungan nyaman
- Pasien mengungkapkan diharapkan klien dapat
nyeri yang dirasakan dapat mengalihkan perhatian
berkurang terhadap nyeri
- Ekspresi wajah rileks dan 4. Kontrol tanda-tanda vital 4. Peningkatan tanda-tanda vital
tenang klien seperti TD, nadi, RR, dan
suhu mengindikasikan
terjadinya peningkatan
persepsi klien terhadap nyeri
5. Kolaborasi dalam 5. Pemberian analgetik dapat
pemberian analgetik sesuai menghambat proses
advis dokter biokimiawi nyeri sehingga
nyeri yang diarsakan dapat
berkurang
2 Resiko syok Tupan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Syok hipovolemik dapat
hipovolemik Setelah dilakukan tindakan diketahui dari penurunan
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 tanda-tanda vital klien
dengan jam diharapkan resiko syok 2. Ukur dan catat pemasukan 2. Untuk mengetahui balance
perdarahan hipovolemik tidak terjadi. dan pengeluaran cairan cairan klien
berulang 3. Catat perdarahan baru 3. Dengan mencatat perdarahan
Tupen : setelah berhentinya baru diharapkan dapat
Setelah dilakukan tindakan perdarahan awal memberikan intervensi
keperawatan selama 1 x 8 jam selanjutnya agar klien tidak
diharapkan tidak terjadi mengalami syok hipovolemik
perdarahan berulang, dengan 4. Catat respon fisiologi 4. Perubahan fisiologis
kriteria hasil : individual klien terhadap individual klien terhadap
- Tidak terjadi penurunanperdarahan misalnya perdarahan mengindikasikan
kesadaran perubahan mental, tanda-tanda syok hipovolemik
- Tanda-tanda vital dalamkelemahan, gelisah, pucat,
batas normal : berkeringat, peningkatan
TD 120/80 mmHg suhu
Nadi 80x/menit 5. Berikan cairan baik oral 5. Menggantikan cairan tubuh
RR 20x/menit maupun parenteral sesuai klien yang hilang akibat
Suhu 36,5-37,5oC program perdarahan
6. Monitor jumlah tetesan 6. Tetesan infuse sesuai indikasi
infuse diharapkan dapat memenuhi
cairan dalam tubuh klien
3 Gangguan perfusi Tupan : 1. Kaji gejala-gejala anemia 1. untuk memberikan informasi
jaringan perifer Setelah dilakukan tindakan yang terjadi tentang gejala anemia dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 2 jam membantu menentukan
dengan diharapkan gangguan perfusi
intervensi
penurunan suplai jaringan perifer teratasi. 2. membantu dalam
oksigen
Tupen : 2. Pantau tanda-tanda anemia menentukan intervensi yang
Setelah dilakukan tindakan yang terjadi tepat
keperawatan selama 1 x 24 3. untuk menunjang diagnosa
jam diharapkan penurunan suatu penyakit dan juga
suplai oksigen perifer teratasi, 3. Monitor hasil pemeriksaan respon tubuh terhadap suatu
dengan kriteria hasil : lab untuk pemeriksaan penyakit
- Konjungtiva merah muda kadar Hb, RBC, Hct
4. sebagai sumber energi bagi
- Capilary refille ≤ 2 detik
- Mukosa mulut merah muda tubuh
- Kadar Hb dbn (wanita 4. Anjurkan pasien untuk
dewasa: 12-14 g/dl), mengkonsumsi makanan
- RBC dbn (wanita dewasa: yang seimbang, terutama
3,80-5,80 x 105/uL) dan makanan tinggi kalori dan
- Hct dbn (wanita dewasa : tinggi protein. 5. untuk membentuk hemoglobin
37,0-47,0%
dalam sel darah merah yang
bertugas mengikat dan
5. Kolaborasi pemberian mengedarkan oksigen ke
suplemen besi tambahan, seluruh tubuh
vitamin dan mineral sesuai 6. bila pasien mengalami
indikasi kekurang salah satu
komponen darh akan
diberikan tranfusi untuk
6. Kolaborasi pemberian
membantu memenuhi
transfusi darah sesuai
kebutuhan kebutuhan darah pasien
7. untuk mengetahui perubahan
apa yang terjadi pada kondisi
tubuh

7. monitor efek samping dan


respon pasien setelah
dilakukan transfusi darah
4 Resiko infeksi Tupan : 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. untuk memberikan informasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan infeksi. tentang tana-tanda infeksi
dengan keperawatan selama 3 x 24 dan membantu menentukan
penurunan respon jam diharapkan resiko infeksi intervensi
imun akibat teratasi. 2. Lakukan cuci tangan yang 2. menjaga kebersihan tangan
gangguan baik sebelum tindakan dan menghindari kontaminasi
hematologi Tupen : keperawatan. bakteri dan mikroorganisme
(perdarahan) Setelah dilakukan tindakan 3. Gunakan teknik aseptik 3. untuk meminimalkan invasi
keperawatan selama 1 x 24 pada prosedur perawatan. bakteri dan mikroorganisme
jam diharapkanpenurunan 4. Monitor tanda-tanda vital 4. sebagai acuan untuk
respon imun akibat gangguan dan kadar haemoglobin mengetahui keadaan pasien
hematologi (perdarahan) serta leukosit.
teratasi, dengan kriteria hasil : 5. Anjurkan pasien untuk 5. kebersihan diri dan
- Tidak ditemukan tanda- menjaga kebersihan diri lingkungan dapat
tanda infeksi seperti rubor, dan lingkungan. mempengaruhi kesehatan
color, dolor dan secara umum
fungsiolesia.
- Kadar haemoglobin dalam 6. meningkatkan istirahat pasien
batas normal : 12-14 gr/dl dan menghindari proses
- Pasien tidak demam/ 6. Batasi pengunjung untuk penyebaran bakteri
menggigil, suhu : 36,5- menghindari pemajanan 7. membantu menangani infek
37,5oC bakteri. bakteri
7. Kolaborasi dengan medis
untuk pemberian
antibiotika.
5 Gangguan Tupan : 1. Kaji pola BAK 1. Pola BAK klien
eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan mengindikasikan terjadinya
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 gangguan atau tidak
dengan jam diharapkan gangguan 2. Observasi pemasukan dan 2. Membantu mengetahui
penekanan vesika eliminasi urine teratasi. pengeluaran, serta balance cairan klien, dan
urinaria oleh masa karakteristik urine karakteristik urine seperti
jaringan Tupen : adanya darah dalam urine
neoplasma pada Setelah dilakukan tindakan mengindikasikan adanya
organ sekitar keperawatan selama 1 x 24 penekanan tumor di traktus
jam diharapkan penekanan urinarius
vesika urinaria oleh masa 3. Anjurkan klien untuk 3. Minum yang banyak dapat
jaringan neoplasma pada banyak minum 2-3L apabila memperlancar pengeluaran
organ sekitar teratasi, dengan tidak ada kontraindikasi. urine
kriteria hasil : 4. Kolaborasi dalam 4. Pemberian obat yang sesuai
- urine dapat keluar pemberian obat sesuai diharapkan tidak terjadi
- klien tidak mengeluh nyeri advis dokter gangguan di saluran kemih
saat BAK klien
- klien merasa nyaman
6 Konstipasi Tupan : 1. Auskkultasi adanya bising 1. Mengevaluasi fungsi usus
berhubungan Setelah dilakukan tindakan usus, perhatikan kebiasaan
dengan keperawatan selama 1 x 24 pengosongan normal
penekanan pada jam diharapkan konstipasi 2. Kaji adanya hemoroid 2. Perdarahan atau nyeri
rectum teratasi. hemoroid dapat
meningkatkan kemungkinan
Tupen : bahwa klien akan menunda
Setelah dilakukan tindakan defekasi, yang akan
keperawatan selama 1 x 8 jam memperberat
diharapkan penekanan pada 3. Berikan laksatif, pelunak 3. Untuk mengembalikan
rectum teratasi, dengan kriteria feses, supositoria, atau kebiasaan defekasi normal
hasil : enema dan mencegah atau stress
- Klien dapat kembali BAB perineal selam pengosongan
seperti biasa
- Tidak adanya massa dalam
abdomen
- Klien tidak mengeluh
adanya hemoroid saat
defekasi
7 Disfungsi seksual Tupan : 1. Sediakan lingkungan yang 1. untuk bertanya hal khusus
berhubungan Setelah dilakukan tindakan tidak mengancam dan yang berkaitan keadaan saat
dengan keperawatan selama 3 x 24 dorong pasien untuk ini
penurunan jam diharapkan disfungsi bertanya tentang
produksi estrogen seksual teratasi. seksualitas pribadi
2. Berikan kesempatan 2. Tindakan ini meningkatkan
Tupen : Pasien untuk komunikasi dan pemahaman
Setelah dilakukan tindakan mengungkapkan perasaan diantara pasien dan pemberi
keperawatan selama 1 x 24 secara terbuka dalam asuhan keperawatan
jam diharapkan penurunan lingkungan yang tidak
produksi estrogen teratasi, mengancam
dengan kriteria hasil : 3. Berikan Edukasi kepada 3. Edukasi mengenai
- Pasien menyatakan pasien dan suami/ istri atau keterbatasan akibat penyakit
perasaan mengenai pasangan tentang yang diderita yang
perubahan seksualitas keterbatasan akibat kondisi berdampak kepada aktivitas
- Pasien mengungkapkan fisik saat ini. seksual dapat membantu
pemahaman mengenai pasien menhindari komplikasi
penyebab disfungsi atau cidera
seksual 4. Sarankan rujukan ke 4. Untuk memberikan sumber
- Pasien mengungkapkan konselor seksual atau -sumber penunjang
keinginan untuk frofesi lainnya untuk kelanjutan terapi bagi pasien.
mendapatkan konseling. mendapatkan panduan
selanjutnya

8 Ansietas Tupan : 1. Kaji ulang tingkat 1. Untuk mengetahui sejauh


berhubungan Setelah dilakukan tindakan pemahaman pasien
dengan kurangnya keperawatan selama 1 x 24 tentang penyakitnya. mana pemahan pasien untuk
sumber informasi jam diharapkan ansietas dapat memberikan edukasi
teratasi. sesuai kebutuhan pasien
2. Berguna agar pasien dapat
Tupen : 2. Tanyakan tentang mengutarakan isi hatinya dan
Setelah dilakukan tindakan pengalaman klien sendiri/
keperawatan selama 1 x 8 jam orang lain sebelumnya perawat dapat menentukan
diharapkan kurangnya sumber yang pernah mengalami intervensi selanjutnya
informasi teratasi, dengan penyakit yang sama. 3. Beri kesempatan untuk
kriteria hasil : memeriksa rasa takut reakitas
- Klien mengatakan rasa serta kesalahan konsep
cemas berkurang 3. Dorong klien untuk 4. Membantu pasien merasa
- Klien kooperatif terhadap mengungkapkan pikiran diterima adanya kondisi tanpa
prosedur/ berpartisipasi. dan perasaannya perasaan dihakimi
- Klien mengerti tentang 5. Dapat menurunkan ansietas
penyakitnya.
dan memungkinkan pasien
- Klien tampak rileks.
- Tanda-tanda vital dalam 4. Ciptakan lingkungan membuat keputusan
batas normal : tenang dan terbuka dimana berdasarkan realita
Suhu 36,5- 37.5oC, pasien meraa aman unuk 6. Tekanan darah, nadi
Nadi 80x/m, mendiskusikan pernapasan dan suhu naik
RR 20 x/m perasaannya. ketika pasien merasa cemas
TD 120/80 mmHg 5. Berikan informasi tentang 7. Mengurangi rasa cemas
penyakitnya, prognosi, dan pasien
pengobatan serta prosedur 8. Mengevaluasi sejauh mana
secara jelas dan akurat. tingkat pemahaman pasien
terhadap edukasi yang
diberikan
6. Monitor tanda-tanda vital. 9. Agar pasien termotivasi
bahwa ia tidak sendiri dan
berkecil hati

7. Berikan kesempatan klien


untuk bertanya tentang hal-
hal yang belum jelas.
8. Minta pasien untuk umpan
balik tentang apa yang
telah dijelaskan.

9. Libatkan orang terdekat


sesuai indikasi bila
memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Doenges, M.E.; Moorhouse, M.F. & Geissler, A.C. (1999). Rencana Asuhan

Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta:

EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusumah. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3.

Jogjakarta : Mediaction

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta:

Andi
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M USIA 50 TAHUN DENGAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI: MIOMA UTERI DI RUANG
ZAITUN 3 GINEKOLOGI RSUD AL-IHSAN
PROVINSI JAWA BARAT

Ny. M, usia 50 tahun mengalami perdarahan sejak 1 bulan yang lalu, perdarahan
semakin banyak sejak 1 minggu yang lalu ganti pembalut bisa sampai 10 kali
perhari, pada saat dikaji klien perdarahan aktif 2 jam 1 underpad, mengeluh
pusing badan lemas sekali. Menarchea usia 12 tahun, siklus menstruasi tidak
teratur, keluhan: perdarahan banyak setiap kali menstruasi.
Riwayat perkawinan: perkawinan kedua, sudah 15 tahun
Riwayat kehamilan: belum pernah hamil
Riwayat ginekologi: mioma uteri sejak 2 tahun yang lalu
Riwayat kontrasepsi: suntik per 3 bulan
TD: 90/60 mmHg, N: 110x/menit, R: 25x/menit, S: 35,00C. Konjungtiva anemis,
akral dingin, klien mengeluh pusing, berat badan terasa lemas, terpasang DC
produksi urin 100 cc 4 jam, BB 50 kg. Klien sangat cemas dengan kondisi
kesehatannya.
Hasil Lab. :
Hb: 3.0, L : 15.000, E: 2.00, Ht: 23%, Trombosit: 220.000
Terapi medis:Transfusi sd hb 10 gr/dL, O2 5 liter/ menit, Ceftriaxone 1x2 gram IV,
Asam Tranexamat 3X1 ampl IV, Rencana USG jika KU membaik.
Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama: Ny. M
Usia : 50 tahun
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing
c. Keluhan Penyerta
Klien perdarahan aktif 2 jam 1 underpad, badan lemas sekali

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengalami perdarahan sejak 1 bulan yang lalu, perdarahan
semakin banyak sejak 1 minggu yang lalu ganti pembalut bisa sampai 10
kali perhari
e. Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan menarchea usia 12 tahun, siklus menstruasi tidak
teratur, keluhan: perdarahan banyak setiap kali menstruasi.
f. Riwayat Perkawinan
Klien mengatakan perkawinan kedua, sudah 15 tahun
g. Riwayat Kehamilan
Klien mengeluh belum pernah hamil
h. Riwayat Ginekologi
Mioma uteri sejak 2 tahun yang lalu
i. Riwayat Kontrasepsi
Klien mengatakan suntik per 3 bulan
j. Pemeriksaan Fisik
TTV :TD 90/70 mmHg, N 110x/menit, R 25x/menit, S
35,00C
Mata :konjungtiva anemis.
Genetalia :perdarahan aktif 2 jam 1 underpad, terpasang DC
produksi urin 100 cc 4 jam
Ekstermitas Atas :teraba akral dingin
Ekstermitas Bawah :Akral dingin
BB :50 kg

k. Pemeriksaan Laboratorium
No Nama Pemeriksaan Hasil Satuan

1 Hb 3.0 g/dL

2 Leukosit 15.000 u/L

3 Eritrosit 2.00 u/L

4 Hematokrit 23 %

5 Trombosit 220.000 u/L

l. Program Medis
Transfusi sd hb 10 gr/dL
O2 5 liter/ menit
Ceftriaxone 1x2 gram IV,
Asam Tranexamat 3X1 ampl IV,
Rencana USG jika KU membaik.

1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 DS: Faktor Predisposisi Gangguan


- Klien mengeluh
perfusi jaringan
pusing
perifer
- Klien mengeluh
badan lemas Mioma uteri
DO:
- Akral dingin
- TTV: TD 90/70 Tanda dan gejala
mmHg, N
110x/menit R
25x/menit S 35,00C Perdarahan
- Hb: 3.00 g/dL
- Klien mendapat pervaginam
terapi oksigen O2
5liter/menit
Anemia

Suplai oksigen
menurun

Gangguan perfusi
jaringan perifer

2 DS: Faktor predisposisi Resiko Syok


Hipovolemik
- Klien perdarahan
aktif 2 jam 1
Mioma uteri
underpad
- badan lemas sekali
riwayat dahulu:
Klien mengalami Tanda dan gejala
perdarahan sejak 1
bulan yang lalu,
perdarahan
Perdarahan
semakin banyak
pervaginam
sejak 1 minggu
yang lalu ganti
pembalut bisa Anemia
sampai 10 kali
perhari
Hb menurun
DO
- TTV : TD 90/70
mmHg, N Tidak tertanganinya
110x/menit, R dengan cepat
25x/menit, S 350C
- Akral dingin
- Hb 3.0 g/dL Resiko Syok
- Asam Traneksamat
Hipovolemik

3 DS: Faktor Predisposisi Resiko infeksi

-
DO:
- Leukosit 15.000 Mioma uteri

sel/uL
- Mendapatkan
Tanda dan gejala
terapi Ceftriaxone
1x2 gram IV
-
Perdarahan
pervaginam

Anemia

Gangguan
hematologi

Penurunan respon
imun

Resiko infeksi

4 DS: Faktor Predisposisi Resiko


- Klien mengatakan Mioma Uteri Perdarahan
Klien sangat
cemas dengan
kondisi Tanda dan gejala

kesehatannya.

Perdarahan
pervagianam

Tindakan
pembedahan

Kurang informasi
mengenai prognosis
penyakit dan terapi

Ansietas

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhungan dengan suplai oksigen
tidak adekuat
2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berulang
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun akibat
gangguan hematologi
4. Ansitas berhubungan dengan kurangnya sumber informasi terkait penyakit.
No Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan perfusi Tupan : 1. Kaji gejala-gejala anemia 1. untuk memberikan


jaringan perifer Setelah dilakukan tindakan yang terjadi informasi tentang gejala
berhubungan keperawatan selama 3 x 2 jam anemia dan membantu
dengan diharapkan gangguan perfusi menentukan intervensi
penurunan suplai jaringan perifer teratasi. 2. membantu dalam
2. Pantau tanda-tanda
oksigen anemia yang terjadi menentukan intervensi
Tupen : yang tepat
Setelah dilakukan tindakan 3. untuk menunjang
keperawatan selama 1 x 24 diagnosa suatu penyakit
jam diharapkan penurunan 3. Monitor hasil pemeriksaan dan juga respon tubuh
suplai oksigen perifer teratasi, lab untuk pemeriksaan terhadap suatu penyakit
dengan kriteria hasil : kadar Hb, RBC, Hct 4. sebagai sumber energi
- Konjungtiva merah muda bagi tubuh
- Capilary refille ≤ 2 detik
- Mukosa mulut merah muda 4. Anjurkan pasien untuk 5. untuk membentuk
- Kadar Hb dbn (wanita mengkonsumsi makanan
hemoglobin dalam sel
dewasa: 12-14 g/dl), yang seimbang, terutama
- RBC dbn (wanita dewasa: makanan tinggi kalori dan darah merah yang
3,80-5,80 x 105/uL) dan tinggi protein. bertugas mengikat dan
- Hct dbn (wanita dewasa : 5. Kolaborasi pemberian mengedarkan oksigen ke
37,0-47,0% suplemen besi tambahan, seluruh tubuh
vitamin dan mineral
sesuai indikasi 6. bila pasien mengalami
kekurang salah satu
komponen darh akan
diberikan tranfusi untuk
membantu memenuhi
kebutuhan darah pasien
7. untuk mengetahui
6. Kolaborasi pemberian perubahan apa yang
transfusi darah sesuai terjadi pada kondisi tubuh
kebutuhan

7. monitor efek samping dan


respon pasien setelah
dilakukan transfusi darah

2 Resiko syok Tupan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Syok hipovolemik dapat


hipovolemik Setelah dilakukan tindakan diketahui dari penurunan
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 tanda-tanda vital klien
jam diharapkan resiko syok 2. Ukur dan catat pemasukan 2. Untuk mengetahui balance
dengan
dan pengeluaran cairan cairan klien
perdarahan hipovolemik tidak terjadi.
3. Catat perdarahan baru 3. Dengan mencatat perdarahan
berulang setelah berhentinya baru diharapkan dapat
perdarahan awal memberikan intervensi
Tupen :
selanjutnya agar klien tidak
Setelah dilakukan tindakan
mengalami syok hipovolemik
keperawatan selama 1 x 8 jam 4. Catat respon fisiologi 4. Perubahan fisiologis
diharapkan tidak terjadi individual klien terhadap individual klien terhadap
perdarahan berulang, dengan perdarahan misalnya perdarahan mengindikasikan
kriteria hasil : perubahan mental, tanda-tanda syok hipovolemik
- Tidak terjadi penurunan kelemahan, gelisah, pucat,
kesadaran berkeringat, peningkatan
- Tanda-tanda vital dalam suhu
batas normal : 5. Berikan cairan baik oral 5. Menggantikan cairan tubuh
TD 120/80 mmHg maupun parenteral sesuai klien yang hilang akibat
Nadi 80x/menit program perdarahan
RR 20x/menit 6. Monitor jumlah tetesan 6. Tetesan infuse sesuai indikasi
Suhu 36,5-37,5oC infuse diharapkan dapat memenuhi
cairan dalam tubuh klien
3 Resiko infeksi Tupan : 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. untuk memberikan informasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan infeksi. tentang tana-tanda infeksi
dengan keperawatan selama 3 x 24 dan membantu menentukan
intervensi
penurunan respon jam diharapkan resiko infeksi
2. Lakukan cuci tangan yang 2. menjaga kebersihan tangan
imun akibat teratasi. baik sebelum tindakan dan menghindari kontaminasi
gangguan keperawatan. bakteri dan mikroorganisme
Tupen :
hematologi
Setelah dilakukan tindakan 3. Gunakan teknik aseptik 3. untuk meminimalkan invasi
(perdarahan) pada prosedur perawatan. bakteri dan mikroorganisme
keperawatan selama 1 x 24 4. Monitor tanda-tanda vital 4. sebagai acuan untuk
jam diharapkanpenurunan dan kadar haemoglobin mengetahui keadaan pasien
respon imun akibat gangguan serta leukosit.
hematologi (perdarahan) 5. Anjurkan pasien untuk 5. kebersihan diri dan
teratasi, dengan kriteria hasil : menjaga kebersihan diri lingkungan dapat
- Tidak ditemukan tanda- dan lingkungan. mempengaruhi kesehatan
tanda infeksi seperti rubor, secara umum
color, dolor dan 6. Batasi pengunjung untuk 6. meningkatkan istirahat pasien
fungsiolesia. menghindari pemajanan dan menghindari proses
- Kadar haemoglobin dalam bakteri. penyebaran bakteri
batas normal : 12-14 gr/dl 7. Kolaborasi dengan medis 7. membantu menangani infek
- Pasien tidak demam/ untuk pemberian bakteri
menggigil, suhu : 36,5- antibiotika.
37,5oC

4 Ansietas Tupan : 1. Kaji ulang tingkat 1. Untuk mengetahui sejauh


berhubungan Setelah dilakukan tindakan pemahaman pasien tentang mana pemahan pasien
dengan kurangnya keperawatan selama 1 x 24 penyakitnya. untuk dapat memberikan
jam diharapkan ansietas 2. Tanyakan tentang
sumber informasi edukasi sesuai kebutuhan
pengalaman klien sendiri/
teratasi. pasien
orang lain sebelumnya
yang pernah mengalami 2. Berguna agar pasien
penyakit yang sama. dapat mengutarakan isi
Tupen :
hatinya dan perawat
Setelah dilakukan tindakan
dapat menentukan
keperawatan selama 1 x 8 jam
intervensi selanjutnya
diharapkan kurangnya sumber 3. Beri kesempatan untuk
informasi teratasi, dengan memeriksa rasa takut
kriteria hasil : reakitas serta kesalahan
- Klien mengatakan rasa 3. Dorong klien untuk
cemas berkurang mengungkapkan pikiran konsep
- Klien kooperatif terhadap dan perasaannya 4. Membantu pasien merasa
prosedur/ berpartisipasi. diterima adanya kondisi
- Klien mengerti tentang tanpa perasaan dihakimi
penyakitnya. 4. Ciptakan lingkungan tenang 5. Dapat menurunkan
- Klien tampak rileks. dan terbuka dimana pasien ansietas dan
- Tanda-tanda vital dalam meraa aman unuk memungkinkan pasien
batas normal : mendiskusikan membuat keputusan
Suhu 36,5- 37.5oC, perasaannya.
berdasarkan realita
Nadi 80x/m, 6. Tekanan darah, nadi
RR 20 x/m 5. Berikan informasi tentang
TD 120/80 mmHg penyakitnya, prognosi, dan pernapasan dan suhu
pengobatan serta prosedur naik ketika pasien merasa
secara jelas dan akurat. cemas
7. Mengurangi rasa cemas
pasien
6. Monitor tanda-tanda vital. 8. Mengevaluasi sejauh
mana tingkat pemahaman
pasien terhadap edukasi
yang diberikan
9. Agar pasien termotivasi
7. Berikan kesempatan klien
untuk bertanya tentang hal- bahwa ia tidak sendiri dan
hal yang belum jelas. berkecil hati

8. Minta pasien untuk umpan


balik tentang apa yang
telah dijelaskan.

9. Libatkan orang terdekat


sesuai indikasi bila
memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai