Sri Mawarni - LP Ulkus ICU
Sri Mawarni - LP Ulkus ICU
Sri Mawarni - LP Ulkus ICU
ULKUS DIABETIK
Disusun Oleh :
( ) ( )
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
C. Rumusan Masalah.............................................................................................2
A. Defenisi..............................................................................................................3
B. Klasifikasi..........................................................................................................3
C. Etiologi..............................................................................................................4
D. Patofisiologi......................................................................................................5
E. Faktor resiko.....................................................................................................6
F. Manifestasi klinis.............................................................................................7
G. Pemeriksaan penunjang....................................................................................7
H. Penatalaksanaan...............................................................................................7
I. Pathway..........................................................................................................10
A. Pengkajian Keperawatan................................................................................11
B. Diagnosis Keperawatan..................................................................................13
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................13
BAB IV................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan masalah serius bagi kesehatan global yang
tidak melihat status social ekonomi maupun batas Negara (International Diabetes
Federation, 2020). Sekitar 422 juta orang diseluruh dunia menderita diabetes,
sebagian besar tinggal dinegara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,6
juta kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. Baik
jumlah kasus maupun prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa
decade terakhir (World Health Organization, 2020). Berdasarkan data dari
International Diabetes Federation (2020) tingkat prevalensi global penderita
diabetes mellitus tahun 2019 di perkirakan 463 juta orang dewasa hidup dengan
diabetes 4 kali lipat meningkatnya dibandingkan dengan tahun 1980 yang hanya
108 juta jiwa, pada tahun 2045 penderita diabetes mellitus diperkirakan
jumlahnya akan bertambah menjadi 700 juta jiwa sekaligus terjadi peningkatan
insidensi diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Prevalensi diabetes mellitus di Asia
Tenggara tahun 2019 diperkirakan87,6 juta orang dewasa hidup dan pada tahun
2045 diperkirakan penderita diabetes mellitus bertambah menjadi 152,8 juta.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 dengan kategori penyakit tidak
menular prevalensi diabetes melitus di Indonesia berada diurutan keenam.
Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun
hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2% dibandingkan tahun 2013.
Prevalensi DM semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018 sedikit lebih
rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%
(Kementerian Kesehatan RI,2020).
Peningkatan angka insiden diabetes mellitus ini diikuti oleh peningkatan
kejadian komplikasi. Komplikasi yang dialami penderita bervariasi diantaranya
komplikasi fisik, psikologis, social dan ekonomi. Komplikasi fisik yang timbul
berupa kerusakan mata, kerusakan ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
stroke dan neuropati perifer (Meidikayanti and Wahyuni, 2017).
Neuropati perifer diabetic ditandai dengan gejala seperti berkurangnya
sensasi nyeri dan suhu, perasaan kesemutan,atau nyeri tajam seperti terbakar dan
3
tertusuk-tusuk (Suyanto,2017). Neuropati perifer merupakan penyebab terjadinya
ulkus diabetikum yang sulit dikontrol. Penurunan sensasi nyeri dapat
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya kerusakan kulit baik karena trauma
maupun adanya tekanan berlebih pada kaki yang kemudian berkembang menjadi
lesi dan infeksi (Fitriaetal, 2017). Penyembuhan ulkus diabetikum ditujukan
untuk mengurangi risiko infeksi dan amputasi, meningkatkan kualitas hidup dan
mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan. Perawatan yang dilakukan tergantung
pada keparahan ulkus serta ada atau tidaknya iskemia jaringan sekitar
(Rosyid2017). Hal yang utama pada penyembuhan ulkus diabetikum meliputi
control kadar gula darah secara berkala, debridemen, mengurangi tekanan pada
bagian tubuh yang mengalami luka, memberikana ntibiotik adekuat untuk
mengatasi infeksi, dan dressing (penutupan luka) untuk mempertahankan
kelembapan pada lesi (Karimi et al, 2019).
B. Tujuan
Dengan adanya laporan pendahuluan ini pembaca diharapkan dapat mengetahui
tentang ulkus diabetik.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis ulkus diabetik?
2. Bagaimana konsep keperawatan ulkus diabetic?
4
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer
(Wijaya and Putri, 2013).
Ulkus diabetikum adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang
melibatkan gangguan pada syaraf peripheral dan autonomik. Ulkus diabetikum
adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan syaraf, kelainan pembuluh darah
dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak di atasi dengan baik, hal itu akan
berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi (Wijaya and Putri,
2013).
Ulkus diabetikum didefinisikan sebagai lesi pada seluruh lapisan
kulit,nekrosis, atau gangrene yang dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh
terutama bagian distal kaki, sebagai akibat dari neuropati perifer pada penderita
DM (Rosyid, 2017).
B. Klasifikasi
Klasifikasi ulkus diabetic (Ulkus Wagner-Meggit) menurut Sari (2015), yaitu:
1. Derajat 0 : Belum ada luka terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki
2. Derajat I : Luka superficial
3. Derajat II : Luka sampai pada tendon atau lapisan subkutan yang lebih
dalam, namun tidak sampai pada tulang
4. Derajat III : Luka yang dalam, dengan selulitis atau formasi abses
5. Derajat IV : Gangren yang terlokalisir (gangren dari jari-jari atau
bagian depan kaki/fore foot)
6. Derajat V : Gangren yang meliputi daerah yang lebih luas (sampai pada
daerah lengkung kaki/mid/foot dan belakang kaki/hind foot)
5
Menilai derajat keseriusan luka dengan warna dasar luka menurut Wijaya and
Putri (2013), yaitu :
1. Red/Merah
Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskulariasi, karena mudah berdarah.
Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah mempertahankan
lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma dan
perdarahan.
2. Yellow/Kuning
Luka dengan warna dasar kuning atau kuning kehijauan adalah jaringan
nekrosis. Tujuan perawatannya adalah dengan meningkatkan sistem autolisis
debridement agar luka berwarna merah, absorb eksudate, menghilangkan bau
tidak sedap dan mengurangi kejadian infeksi.
3. Black/Hitam
Luka dengan warnadasar hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan jaringan
vaskularisasi. Tujuannya adalah sama dengan warna dasar kuning yaitu warna
dasar luka menjadi merah.
C. Etiologi
Proses terjadinya kaki diabetic diawali oleh angiopati, neuropati, dan
infeksi. Neuropati menyebabkan gangguan sensorik yang menghilangkan atau
menurunkan sensasi nyeri kaki, sehingga ulkus dapat terjadi tanpa terasa.
Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot tungkai sehingga mengubah titik
tumpu yang menyebabkan ulserasi kaki. Angiopati akan mengganggu aliran
darah ke kaki; penderita dapat merasa nyeri tungkai sesudah berjalan dalam jarak
tertentu. Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran darah
atau neuropati. Ulkus diabetic bisa menjadi gangrene kaki diabetik. Penyebab
gangrene pada penderita DM adalah bakteri anaerob, yang tersering Clostridium.
Bakteri ini akan menghasilkan gas, yang disebut gas gangrene (Kartika,2017).
D. Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes mellitus
adalah ulkus diabetik. Keadaan hiperglikemia akan meningkatkan metabolism
glukosa melalui jalur sorbitol. Sorbitol yang meningkat dapat mengakibatkan
keadaan neuropati pada pasien DM. Keadaan makroangiopati diabetik
6
mempunyai gambaran hispatologis berupa aterosklerosis. Pada keadaan
makroangiopati diabetic akan mengakibatkan penyumbatan vascular dan apabila
mengenai arteri- arteri perifer dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer
yang disertai klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstermitas. Keadaan
hiperglikemi akan mengakibatkan enzim aldosa reduktase yang kemudian
menyebabkan pembentukan sorbitol di dalam sel. Penimbunan sorbitol pada
jaringan saraf akan menyebabkan terjadinya neuropati, termasuk neuropati
perifer.
Gangguan saraf motorik menyebabkan paralisis otot kaki dapat
menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dan bentuk pada sendi kaki
(deformitas), perubahan cara berjalan, dan menimbulkan titik tekan baru dan
penebalan pada telapak kaki (kalus). Gangguan saraf sensorik menyebabkan mati
rasa setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma sehingga pasien
mengalami cedera tanpa disadari. Gangguan saraf otonom mengakibatkan
hilangnya sekresi kulit sehingga kulit menjadi kering dan mudah mengalami luka
yang sulit sembuh.
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan
yang akan berkembang menjadi ulkus diabetik (Dafianto,2016).
E. Faktor resiko
Faktor resiko terjadi ulkus diabetikum pada penderita penyakit DM menurut
Roza, Afriant, and Edward (2015) adalah
1. Lama Penyakit Diabetes Melitus (DM)
Lamanya durasi DM menyebabkan keadaan hiperglikemia yang lama.
Keadaan hiperglikemia yang terus menerus menginisiasi terjadinya
hiperglisolia yaitu keadaan sel yang kebanjiran glukosa. Hiperglosia kronik
akan mengubah homeostasis biokimiawi sel tersebut yang kemudian
berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi kronik
DM. Seratus pasien penyakit DM dengan ulkus diabetikum, ditemukan 58%
7
adalah pasien penyakit DM yang telah menderita penyakit DM lebih dari 10
tahun.
2. Neuropati
Neuropati menyebabkan gangguan saraf motorik, sensorik dan otonom.
Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki, perubahan
biomekanika kaki dan distribusi tekanan kaki terganggu sehingga
menyebabkan kejadian ulkus meningkat. Gangguan sensorik disadari saat
pasien mengeluhkan kaki kehilangan sensasi atau merasa kebas. Rasa kebas
menyebabkan trauma yang terjadi pada pasien penyakit DM sering kali tidak
diketahui. Gangguan otonom menyebabkan bagian kaki mengalami
penurunan ekskresi keringat sehingga kulit kaki menjadikering dan mudah
terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang mudah retak
meningkatkan risiko terjadinya ulkus diabetikum. Menurut Boulton AJ pasien
penyakit DM dengan neuropati meningkatkan risiko terjadinya ulkus
diabetikum tujuh kali dibanding dengan pasien penyakit DM tidak neuropati.
3. Peripheral Artery Disease
Penyakit arteri perifer adalah penyakit penyumbatan arteri di ektremitas
bawah yang disebakan oleh atherosklerosis. Gejala klinis yang sering ditemui
pada pasien PAD adalah klaudikasio intermitten yang disebabkan oleh
iskemia otot dan iskemia yang menimbulkan nyeri saat istirahat. Iskemia
berat akan mencapai klimaks sebagai ulserasi dan gangren.
4. Perawatan kaki
Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara rinci pada semua orang dengan
ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral Artery disease (PAD).
Perawatan kaki terdiri dari perawatan perawatan kaki setiap hari, perawatan
kaki reguler, mencegah injuri pada kaki, dan meningkatkan sirkulasi
F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala ulkus diabetik menurut Wijaya and Putri (2013), yaitu:
1. Sering kesemutan
2. Nyeri kaki
3. Sensasi rasa berkurang
4. Kerusakan jaringan (nekrosis)
5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, dan poplitea
8
6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ulkus diabetic menurut Habib (2014) yaitu
pemeriksaan rontgen pedis untuk menunjukan apakah adanya osteomyelitis dan
pemeriksaan kultur pus dari luka di kaki untuk menentukan kuman atau bakteri
yang dapat menginfeksi ekstremitas.
Pada pemeriksaan penunjang, pasien dilakukan pemeriksaan darah
lengkap dan kadar gula darah. Pada pasien ulkus diabetic biasanya ditemukan
adanya tanda inflamasi berupa edema, panas, merah pada kulit serta ulkus yang
berbau disertai adanya pus yang dicurigai mengalami infeksi (Sari et al, 2018).
H. Penatalaksanaan
Menurut Singh et al. dalam Dafianto (2016), perawatan standar untuk
ulkus diabetik idealnya diberikan oleh tim multi disiplin dengan memastikan
kontrol glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka local dan debridement
biasa, off- loading kaki, pengendalian infeksi dengan antibiotic dan pengelolaan
komorbiditas yang tepat. Pendidikan kesehatan pada pasien akan membantu
dalam mencegah ulkus dan kekambuhannya.
1. Debridement
Debridement luka dapat mempercepat penyembuhan dengan menghapus
jaringan nekrotik, partikulat, atau bahan asing, dan mengurangi beban bakteri.
Cara konvensional adalah menggunakan pisau bedah dan memotong semua
jaringan yang tidak diinginkan termasuk kalus dan eschar.
2. Dressing
Bahan dressing kasa saline-moistened (wet-to-dry); dressing mempertahankan
kelembaban (hidrogel, hidrokoloid, hydrofibers, transparent films dan alginat)
yang menyediakan debridement fisik dan autolytic masing- masing; dan
dressing antiseptic (dressing perak,cadexomer). Dressing canggih baru yang
sedang diteliti, misalnya gel Vulnamin yang terbuat dari asam amino dan
asam hyluronic yang digunakan bersama dengan kompresi elastic telah
menunjukan hasil yang positif.
3. Off-loading
9
Tujuan dari Off-loading adalah untuk mengurangi tekanan plantar dengan
mendistribusikan ke area yang lebih besar, untuk menghindari pergeseran dan
gesekan, dan untuk mengakomodasi deformitas.
4. Terapi medis
Kontrol glikemik yang ketat harus dijaga dengan penggunaan diet diabetes,
obat hipoglikemik oral dan insulin. Infeksi pada jaringan lunak dan tulang
adalah penyebab utama dari perawatan pada pasien dengan ulkus diabetic di
rumah sakit. Gabapentin dan pregabalin telah digunakan untuk mengurangi
gejala nyeri neuropati DM.
5. Terapi adjuvant
Strategi manajemen yang ditujukan matriksekstra selular yang rusak pada
ulkus diabetik termasuk mengganti kulit dari sel-sel kulit yang tumbuh dari
sumber autologus atau alogenik ke kolagen atau asam polylactic. Hiperbarik
oksigen telah merupakan terapi tambahan yang berguna untuk ulkus diabetik
dan berhubungan dengan penurunan tingkat amputasi. Keuntungan terapi
oksigen topikal dalam mengobati luka kronis juga telah tercatat.
6. Manajemen bedah
Manajemen bedah yang dapat dilakukan ada 3 yaitu wound closure
(penutupan luka), revascularization surgery, dan amputasi. Penutupan primer
memungkinkan untuk luka kecil, kehilangan jaringan dapat ditutupi dengan
bantuan cangkok kulit, lipatan atau pengganti kulit yang tersedia secara
komersial. Pasien dengan iskemia perifer yang memiliki gangguan fungsional
signifikan harus menjalani bedah revaskularisasi jika manajemen medis gagal.
Hal ini mengurangi risiko amputasi pada pasien ulkus diabetic iskemik.
Amputasi merupakan pilihan terakhir jika terapi-terapi sebelumnya gagal.
10
I. Pathway
Trauma
Sensitifitas menurun
Ulkus diabetik
Glikogen meningkat
Kerusakan vaskular
Ketidakstabilan Ulkus
Ganggren
Kadar Glukosa Darah
11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Wijaya and Putri (2013), pengkajian merupakan langkah utama
dari proses keperawatan, pengkajian pada pasien dengan ulkus diabetikum adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada pasien dengan ulkus diabetikum adalah sebagai
berikut:
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
RS.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan terjadinya luka, sudah berapa lama proses terjadinya luka pada
pasien, penyebab terjadinya luka serta upaya penderita apa saja yang telah
di lakukan oleh pasien sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya ada salah satu atau lebih keluarga yang
menderita penyakit yang sama. Karena penyakit DM adalah termasuk
penyakit turunan.
f. Riwayat Psikososial
Informasi mengenai perilaku pasien, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya.
12
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pada pasien dengan kasus ulkus diabetikum adalah sebagai
berikut:
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita dengan memeriksa kesadaran, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur.
c. Sistem Integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman pada luka,
kelembapan dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka.
d. Sistem pernapasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegali atau
pembesaran/pembengkakan pada jantung penderita.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi atau banyak makan, polidipsi atau banyak minum,
mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
obesitas.
g. Sistem urinaria
Poliuria, retensi urine/gangguan kandung kemih sehingga kesulitan untuk
mengosongkan urine, inkontensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstremitas penderita.
i. Sistem neurologis
13
Terjadinya penurunan sensori, parasthesia atau kesemutan atau rasa
tertusuk, anastesia atau tidak mampu merasa sakit atau yang lainnya,
letargi atau penurunan kesadaran, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi atau kondisi mental yang berubah dimana seseorang
yang mengalami tidak mengetahui waktu, tempat mereka berada saat itu,
bahkan tidak mengenali identitas dirinya sendiri.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang biasa muncul menurut PPNI (2017) sebagai berikut:
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang biasa muncul menurut PPNI (2018) sebagai berikut:
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
Perawatan Sirkulasi
Observasi
1) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
R/ Ulkus diabetik merupakan salah satu gangguan sirkulas
2) Periksa sirkulasi perifer
R/ sirkulasi perifer memberikan indikasi adanya sirkulasi sistemik, bila
nadi perifer tidak teraba menunjukan alirah darah keperifer tidak adekuat
Teraupeutik
3) Lakukan pencegahan infeksi
4) Lakukan perawatan kaki
Edukasi
5) Anjurkan berolahraga rutin (senam diabetik)
R/ senam diabetik dapat meningkatkan sirkulasi darah
6) Anjurkan program diet
R/ kepatuhan terhadap diet dapat memperbaiki sirkulasi
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
Manajemen Hiperglikemia
Observasi
1) Identifikasi penyebab hiperglikemia
R/ hiperglikemia terjadi ketika jumlah insulin ke glukosa tidak mencukupi
14
2) Monitor kadar gula darah
R/ untuk memantau kadar gula dalam darah apakah mengalami
peningkatan atau penurunan
3) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (poliura, polidipsi dan polifagia)
R/poliura, polidipsi dan polifagia dapat menyebabkan tingkat kelesuan
berlebih pada tubuh klien karena pengontrolan fungsi yang tidak sesuai
Teraupeutik
4) Berikan asupan cairan oral
R/ untuk mempertahankan asupan cairan dikarenakan poliuria
5) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
R/ agar dapat mengantisipasi dan menghambat keparahan yang
diakibatkan oleh hiperglikemia
Edukasi
6) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
R/ agar pasien bisa melakukan pengecekan kadar glukosa darah secara
mandiri
7) Anjurkan kepatuhan terhadap diet
R/ kepatuhan diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia
atau hiperglikemia
Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian insulin, cairan IV dan kalium jika perlu
R/ untuk menurunkan kadar glukosa sehingga tetap dalam rentang normal
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
Perawatan luka
Observasi
1) Monitor karakteristik luka
R/ pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya serta mengetahui
perkembangan luka
2) Monitor tanda-tanda infeks
R/ mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya dan sebagai
deteksi dini dari infeksi local dapat dicegah.
Teraupeutik
15
3) Lepaskan balutan dan plester secara bertahap
R/ mengurangi tegangan pada jahitan atau luka
4) Bersihkan jaringan nekrotik
R/ untuk menjaga agar kulit tetap bersih dankering dan untuk mengangkat
jaringan mati
5) Pasang balutan sesuai jenis luka
R/ meningkatan ketepatan penyerapan drainase
6) Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka
R/ dapat menjaga kontaminasi luka dan mencegah infeksi
Edukasi
7) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
R/ meningkatkan pengetahuan tentang perawatan luka
Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu.
R/ antibiotik dapat menghambat proses infeksi
16
BAB IV
MIND MAPPING
16
DAFTAR
PUSTAKA
Dafianto, Riski. 2016. “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Resiko Ulkus
Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.”Universitas Jember.
Fitria, Eka, Abidah Nur,Nelly Marissa,andNurRamadhan.2017.“Karakteristik
Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Mellitus Di RSUD Dr.Zainal
Abidin Dan RSUD Meuraxa Banda Aceh.”Buletin Penelitian Kesehatan
45(3):153–60. doi:https://doi.org/10.22435/bpk.v45i3.6818.153-160ro.
Habib, Hadiki.2014.“Audit Kualitatif Pemberian Antibiotik Untuk Pasien Gangren
Diabetik Disertai Insufi Siensi Adrenal Sekunder : Laporan Kasus.”Cermin
Dunia Kedokteran41(1):43–47.
Karimi, Zohreh, Mohammad Behnammoghadam, Hossein Rafiei, Naeem Abdi,
Mohammad Zoladl, Mohammad Sharif Talebianpoor, Arash Arya, and
Maryam Khastavaneh. 2019. “Impactof Olive Oil and Honey On Healing of
Diabetic Foot: A Randomized Controlled Trial.”Clinical, Cosmetic and
Investigational Dermatology12:347–54. doi:10.2147/CCID.S198577.
Kartika, Ronald W.2017.“Pengelolaan Gangren Kaki Diabetik.”Cermin Dunia
Kedokteran 44(1):18–22.
Kementerian Kesehatan RI. 2020.Hari Diabetes Sedunia. Jakarta Selatan.
Meidikayanti,Wulan, and Chatarina Umbul Wahyuni.2017.“Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 DiPuskesmas
Pademawu.” Jurnal Berkala Epidemiologi 5(2):240–52. doi:
10.20473/jbe.v5i2.2017.240-252.
PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Defenisi Dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan : Defenisi Dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
18