LP Dan SP Isolasi Sosial (Nikita Nur Baitilah 2208009)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL DI RSJD Dr. AMINO


GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH:
NIKITA NUR BAITILAH (2208009)

Dosen Pembimbing: Ns. Mariyati, M.Kep,Sp.Kep.J

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
A. PENGERTIAN
Isolasi social merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu
fungsi seseorang dalam berhubungan social (DepKes, 2000 dalam Direja 2011).

Isolasi social adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,


hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain (SDKI).

B. RENTANG RESPON
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari
interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara
respon adaptif dengan maladaptive sebagai berikut :

a. Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata
lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah.
Berikut adalah sikap yang termasuk respon adaptif :
1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan social.
3. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang saling
membutuhkan satu sama lain.
4. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling ketergantungan
antara individu dengan orang lain.

b. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari
norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang
termasuk respon maladaptive.
1. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
2. Impulsive merupakan respon social yang ditandai dengan individu sebagai
subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu
melakukan penilaian secara onjektif.
3. Narsisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah
marah.

C. TANDA DAN GEJALA


a. Kognitif
Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting, merasa tidak aman di dekat orang
lain, tidak mampu berkonsentrasi dan kehilangan rasa tertarik pada kegiatan social.
b. Fisik
Bukti kecacatan ( fisik, mental ),
c. Afektif
merasa tidak nyaman dengan orang lain, afek tumpul dan takut berada dekat orang
lain
d. Perilaku
tidak ada kontak mata, berdiam diri di kamar, banyak melamun, aspek sosial yaitu
menarik diri, sulit berinteraksi dengan orang lain dan curiga terhadap orang lain.
e. Social
menarik diri, sulit berinteraksi dengan orang lain dan curiga terhadap orang lain.
(Herdman & Kamitsuru, 2015)

D. PENYEBAB
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan
ini
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam
diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).

Faktor pendukung terjadinya gangguan jiwa dalam hubungan sosial diantaranya:


a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang pendukung terjadinya perilaku isolasi
social diantaranya :
1. Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga professional untuk mengembangkan gambaran yang
lebih cepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
2. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak
seperti: atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor Struktural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan hal ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan dengan
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti pada lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi sosial dapat
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini
(Dermawan, 2013).
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terdiri terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan
alasan perasaan adalah :
1. Kehilangan ketertarikan nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan cinta
seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain
merupakan hal yang sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masala-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama
pada wanita.
E. SUMBER KOPING
a. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagai menjadi
4, yaitu sebagai berikut :
1. Personal Ability
Kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah, kemampuan
mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternatife, kemampuan mengungkapkan
/ konfrontasi perasaan marah., tidak semangat untuk menyelesaikan masalah,
kemampuan mempertahankan hubungan interpersonal, mempunyai pegetahuan
dalam pemecahan masalah secara asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi
stressor, identitas ego tidak adekuat.
2. Social Support
Dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan atau perkumpulan di
masyarakat dan pertentangan nilai budaya.
3. Material Assest
Penghasilan yang layak, tidak ada benda atau barang yang biasa dijadikan asset,
tidak mempunyai tabungan untuk mengantisipasi hidup, tidak mampu
menjangkau pelayanan kesehatan.
4. Positive Belief
Distress spiritua, adanya motivasi, penilaian terhadap pelayanan kesehatan
b. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah mekanisme pertahanan ego
menurut Yosep (2011), seperti :

Adaptif :

1. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti
pada mulanya yang membangkitkan emosi.
2. Reaksi Formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa
yang benar-benar di lakukan orang lain.
Maladaptif :
1. Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik
F. FOKUS PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status mental, suku bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosis medis.Identitas penanggung jawab : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
B. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain,
tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
C. Faktor Predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orangtua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami,
putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
Klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
D. Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua sistem yang ada hubungannya dengan klien
depresi berat didapatkan pada sistem integumen klien tampak kotor, kulit lengket di
karenakan kurang perhatian terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan
kondisi klien
E. Psikosisial
1) Konsep Diri
1. Gambaran diri
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
2. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
3. Harga diri
4. Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri.
5. Penampilan Peran
6. Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
7. Identitas Personal
8. Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.
2) Hubungan Sosial
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
3) Spiritual
Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakian klien terhadapap
gangguan jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa. Kegiatan ibadah : kegiatan di
rumah secara individu atau kelompok.
4) Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
a. Penampilan
Biasanya pada Klien menarik diriklien tidak terlalu memperhatikan
penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara berpakaian tidak seperti
biasanya (tidak tepat).
b. Pembicaraan
Cara berpakaian biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume dan
karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan Klien berbicara dan
volume di ukur dengan berapa keras klien berbicara. Observasi frekuensi
cepat atau lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit, membisu, dan
di tekan, karakteristik gagap atau kata-kata bersambungan.
c. Aktivitas motoric
Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik klien. Tingkat aktifitas :
letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau tremor.
Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya dengan ansietas,
mania atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan motorik yang berulang atau
kompulsif bisa merupakan kelainan obsesif kompulsif
d. Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri klien tentang status emosional dan
cerminan situasi kehidupan klien. Alam perasaan dapat di evaluasi dengan
menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah seperti
“bagaimana perasaan anda hari ini” apakah klien menjawab bahwa ia
merasa sedih, takut, putus asa, sangat gembira atau ansietas.
e. Interaksi saat wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana klien berhubungan dengan perawat.
Apakah klien bersikap bermusuhan,tidak kooperatif, mudah tersinggung,
berhati-hati, apatis, defensive,curiga atau sedatif.
f. Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada klien yang dapat di observasi oleh
perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkan dalam istilah
sebagai berikut : batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil
sering terlihat pada mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak
pada skizofrenia.
g. Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perseptual : halusinasi dan ilusi. Halusinasi
di definisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah. Ilusi
adalah persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
Halusinasi perintah adalah yang menyuruh klien melakukan sesuatu seperti
membunuh dirinya sendiri, dan melukai diri sendiri.
h. Proses Pikir
Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri klien proses diri klien
diobservasi melalui kemampuan berbicaranya. Pengkajian dilakukan lebih
pada pola atas bentuk verbalisasi dari pada isinya.
i. Isi Pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang diekspresikan dalam komunikasi
klien. Merujuk pada apa yang dipikirkan klien walaupun klien mungkin
berbicara mengenai berbagai subjek selama wawancara, beberapa area isi
harus dicatat dalam pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat kompleks
dan sering disembunyikan oleh klien.
j. Tingkat kesadaran
Pemeriksaan status mental secara rutin mengkaji orientasi klien terhadap
situasi terakhir. Berbagai istilah dapat digunakan untuk menguraikan
tingkat kesadaran klien seperti bingung, tersedasi atau stupor.
k. Memori
Pemeriksaan status mental dapat memberikan saringan yang cepat tehadap
masalah-masalah memori yang potensial tetapi bukan merupakan jawaban
definitif apakah terdapat kerusakan yang spesifik. Pengkajian neurologis
diperlukan untuk menguraikan sifat dan keparahan kerusakan memori.
Memori didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengingat pengalaman
lalu.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama
jalannya wawancara.Kalkulasi adalah kemampuan klien untuk
mengerjakan hitungan sederhana.
m. Kemampuan penilaian
Penilaian melibatkan perbuatan keputusan yang konstruktif dan adaptif
termasuk kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari
hubungan.
n. Daya titik diri
Penting bagi perawat untuk menetapkan apakahklien menerima atau
mengingkari penyakitnya.

5) Keperluan Persiapan Pulang


Pengkajian diarahkan pada klien dan keluarga klien tentang persiapan
keluarga, lingkungan dalam menerima kepulangan klien. Untuk menjaga klien
tidak kambuh kembali diperlukan adanya penjelasan atau pemberian
pengetahuan terhadap keluarga yang mendukung pengobatan secara rutin dan
teratur.
6) Mekanisme Koping
Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien atau keluarga,
bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah koping
adaptif dan maladaptif.
7) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien dengan isolasi sosial memiliki masalah dengan psikososial
dan lingkungannya. Seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan
keluarga atau masyarakat karena merasa takut, tidak berguna, dll.
8) Aspek Medis Diagnosa
Terapi yang diterima pasien bisa berupa terapi farmakologi, ECT, psikomotor,
terapi ekopasional, TAK, dan rehabilitasi.

Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1. Gejala dan tanda Ketidaksesuaian Isolasi
mayor Data Subjektif : perilaku sosial Sosial
1. Merasa ingin sendirian dengan norma
2. Merasa tidak aman ditempat
umum Data objektif
1. Menarik diri
2. Tidak berminat/ menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
Gejala dan tanda
minor Data subjektif
1. Merasa berbeda dengan orang lain
2. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
3. Merasa tidak mempunyai tujuan yang
jelas Data objektif
1. Afek datar
2. Afek sedih
3. Riwayat ditolak
4. Menunjukkan permusuhan
5. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan terlambat
10. Tidak bergairah/lesu
2. Tanda dan gejala Ketidakefektifan Harga Diri
mayor Data Subjektif : mengatasi Rendah
1. Menilai diri negatif (mis: tidak berguna,tidak tertolong) masalah Kronis
2. Merasa malu/bersalah
3. Merasa tidak mampu melakukan apapun
4. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
5. Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
7. Menolak penilaian positif tentang diri
sendiri Objektif :
1. Enggan mencoba hal baru
2. Berjalan menunduk
3. Postur tubuh bungkuk
Gejala dan tanda
minor Subjektif :
1. Merasa sulit berkonsentrasi
2. Sulit tidur
3. Mengungkapkan keputusasaan
Objektif :
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Berbicara pelan dan lirih
4. Pasif
5. Perilaku tidak asertif
6. Mencari penguatan secara berlebihan
7. Bergantung pada pendapat orang lain
8. Sulit membuka keputusan
3. Gejala dan tanda Halusinasi Gangguan
mayor Subjektif: Persepsi
1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan Sensori
2. Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, perabaan,
atau pengecapan
Objektif :
1. Distrosi sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, atau mencium
sesuatu

Gejala dan tanda


minor Subjektif :
1. Menyatakan kesal
Objektif :
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
5. Curiga
6. Melihat ke satu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri

G. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0121) Isolasi Sosial b.d ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
2. (D.0086) Harga Diri Rendah Kronis b.d ketidakefektifan mengatasi masalah
3. (D.0085) Gangguan Persepsi Sensori b.d halusinasi

Pohon Masalah

Gangguan presepsi sensori : Halusinasi (Effect)

Isolasi sosial : ketidak sesuaian perilaku sosial dengan norma ( Core)

Harga diri rendah :ketidakefektifan mengatasi masalah (Cause)

H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria Intervensi
keperawatan SLKI SIKI

Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Promosi sosialisasi(I.13498)


(D.0121) 3x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi O:
dengan tujuan dan kriteria hasil : 1) Identifikasi kemampuan dengan
Keterlibatan sosial (L.13115) melakukan interaksi dengan orang
1) Minat interaksi meningkat lain.
2) Verbalisasi isolas menurun 2) Identifikasi hambatan melakukan
3) Verbalisasi ketidak amanan di itnteraksi dengan orang lain.
tempat umum menurun T:
4) Perilaku menarik diri menurun 1) Motivasi meningkatkan keterlibatan
dalam suatu hubungan.
2) Motivasi kesabaran dalam dalam
mengembangkan suatu
hubungan.
3) Motivasi dalam berpartisipasi dalam
aktivitas baru memotivassi
berinteraksi di luar lingkungan
4) Didskusikan kekuatan dan
keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain
5) Diskusikan perencanaaan di
masa depan.
6) Berikan umpan bailik
positive dalam perawatan diri
7) Berikan umpan balik positif
dalam setiap peningkatan
kemampuan.

E:
1) Anjurkan berinteraksi dengan orang
lain secara bertahap
Harga dri rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen perilaku (I.12463)
kronis (D..0086) diharapkan masalah dapat teratasi dengan tujuan 1) Identifikasi harapan untuk
dan kriteria hasil: mengandalikan perilaku
Harga diri (L.09069) P:
1) Penilaian diri positif meingkat
1) Diskusiakan tanggung jawab
2) Perasaan memiliki kelebihan
terhadap perilaku
atau kemapuan positif meningkat
3) Penerimaan penilaian positif terhadap diri 2) Jadwalkan kegiatan terstruktur
sendiri meningkat 3) Tindakan aktivitas fisik sesuai
4) Minat mencoba hal baru meningkat kemampuan
5) Postur tubuh menampakan 4) Lakukan kegiatan
wajah meningkat pengalihan terhadap agistasi
6) Berjalan menampakan wajah meningkat 5) Cegah perilaku pasif dan agresif
7) Perasaan malu menurun 6) Beri pengetahuan positif terhadap
8) Perasaan bersalah menurun keberhasilan pengendalian
9) Perasaan tidak mampu melakukan perilaku
apapun menurun 7) Hindari bersikap menyudutkan dan
10) Meremahkan kemampuan mengatasi menghentikan pembicaraan
masalah menurun E:

1) Informasikan keluarga bahwa


keluarga sebagai dasar pembentukan
kognitif
Promosi harga diri (I.09308)
O:
1) Identifikasi agama,budaya,ras,jenis
klamin,dan usia terhadap harga diri
2) Monitor verbalisasi yang
merendahkan diri sendiri
3) Monitor tingkat harga diri
setiap waktu, sesuai kebutuhan
T:
1) Motivasi terlibat dalam
verbalisasi positif untuk diri
sendiri
2) Motivasi menerima tantangan atau
hal baru
3) Diskusikan pernyataan
tentang harga diri
4) Diskusikan keercayaan
terhadap penilaian diri
5) Diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri yang lebih
tinggi
6) Diskusikan presepsi negatif diri
7) Diskusikan alasan mengkritik
diri atau rasa bersalah
8) Diskusikan penetapan tujuan
realistis untuk mencapai harga
driri yang lebih tinggi
9) Diskusikan bersama kluarga untuk
menetapka harapan dan batasan
yang jelas
10) Beruka umpan balik positif
atas peningkatan mencapai
tujuan
11) Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas yang meningkatkan
harga diri

E:

1) Jelaskan kepada keluarha


pentingnya dukungan dalam
perjembangan konsep positif dari
pasien
2) Anjurkan mempertahankan kontak
mata saat berkomunikasi dengan
orang lain
3) Anjurkan membuka diri
terhadap kritik negatif
4) Lanjurkan mengevaluasi perilaku
5) Ajarkan cara menfatasi bullying
6) Latih untuk meningkatkan
tanggung jawab untuk diri sendiri
7) Latih pernyataan /kemampuan
positif diri
8) Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
9) Latih meningkatkan kepercayaan
dan kemampuan dalam mengatasi
situasi

Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Halusinasi (l.09288)


presepsi sensori diharapkan masalah dapat teratasi dengan tujuan O:
(D.0085) dan kriteria hasil: 1) Monitor perilaku yang mengindikasi
Presepsi sensori (L.09083) halusinasi
1) Verbalisasi mendengar bisikan menurun 2) Monitor dan sesuaikan tingkat
2) Verbalisasi melihat bayangan menurun aktivitas dan stimulasi lingkungan
3) Verbalisasi merasakan sesuatu T:
melalui indra perabaan menurun
1) Pertahankan lingkungan yang aman
4) Verbalisasi merasakan sesuatu
2) Diskusikan perasaan dan respon
melalui indra penciuman menurun
halusinansi
5) Verbalisasi merasakan sesuatu
E:
melalui indra pengecapan menurun
1) Anjurkan berbicara pada orang
6) Distorsi sensori membaik
7) Respon sesuai stimulus membaik

I. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

N0 DP IMPLEMENTASI EVALUASI

1 1 Mengidentifikasi S :Klien mengatakan akan mau bersosialisasi diri


kemampuan dengan
O :Klien sudah mau bersosialisasi dengan
melakukan interaksi
masyrakat sekitar
dengan orang lain
A: masalah sudah teratasi
P : hentikan intervensi

Mengidentfikasi hambatan S :Klien mengatakan sudah mau keluar


melakukan interaksi
rumah O : Klien mau berbicara dengan
dengan orang lain
orang lain A: sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Memotivasi meningkatkan S: Klien mengatakan ingin terbuka dengan orang-


keterlibatan suatu orang sekitarnya
hubungan
O :Klien mau melakukan kewajibannya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Memotivasi kesabaran S :Klien mengatakan sudah ikhlas dengan keadaanya


dalam mengembangkan
O : Klien tampak lebih tenang dan klien
suatu hubungan
rajin beribadah

A:masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Memotivasi dalam S : Klien mengatakan ikut berperan dalam


berpartisipasi dalam kegiatan sosial
beraktivitas diluar
O : Klien ikut serta kegiatan dilingkungan
lingkungan
masyarakat A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mengdiskusikan kekuatan S :Klien mengatakan sudah bisa memulai


dan keterbatasan dalam pembicaraan maupun menjawab pertanyaan
berkomunikasi dengan O : Klien mau memulai pembicaraan dengan
orang lain orang lain

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mengdiskusikan S: Klien mengatakan sudah memikirkan rencana


perencanaan dimasa depan kehidupanya nanti

O : Klien mulai beraktifitas dan mulai memperbaiki


kehidupnya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Berikan umpan S: Klien mengatakan dengan berisolasi sosial dengan


balik positive masyarakat dia lebih tenang
Dalam setiap peningkatan
O : Klien akrab dengan tetangga sebelah dan
kemampuan
saling membantu satu sama lain degan warga
sekitar

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Menganjurkan berintaraksi S : Klien mengatakan berbicara dengan masyarakat
dengan lain secara bertahap sekitar

O : Klien terlihat sedang mengobrol


dengan tetangganya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
2 2 Mengidentifikasi harapan S : Klien mengatakan ingin berusaha memperbaiki
untuk mengenalikan diri
perilaku
O :Pasien tampak mulai percaya diri dengan
berlatih memperbaiki dirinya

A : masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mengdiskusikan tanggug S :klien mengatakan mau menjadikan dirinya lebih


jawab terhadap perilaku baik dari sebelumnya

O : Klien memperbaiki penampilanya dan berusaha


merawat dirinya sendiri

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mengjadwalkan kegiatan S : Klien mengatakan ia sedang


terstruktur
menyiapkan rencana masa depan

O : Klien sedng mencari kerja untuk


biaya keidupanya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mengadakan aktivitas fisik S : Klien mengatakan dapat melakukan


sesuai kemampuan aktifitas sehari- hari

O : Klien rajin beribadah dan

aktifitas A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mencegah perilaku pasif S : Klien mengatakan bisa mngatur emosinya


dan agresif O :Klien tampak lebih tenang dan tidak

murung A: masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi

Memberi pengetahuan S : Klien mengatakan sekarang lebih bisa berfikir


positif terhadap agistasi postif dengan menjadikan masalalu sebagai
pelajaran

O : Klien tampak sudah tenang dan lebih


mengahargai dirinya

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
Menghidari bersikap S:Klien mengatakan tidak mau mengungkit
menyudutkan dan masa lalunya
menghentikan pembicaraan
O : Klien tampak lebih bahagia

A; masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi

Menginformasikan keluarga S : Klien mengatakan lebih dekat dngan kakaknya


bahwa keluarga sebagai
O :Klien tampak akur dengan kakaknya
dasar pembentukan kognitif
A: masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi

3 3 Memonitor perilaku yang S : Klien mengatakan akan lebih terbuka terhadap


mengindikasi halusinasi orang lain

O : Klien tampak mulai berintraksi dengan orang lain

A: masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi
Memonitor dan sesuaikan S : Klien mengatakan sudah bisa berkomunikasi
tingkat aktivitas dan dengan orang lain O : Klien sudah bisa membedakan
stimulasi lingkungan suara orang dan sudah mengobrol dengan orang
sekitar

A: masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mempertahankan S : Klien mengatakan lebih suka ditemani


lingkungan yang aman
O : Klien bisa bergaul dengan orang
sekitarnya dengan lingkungan yg tenang

A; masalah sudah teratasi

P: hentikan intervensi

Mendiskusikan perasaan S : Klien mengatakan dapat mengatasi masalah


dan respon halusinasi halusinasinya

O : Klien berbicara tentang perasaanya dengan


orang lain

A: masakah sudah teratasi

P: hentikan intervensi
STRATEGI PELAKSANAAN 1

1. Pertemuan : 1
Kondisi Klien :
Klien sudah 2 minggu sering menyendiri, bingung sulit tidur tidak mau makan jarang
sekali bergaul dengan lingkungan karena klien merasa malu.
2. Diagnosa Keperawatan :
(D.0121) Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Tujuan Umum :
Membantu pasien untuk interaksi sosial dengan orang lain
Tujuan Khusus :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien mengenali penyebab isolasi sosial
c) Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
d) Mengajarkan pasien berkenalan

4. Komunikasi Terapeutik
A. Orientasi
1. Salam terapeutik
" Assalamualaikum wr wb, selamat pagi pak, perkenalkan pak saya Nikita "

" Kalau boleh tau bapak namanya siapa ya? "

" Bapak lebih senang dipanggil apa? "

" Bapak saya mahasiswa profesi ners dari Universitas Widya Husada Semarang,
disini saya akan menjalankan praktek ini dari pukul 08.00-14.00 wib "

Evaluasi tanda gejala

" Saya sering melihat bapak menyendiri, kalau boleh tau kenapa bapak tidak
berkomunikasi dengan orang lain? "
Validasi kemampuan

" Lalu apa yang bisa bapak lakukan ketika bapak bertemu orang lain? "

" Apakah bapak diam saja? atau bapak langsung menyapa ora tersebut untuk diajak
berkomunikasi "

Kontrak waktu, tempat dan tujuan

" Baik pak, bagaimana kalau kita lanjutkan perbincangan kita di taman pak supaya
lebih santai suasananya, dan untuk waktunya 15 menit saja ya pak, bagaimana pak? "

" Jadi tujuan perbincangan kita hari ini supaya kita saling mengenal dan bapak bisa
menceritakan masalah bapak ke saya, kemudian kita akan belajar bersama bagaimana
cara berkomunikasi dengan orang lain, apakah bapak bersedia? "

B. Fase Kerja
" Tadi kan bapak bilang kalau bapak merasa kesepian, apa yang membuat bapak merasa
kesepian "
" Kalau boleh tau kenapa bapak lebih sering menyendiri? "
" Apakah bapak tau akibat tidak mau berinteraksi dengan orang lain pak? "
" Baik pak jika bapak belum mengetahui akibat dari tidak mau berinteraksi dengan orang
lain saya akan menjelaskannya ya pak, jadi kita tidak akan mempunyai teman jika kita
tidak mau berinteraksi dengan orang lain, kemudian kita akan merasa kesepian seperti
yang bapak rasakan saat ini. Untuk itu perlu dilakukan interaksi dengan orang lain ya pak
"
" Untuk mengawali berinteraksi dengan orang lain tentunya kita harus berkenalan
terlebih dahulu apakah bapak tau bagaimana cara berkenalan dengan orang lain pak? "
" Baik pak karena bapak belum mengetahui cara berkenalan saya akan mengajarkannya,
bapak bisa lihat saya terlebih dahulu . "
" Pertama - tama kita menyapa lawan bicara kita (sambil berjabat tangan), "perkenalkan
nama saya nikita, kalau boleh tau nama bapak siapa? Saya hobi bermain badminton kalau
bapak hobinya apa? ", Dan jika bapak ingin mengatahui hal lainnya bapak bisa
menanyakannya lagi, jadi seperti itu contoh perkenalannya ya pak apakah bapak
mengrti ? "

C. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
" Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang - bincang dengan saya, dan belajar
berkenalan dengan orang lain? "
b. Evaluasi objektif
" Sekarang coba bapak ulangi lagi cara berkenalan dengan orang lain "
" Alhamdulillah, bapak sudah bisa melakukan perkenalan dengan baik ya pak "
c. Rencana tindak lanjut
" Baiklah pak, saya berharap semoga bapak sudah tidak merasa kesepian lagi dan
bapak bisa berinteraksi dengan orang lain supaya bapak mempunyai teman untuk
diajak ngobrol dengan mempraktekan cara berkenalan yang sudah saya ajarkan tadi
ya pak. "
d. Kontrak selanjutnya (waktu, tempat, dan topik)
" Sepertinya sudah cukup untuk bincang - bincang kita pada hari ini ya pak, kita
bertemu lagi besok sekitar pukul 13.00-13.15 wib, untuk tempatnya ditaman ini lagi
ya pak supaya suasannya santai, besok kita akan mengevaluasi hasil yang sudah kita
bicarakan hari in ya pak dan kita akan belajar melakukan kegiatan dalam kelompok "
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Damayanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Adiatama.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai