Penuntun Praktikum: Teknologi Sediaan Liquid Dan Semi Solid
Penuntun Praktikum: Teknologi Sediaan Liquid Dan Semi Solid
Penuntun Praktikum: Teknologi Sediaan Liquid Dan Semi Solid
Oleh :
III. PENILAIAN
1. Rentang penilaian
Nilai Huruf Mutu
≥ 80 A
75-79,9 B+
70-74,9 B
65-69,9 C+
60-64,9 C
40-59,9 D
≤ 39,9 E
V. FORMAT
1. Laporan sementara (jurnal)
I. Formula awal:
Paracetamol 120 mg/5ml 60 ml sediaan
II. Preformulasi zat aktif dan zat tambahan
Paracetamol :
a. Nama senyawa :
b. Struktur molekul :
c. Pemerian : warna, rasa, bau, penampilan,
d. Kelarutan:
e. Khasiat :
f. Catatan tambahan yang dianggap perlu (OTT,
polimorfisme dll)
g. Pustaka
III. Formulasi
Nama Bahan Jumlah Fungsi
paracetamol 1,44 g Antinyeri dan antidemam
Na-cmc ……. Suspending agent
C. PERHITUNGAN DOSIS
D. PERHITUNGAN BAHAN
E. PROSEDUR PEMBUATAN
F. EVALUASI SEDIAAN : (Friska Fitrini)
a. Organoleptis
- Warna : pink
- Bau : strawberi
- Rasa : manis
b. pH :8
c. Volume terpindahkan : 50 mL (kurang 10 mL)
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA (MINIMAL 5 PUSTAKA)
VI. BUKU ACUAN
1. Farmakope : FI, USP, BP dan buku standar lainnya
2. Martindale
3. The Pharmaceutical Codex
4. Farmasi Fisika
5. Referensi lain yang terbaru
Reg B
Waktu : 08.00 – 12.00
No Kelompok Dosen Pembimbing Nama Mahasiswa
1 ABDI NUZUL
2 DARMA KUSUMA
3 DEVY MAISAROH
4 DIAN TRI WAHYUNI
5 HADIJAH
6 JUMAIDIANSYAH
7 C.1 apt. Fitri Handayani, M.Si KARTINI
8 M. DEDY RIZALDI AKBAR
9 MASRANSYAH NOOR
10 MEYSKE THERESIA ERICA NOVITA
11 MIFTAHUL SEPTIANINGRUM
12 MUHAMMAD ZULFIANSYAH
13 NILAM SYLVIA RAMADHIANI
14 PRIYANTI
15 QUSNUL CHOTIMAH
16 SARIF PURDANI
17 SILVERIA SUSI
18 SISI NANDA RESTU
19 apt. Ghina Adhila, VIRGINIA FRANCINE SUYANTO
C.2
20 M.Farm WAMILA
21 WINDA DWI RHAMADANI
22 CICI FEBRIANI
23 HAIRULLAH
24 REZA NUR RAHMAWATI
25 YUNI DWIKI DARMAWANTI
FORMULA I (…………………)
Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
Tgl. Praktikum :
Dosen Pengampu :
1. Timbangan
Neraca gram (g) : untuk menimbang bahan obat yang beratnya 1
gram atau lebih
Neraca milligram (mg) : untuk menimbang bahan obat yang
beratnta 50 mg-1g
2. Gelas Ukur
Untuk mengukur volume cairan, satuannya cc (centimeter cubik) atau mL
(mili liter)
3. Mortir dan stamper
Terbuat dari porcelen digunakan untuk menggilas, menghaluskan,
mencampur dan mengaduk bahan obat.
4. Cawan Porcelen
Untuk menimbang cairan, melebur basis salep
5. Erlenmeyer
Terbuat dari kaca untuk melarutkan zat dan mereaksikan zat
6. Gelas Piala (Beaker gelas)
Terbuat dari kaca untuk menimbang cairan, melarutkan zat dan
mereaksikan zat
7. Ayakan
Untuk mengayak serbuk menurut derajad halus
8. Sendok
Sendok logam : Untuk alat bantu mengambil bahan/ zat padat yang
tidak bersifat oksidator
Sendok porcelen : Untuk alat bantu mengambil bahan/ zat padat
yang tidak bersifat oksidator
9. Spatel : untuk alat bantu mengambil bahan lunak (lemak, basis salep/krim)
10. Batang Pengaduk
Terbuat dari kaca, untuk mengaduk campuran bahan
11. Krus
Terbuat dari porcelen disertai tutup untuk menimbang bahan yang bersifat
oksidator
12. Tangas air
Berbentuk persegi panjang dengan lubang-lubang di atasnya untuk
merebus, melakukan atau mereaksikan
13. Macam-macam kertas yang dipakai
Kertas perkamen : untuk membungkus serbuk
Kertas timbang : untuk alas pada sat menimbang
14. Corong
C. Selesai penimbangan
1. Timbangan dalam keadaan off (tanpa beban), bersih dan almari
tertutup (timbangan mg)
2. Pastikan anak timbangan dan pinset lengkap dengan kotaknya masing-
masing
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat yang
terlarut (Anonim, 1995). Menurut buku formularium nasional, larutan adalah
sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih di
dalam pelarut, dimaksudkan kedalam organ tubuh. Berdasarkan Farmakope
IV, larutan merpakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut
kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Kesimpulannya
larutan dalah sediaan yang mengandung satu atau lebih obat dalam pelarut
(dengan zat pelarut yang sesuai) dan digunakan sebagai obat dalam ataupun
obat luar.
Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan
asam tartrat, karena pemakaian asam tunggal saja akan menimbulkan kesulitan
pada pembentukan granul. Menurut Ansel dkk. (1999), jika asam sitrat digunakan
sebagai satu-satunya sumber asam maka akan dihasilkan massa campuran yang
lengket dan sulit dibuat granul. Sedangkan jika hanya digunakan asam tartrat akan
dihasilkan granul dengan kompaktibilitas yang rendah , mudah hancur dan rapuh.
Perbandingan asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang biasa
digunakan adalah 1 : 2 : 3,4. Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (a)
serta asam tartrat dan natrium bikarbonat (b) dapat dilihat sebagai berikut :
a) H3C6H5O7 . H2O +3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
b) H2C4H4O6 + 2NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O 2CO2
Metode pembuatan sediaan effervescent :
A. Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam :
Zat netral dalam jumlah kecil, zat-zat mudah menguap, ekstrak dalam jumlah
kecil dan sirup
B. Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa:
Garam dari asam yang sukar larut misal Natrii benzoas, natrii salisilas
2.4 Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak terlarut
yang terdispersi dalam fase cair. Jenis sediaan ini biasanya dipilih untuk zat
berkhasiat yang ingin dibuat dalam bentuk sediaan cair, tetapi dalam jumlah
dosis pemakaiannya memiliki kelarutan di dalam air yang sangat kecil.
A. Bahan pensuspensi
Bahan pensuspensi dibedakan menjadi 4 kelompok yang digunakan
berdasarkan tipe disperse, konsentrasi yang dibutuhkan dan sifat fisika
kimia bahan pendispersi. Fungsi dari bahan pensuspensi adalah untuk
mencegah pengendapan partikel terdispersi berdasarkan sifat rheologi dari
sediaan suspense dan meningkatkan viskositas larutan. Bahan pensuspensi
terbagi menjadi beberapa golongan yaitu:
Derivat selulosa larut air : Na CMC, metal selulose (MC) dll
Polisakarida : Acasia gum, Na Alginat, Tragakant, starch dll
Tanah liat (clay) : Bentonit, veegum, AL-Mg Silikat dll
Sintetik : Carbomer ( carboxyl vinyl polymer), colloidal silicon
dioxide
Bahan pensuspensi yang ideal adalah:
Dapat merubah sifat fisik larutan pembawa
Viskositas sediaan tinggi pada saat disimpan
Viskositas tidak cepat berubah oleh pengaruh suhu dan pada
penyimpanan
Tahan terhadap pengaruh lektrolit dan tidak terurai pada rentang
pH yang besar
Dapat bercampur dengan bahan berkhasiat dan bahan pembantu
lainnya
Nontoksik
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
3. Suspending agent : Akasia (PGA), tragakant, Mucilago amily dll
Emulsi terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal
dua jenis/tipe emulsi, yaitu :
1. Emulsi minyak dalam air (M/A) / oil in water (O/W), yaitu bila fase minyak
terdispersi di dalam fase air.
2. Emulsi air dalam minyak (A/M )/ water in oil (W/O), yaitu bila fase air
terdispersi di dalam fase minyak.
Selain tipe M/A dan A/M terdapat juga jenis :
3. Emulsi minyak dalam air dalam minyak (M/A/M), dikenal sebagai emulsi
ganda, dapat dibuat dengan mencampurkan suatu pengemulsi M/A dengan
suatu fase air dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase
minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak dalam air.
4. Emulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A), dikenal sebagai emulsi ganda,
dapat dibuat dengan mencampurkan suatu pengemulsi A/M dengan suatu fase
minyak dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase air untuk
Gambar 1. Tipe emulsi A/M (a), M/A (b), A/M/A (c) dan M/A/M (d)
Ketidakstabilan Emulsi :
Kemungkinan besar pertimbangan yang terpenting bagi emulsi di bidang
farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari hasil jadi sediaan emulsi tersebut.
Kestabilan dari sediaan emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase
dalam, tidak terjadi creaming, dan memiliki penampilan, bau, warna dan sifat-
sifat fisik lainnya yang baik. Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu flokulasi dan creaming, penggabungan
dan pemecahan, dan inversi.
Evaluasi Sediaan :
1. Pengamatan organoleptis
2. Volume terpindahkan
3. Penentuan viskositas
4. Pengukuran pH
5. Pengamatan mikroskopik
6. Uji mikrbiologi
Keuntungan emulsi :
1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi bersatu
membentuk sediaan yang homogen
2. Sifat terapeutik dan kemampuan menyebar kontinu lebih meningkat
Kerugian emulsi :
1. Sediaan kurang praktis
2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitas yang rendah dari pada sediaan tablet
karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
3. Takaran dosis kurang teliti
4. Tidak tahan lama
4.1 PASTA
Pasta adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal (Farmakope Indonesia IV).
Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya
Pasta Natrium Karboksimetilselulose, kelompok lain adalah pasta berlemak,
misalnya Pasta Zink Oksida, merupakan salep yang padat, kaku, yang tidak
meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian
yang diolesi.
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan susaha menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas
terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum, dan
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep, oleh karena
itu pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak,
menggelembung dan mengeluarkan cairan.
Cara pemakaian dengan mengoleskan lebih dahulu dengan kain kassa.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek
lokal, misal Pasta gigi Triamsinolon Asetonida.
Macam-macam Pasta :
1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% bahan
padat (serbuk). Sebagai bahan dasar salep digunakan Vaselin, Parafin cair.
Bahan tidak berlemak seperti gliserin, Mucilago atau sabun dan digunakan
sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
Pasta berlemak merupakan salep yang tebal, kaku, keras dan tidak meleleh
pada suhu badan. Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan pelepasaan
cairan berair yang tidak normal dari kulit. Karena jumlah lemaknya lebih
Contoh :
Acidi Salicyli Zinci Oxydi Pasta (FN 1978) = Pasta Zinci Oxydi
Salicylata (Ph.Ned. ed.VI)
R/ Acid. Salicyl 2
Zinci Oxyd 25
Amylum tritici 25
Vaselin ad 100
Cara pembuatan :
Zinc oxyd diayak terlebih dahulu dengan ayakan no. 100
Vaselin dilelehkan di atas penangas air
Acid salicyl ditetesi sedikit etanol sampai larut, keringkan
dengan ZnO
Campurkan bahan padat ke dalam lelehan vaselin, gerus sampai
homogen
2. Pasta Kering
Pasta kering merupakan suatu pasta yang tidak berlemak, mengandung kurang
lebih 60%^ bahan padat (serbuk). Sering terjadi masalah dalam pembuatan
pasta kering apabila dicampur dengan bahan Ichthamolum atau Tumenol
Ammonium. Bahan obat tersebut akan membuat campuran pasta menjadi
encer.
Contoh :
R/ Bentonit 1
Sulfur praep 2
Cara pembuatan :
Zincy oxyd diayak terlebih dahulu dengan ayakan no. 100
Bentonit dicampur dengan serbuk yang ada kemudian
tambahkan cairan yang tersedia, akan terjadi massa yang
mengembang
Campurkan ichthamol ke dalam massa yang mengental, gerus
sampai homogen
3. Pasta Pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk dengan minyak lemak dan
cairan mengandung air dan dikenal dengan Salep Tiga Dara.
Contoh
R/ Zinci oxydi
Olei olive
Calcii hydroxidi solutio aaa 10
Cara pembuatan :
Zinci oxydi digerus dan ayak dengan ayakan no. 100
Masukkan aqua calcii dan campur sampai homogen
Tambahkan oleum olivarum ke dalam campuran di atas
sekaligus, aduk sampai diperoleh massa salep yang homogen
terjadi emulsi tipe A/M, sebagai stabilisator sering
ditambahkan cera alba dalam minyak sebanyak 3% untuk
pengganti minyak
1. KRIM
Menurut Farmakope Indonesia IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan
sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikro kristal asam-
asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan
untuk pemberian obat melalui rektal dan vaginal.
Ada dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air (M/A) dan krim tipe air
minyak (A/M). pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span,
adeps lanae, koleterol, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun
monovalen seperti : trietanolamin, natrium laurisulfat, kuning telur, gelatinum,
caseinum, CMC, dan emulgidum.
Kestabilan krim akan terganggu atau rusak jika sistem campurannya
terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi
yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat
pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang
cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus
R/ Betamethason 10 mg
Asam sitrat 50 mg
Dinatrium hidrogenfosfat 250 mg
Klorkresol 10 mg
Vaselin album 1,5 g
Cetomakrogoli 1000 180 mg
Cetostearil alkohol 720 mg
Parafin liquid 600 mg
Aquadest ad 10 g
Cara Pembuatan :
Vaselin, parafin cair dan cetostearil alkohol dilebur dalam cawan
penguap di atas penangas air
Larutkan asam sitrat, dinatrium hidrogenfosfat, cetomakrogol 1000
dan klorkresol dalam air panas
Hasil leburan yang panas dituang ke dalam lumpang panas kemudian
tambahkan larutan campuran asam sitrat yang panas
Gerus sampai terbentuk massa krim yang homogen
Cara pembuatan :
Emulgid, oleum arachidis dan cetaceum dilebur dalam cawan
penguap diatas penangas air
Larutkan nipagin dengan sedikit alkohol, kemudian tambahkan
dalam air panas
Hasil leburan yang panas dituang ke dalam lumpang panas
kemudian tambahkan larutan nipagin yang panas
Gerus sampai terbentuk massa krim yang homogen
Tambahkan bahan sulfur praecipitat, gerus ad homogen
2. GEL (Jelly)
Gel merupakan sediaan setengah padat yang tersusun atas dispersi partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika
masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai
sistem dua fase (gel aluminium hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran
partikel dari terdispersi relatif besar disebut magma (misalnya magma bentonit).
Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika
dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (karbomer) atau dari Gom alam seperti tragakan. Walaupun gel-gel ini
Menurut USP :
Gel merupakan bentuk semi solida baik berupa suspensi partikel halus anorganik
ataupun molekul organic besar yang saling berinterpenetrasi dengan cairan.
Karena zat pembentuk gel tidak larut sempurna atau karena membentuk agregat
yang dapat membiaskan cahaya, maka system ini dapat bersifat jernih atau keruh (
= suspensi partikel koloid yang terdispersi = gel koloid yang mempunyai struktur
3 dimensi ) Terbentuknya gel dengan struktur 3 dimensi disebabkan adanya cairan
yang terperangkap, sehingga molekul pelarut tidak dapat bergerak.
Penggunaan Gel
Pada sediaan farmasi gel digunakan untuk :
1. Sediaan oral : gel murni sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin
2. Sediaan topical : langsung digunakan pada kulit, membran mukosa
3. Sediaan dengan kerja lama yang disuntikkan secara i.m
4. Kosmetika : shampoo, pasta gigi, sediaan pewangi, sediaan perawatan kulit
dan rambut
SUPPOSITORIA
Basis Suppositoria :
1. Basis berlemak
Dirancang untuk melebur pada suhu tubuh. Ada 2 jenis basis berlemak yaitu :
a. Bahan alam semisintetik atau sintetik : trigliserida dihidrogenasi
sebagaian/keseluruhan.
b. Minyak coklat (ol. cacao) bentuk padat warna kuning putih bau coklat.
Berupa ester gliseril stearat, palmitat, oleat dan asam lemak lain.
Keuntungan basis ol. cacao :
Rentang suhu lebur 30 – 36OC
Segera melebur bila dihangatkan dan cepat kembali padat jika
didinginkan
Dapat tercampur dengan banyak komponen
Kerugian basis ol.cacao :
Adanya sifat polimorfisme
Tidak cukup berkontraksi pada saat pendinginan, harus tambahkan
pelicin/pelincir
Suhu pelunakan terlalu rendah untuk daerah tropis
Suhu lebur turun jika ada komponen yang larut, dapat diatasi dengan
penambahan cera
Mudah teroksidasi, bau tengik
Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gajah Mada University
Press, Jogjakarta.
Howard, C. Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press,
Jakarta.
Saifullah, T.N, dan Rina K, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan Semipadat,
Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta.
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Tjay, Tan Hoan , et all, (2000), Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo,
Jakarta. 132.