4930 9961 1 PB
4930 9961 1 PB
4930 9961 1 PB
Bulgansyah Ritonga
Magister Manajemen Pendidikan Tinggi, Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara, Indonesia
[email protected]
Abstrak
Masih terlihat kurangnya komunikasi dan keterbukaan antara kepala sekolah dan guru di MAN 2 Model
Medan. Kepala sekolah jarang mengikuti kegiatan di sekolah. Terdapat kesenjangan antara guru dan kepala
sekolah. Kurangnya sikap komunikasi kepala sekolah menyebabkan budaya organisasi kurang baik
sehingga terbentuk pengelompokan antara guru. Kepala sekolah sebaiknya bekerja sama dengan guru.
Melalui komunikasi interpersonal kepala sekolah bisa merangkul guru secara keseluruhan. Sehingga
budaya organisasi yang baik akan tercipta di lingkungan sekolah.Tujuan penelitian: mengetahui pengaruh
komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru, mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
guru, mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru, dan mengetahui pengaruh komunikasi
interpersonal, gaya kepemimpinan, budaya organisasi terhadap kinerja guru.Penelitian dilakukan di MAN
2 Jalan Williem Iskandar No. 7a Medan mulai bulan Januari – Maret 2019. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, jumlah populasi dan sampel sama yaitu 68 orang, menggunakan metode Totally
Sampling. Terdapat pengaruh positif dan signifikan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru.
sebesar 29,3%. Terdapat pengaruh positif dan signifikan budaya organisasi terhadap kinerja guru sebesar
71,0 %. Terdapat pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan terhadap kinerja guru sebesar 70,9%.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan anatara komunikasi interpersonal, budaya organisasi, gaya
kepemimpinan secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 78,9%.
Kata Kunci: Komunkasi, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
246
yang berlangsung antara guru dan siswa yang di MAN 2 hanya diisi dengan kegiatan belajar
bersifat pribadi maupun interaksi disebut Dari dan mengajar. Kegiatan yang banyak menyita
pendapat diatas, ada tiga hal yang mempengaruhi waktu membuat guru berada di sekolah seharian.
kinerja guru yang ada di MAN 2 Model Medan Dengan berbagai macam kegiatan yang diadakan
yaitu komunikasi interpersonal, gaya di sekolah kepala sekolahpun tampak jarang
kepemimpinan kepala sekolah dan budaya hadir dan mengikuti kegiatan sampai selesai.
organisasi pendidikan yang telah berjalan dalam Komunikasi yang dibangun oleh kepala sekolah
waktu yang lama. membatasi hubungan guru dan kepala sekolah
Komunikasi interpersonal yang baik adalah sehingga tidak terlihatnya keakraban. Peneliti
komunikasi yang bersifat spontan dan informatif. tidak melihat adanya keramahtamahan antar guru
Saling menerima feedback secara maksimal dan dan kepala sekolah saat berpapasan di depan
partisipan berperan fleksibel. kelas atau di jalan menuju ruangan beliau. Hal
Kepemimpinan memegang peranan yang tersebut membuat timbulnya kesenjangan antara
sangat penting dalam manajemen organisasi. guru dan kepala sekolah. Dengan tidak adanya
Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena sikap komunikasi yang dibangun oleh kepala
adanya keterbatasan tertentu pada diri manusia. sekolah maka terlihat budaya organisasi di
Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin sekolah tidak baik. Peneliti melihat guru-guru
dan dipimpin. Kepemimpinan didefinisikan ke yang PNS dan Non PNS merasa tidak menikmati
dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara pekerjaan mereka karena adanya tekanan yang
mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan membuat para guru ketakutan jika melakukan
dalam organisasi dan persepsi mengenai kesalahan.
pengaruh yang sah (Elfrianto, 2020; Tanjung & Tidak terdapatnya keharmonisan antara
Elfrianto, 2019). guru junior dan guru senior, atau guru yang
Budaya organisasi yang dibangun di berstatus PNS dan Non PNS. Sikap acuh tak acuh
sekolah merupakan variabel kunci yang bisa membentuk kelompok-kelompok antara guru -
mendorong guru meningkatkan kinerjanya. guru. Selain itu, antara guru dan siswa juga masih
Sobirin (2009:90) menjelaskan bahwa ”Budaya terdapat kesenjangan dikarenakan faktor
organisasi juga memberi kontribusi terhadap kekeluargaan atau jabatan. Dalam pemberian
keberhasilan kinerja sekolah”. Budaya organisasi nilai juga sering menjadi perdebatan diantara
juga sebagai alat untuk melakukan intergrasi kalangan guru yang mengharuskan
internal. Jika peran ini bisa berfungsi dengan menambahkan nilai kepada siswa yang mereka
baik dan di berengi oleh penyusunan strategi kenal. Sehingga membuat kecemburuan sosial
yang tepat maka bisa di harapkan kinerja dan situasi yang kurang nyaman diantara para
organisasi akan meningkat. guru dan siswa. Hal ini akan berdampak kepada
Dari uraian diatas dapat disimpulkan keprofesionalitasan guru. Kurangnya
budaya organisasi adalah bentuk sikap kebiasaan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah
yang lebih dominan terjadi di sutau tempat yang membuat guru banyak yang bertindak tidak
menjadi kebiasaan di suatu organisasi. Sehingga sesuai dengan aturan sekolah.
dapat disimpulkan bahwa indikator budaya Kebijakan yang diputuskan secara bersama-
organisasi adalah ketanggapan, dorongan, sama, seakan tidak ada pihak yang merasa
kepemimpinan, kemampuan, keramahan. diperintah atau adanya feed back antara guru,
MAN 2 Model Medan merupakan sekolah orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
agama yang terdiri dari guru PNS dan Guru Non Komunikasi yang baik dan didukung oleh
PNS yang latar belakang pendidikan gurunya pemimpin yang bijaksana akan menghasilkan
terdiri dari tingkatan strata satu sampai dengan budaya organisasi yang baik sehingga
strata dua, dan masih ada beberapa guru yang berdampak kepada kinerja guru. Untuk itu
sedang menjalankan pendidikan di strata tiga. peneliti mengangkat judul “Pengaruh
Hal ini sangat menunjang untuk peningkatan Komunikasi Interpersonal, Gaya
mutu di MAN 2 Model Medan. Selain sekolah Kepemimpinan, Budaya Organisasi
yang berlandaskan agama sekolah tersebut Terhadap Kinerja Guru Di Man 2 Model”.
menjadi sekolah pilihan bagi orang tua dalam
melanjutkan pendidikan anaknya. Peneliti Kajian Pustaka
melihat ada beberapa permasalahan gaya 1. Kinerja Guru
kepimpinan kepala sekolah dengan guru-guru di Sagala (2012:46) Kinerja merupakan
MAN 2 Model Medan. Adapun masalahnya terjemahan dari kata performance yaitu
adalah kurang terbukanya kepala sekolah perbuatan, daya guna, prestasi, sedangkan
terhadap beberapa kebijakan yang diterapkan. kinerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Aktifitas guru banyak yang monoton dengan adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang
tidak mengikuti kegiatan yang ada di sekolah. diperlihatkan dan kemampuan bekerja,
Dari pagi hingga sore hari kegiatan yang terjadi melakukan, menjalankan, dan melaksanakan.
247
Kinerja merupakan hasil yang dapat dicapai oleh c. dengan perasaan orang lain, mencoba
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu merasakan dalam cara ayang sama dengan
organisasi sesuai dengan wewenang dan perasaan orang lain.
tanggung jawab masing-masing dalam upaya d. Dukungan, ada kalanya terucapkan dan ada
mencapai tujuan organisasi secara illegal, tidak kalanya tidak terucapkan.
melanggar hukum, sesuai dengan moral maupun e. Kepositifan paling sedikit
etika. f. Kesetaraan merupakan kenyataan bahwa
Merujuk pada peraturan Menteri manusia tidak ada yang sama.
Pemberdayaan Aparatur Negara No 16 Tahun
2009, maka indikator penilaian kinerja guru 3. Gaya Kepemimpinan
dapat disimpulkan menjadi lima yaitu : (1) Menurut Robbins (2007:14) mengatakan
menguasai bahan ajar (2) merencanakan proses bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
belajar mengajar (3) kemampuan melaksanakan mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai
dan mengelola proses belajar mengajar, (4) serangkaian tujuan. Sedangkan menurut Yukl
kemampuan melakukan evaluasi atau penilaian, (2010:56) menambahkan kepemimpinan adalah
dan (5) kemampuan melaksanakan bimbingan proses untuk memengaruhi orang lain untuk
belajar (perbaikan dan pengayaan). memahami dan setuju dengan apa yang perlu
Indikator penilaian kinerja guru seperti yang dilalukan bagaimana tugas itu dilakukan secara
terdapat pada Peraturan Menteri Pemberdayaan efektif, serta proses untuk memfalitasi upaya
Aparatur Negara Nomor 16 Tahun 2009 di atas, individu dan kolektif untuk mencapai tujuan
dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) bersama.
Kemampuan seseorang dalam
mengkomunikasikan pengetahuan sangat Menurut Safaria (2006:77), indikator-indikator
bergantung pada penguasaan pengetahuan yang kepemimpinan adalah sebagai berikut:
akan dikomunikasikannya itu, (2) Kemampuan 1. Kepemimpinan secara suportif (Supportive
guru dapat dilihat dari cara atau proses leadership)
penyusunan program kegiatan pembelajaran Digambarkan sebagai pemimpin yang
yang dilakukan oleh guru, (3) Kemampuan guru menunjukkan perhatian besar kepada
dalam mengelola pembelajaran menjadi hal kesejateraan dan pemenuhan kebutuhan
penting karena berkaitan langsung dengan bawahan. Perilaku dengan gaya ini bersifat
aktivitas belajar siswa di kelas, (4) Kemampuan terbuka, bersahabat, dan dapat didekati
melakukan evaluasi/penilaian pembelajaran. dengan mudah.
2. Kepemimpinan yang direktif (Directive
2. Komunikasi Interpersonal leadership)
Guru sebagai pendidikan juga harus Digambarkan sebagai pemimpin yang
membina hubungan baik dengan kepala sekolah, menunjukkan dominasi dalam
rekan dan siswa. Dalam melakukan tugasnya mengarahkan, mengawasi dan mengatur
dituntut memiliki keterampilan sosial. bawahan secara ketat. Perilaku pemimpin
Keterampilan merupakan kemampuan guru ini lebih banyak membuat perencanaan,
dalam memelihara hubungan antar pribadi membuat jadwal kerja dan menetapkan
seseorang guru dengan rekan kerja atau tujuan kinerja dan standar perilaku
kelompoknya dengan efek umpan balik bawahan, serta menekankan pada
langsung. Komunikasi di katakan efektif jika bila pemenuhan terhadap aturan dan peraturan
komunikasi dapat tercapai dengan baik. yang ada dalam organisasi.
Beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa 3. Kepemimpinan partisipatif (Partisipative
komunikasi interpersonal adalah penyampian leadership)
informasi antara dua atau lebih dengan tujuan Digambarkan lebih banyak
untuk menyatukan persepsi suatu permasalahan. mengkonsultasikan dan mendiskusikan
Indikator komunikasi interpersonal menurut pada bawahan sebelum membuat keputusan
Devito (1997:259) sebagai berikut: di tempat kerja.
a. Keterbukaan, kualitas keterbukaan dapat 4. Kepemimpinan berorientasi prestasi
dilihat dari aspek keinginan untuk terbuka (Achievement-oriented leadership)
bagi setiap orang yang berinteraksi dengan Digambarkan sebagai pemimpin dengan
orang lain dan aspek keinginan untuk tujuan yang jelas dan mempunyai tantangan
menggapai secara jujur semua stimulus yang yang besar terhadap bawahannya. Perilaku
datang kepadanya. pemimpin yang percaya dan memberikan
b. Empati merasakan sebagaimana dirasakan bimbingan kepada bawahannya untuk
oleh ornag lain, suatu perasaan yang sama mencapai tujuan yang tinggi.
4. Budaya Organisasi
248
Pendidikan merupakan kebutuhan yang hidup layak akan meningkatkan motivasi
penting untuk dipenuhi sama pentingnya seperti kerja pegawai,
pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan. 4) Pelaksanaan kode etik adalah kebiasaan
Pendidikan diperlukan manusia sejak usia dini masyarakat yang ada di sekolah kode etik
sampai usia lanjut. Jika pendidikan mengalami merupakan pedoman perilaku,
hambatan dapat mengakibatkan tidak 5) Pelaksanaan seremoni adalah merupakan
maksimalnya perkembangan belajar. peranan budaya atau tindakan kolektif
Menurut Robbins dalam Danang (2012:74) pelaksanaan budaya yang di lakukan secara
mengatakan budaya organisasi adalah sebuah turun menurun
sistem makna bersama yang dianut oleh para 6) Sejarah organisasi budaya organisasi
anggota organisasi yang membedakan organisasi dikembangkan pada waktu yang lama, yaitu
tersebut dengan organisasi yang lain. sepanjang sejarah organisasi dan
Wirawan (2010:129) mengemukakan merupakan produk dari sejarah organisasi.
indikator budaya organisasi adalah: Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan
1) Pelaksanaan norma adalah perilaku yang bahwa budaya oraganisasi adalah bentuk
menentukan respon pegawai mengenai apa sikap kebiasaan yang lebih dominan terjadi
yang dianggap tepat dan tidak tepat dalam di sutau tempat yang menjadi kebiasaan di
situasi tertentu, suatu organisasi.
2) Pelaksanaan nilai-nilai adalah pedoman Sehingga dapat disimpulkan bahwa
yang dipergunakan oleh orang untuk indikator budaya organisasi adalah ketanggapan,
bersikap jika berhadapan dengan situasi dorongan, kepemimpinan, kemampuan,
yang harus membuat pilihan, keramahan.
3) Kepercayaan organisasi berhubungan
dengan apa yang menurut organisasi 5. Kerangka Konseptual
dianggap benar. Kepercayaan memberikan Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
upah minimum sesuai dengan kebutuhan maka rancangan penelitian saya adalah sebagai
berikut
KOMUNIKASI
INTERPERSONAL (X1)
BUDAYA ORGANISASI
(X3)
249
seluruh populasi yang ada digunakan sebagai Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan
sampel penelitian, sehingga sampel dalam beberapa uji prasyarat analisis, yaitu Uji
penelitian ini berjumlah 68 orang yang Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji
seluruhnya merupakan guru PNS. Heterokedastisitas dan Uji Autokorelasi . Hasil
dari uji prasyarat analisis data penelitian ini
3. HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu:
1. Uji Prasyarat Analisis Data
Uji Normalitas
Tabel 1 Uji Normalitas Data Penelitian
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
Komunikasi ,077 68 ,200 ,977 68 ,232
Gaya Kepemimpinan ,056 68 ,200* ,986 68 ,620
Budaya Organisasi ,077 68 ,200* ,966 68 ,061
Kinerja ,058 68 ,200* ,987 68 ,725
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Pengolahan Data, 2019
Berdasarkan hasil pengujian normalitas variabel dinyatakan berdistribusi normal dengan
menggunakan teknik analisis Kolomogorov- masing-masing variabel memiliki nilai
Smirnov di atas menunjukan bahwa seluruh Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05.
Uji Multikolinearitas
Dengan menggunakan software SPSS Statistics 20.0 didapat hasil berikut:
Tabel 2 Uji Multikolinearitas Data Penelitian
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolera VIF
Error nce
(Constant) 26,957 15,402 1,750 ,085
Komunikasi ,090 ,145 ,075 ,623 ,536 ,636 1,571
1 Gaya
,561 ,164 ,399 3,431 ,001 ,679 1,474
Kepemimpinan
Budaya Organisasi ,393 ,145 ,303 2,706 ,009 ,733 1,365
a. Dependent Variable: Kinerja
Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas berdasarkan uji Scatterpolt dapat dilihat pada gambar berikutini:
Gambar 2 Uji Scatterplot
250
Uji Autokorelasi
Berikut adalah hasil dari pengujian autokorelasi berdasarkan SPSS:
Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model R R Square Durbin-Watson
1 ,642a ,412 1,809
Berdasarkan tabel diatas, diketahui rapat maupun kegiatan lainnya yang diadakan di
nilai Durbin-Watson (d) adalah sebesar sekolah, menghargai keputusan guru secara
1,809. individu maupun secara keseluruhan,
Pembahasan Hasil Penelitian menghargai kebebasan berkreasi guru, adanya
1. Pengaruh Komunikasi Interpersonal kebebasan dalam berdiskusi kelompok,
Terhadap Kinerja Guru di MAN 2 Model menghargai pendapat dan sikap kelompok, serta
Medan adanya pengaruh antara bawahan dan atasan
Berdasarkan perhitungan statistik yang diwujudkan dengan menghargai dan
menggunakan SPSS maka diperoleh persamaan menghormati kritik dan saran kepada kepala
regresi linear adalah Ŷ = 72,836 + 0,658X. Nilai sekolah, maupun mendengarkan segala keluhan
signifikansi hasil uji anova sebesar 0,000 dimana dan permasalahan bawahan. Komunikasi
nilai ini dibawah 0,05 sehingga dapat interpersonal yang dilakukan oleh guru dengan
disimpulkan bahwa faktor Komunikasi guru harus saling menghargai pendapat satu
Interpersonal (X1) berpengaruh positif terhadap dengan yang lainnya.
Kinerja Guru (Y) diterima. Nilai koefisien Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti
determinasi (kontribusi) pengaruh variabel bahwa komunikasi interpersonal diperoleh hasil
Komunikasi Interpersonal (X1) terhadap variabel regresi diketahui pengaruh variabel komunikasi
Kinerja (Y) R Square adalah sebesar 0,188. interpersonal dengan kinerja guru dalam bentuk
Artinya variabel Komunikasi Interpersonal (X1) persamaan regresi Y = 26,957 + 0,590 X1. Ini
memiliki pengaruh terhadap variabel Kinerja (Y) berarti bahwa jika komunikasi interpersonal
sebesar 18,8% dan 81,2% dipengaruhi oleh meningkat sebesar 1 poin maka kinerja guru akan
faktor lainnya. meningkat sebesar 0,590 poin pada konstanta
Dari hasil pengolahan statistik yang sudah 26,957. Dengan kata lain bahwa semakin baik
dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal maka kinerja guru juga
komunikasi interpersonal berpengaruh positif akan meningkat. Pengaruh ini juga linier, hal ini
dan signifikan terhadap kinerja guru. dijelaskan dengan nilai signifikansi sebesar
Muhammad Arni (2005:158-159) mengatakan 0,036 < alpha 0,05, ini berarti model regresi
bahwa “Komunikasi interpersonal adalah proses tersebut merupakan model yang dapat
penyampaian seseorang dengan paling kurang mengestimasi komunikasi interpersonal yaitu
seorang lainnya atau biasaanya diantara dua pengaruhnya positif dan signifikan.
orang dapat langsung di ketahui balikannya. Variabel komunikasi interpersonal
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang memiliki pengaruh terhadap kinerja guru
dikemukakan oleh Mulyana (2000:73) sebesar 18,8% dan sisanya sebesar 81,2%
mengatakan komunikasi antara orang-orang ditentukan oleh faktor lain diluar model regresi
secara tatap muka yang memungkinkan setiap sederhana atau pengujian parsial tersebut.
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara Adapun pengaruh variabel komunikasi
langsung, baik secara verbal dan non verbal. interpersonal terhadap kinerja guru adalah
Uji hipotesis membuktikan bahwa signifikan yaitu diperoleh hasil uji F melalui
komunikasi interpersonal berpengaruh positif output komputer Sig 0,036 < alpha 0,05.
dan signifikan terhadap kinerja guru, dengan Seorang kepala sekolah yang tidak mampu
nilai koefisien positif sebesar 0,658 dan nilai sig. mengembangkan komunikasi interpersonal
sebesar 0,036 yang berarti dibawah 0,05. Adanya antara dirinya dan bawahan akan sangat sulit
angka positif dan signifikan tersebut dapat mengimplementasikan program-program yang
diidentifikasi jika semakin baik lingkungan kerja dibuatnya bila tidak terjalin hubungan yang
yang disediakan untuk para guru maka akan harmonis, karena kunci keberhasilan dalam
berpengaruh semakin meningkatnya kinerja guru melaksanakan suatu program pengajaran dengan
di MAN 2 Model Medan. baik akan dapat diperoleh apabila kepala sekolah
Adanya komunikasi interpersonal antara mau dan mampu menciptakan hubungan yang
kepala sekolah dengan guru dan antara guru baik dengan guru. Menurut Moh As’ad (2003:
dengan guru dapat menciptakan hubungan 58) merumuskan bahwa kinerja (performance)
individu yang diwujudkan dengan kepala sama dengan motivasi (motivation) dikali dengan
sekolah menghargai pendapat guru pada saat kemampuan dasar (ability). Kinerja seorang guru
251
merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan nilai koefisien positif (0,797). Nilai
dengan kemampuan dasar. Adanya motivasi signifikansi hasil uji anova sebesar 0,000 dimana
kerja dan kemampuan kerja yang tinggi, maka nilai ini dibawah 0,05 sehingga dapat
kinerja akan tinggi pula. Hal ini sejalan dengan disimpulkan bahwa faktor Gaya Komunikasi
hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryadi (X2) berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru
Syarif (2011) tentang “Pengaruh Komunikasi (Y) diterima. Nilai koefisien determinasi
Interpersonal dan Supervisi Kepala Sekolah (kontribusi) pengaruh variabel Gaya
terhadap Kinerja Guru”, hasil penelitian Kepemimpinan (X2) terhadap variabel Kinerja
menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal (Y) R Square adalah sebesar 0,321. Artinya
kepala sekolah berpengaruh positif dengan variabel Gaya Kepemimpinan (X2) memiliki
kinerja guru. pengaruh terhadap variabel Kinerja (Y) sebesar
Kinerja seorang guru agar dapat dikatakan 32,1% dan 67,9% dipengaruhi oleh faktor
profesional perlu ditunjang adanya komunikasi lainnya.
interpersonal yang baik dalam diri guru. Dari hasil pengolahan statistik yang
Komunikasi interpersonal adalah proses dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa
pertukaran informasi diantara seseorang dengan gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan
paling kurang seorang lainnya atau biasanya signifikan terhadap kinerja guru. Menurut
diantara dua orang yang dapat langsung Kartono (2002:10) menjelaskan bahwa Gaya
diketahui balikannya. Didalam suatu organisasi kepemimpinan adalah cara bekerja dan
khususnya sekolah, proses komunikasi adalah bertingkah laku pemimpin dalam membimbing
proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi para bawahannya untuk berbuat sesuatu, jadi
adalah sarana untuk mengadakan koordinasi gaya kepemimpinan merupakan sifat dan
antara berbagai subsistem dalam perilaku pemimpin yang diterapkan kepada
sekolah.Sekolah yang berfungsi baik, ditandai bawahannya untuk membimbing bawahannya
oleh adanya kerjasama secara sinergis dan dalam melaksanakan pekerjaan. Sesuai dengan
harmonis dari berbagai komponen.Semakin baik pendapat Robbins (2007:14) mengatakan bahwa
komunikasi antara kepala sekolah dan guru kepemimpinan adalah kemampuan untuk
diperkirakan dapat meningkatkan kinerja guru. mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai
Kinerja memberikan dampak yang serius serangkaian tujuan.
bagi suatu organisasi terutama sekolah. Kinerja Uji hipotesis membuktikan bahwa gaya
yang dirasakan oleh guru akan menimbulkan kepemimpinan berpengaruh positif dan
semangat untuk bekerja lebih baik, akan tetapi signifikan terhadap kinerja guru, dengan nilai
apabila guru dalam suatu sekolah tidak koefisien positif sebesar 3,431 dan nilai sig.
mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan akan sebesar 0,001 yang berarti dibawah 0,05. Adanya
mengakibatkan ketidakdisiplinan dan kinerja angka positif dan signifikan tersebut dapat
kerja menurun. Komunikasi interpersonal yang diidentifikasi jika semakin tinggi gaya
efektif dalam suatu sekolah akan memberikan kepemimpinan seorang kepala sekolah maka
suasana yang nyaman dalam bekerja. Apabila akan berpengaruh semakin meningkatnya kinerja
tidak ada keterbukaan dalam memberikan guru di MAN 2 Model Medan.
informasi baik diantara guru dengan guru Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
maupun dengan kepala sekolah maka akan dilakukan oleh Supardi dengan judul “Analisis
mempengaruhi kinerja masing-masing. Pola Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
komunikasi yang interaktif antara atasan dengan Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan
bawahan dan sesama rekan kerja dapat Kinerja Karyawan” yang menyatakan bahwa
memberikan pemahaman dan toleransi dalam gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan
sebuah organisasi sehingga dapat menimbulkan signifikan terhadap kinerja.
kinerja yang baik. Tanpa adanya komunikasi Kepala sekolah adalah pemimpin lembaga
dalam suatu sekolah, guru tidak akan tahu satuan pendidikan. Tanpa kehadiran kepala
informasi apa yang akan dilakukan, dan kepala sekolah proses pendidikan termasuk
sekolah tidak akan mendapatkan informasi dari pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Kepala
para guru. sekolah adalah pemimpin yang proses
keberadaannya dapat dipilih secara langsung,
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap ditetapkan oleh yayasan atau ditetapkan oleh
Kinerja Guru di MAN 2 Model Medan pemerintah. Berdasarkan hasil regresi diketahui
Berdasarkan perhitungan statistik Konstanta sebesar 26,957, koefisien gaya
menggunakan SPSS maka diperoleh persamaan kepemimpinan (X2) sebesar 0,561. Dengan
regresi linear adalah Ŷ = 51,405 + 0,797X. Hasil demikian persamaan garis regresinya adalah Y =
tabel tersebut menjelaskan bahwa adanya 26,957 + 0,561 X2. Persamaan garis regresi yang
pengaruh yang positif antara variabel Gaya positif ini mengindikasikan bahwa semakin baik
Kepemimpinan (X2) terhadap Kinerja Guru (Y) gaya kepemimpinan maka akan semakin
252
meningkat kinerja guru. Hasil uji determinasi pemberian tugas, hubungan kerja, maupun
diketahui nilai R square sebesar 32,1%, dan pengambilan kebijakan untuk mencapai tujuan
sisanya sebesar 67,9% ditentukan oleh sebab lain organisasi yang mencakup kedalam tiga aspek
diluar model regresi sederhana atau pengujian yaitu; gaya kepemimpinan yang berorientasi
parsial tersebut. Hal ini berarti bahwa variabel kepada tugas, gaya kepemimpinan yang
gaya kepemimpinan memiliki hubungan berorientasi pada bawahan dan gaya
terhadap kinerja guru sebesar 32,1%, dan kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat
sisanya sebesar 67,9% ditentukan oleh faktor lain kematangan bawahan. Dari tiga kategori
diluar model regresi tersebut. Kepemimpinan tersebut, kepemimpinan MAN 2 Model Medan
kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan cenderung mendekati tipe kepemimpinan kepala
yang strategis dalam mewujudkan keberhasilan sekolah yang berorientasi pada tugas. Selama ini
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. kepala sekolah cenderung hanya memberikan
Subagyo (2013:54) Kepala sekolah adalah tugas pada guru tanpa melakukan komunikasi
seorang manajer yang memegang kekuasaan interpersonal yang intens dengan guru sehingga
tertinggi dalam pengambilan keputusan yang kepala sekolah cenderung tidak memahami
berkaitan dengan penyelenggaraan dan secara dalam kemampuan tiap guru yang ada di
pelaksanaan pendidikan di sekolah yang sekolahnya.
dipimpinnya. Kepala sekolah seharusnya Kepala MAN 2 Model Medan memiliki
seorang yang visioner yaitu mampu memandang gaya kepemimpinan laissez faire yang
kedepan tentang kehidupan masyarakat memposisikan dirinya sebagai ‘fasilitator”. Gaya
Indonesia dengan segala peluang dan kepemimpinan ini biasanya memiliki
tantangannya. Kepala sekolah harus mampu karakteristik: (1) Pendelegasian wewenang
memproyeksikan kemampuan dan kompetensi terjadi secara ekstensif kepada wakilnya; (2)
serta gaya kepemimpinan yang diperlukan Pengambilan keputusan diserahkan kepada
bawahan dan masyarakat. Oleh karenanya dalam pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada
memimpin lembaga pendidikan kepala sekolah para petugas operasional; (3) Pengembangan
dituntut mampu menerapakan gaya-gaya kemampuan berfikir dan bertindak inovatif dan
kepemimpinannya yang dapat mencerminkan kreatif diserahkan kepada para anggota
perilaku-perilaku yang dapat ditiru bawahannya organisasi yang bersangkutan. Dampak negatif
dan dapat memberi motivasi kerja para guru dan dari tipe kepemimpinan ini adalah intervensi
staf yang dipimpinnya. terlalu longgar dari pimpinan telah menjadikan
Menurut Subagyo (2013: 54) kepala organisasi tanpa arah dan otoritas kepemimpinan
sekolah adalah seorang manajer yang memegang menjadi berkurang.
kekuasaan tertinggi dalam pengambilan Sementara Pidarta dalam Mulyasa (2014:
keputusan yang berkaitan dengan 126) mengemukakan tiga keterampilan yang
penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan di harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk
sekolah yang dipimpinnya. Baik atau buruknya menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga
mutu lulusan sekolah dari berbagai jenjang keterampilan tersebut yaitu keterampilan
pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai konseptual yaitu keterampilan untuk memahami
komponen antara lain: organisasi dan dan mengoperasikan organisasi, keterampilan
manajemen, ketenagaan, ketatausahaan, sarana manusiawi yaitu keterampilan untuk bekerja
prasarana, program dan proses, lingkungan dan sama, memotivasi dan memimpin, dan
stakeholder. Mutu pendidikan maupun mutu keterampilan teknik yaitu keterampilan dalam
sekolah sering tertuju kepada mutu lulusannya. menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta
Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan perlengkapan untuk menyelesaikan tugas
berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat tertentu. Sementara Wahjosumidjo (2011: 83)
melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi, secara sederhana kepala sekolah didefinisikan
tidak dapat diterima di dunia kerja, diterima sebagai seorang tenaga fungsional guru yang
bekerja tapi tidak berprestasi, tidak dapat diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah,
mengikuti perkembangan masyarakat, dan tidak sehingga dapat didayagunakan secara maksimal
produktif. Sukmadinata (2010: 10) menyatakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
bahwa lulusan yang tidak produktif akan menjadi Menurut Andang (2014:54) kepala sekolah
beban masyarakat, menambah biaya kehidupan, merupakan pemimpin tunggal di sekolah yang
dan kemungkinan akan menjadi warga yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang
tersisih dari masyarakat. untuk mengatur, mengelola dan
Gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah menyelenggarakan kegiatan di sekolah, agar apa
sikap, perilaku, pola atau cara yang dilakukan yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai.
kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya
untuk mempengaruhi guru/karyawan serta siswa 3. Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Gaya
tentang apa yang diinginkan baik dalam Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
253
Terhadap Kinerja Guru di MAN 2 Model Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
Medan dilakukan oleh Tinneke Evie Sumual dengan
Berdasarkan perhitungan statistik judul “Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan,
menggunakan SPSS maka diperoleh persamaan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai di
regresi linear adalah Ŷ = 65,311 + 0,658X. Hasil Universitas Negeri Manado” yang menyatakan
tabel tersebut menjelaskan bahwa adanya bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan
pengaruh yang positif antara variabel budaya signifikan terhadap kinerja.
organisasi (X3) terhadap Kinerja Guru (Y) Berdasarkan perhitungan statistik
dengan nilai koefisien positif (0,658). menggunakan SPSS maka diperoleh persamaan
Nilai signifikansi hasil uji anova sebesar regresi linear adalah Ŷ = 65,311 + 0,658X. Hasil
0,000 dimana nilai ini dibawah 0,05 sehingga tabel tersebut menjelaskan bahwa adanya
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha pengaruh yang positif antara variabel budaya
diterima. Maka hipotesis ini menyatakan bahwa organisasi (X3) terhadap Kinerja Guru (Y)
faktor Budaya Organisasi (X3) berpengaruh dengan nilai koefisien positif (0,658). Nilai
positif terhadap Kinerja Guru (Y) diterima. signifikansi hasil uji anova sebesar 0,000 dimana
Nilai koefisien determinasi (kontribusi) nilai ini dibawah 0,05 sehingga dapat
pengaruh variabel budaya organisasi (X3) disimpulkan bahwa faktor budaya organisasi
terhadap variabel Kinerja (Y) R Square adalah (X3) berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru
sebesar 0,257. Artinya variabel budaya (Y) diterima.
organisasi (X3) memiliki pengaruh terhadap Nilai koefisien determinasi (kontribusi)
variabel Kinerja (Y) sebesar 25,7% dan 74,3% pengaruh variabel Budaya Organisasi (X3)
dipengaruhi oleh faktor lainnya. terhadap variabel Kinerja (Y) R Square adalah
Berdasarkan output komputer mengenai sebesar 0,257. Artinya variabel budaya
koefisien korelasi, diperoleh koefisien korelasi organisasi (X3) memiliki pengaruh terhadap
sebesar 0,009 dan koefisiensi ini bertanda positif. variabel Kinerja (Y) sebesar 25,7% dan 74,3%
Ini menunjukkan jika budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor lainnya.
meningkat atau baik maka kinerja guru akan Budaya organisasi merupakan suatu
meningkat pula. kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat
Dari hasil data statistik yang telah menggerakkan orang-orang dalam suatu
dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa organisasi untuk melakukan aktivitas kerja.
budaya organisasi berpengaruh positif dan Secara tidak langsung setiap orang mempelajari
signifikan terhadap kinerja guru. Edi Sutrisno budaya dalam suatu organisasinya.
(20011:27) menjelaskan budaya organisasi Berdasarkan hasil regresi diketahui regersi
merupakan sutau kekuatan sosial yang tidak Y = 26,957 + 0,257X3. Ini berarti bahwa jika
tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang budaya organisasi meningkat sebesar 1 poin
dalam suatu organisasi. Apalagi bila seorang maka kinerja guru juga akan meningkat sebesar
guru baru agar dapat diterima oleh lingkungan 0,257 poin pada konstanta 26,957. Dengan kata
dimana guru tersebut bekerja harus berusaha lain bahwa semakin baik budaya organisasi maka
mempelajari apa yang dilarang dan apa yang kinerja juga akan meningkat. Hubungan ini juga
diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, linier, hal ini dijelaskan dengan hasil uji F
apa yang benar dan apa yang salah sehingga guru melalui output komputer Sig 0,009 < 0,05. Ini
tersebut harus melakukan apa yang dilakukan dapat dikatakan pula model regresi adalah model
dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam yang dapat mengestimasi budaya organisasi
organisasi. Sesuai dengan pendapat Moeheriono yaitu pengaruhnya positif dan signifikan. Hasil
(2009:39) menegaskan kinerja atau performance uji determinasi untuk mengetahui besarnya
merupakan gambaran mengenai tingkatan pengaruh budaya organisasi mempengaruhi
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan kinerja guru variabel budaya organisasi memiliki
atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, pengaruh terhadap kinerja guru sebesar 25,7%,
tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan dan sisanya sebesar 74,3% ditentukan oleh faktor
melalui perencanaan strategis suatu organisasi. lain diluar model regresi tersebut. Budaya
Uji hipotesis membuktikan bahwa budaya Organisasi merupakan suatu kekuatan sosial
organisasi berpengaruh positif dan signifikan yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan
terhadap kinerja guru, dengan nilai koefisien orang-orang dalam suatu organisasi untuk
positif sebesar 2,706 dan nilai sig. sebesar 0,009 melakukan aktivitas kerja. Dengan adanya
yang berarti dibawah 0,05. Adanya angka positif budaya organisasi yang baik, guru akan
dan signifikan tersebut dapat diidentifikasi jika bertanggung jawab pada pekerjaannya dan dapat
semakin tinggi budaya organisasi seorang kepala terselesaikan secara efektif dan efisien. Budaya
sekolah maka akan berpengaruh semakin organisasi yang baik mencerminkan besarnya
meningkatnya kinerja guru di MAN 2 Model rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-
Medan. tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini
254
mendorong gairah kerja, semangat kerja dan simultan ini adalah gaya kepemimpinan.
terwujudnya tujuan organisasi. Pentingnya gaya kepemimpinan kepala sekolah
Untuk mencapai hasil dalam mendidik anak dalam suatu organisasi sekolah agar siswa dan
tidak hanya kinerja guru saja yang diperlukan guru bertukar informasi dan pesan agar segala
tetapi budaya organisasi juga sangat diperlukan kendala yang dihadapi selama proses
dalam mendidik anak didik yang mempunyai pembelajaran akan dapat diatasi. Salah satu
kualitas yang tinggi. Maka dari itu disekolah faktor yang membuat kinerja menurun adalah
diperlukan budaya organisasi untuk memajukan ketidakmampuan guru untuk membangun
anak didik yang berkualitas tinggi. Adanya komunikasi, baik itu dengan sesama guru
budaya organisasi dan kinerja guru di sekolah maupun dengan peserta didiknya dimana ketika
maka guru yang bekerja di MAN 2 Model dapat merujuk kepada pengertian komunikasi
bekerja sama dengan baik. Sehingga interpersonal merupakan kemampuan untuk
menghasilkan anak didik yang berkualitas tinggi. saling bertukar pesan antara dua orang atau lebih
Secara tidak langsung mereka mempunyai untuk suatu tujuan. Realitas yang terjadi saat ini
keinginan untuk memajukan anak didiknya, bahwa dengan ketidakmampuan tersebut
walaupun dalam mendidik anak tidak mudah membuat antara para guru, guru dengan siswa
tetapi harus mempunyai semangat yang tinggi. sering terjadi misscommunication yang
Melalui budaya organisasi kinerja guru yang kuat selanjutnya berubah menjadi missperseption
dapat menghasilkan kualitas guru yang baik dan sehingga membuat hubungan yang tidak baik.
tercapainya tujuan yang ada di sekolah. Kualitas Membangun komunikasi antara guru dengan
budaya organisasi dan kinerja guru dapat dilihat siswa, guru dengan guru, guru dengan kepala
dari kerja sama antara guru satu dengan guru sekolah dan seluruh civitas merupakan hal yang
yang lain. Bahwa penilaian atau evaluasi kinerja terpenting pula. Karena dengan komunikasi yang
merupakan suatu alat untuk memperbaiki dan baik pula segala permasalahan akan lebih mudah
meningkatkan kinerja guna mencapai tujuan untuk dicarikan jalan keluarnya.
suatu organisasi yang efektif dan efisien. Kinerja
guru juga berguna sebagai dasar dan alat untuk 4. KESIMPULAN DAN SARAN
mengetahui sejauh mana guru dapat 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
menyelesaikan pekerjaannya dan memperbaiki komunikasi interpersonal terhadap kinerja
dan mengembangkan kecakapan guru. Sehingga guru. Hal ini dibuktikan dengan hasil
dapat mempermudah dalam penempatan maupun regresi thitung komunikasi interpersonal
balas jasa yang akan diberikan sesuai. sebesar 0,623 dengan nilai signifikansi
4. Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Gaya 0,036 < 0,05. Adapun besar pengaruh
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi komunikasi interpersonal terhadap kinerja
Terhadap Kinerja Guru di MAN 2 Model guru adalah dilihat dari nilai koefisien
Medan determinasi (R Square) sebesar 0,188
Berdasarkan hasil penelitian besarnya menunjukkan bahwa kinerja guru yang
hubungan secara bersama-sama budaya dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal
organisasi, komunikasi interpersonal dan gaya sebesar 18,8% dan 81,2% dipengaruhi oleh
kepemimpinan terhadap kinerja guru diketahui faktor lainnya.
persamaan regresi berganda sebagai berikut 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
Konstanta sebesar 26,957 koefisien komunikasi gaya kepemimpinan terhadap kinerja guru.
interpersonal (X1) sebesar 0,590, gaya Hal ini dibuktikan dengan hasil regresi t hitung
kepemimpinan (X2) sebesar 0,561 dan koefisien gaya kepemimpinan sebesar 3,431 dengan
budaya organisasi (X3) sebesar 0,257. Dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05. Adapun
demikian persamaan garis regresinya adalah besar pengaruh gaya kepemimpinan
Y=26,957+0,590X1+0,561X2+0,257X3. terhadap kinerja guru yaitu dilihat dari nilai
Persamaan garis regresi yang positif ini koefisien determinasi (R Square) sebesar
mengindikasikan bahwa semakin baik 0,321 menunjukkan bahwa kinerja guru
komunikasi interpersonal, gaya kepemimpinan, yang dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
dan budaya organisasi maka kinerja guru akan sebesar 32,1 % dan 67,9% dipengaruhi oleh
meningkat pula. faktor lainnya.
Hasil uji determinasi diketahui nilai R square 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
sebesar 0,412. Hal ini berarti bahwa variabel budaya organisasi terhadap kinerja guru.
komunikasi interpersonal, gaya kepemimpinan Hal ini dibuktikan dengan hasil regresi t hitung
dan budaya organisasi maka kinerja guru secara budaya organisasi sebesar 2,706 dengan
bersama-sama sebesar 41,2%, dan sisanya nilai signifikansi 0,009 < 0,05. Adapun
sebesar 58,8% ditentukan oleh faktor lain. besar pengaruh budaya organisasi terhadap
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kinerja guru yaitu dilihat dari nilai koefisien
variabel yang sangat berpengaruh dari uji determinasi (R Square) sebesar 0,257
255
menunjukkan bahwa kinerja guru yang Barnawi & M. Arifin. (2014). Kinerja Guru
dipengaruhi oleh budaya organisasi sebesar Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz
25,7 % dan 74,3% dipengaruhi oleh faktor Media.
lainnya. Deddy Mulyana, 2011. Ilmu Komunikasi.
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Bandung: PT. Rosdakarya.
antara komunikasi interpersonal, gaya Departemen Pedidikan dan Kebudayaan. 1998,
kepemimpinan, budaya organisasi secara Panduan Manajemen Madrasah.
bersama-sama terhadap kinerja guru. Hal Departemen Pendidikan dan
ini dibuktikan dengan hasil uji F sebesar Kebudayaan.
26,957 dengan nilai signifikansi 0,008 < Elfrianto, E. (2020). The Effect of Organizational
0,05. Adapun besar pengaruh komunikasi Culture on Achievement Motivation
interpersonal, gaya kepemimpinan dan of Teachers in SMP (Junior High
budaya organisasi terhadap kinerja guru School) Muhammadiyah in
yaitu dilihat dari nilai koefisien determinasi Medan. Budapest International
(R Square) sebesar 0,412 sehingga Research and Critics Institute (BIRCI-
menunjukkan bahwa kinerja pengaruhi oleh Journal): Humanities and Social
komunikasi interpersonal, budaya Sciences, 3(1), 403-416.
organisasi dan gaya kepemimpinan secara Emzir, 2013, Metode Penelitian Pendidikan,
bersama-sama (simultan) sebesar 41,2% Jakarta : Rajawali Pers
dan 58,8% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Fattah. 2008, Landasan Manajemen Pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian dan PT. Remaja Yokyakarta. Bandung
kesimpulan maka peneliti dapat memberikan Gibson, Ivanevich dan Donelly, 1996,
saran sebagai berikut: Organisation Behaviour Struktur
1. Perlu sikap ramah tamah yang dibentuk dari Proses, Penerjemah Djarkasih,
kepala sekolah sebagai pemimpin dan Jakarta: Erlangga, 1996, 52.
melakukan komunikasi kepada para guru. Juni Priansa, Doni, dan Somad Rismi. 2014.
2. Perlu peningkatan kebiasaan baik untuk Manajemen Supervisi dan
menciptakan kebudayaan yang positif di Kepemimpinan Kepala Sekolah,
sekolah. Alfabeta: Bandung
3. Perlunya peningkatan komunikasi Maryadi Syarif (2011) tentang “Pengaruh
interpersonal antara pemimpina sekolah Komunikasi Interpersonal dan
dengan guru, guru dengan teman Supervisi Kepala Sekolah terhadap
sejawatnya, guru dengan siswa dan kepala Kinerja Guru”.
sekolah dengan semua elemen yang ada Mulyasa. 2012. Menjadi Kepala Sekolah
disekolah baik siswa ataupun orangtua Profesional. Bandung: Remaja
siswa. Rosdakarya.
4. Perlunya ada penelitian lain untuk Pasolong, Harbani, 2007, Teori Administrasi
menemukan variabel-variabel lain yang Publik, Alfabeta, Bandung
berpengaruh terhadap kinerja guru di MAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
2 Model Medan. Indonesia Nomor 13 tahun 2007
tentang standar kepala sekolah,
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Andang, 2014. Manajemen dan Kepemimpinan Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Kepala Sekolah. Yogyakarta: PT. Tentang Standar Kualifikasi
Arruz Media, Cet.1 Akademik dan Kompetensi Guru.
Anas Fuadi, Agus, 2014, “Pengaruh Suwandi, 2016, Pengaruh Kepemimpinan
Kepemimpinan, Budaya Organisasi Kepala Sekolah, Budaya Kerja Dan
Dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Guru dengan Profesionalisme Guru Di SMP Negeri
Komitmen Organisasi Sebagai Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Moderating”, Jurnal Tanggamus, Tesis Magister
INFORMATIKA edisi September Manajemen Pendidikan Prodi
2014. Vol 1. No. 2, 2337 – 5213 Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Andang, 2014. Manajemen dan Kepemimpinan Universitas Lampung.
Kepala Sekolah. Yogyakarta: PT. Tanjung, B. N., & Elfrianto, E. (2019). Analysis
Arruz Media, Cet.1 of Organizational Commitments
As’ad. 2003. Kepemimpinan efektif dalam Based on Lecturer
perusahaan. Edisi.2. Yogyakarta: Characteristics. Budapest
Liberty International Research and Critics
Institute (BIRCI-Journal):
256
Humanities and Social Sciences, 2(3), atasUndang-Undang Nomor 11 Tahun
78-88. 2008 tentang Informasi dan Transaksi
TE Sumual-mimbar, Jurnal Sosial dan Elektronik, Pasal 1 ayat 3, 2.
Pembangunan, 2015-ejournal. Wibowo Da’i, 2009, “Pengaruh Supervisi
Unisba.ac.id Kepala Sekolah Dan Kompetensi
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Pedagogik GuruTerhadap Kinerja
Sistem Pendidikan Nasional Tahun Guru SD Negeri Kec. Kersana Kab.
2003, BabII, pasal 3, 4. Brebes”, Tesis, U
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016, tentang Perubahan
257