ARTIKEL AMRULAH - Rev

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH RESILIENSI TERHADAP JOB INSECURITY PADA PEGAWAI

HONORER DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK


PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTABARU

Amrulah 1) Anthonius J. Karsudjono 2) Ryan Darmawan 3)


Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Kalimantan Selatan
e-mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan Untuk menganalisis pengaruh Resiliensi terhadap Job
Insecurity Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kotabaru. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kualitatif. Hasil analisis yang dilakukan membuktikan bahwa Resiliensi berpengaruh
signifikan terhadap Job Insecurity Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kotabaru Kabupaten Banjar. Resiliensi
yang tinggi dapat membuat komitmen kerja yang dimiliki pegawai. Pegawai yang memiliki
komitmen yang tinggi akan menganggap pekerjaannya sangat penting dan memiliki kesetiaan
yang tinggi pada organisasi serta menginginkan untuk tetap pada pekerjaannya. Beberapa
aspek di atas merupakan bagian dari job insecurity. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
seorang pegawai memilki resiliensi yang tinggi, yaitu memiliki kompetensi sosial dan standar
yang tinggi, serta keuletan dalam bekerja akan membuat pegawai tersebut memandang
pekerjaannya sebagai hal yang penting dan cenderung memilki kekhawatiran akan
kelangsungan masa depan pekerjaannya atau memiliki tingkat job insecurity yang tinggi

Kata Kunci: Resiliensi, Job Insecurity

Abstract: This study aims to analyze the effect of resilience on Job Insecurity at the Office of
Women's Empowerment, Child Protection, Population Control and Family Planning
Kotabaru. The research approach used in this research is qualitative. The results of the
analysis carried out prove that resilience has a significant effect on Job Insecurity at the
Office of Women's Empowerment, Child Protection, Population Control and Family
Planning, Kotabaru, Banjar Regency. High resilience can make employee work commitments.
Employees who have high commitment will consider their work very important and have high
loyalty to the organization and want to stay in their jobs. Some of the aspects above are part
of job insecurity. This shows that if an employee has high resilience, that is, has social
competence and high standards, as well as tenacity in work, this will make the employee view
his work as important and tend to have concerns about the future continuity of his work or
have a high level of job insecurity. tall

Keywords: Resilience, Job Insecurity


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pegawai honorer yaitu pegawai/pegawai sukarela yang bekerja di instansi pemerintah atau
swasta dengan persyaratan tertentu yang dilindungi oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan
dibiayai oleh APBN/APBD daerah (Rakayoga & Gusti Lanang, 2014). Miftah Thoha (2005)
menjelaskan bahwa tenaga sukarela atau biasa disebut pekerja non PNS merupakan salah satu
aset sumber daya manusia (SDM) yang memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan
organisasi/lembaga pemerintah maupun swasta yang bergerak di bidang pelayanan
sosial. .RSUD. Tidak diketahui apakah ada relawan yang tidak lagi menjadi pekerja tetap
setelah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 berlaku.
Semakin banyak karyawan, semakin banyak persaingan dalam suatu organisasi/lembaga,
peneliti berspekulasi bahwa relawan tidak diperlakukan dengan baik oleh pihak berwenang
seperti praktik diskriminatif, dan banyak relawan tidak akan bekerja. Karyawan sektor swasta
telah bekerja selama beberapa dekade karena kebijakan pemerintah . Memenuhi persyaratan
yang ditetapkan terkait usia hingga 35 tahun.
Pegawai Honorer menginginkan fasilitas yang nyaman dan aman untuk menunjang
pekerjaannya. Buruh kontrak di sisi lain, tentu saja ingin tetap bekerja di perusahaan
sementara tempat mereka bekerja, namun di sisi lain mereka merasa terancam atau terus
menerus khawatir dengan posisinya. (Andrininirina, 2015).
Ini memperjelas bahwa kondisi tempat kerja dapat berubah tanpa Anda sadari. Kondisi
tersebut dapat membuat karyawan cemas dan akibatnya membuat mereka ingin berolahraga.
Bukti empiris menunjukkan bahwa pekerja tidak tetap mengalami tingkat Job Insecurity yang
lebih tinggi daripada pekerja tetap (De Witte & Naswall, 2003). Job Insecurity yaitu suatu
kondisi di mana seorang karyawan merasa tidak berdaya untuk mempertahankan
kesinambungan yang diinginkan dalam situasi kerja yang mengancam. Secara umum, keadaan
ini dirasakan oleh semua pekerja. Selain itu, karena meningkatnya pengangguran dan
kurangnya kesempatan kerja, pekerja/pegawai sangat mungkin mengalami Job Insecurity
Job insecurity diukur berdasarkan faktor-faktor yang dikemukakan oleh (Greenhalgh and
Rosenblatt & Ashford, et al. dalam Pasewark and Strawser, (1996)). (3) kepentingan individu
terhadap kemungkinan kejadian yang dapat berdampak buruk pada keseluruhan pekerjaan
individu; (4) kemungkinan mempengaruhi keseluruhan pekerjaan individu; (5)
ketidakberdayaan pribadi.
Masih ada batas yang dapat diterima untuk Job insecurity, tetapi ketika melebihi
kemampuan seseorang, itu merusak penyimpangan fisiologis dan psikologis dan
menyebabkan hubungan sumbang di antara mereka yang terlibat dalam organisasi.
Pasewark dan Strawser (1996) mengemukakan bahwa kondisi job insecurity
mempengaruhi kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kepercayaan organisasional yang
pada akhirnya mempunyai hubungan dengan keinginan berpindah (turnover). Hal ini sangat
mungkin terjadi kepada pegawai/karyawan yang memiliki masa kerja yang tidak dapat
ditentukan oleh para pekerjanya.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya job insecurity, Greenhalgh dan Rosenblath
(1984) menjelaskan job insecurity dapat dipengaruhi tiga faktor yaitu, lingkungan kerja,
kondisi diluar lingkungan kerja, dan diri pribadi. Faktor job insecurity yang bersumber dari
diri pribadi individu yaitu yang berkembang dengan kepribadian individu itu sendiri. Pegawai
yang memiliki job insecurity pastinya rentan terkena stres, karena masalah yang dihadapi
yang berhubungan pada hilangnya pekerjaan, ketegangan mental dan kebingungan terkait
masa depan pekerjaannya pada instansi di tempat mereka bekerja (Yashoglu et al, 2013).
Individu berbeda dalam bagaimana mereka menghadapi perubahan kondisi kerja yang
dapat membahayakan pekerjaan mereka. Beberapa orang merasa terganggu dengan hal ini,
dan yang lainnya mampu mengubah situasi yang mereka anggap mengganggu ke arah yang
positif agar tidak mengganggu kinerja pekerjaannya.
Kemampuan untuk keluar dan mencoba memecahkan masalah disebut resiliensi. Grotberg
(1999) menjelaskan bahwa resiliensi masuk akal. Artinya, kemampuan individu untuk
mengatasi tekanan dan mengubah kejadian buruk menjadi pengalaman yang dapat membawa
pada kehidupan yang positif. Resiliensi mempengaruhi setiap aspek pekerjaan. Resiliensi
sendiri merupakan kemampuan individu untuk bangkit kembali dari situasi sulit (Listyanti,
2012).
Resiliensi memiliki dua faktor yang berhubungan dengan rasa takut. Itu berarti berfokus
pada kompetensi diri: kepercayaan diri dan optimisme, pengambilan keputusan yang cepat,
dan menemukan solusi untuk masalah. (Bitsika et al., 2010) berpendapat bahwa
mengembangkan rasa percaya diri dan optimisme terhadap masalah serta fokus mencari solusi
dapat mengurangi kecemasan individu. (Dipayanti & Chairani, 2012)
Resiliensi individu memiliki banyak faktor, internal dan eksternal, sering disebut sebagai
faktor pelindung (Dewanti & Suprapti, 2014). Faktor protektif berperan sangat penting dalam
mengurangi dampak negatif lingkungan yang dapat merugikan individu, dan faktor protektif
dapat meningkatkan resiliensi individu. , Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan KB Kota Bharu harus berfungsi secara profesional dan
kompeten sebagai instansi pemerintah yang terlibat langsung dalam pelayanan masyarakat.
Dalam hal ini, dibutuhkan tenaga sukarela untuk mendukung pekerjaan pegawai tetap (PNS).
Tidak banyak perbedaan antara pegawai tetap (PNS) dan relawan dalam hal konten
pekerjaannya, namun pegawai honorer memiliki beban kerja yang lebih banyak daripada
pegawai biasa, seperti jam kerja yang panjang. Dibayar sesuai dengan keahlian masing-
masing. Job Desk dirancang untuk berdampak positif pada kinerja proses. Situasi ini
membutuhkan keterampilan dan ketahanan sukarela.
Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh De Cuyper et al, (2008) yang menyatakan
bahwa berbagai macam sektor pekerjaan dan macam jabatan pegawai/karyawan dapat
menentukan bagaimana pegawai/karyawan mempersepsikan ketahanan kerja dan job
insecurity. Pegawai/karyawan sementara identik dengan kondisi ergonomis yang buruk,
pendapatan yang lebih rendah, wewenang yang terbatas, dan beban kerja yang lebih tinggi
Terkait dengan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian dan diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan edukasi mengenai Pengaruh Resiliensi terhadap Job Insecurity
pada Pegawai Honorer Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kotabaru
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memiliki rumusan masalah sebagai
berikut : Apakah Resiliensi berpengaruh terhadap Job Insecurity Dinas Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kotabaru ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka peneliti memiliki tujuan
penelitian sebagai berikut : Untuk menganalisis pengaruh Resiliensi terhadap Job Insecurity
Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kotabaru
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda untuk menguji hipotesis
dengan alat analisis statistik berupa software SPSS Versi 21. Pengujian hipotesis dilakukan
setelah model regesi linear berganda yang akan digunakan dianggap layak atau bebas dari
pelanggaran asumsi klasik agar hasil pengujian dapat diinterprestasikan dengan tepat
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil output dari SPSS 21 terhadap data skor yang telah dibuat berdasarkan jawaban
responden dari kuisioner yang telah dibagikan, kemudian dirangkum menjadi bahasan-
bahasan sebagaimana yang terlihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Uji Persamaan Regresi dan Uji-t

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 3.019 .845 3.571 .001
1
X .591 .035 .864 16.989 .000
Sumber: Data Primer diolah (2022)

a. Persamaan Regresi
Secara matematis model fungsi regresi linear berganda dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Interpretasi persamaan tersebut yaitu sebagai berikut:
Y = 3,019 + 0,591.X
Peningkatan terhadap variabel Resiliensi (X) 0,591 yaitu positif, yang berarti
bahwa adanya hubungan searah antara variabel bebas dan variabel terikat,
semakin meningkat nilai pada variabel Resiliensi, maka hubungan Job
Insecurity pegawai juga akan meningkat sebesar 59,1%
b. Hasil Uji-t
Uji t Digunakan untuk menghitung signifikasi pengaruh secara parsial atau
dari masing-masing variabel X terhadap Y. Hasil nilai signifikansi pengujian
(Sig.t) sebagai berikut : Variabel X Resiliensi didapatkan nilai sig. = 0.000
(Nilai Sig. < 0,05) lebih kecil dari 0,05, yang artinya secara parsial variabel
Resiliensi berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Job Insecurity.
c. Hasil Uji-F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama sama terhadap variabel dependen atau terikat. Artinya, semua
variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hasil nilai signifikansi pengujian (Sig.F) sebagai
berikut :

Tabel 2
Uji F
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 575.394 1 575.394 288.631 .000b
1 Residual 195.366 98 1.994
Total 770.760 99
Sumber: Data Primer diolah (2022)
Dari Uji Anova atau F test, didapat tingkat signifikansi nilai sig. = 0.000
(Nilai Sig. < 0,05) Karena probabilitas 0,000 maka model regresi bisa dipakai
untuk mengetahui pengaruh terhadap Job Insecurity pegawai. Atau secara
bersama-sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat
d. Hasil Uji Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan suatu model penelitian dalam menjelaskan variasi variabel
dependen yang ada. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar variabel
dependen dapat diterangkan oleh variabel independen yang ada. Berikut tabel
untuk memprediksi variasi dependen.
Tabel 3
Tabulasi interprestasi nilai R
No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1 0,800 – 1,000 Sangat Kuat
2 0,600 – 0,799 Kuat
3 0,400 – 0,599 Sedang
4 0,200 – 0,399 Rendah
5 0,000 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber : Sugiyono (2005)

Tabel 4
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate

1 .864a .747 .744 1.41192


Sumber : Data Diolah Penulis 2022

Tabel model summary terlihat nilai Nilai R dengan nilai sebesar 0,864 atau
86,4% yaitu koefisien korelasi yang menunjukkan tingkat hubungan antara
variabel X terhadap variable Y. Nilai korelasi tersebut menunjukkan tingkat
hubungan sangat kuat karena berada di antara 0,800 sampai dengan 1,000.
Artinya model penelitian mampu menjelaskan dari perubahan Job Insecurity
pegawai sebesar 86,4%. Sedangkan sisanya (100%-86,4% = 13,6%)
dijelaskan oleh faktor lain.
Pembahasan
Variabel Resiliensi didapatkan nilai sig. 0.000 lebih kecil dari 0,05, yang artinya
variabel Resiliensi berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Job Insecurity. Resiliensi
memiliki dampak pada banyak hal pada aspek pekerjaan, seperti kinerja karyawan, komitmen
pekerjaan termasuk juga tingkat kepuasan kerja pada karyawan. Resiliensi yang tinggi dapat
membuat karyawan untuk berusaha maksimal melaksanakan tugasnya pada pekerjaan,
karyawan akan berusaha untuk mencapai tujuan baik tujuan pribadinya maupun tujuan
organisasi tempatnya bekerja. Kinerja yang baik inilah yang bisa membuat karyawan tersebut
mendapat reward berupa mendapatkan bonus atau respon positif dari organisasi atau
perusahaannya. Hal tersebut akan membuat karyawan merasa puas bekerja pada perusahaan
tersebut serta menginginkan untuk tetap pada pekerjaannya dan menganggap penting bagian-
bagian (aspek) pekerjaan seperti gaji dan lingkungan kerja yang nyaman dapat mempengaruhi
tingkat keamanan dan kenyamanan individu dalam menjalankan pekerjaan.
Ketika karyawan kontrak menyadari bahwa masa kerjanya akan habis, hal tersebut
tentu saja membuat karyawan merasa insecure karena nantinya karyawan kontrak tidak
berhak untuk mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang
penggantian hak apabila masa kerjanya habis. Tingkat resiliensi yang tinggi akan membuat
komitmen karyawan menjadi tinggi dan hal tersebut menyebabkan karyawan tersebut memilki
makna kerja positif pada pekerjaannya. Individu mampu untuk memahami arti pekerjaannya
sehingga dapat mempengaruhi arti dan makna pekerjaanya secara luas. Individu dengan
makna kerja yang positif akan meningkatkan performa kerja yang baik, dapat membangun
motivasi yang tinggi dalam bekerja, dapat meningkatkan produktivitas bagi organisasi serta
menganggap pekerjaannya sebagai sesuatu hal yang penting

Kesimpulan
Resiliensi berpengaruh signifikan terhadap Job Insecurity Dinas Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kotabaru
Kabupaten Banjar. Resiliensi yang tinggi dapat membuat komitmen kerja yang dimiliki
pegawai. Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi akan menganggap pekerjaannya
sangat penting dan memiliki kesetiaan yang tinggi pada organisasi serta menginginkan untuk
tetap pada pekerjaannya. Beberapa aspek di atas merupakan bagian dari job insecurity. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila seorang pegawai memilki resiliensi yang tinggi, yaitu memiliki
kompetensi sosial dan standar yang tinggi, serta keuletan dalam bekerja akan membuat
pegawai tersebut memandang pekerjaannya sebagai hal yang penting dan cenderung memilki
kekhawatiran akan kelangsungan masa depan pekerjaannya atau memiliki tingkat job
insecurity yang tinggi
Saran
Berdasarkan analisis dan penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Pegawai diharapkan dapat menyikapi perubahan yang terjadi pada pekerjaan secara
positif agar tidak timbul kekhawatiran dan membuat tingkat job insecurity menjadi
rendah. Selain itu, pegawai juga diharapkan dapat menjadikan perubahan yang terjadi di
dalam organisasi sebagai suatu motivasi untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki
agar dapat mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan kerja sehingga pekerjaan yang
bersifat sementara bukan menjadi permasalahan melainkan menjadi tantangan
2. Pihak Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kotabaru Kabupaten Banjar diharapkan untuk membantu
memberikan pengembangan dan pembelajaran, menyangkut pekerjaan yang sesuai
dengan kepentingan dan kompetensi individu sehingga dapat memberikan nilai kerja
yang positif pada individu tersebut dan mengurangi tingkat job insecurity
3. Bagi peneliti yang selanjutnya, diharapkan penelitian ini mampu memberikan gambaran
baru tentang perbandingan job insecurity pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. Selain itu
menjadi wawasan baru bagi peneliti lainnya untuk mempertimbangkan variabel-variabel
lain yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi job insecurity

Anda mungkin juga menyukai