5802 21424 1 PB 1
5802 21424 1 PB 1
5802 21424 1 PB 1
Abstrak
Kopi merupakan suatu komoditi lokal lampung yang sudah mendunia, hal ini ditunjukkan dengan adanya
indikasi geografis yang terdaftar dengan nomor IDG 0ss00000026, namun kopi lampung, terus mengalami
penurunan, dimana hingga tahun 2019 tercatat mengalami penurunan hingga 6.21% sementara lahan
perkebunan mengalami penurunan sebesar 2.03%. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan rumusan
strategi terbik dalam pengembangan produsi kopi lampung sebagai bahan baku bagi industri produsen
kopi.dengan menggunakan metode SWOT. dari analisis SWOT dirumuskan strategi berupa: meningkatkan
suplai kopi untuk menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan daya saing harga kopi domestik,
membangun SDM tani yang berbasis riset dan pengembangan kopi sebagai komoditi unggulan,
Peningkatan produktifitas kopi melalui penerapan teknologi dan kerjasama riset.
Kata Kunci : analisis SWOT pengembangan kopi lampung
Abstract
Coffee is a local commodity of Lampung which is worldwide, this is indicated by the geographical indications
registered with IDG number 0ss00000026, but coffee Lampung, continues to decline, which until 2019 was
recorded to have decreased by 6.21% while plantation land decreased by 2.03% . The purpose of this study is
to determine the best strategic formulation in the development of the Lampung coffee production as a raw
material for the coffee producer industry by using the SWOT method. From the SWOT analysis a strategy
was formulated in the form of: increasing coffee supply to maintain price stability, and increasing domestic
coffee price competitiveness, developing research-based agricultural HR and coffee development as superior
commodities, Increasing coffee productivity through the application of technology and research
collaboration.
Keywords: SWOT analysis of Lampung coffee development
Pendahuluan penurunan sebesar 2.030%, (direktorat jendral
perkebunan kementerian perdagangan 2019).
Kopi merupakan suatu komoditi lokal
Kondisi ini membuat bahan baku untuk
lampung yang sudah mendunia, hal ini
industri kekurangan pasokan, menurunnya
ditunjukkan dengan adanya indikasi geografis
produksi kopi disisi lain menimbulkan
yang terdaftar dengan nomor IDG 000000026
kenaikan harga kopi dilampung dan
tanggal 13 Mei 2014, Indikasi Geografis adalah
dibandingkan harga kopi impor harga kopi
suatu tanda yang menunjukkan daerah asal
dilampung lebih tinggi (AEKI 2016), kondisi ini
suatu barang dan/atau produk yang karena
mengakibatkan kenaikan volume kopi impor
faktor lingkungan geografis termasuk faktor
yang masuk ke Indonesia pada tahun 2018 naik
alam, faktor manusia atau kombinasi dari
sebesar 554,5% mencapai 78,85 ribu ton dari
kedua faktor tersebut memberikan reputasi,
sebelumnya pada 2017 meningkat sebesar
kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang
14.22 ribu ton (BPS, Statistik Kopi Indonesia
dan/atau produk yang dihasilkan.
2018). Kondisi lain penguatan nilai tukar
Produksi kopi lampung, terus
rupiah terhadap dolar juga mempengaruhi nilai
mengalami penurunan, dimana hingga tahun
ekspor dan impor komoditi (Bank Indonesia
2019 tercatat mengalami penurunan hingga
6.21% sementara lahan perkebunan mengalami
14
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019
2019) kondisi ini membuat harga kopi impor pengklasifikasian apakah variable tersebut
mengalami penurunan. merupakan sebuah peluang atau ancaman bagi
sistem pertanian kopi robusta (Tabel. 1).
Metode Penelitian Tabel. 1 Faktor Eksternal dan Internal Produktifitas Kopi
Lampung
Lokasi penelitian ini dilakukan di provinsi
Identifikasi Variabel Penelitian Faktor Faktor
lampung sebagai wilayah dengan penghasil Internal Eksternal
kopi robusta terbesar kedua di Indonesia.
S W O T
Sampling pada peneletian ini dilakukan
dengan metode purposive sampling dengan Subsistem Produktifitas Kopi
populasi pengusaha kopi dan petani kopi di Lampung
- Produktifitas lahan pertanian √
tanggamus Ulubelu dan pengusaha kopi di - Luas lahan area tanam kopi √
Lampung sebanyak 6 (enam) sampel, adapun lampung
- Usia produktif petani √
lingkup pertanyaan yang dituangkan
mencakup faktor internal yang - Penerapan teknologi dalam √
mempengaruhi produktifitas kopi, dan factor pengelolahan lahan
- Riset yang berkaitan dengan √
eksternal. Kemudian disusun sebuah
peningkatan produktifitas lahan
pertanyaan tertutup yang mencakup variable Subsistem kualitas Produk kopi
yang dituangkan dalam table SWOT. lampung
- Penyimpanan pasca panen √
Dalam pengolahan datanya,
- Metedo pengeringan biji kopi √
digunakan metode SWOT, metode ini
adalah metode perencanaan strategis yang - pengemasan pada proses √
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan distribusi
Subsistem permintaan pasar
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang dalam negri
- Semakin banyaknya varian √
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam minuman olahan kopi
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. - Meningkatnya konsumsi kopi √
Keempat faktor itulah yang membentuk dalam negericoffee corner
- Banyaknya √
akronim SWOT (strengths, weaknesses,
- Semakin banyaknya generasi √
opportunities, dan threats). SWOT akan lebih muda yang mulai menikmati kopi
baik dibahas dengan menggunakan tabel yang Subsistem harga pasar Ekspor
dibuat dalam kertas besar, sehingga dapat
- Kondisi harga dalam negeri lebih √
dianalisis dengan baik hubungan dari setiap tinggi dibandingkan ekspor
aspek (Rangkuti 2011). Data yang yang
- Suplai impor yang sangat tinggi √
dihasilkan kemudian diolah menggunakan
- Penguatan mata uang rupiah √
formula pada software Microsoft excel.
terhadap dolar
- Pasar produk kopi dunia yang √
Hasil Dan Pembahasan
cukup besar
Penentuan factor internal dan foaktor
eksternal
15
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019
Tabel 2. Pembobotan Faktor Internal dan e. Pasar produk kopi 16 3 0.12 0.35
Eksternal dunia yang
Ancaman cukup besar
(Threats)
a. Kondisi harga dalam 22 4 0.16 0.65
Faktor Internal Jumla Bobot Ratin Bobot negeri lebih tinggi
h g Skor dibandingkan ekspor
b. Suplai impor yang 23 4 0.17 0.68
Kekuatan (Strengths) sangat tinggi
c. Penguatan mata uang 11 2 0.08 0.16
a. Luas lahan area tanam 22 4 0.19 0.77 rupiah terhadap dolar
Total 136 1.00 3.33
b. kopi lampung petani
Usia produktif 23 4 0.20 0.80
Kelemahan (Weaknesses)
a. Produktifitas lahan 11 2 0.10 0.20
Analisis Pembobotan
pertanian
b. Penerapan teknologi 12 2 0.11 0.22
c. dalam pengelolahan
Riset yang berkaitan 12 2 0.11 0.22 Hasil pembobotan digunakan untuk perumusan
dengan peningkatan strategi pada matriks SWOT daya saing kopi
produktifitas lahan
d. Penyimpanan pasca 11 2 0.10 0.20 robusta, Setelah semua data yang
panen
e. Metedo pengeringan biji 12 2 0.11 0.21 mempengaruhi pengembangan agribisnis kopi
kopi
f. Pengemasan pada 11 2 0.10 0.20 robusta dikumpulkan, dilanjutkan kepada tahap
proses distribusi
TOTAL 114 1.00 2.79 analisis melalui model perumusan strategi
dengan matriks SWOT. Dari hasil diatas dapat
dilihat 3 bobot terbesar antara lain adalah luas
Faktor Internal Jumla Bobot Ratin Bobot lahan pertanian, usia produktif petani, dan
h g Skor suplai impor kopi yang meningkat. Sedangkan
Peluang (Opportunities) tiga bobot terendah antara lain adalah
a. Semakin banyaknya 22 4 0.16 0.65 penguatan mata uang rupiah, semakin banyak
varian minuman olahan generasi muda penikmat kopi, produktifitas
b. kopi
Meningkatnya konsumsi 15 3 0.11 0.33 lahan, penyimpanan pasca panen, dan metode
kopi dalam coffee
c. Banyaknya negeri 16 3 0.12 0.35 pengeringan biji kopi (Tabel.3).
corner banyaknya
d. Semakin 11 2 0.08 0.16
generasi muda yang
mulai
16
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019
17