Scenario 2023: Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049

SCENARIO 2023

ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL USAHATANI


TANAMAN KOPI (Coffea Arabika) DI DESA SUKA KABUPATEN KARO

Ruth Riah Ate Tarigan1*, Sri Setyanigrum2, Muhammad Hafiz3


Program Studi Agroteknologi, Universitas Pembangunan Panca Budi
*Email: [email protected]

ABSTRACT
The coffee plant is an important plantation commodity to improve the economy of the people living in Karo
Regency. The type of coffee developed by the Karo people is Arabica coffee. The aim of the study was to
analyze the internal factors and external factors that influence the strategy for developing coffee farming
(Coffea arabika) in Suka Village, Karo Regency. The data analysis method used in explaining problem
identification is descriptive analysis. The results of the study are the Internal Factors of strength, namely
natural resources, coffee taste, human resources, coffee harvest time, farmer groups, and transportation
access. The dominant force affecting the development of coffee farming in the research area is human
resources. Internal factors of weakness are coffee plant seeds, coffee marketing, coffee farmer partnerships,
coffee processing, and coffee plant maintenance. The most dominant weakness is the maintenance of coffee
plants. Opportunity external factors are: location of coffee cultivation, demand for coffee, profit of coffee
farming and quality of coffee beans. The most dominant opportunity is the demand for coffee. External threat
factors are: coffee farming competition, climate change, coffee pests and diseases and coffee prices. The most
dominant threat is competition in coffee farming.
Keywords: Coffee Plants, Development Strategy

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Popularitas dan daya tarik kopi yang mendunia, yang berasal dari citarasanya yang
unik, membuat kopi saat ini menjadi salah satu minuman yang paling diminati dan sering
dikonsumsi. Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia
dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Kopi memiliki kepentingan
yang kuat dalam sejarah, budaya, sosial dan ekonomi. Kopi adalah salah satu sumber alami
kafein yaitu zat yang dapat menstimulasi otak, meningkatkan kemampuan kognitif dan daya
ingat. Kandungan asam klorogenat dalam kafein dikaitkan dengan kemampuan untuk
menekan resiko diabetes dan penyakit jantung. (Hecimovic at al, 2011).
Secara geografis lahan di Indonesia sangat cocok difungsikan sebagai lahan
perkebunan kopi karena memiliki iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan dan
produksi kopi. Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi
hasil produksi. Sentra penanaman kopi di Indonesia tersebar di berbagai daerah dikarenakan
hampir seluruh daerah di Indonesia dari masing-masing pulau sangat cocok untuk
pertumbuhan tanaman kopi. Kopi telah menjadi komoditas potensial yang secara luas
diusahakan oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Oleh karena itu potensi
pengembangan kopi di daerah sangat diperlukan guna mendukung peningkatan
kesejahteraan petani (Junaidi dan Yamin, 2010).
Menurut data Statistik Indonesia 2020 tentang luas area dan jumlah produksi kopi di
Indonesia bahwa Sumatera merupakan lumbung kopi Indonesia, di tahun 2019, sebanyak
545,7 ribu ton atau sekitar 71,7% produksi kopi nasional dihasilkan dari pulau ini. Sumatera
Selatan merupakan provinsi dengan produksi kopi terbesar secara nasional, yakni mencapai
196 ribu ton. Provinsi penghasil kopi terbesar kedua adalah Lampung sebesar 110,3 ribu ton
dan ketiga adalah Sumatera Utara sebesar 72,3 ribu ton.
Kopi Karo merupakan komoditi unggulan Kabupaten Karo yang sangat potensial
untuk dikembangkan karena dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Beberapa kendala

134
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

yang dihadapi adalah ketidakmampuan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani,


kendala teknis dan manajemen yang dihadapi petani untuk memenuhi standar perusahaan
dan pasar internasional. Hal tersebut karena petani belum memiliki pengetahuan teknis,
pengalaman praktis tentang pengolahan pasca panen kopi. Agar pengolahan pasca panen
meningkat perlu dilakukan pendampingan dan pelatihan kepada petani yang memiliki
peranan penting dalam menentukan mutu dari biji kopi yang dihasilkan (Sembiring et al.,
2019).
Penelitian tentang analisis faktor internal dan fackor eksternal dalam strategi
pengembangan sudah pernah dilakukan, antara lain oleh Suparno. A, et al., (2022) yang
melakukan penelitian tentang Analisis faktor internal dan eksternal pengembangan
perkebunan rakyat kopi Arabika di Kabupaten Pegunungan Arfak Provinsi Papua Barat.
Radiah (2021) melakukan penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan komoditi kopi di provinsi Sumatera Utara
Seorang petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan petaninya. Petani
harus memaksimalkan produksinya dan mereka juga berkepentingan agar biaya produksi
dapat ditekan serendah-rendahnya dengan memperhatikan keadaan pasar saat ini. Sehingga
ini dapat disebut sebagai usahatani yang efisien dan menguntungkan. Seorang petani juga
harus memiliki keahlian kewirausahaanya itu meliputi kemahira nuntuk mengorganisir atau
mengimplementasikan kegiatan manajemen berbagai faktor produksi (input) yang lain
tersebut sehingga usahanya berhasil dan berkembang dengan baik dan dapat menyediakan
barang yang bermutu kepada masyarakat. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan faktor-faktor
internal dan faktor-faktor eksternal pada usahatani tanaman kopi (Coffea sp) di desa Suka
Kabupaten Karo.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaiman faktor-faktor internal dalam pengembangan usahatani tanaman kopi
(coffea. sp) di Desa Suka Kabupaten Karo.
2. Bagaiman faktor-faktor eksternal dalam pengembangan usahatani tanaman kopi
(coffea. sp) di Desa Suka Kabupaten Karo.

c. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan usahatani
tanaman kopi (coffea. sp) di Desa Suka Kabupaten Karo.
2. Terdapat faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan usahatani
tanaman kopi (coffea. sp) di Desa Suka Kabupaten Karo.

TINJAUAN PUSTAKA
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi
pengembangan kopi. Produksi kopi di Sumatera Utara pada tahun 2018 mencapai 67.179 ton
dengan luas area penanaman sebesar 89.948 hektar (BPS, 2019). Kopi tersebar di beberapa
daerah kabupaten kota di Provinsi Sumatera Utara. Salah satu jenis kopi yang dikembangkan
adalah jenis kopi arabika. Kopi Arabika mempunyai kualitas, cita rasa, dan harga relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kopi lainnya (Putri et al., 2018). Pengembangan
suatu komoditas pertanian didasarkan pada prospek komoditas dan potensi wilayah sehingga
perencanaan wilayah yang memiliki komoditas unggulan dalam pembangunan patut
diperhatikan. Menurut Jannah (2017) kebijakan pembangunan daerah dilakukan dengan
melihat potensi masing-masing daerah agar program pembangunan yang dirancang
terlaksana dengan baik, tepat sasaran dan nyata. Kusmiati dan Windiarti (2011) juga
berpendapat bahwa perencanaan wilayah dalam pengembangan komoditas pertanian

135
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

merupakan hal yang sangat penting karena setiap wilayah memiliki nilai strategis sesuai
dengan potensi sumber daya yang terdapat pada masing-masing daerah.
Melihat dari fenomena perkembangan kopi Arabika nasional, maka diperlukan suatu
upaya untuk pembenahan dan pengembangannya, agar produksi kopi Arabika nasional dapat
ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan melihat besarnya peluang keuntungan dan pasar yang
menjanjikan dari kopi Arabika. Untuk menjawab tantang pembangunan pertanian itu
Kementerian Pertanian dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2012, dan
kemudian diperbaharui menjadi Peraturan Menteri Pertanian No. 56 Tahun 2016 menyusun
arah kebijakan dan strategi pembangunan pertanian, salah satunya yaitu pembangunan
pertanian dengan pendekatan kawasan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2012, pendekatan agribisnis
dalam pengembangan kawasan juga bermakna bahwa kegiatan pertanian pada suatu kawasan
berorientasi pada keuntungan usahatani. Untuk membangun dan pengembangan kawasan
pertanian dibutuhkan peran serta dan tanggungjawab multipihak atau dalam hal ini disebut
juga dengan para pemangku kepentingan (stakeholder). Setiap pihak harus memainkan peran
masing-masing agar tujuan pengembangan kawasan itu dapat tercapai. Dalam menjalankan
peran, terjadi interaksi atau hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antar
stakeholder.
Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri
dari kekuatan dan kelemahan.Proses penggunaan manajemen analisis SWOT menghendaki
adanya survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) program,
serta survei eksternal atas opportunities (ancaman) dan threats (peluang/kesempatan).
Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia
perencanaan dan pengembangan. Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat
berarti pada sebuah perusahaan atau yang lainnya. Jika digunakan dengan benar, analisis
SWOT membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini.
Fungsi dari analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan
memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok
persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut menjelaskan apakah
informasi tersebut berindikasi sesuatu yang membantu perusahaan mencapai panduan
sistimatis dalam diskusi untuk membahas kondisi alternatif dasar yang mungkin menjadi
pertimbangan perusahaan. Analisis SWOT sangat penting perannya dalam meningkatkan
kualitas manajemen suatu perusahaan atau lembaga yang lainnya karena analisis dan
gambaran yang diberikan merupakan tolok ukur dalam mengembangkan lembaga lebih
lanjut. Setelah analisis, perlu dirumuskan visi, misi, tujuan, dan program kerja yang lebih
konkret untuk memperbaiki program sebelumnya (Jogiyanto, 2005).
Perusahaan pasti memerlukan perencanaan bisnis yang akurat, sehingga dapat
memusatkan perhatian pada posisi dalam bisnis tersebut, mengetahui ke arah mana
perusahaan dikembangkan, bagaimana mencapainya, serta tindakan apa yang perlu
dilakukan agar dapat memaksimalkan kekuatan dan merebut peluang yang ada sehingga
berhasil. Perencanaan bisnis yang baik merupakan alat yang sangat berguna untuk
menjalankan bisnis secara efektif dan efesien, juga sangat berguna untuk disampaikan
kepada pemberi dana, untuk dapat diketahui dengan cepat untuk apa saja dana tersebut
dipakai dan bagaimana arah pengembangan selanjutnya (Rangkuti, 2014).
Sedangkan menurut Siagian, (2004) ada pembagian faktor-faktor strategis dalam
analisi SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) yaitu:

136
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

o Faktor kekuatan (Strengths)


Yang dimaksud dengan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan
termasuk satuan-satuan bisnis didalamnya adalah antara lain kompetisi khusus yang terdapat
dalam organisasi yang berakibat pada keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran.
o Faktor kelemahan (Weakness)
Yang dimaksud dengan kelamhan ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, keterampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan
kinerja organisasi yang memuaskan
o Faktor peluang (Opportunities)
Definisi peluang secara sederhana peluang ialah berbagai situasi lingkuangan yang
menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
o Faktor ancaman (Threats)
Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang yaitu faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis jika jika tidak diatasi ancaman
menjadi bahaya bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun
dimasa depan.
Kombinasi faktor internal (Strengths, Weakness) dengan faktor eksternal
(Opportunities, Threats) yaitu:
o Strategi SO (strength oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pemikiran
yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
o Strategi ST (strength threat). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
untuk mengatasi ancaman.
o Strategi WO (weakness oppurtunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
o Strategi WT (weakness threat). Strategi ini didasarkan kepada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha menghindari ancaman.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang dilakukan yaitu mempergunakan gabungan metode
penelitian kualitatif dengan kuantitatif. Dalam penyajian analisis dilakukan secara formal
(dalam bentuk tabel) maupun informal (naratif). Pada pendekatan kualitatif ini,
disampaikan uraian-uraian suatu kasus tertentu secara mendalam dan sistematis, berupa
analisis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen-dokumen lainnya yang berasal
dari sumber yang dapat dipercaya serta berupa data kuantitatif. Penelitian ini bersifat
eksploratif terhadap kondisi internal dan eksternal berupa kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) yang dimiliki oleh faktor internal serta situasi eksternal yang
berupa peluang (oppurtunity) dan ancaman (threat), faktor-faktor strategis akan disajikan
dalam model SWOT.
Dalam menganalisis data digunakan teknik desriptif kualitatif guna menjawab
perumusan permasalahan mengenai hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang pada
objek penelitian dan hal yang menjadi peluang serta ancaman dari luar yang harus
dihadapinya. Analisis SWOT ini membandingkan antara faktor eksternal dengan faktor
internal selanjutnya nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan dengan faktor
negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal (Wiswasta dkk, 2018).
Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) maupun
informal (dalam bentuk naratif). Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
• Analisis matriks IFAS dan EFAS akan menghasilkan strategi umum (grand
strategy);

137
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

• Analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT akan


menghasilkan strategi alternatif.
Dalam menganalisis data digunakan teknik desriptif kualitatif guna menjawab perumusan
permasalahan mengenai hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang pada objek
penelitian dan hal yang menjadi peluang serta ancaman dari luar yang harus dihadapinya.
Analisis SWOT ini membandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal
selanjutnya nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan dengan faktor negatif
baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI


Hasil Penelitian
Desa Suka terletak di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera
Utara dengan luas wilayah 51,70 Km2. Rasio terhadap total luas kecamatan sebesar 27.67
dan memiliki 3 dusun. Desa Suka merupakan Desa swasembada. Pada tahun 2010 Desa
Suka terjadi pemekaran desa. Desa Suka mekar menjadi 3 desa yaitu Desa Suka, Desa Suka
Mbayak dan desa Suka Sipilihen. Desa Suka berada pada ketinggian 1.209 meter diatas
permukaan laut dengan temperature udara berkisar antara 18 - 21 0C. Desa Suka memiliki
jarak 3 km dari ibukota kecamatan, 8 km dari ibukota kabupaten. Desa Suka merupakan
daerah tertinggi penghasil produksi dari tanaman kopi (khusus kopi arabika) yang ada di
wilayah kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo
Karakteristik sampel dalam setiap rentang kelompok karakteristiknya dan rataan
rentang petani responden dapat dikelompokkan terdiri dari umur, tingkat pendidikkan,
jumlah tanggungan. luas lahan tanaman kopi dan jumlah pohon kopi berproduksi.

Tabel 1. Karateristik Petani Sampel di Desa Suka Tahun 2023


Karakteristik Petani
Rentang Rataan
Umur 30-64 46,63
Tingkat pendidikkan 6-15 11,6
Lama bertani 3-10 5,13
Luas lahan tanam 1.000-10.000 3.767
Jumlah tanaman kopi 80-2.000 602,67

Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa umur petani sampel memiliki rata-
rata umur 46.63 tahun, hal ini menjelaskan bahwa petani sampel di daerah penelitian berada
pada golongan usia produktif artinya masih potensial melakukan kegiatan usahanya dan
mencari informasi pendukung pengelolaan usahatani tanaman kopinya. Lama berusahatani
petani sampel di daerah penelitian rata-rata 5.13 tahun. Hal ini mencerminkan bahwa
pengalaman bertani petani sampel ini kurang berpengalaman dalam berusahatani kopi,
sehingga di perlukan tambahan informasi dalam berusaha tani tanaman kopi. Peran
kelompok tani dan penyuluhan pertanian sangat dibutuhkan dalam mengelola usahatani
tanaman kopi. Para Petani di Desa Suka sebelum menjadikan usahatani tanaman kopi
mereka dulunya adalah petani tanaman jeruk. Di karenakan usahatani jeruk mulai turun dan
mulai sulit mengatasi kesulitan dalam usatani jeruk maka para petani di Desa Suka beralih
pada usahatani tanaman kopi.
Potensi untuk lebih baik lagi berusahatani tanaman kopi di desa Suka dapat dilihat
dari luas lahan untuk tanaman kopi yang mempunyai rataan 3.767 m2 dengan jumlah
tanaman kopi yang sudah berproduksi sebesar 602.67 tanaman kopi. Luas lahan tersebut
mendukung untuk lebih banyak lagi dalam berusahatani dengan metode yang lebih baik lagi.

138
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

Walaupun pada saat ini produksi tanaman kopi menurun tetapi jumlah tanaman kopi yang
sudah berbuah berjumlah rataan yang tinggi.

Analisa Faktor Internal


1. Keadaan Sumber Daya Alam
Keadaan sumber daya alam di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah antara lain
kesuburan tanah, iklim, topografi dan ketinggian tempat. Tanah di D e s a S u k a merupakan
tanah vulkanik yang sebagian besar memiliki tingkat kesuburan tinggi. Kawasan
pertanaman kopi Arabika memiliki jenis tanah Andosol yang memiliki persentase fraksi debu
tinggi, sehingga tanahnya bersifat gembur dan memiliki drainase yang baik..

2. Cita Rasa Kopi


Dari segi cita rasa, kopi arabika dikenal dengan cita rasa yang kompleks, kopi
arabika terasa asam namun ada kesan manis gula tipis. Cita rasa kopi arabika yang kompleks
ini yang membuatnya sempurna untuk dinikmati sebagai single origin. Cita rasa kopi
arabika juga bergantung dengan ketinggian tanamannya. Semakin tinggi lahannya, semakin
banyak juga kadar senyawa yang terkandung dari buah tersebut. Keadaan iklirn dan tanah
serta letak geografis Kabupaten Karo khususnya Desa Suka begitu juga ketinggian dari
permukaan laut sangat sesuai dengan syarat perturnbuhan tanaman kopi arabika, untuk
dapat rnenghasilkan Kopi Arabika yang bermutu dengan cita rasa yang khas.

3. Sumber Daya Manusia


Dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), para petani
membentuk kelompok-kelompok tani, guna mendapatkan pengetahuan tentang teknis
seluk beluk bisnis kopi mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen, pemasaran, dan
perlindungan Kekayaan Intelektual. Didalam Kelompok Tani, mereka dapat saling tukar
informasi dan juga mendapatkan bimbingan dari SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
terkait dan pihak-pihak lain.

4. Masa Panen Kopi


Budidaya kopi, bila dilakukan secara intensif maka membuahkan hasil dalam waktu
kurang dari lima tahun. Kopi arabika pada umur 3 tahun – 4 tahun. Setelah buahnya matang,
kamu bisa mulai proses pemanenan dengan cara manual, yaitu memetik buah dari pohonnya
langsung. Panen perdana, biasanya belum bisa menghasilkan dalam jumlah banyak.
Tanaman kopi akan terus berbuah hingga mencapai puncak produksi pada umur 7 tahun – 9
tahun. Satu periode panen umumnya berlangsung antara 4 – 5 bulan. Dalam periode ini,
pemetikan harus dilakukan sekitar 10 – 14 hari sekali sampai tanaman tidak berbuah lagi.

5. Kelompok Tani
Di Kecamatan Tiga panah terdapat 11 kelompok tani, dengan satu orang penyuluh
yang berasal dari Kecamatan. Kelompok tani sangat berperan dalam kesuksesan usahatani
tanaman kopi di desa Suka. Kelompok tani yang ada di desa adalah kelompok tani Poktan
Aglonema yang beranggota perempuan atau ibu-ibu di desa Suka. Dalam kelompok ini
komoditi yang diusahakan berupa tanaman jagung, tanaman sayuran dan tanaman lainnya
(termasuk tanaman kopi). Dalam kegiatannya juga terdapat kegiatan simpan pinjam dalam
anggota kelompok. Kelompok tani yang berikutnya adalah kelompok tani Poktan Paya paku.
Dalam kelompok tani anggotanya adalah kaum bapak. Dalam kelompok ini sering dibahas
tentang permasalahan permasalahan yang terjadi dalam berusahatani di Desa. Tidak terlepas
dalam permasalahn tanaman kopi.

139
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

6. Akses Transportasi
Akses Transportasi di daerah penelitian ini sudah bisa dikunjungi dengan memakai
kendaraan. Angkutan umum dari Kabanjahe ke Desa Suka sudah ada satu setiap hari dengan
interval 3-4 kali trayek pulang pergi. Secara umum jalur transportasi Desa Suka sudah baik.
Hal ini dapat dilihat dari bahwa masyarakt desa sudah banyak memakai kendaraan pribadi
baik berupa mobil pribadi maupun kendaraan sepeda motor. Kondisi akses jalan masuk ke
desa Suka sudah diaspal Dengan adanya akses masuk yang sudah baik maka dapat
membantu perkembangan pertanian tanaman kopi.

7. Bibit Tanaman Kopi


Di kalangan masyarakat Karo khususnya di Desa Suka berdasar informasi telah ada
pembibitan kopi di Tanah Karo pada tahun 1830. Jenis kopi yang disemai saat itu dapat
diduga adalah kopi Arabika. Dalam perjalanannya masyarakat juga menanam kopi Robusta
yang oleh dikenal sebagai kopi kahoa. Setelah sekian lama kopi kahoa ditanam di Tanah
Karo, maka sekitar tahun 1977 Misionaris Khatolik (Bruder) memperkenalkan dan
membagikan bibit kopi Arabika. Pada saat itu Bruder memperkenalkan dengan istilah kopi
Gaba-gaba. Setelah itu masyarakat Tanah Karo mulai banyak menanam kembali kopi
Arabika termasuk di dalamnya kopi Ateng yang diambil dari daerah Gayo (Aceh Tengah).
Sampai saat ini para petani melakukan pembiakan tanaman secara generatif, yaitu
menggunakan biji. Cara ini digunakan karena sifat pembungaan tanaman kopi Arabika
adalah menyerbuk sendiri dan mudah dilaksanakan.

8. Pemasaran Kopi
Seiring dengan meningkatnya permintaan kopi Arabika yang terus meningkat,
maka harga kopi Arabika di Tanah Karo juga cukup mahal. Harga kopi arabika sangat
ditentukan oleh para pedagang kopi arabika yang langsung membeli kopi arabika dari
petani. Setiap lembaga pemasaran kopi arabika yang terlibat melaksanakan fungsi-fungsi
pemasaran. Fungsi - fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga
pemasaran tersebut mengakibatkan bertambahnya biaya pemasaran. Sehingga semakin
panjang saluran pemasaran maka semakin tinggi biaya yang dikeluarkan sehingga semakin
tinggi pula harga kopi arabika yang dibayarkan konsumen, oleh sebab itu diindikasikan
pemasaran kopi arabika tersebut tidak efisien.

9. Kemitraan Petani Kopi


Perlindungan Indikasi Geografis adalah suatu kelernbagaan rnasyarakat yang
rnewakili rnasyarakat perkopian Tanah Karo yang disebut dengan Masyarakat
Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Tanah Karo (MPIG-KATK). MPIG-KATK
rnerupakan wadah bagi para pelaku agribisnis Kopi Arabika Tanah Karo (Desa Suka)
yang telah rnenyatukan visi dan rnisi untuk rnelaksanakan peningkatan produksi serta
rneningkatkan dan rnenjaga rnutu Kopi Arabika Tanah Karo agar rnendapatkan
pengakuan dan perlindungan hak kekayaan intelektual berupa Indikasi Geografis. Lernbaga
bermaksud untuk perrnohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis untuk Kopi
Arabika Tanah Karo. MPIG-KATK dibentuk rnelalui rnusyawarah yang difasilitasi oleh
Dinas Pertanian Kabupaten Karo dan pihak-pihak lain, yang rnewadahi para pernangku
kepentingan berbasis kopi Arabika yang beranggotakan petani, pengurnpul, dan pengolah
industri hulu rnaupun hilir.

140
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

10. Pengolahan Kopi


Pengolahan kopi secara tradisional pada m asyarakat Tanah Karo (Desa Suka)
dilaksanakan secara manual, yakni buah kopi merah dikeringkan dan setelah kering
diumbuk pada suatu wadah yang disebut lesung, sehingga menghasilkan kopi biji
(green bean). Kopi biji digongseng dikuali dengan pemanasan dari api kayu bakar
sampai matang atau berwama coklat kehitaman (kopi sangrai) lalu ditumbuk di dalam
lesung sampai menjadi bubuk kopi Biasanya pengolahan ini dilakukan hanya untuk
keperluan keluarga sendiri.

11. Pemeliharaan Tanaman Kopi


Pengendalian gulma dianjurakan secara manual dan mekanis secara hati-hati agar
tidak sampai merusak tanaman kopi. Penyiangan dilakukan sebanyak 5-6 kali/tahun.
Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menggunakan tanaman penaung,
khususnya gulma-gulma keras seperti alang-alang dan rumput-rumput menahun. Pengunaan
Herbisida tidak dianjurkan di kelompok tani kopi Arabika Tanah Karo (Desa Suka). Hal
tersebut dimaksudkan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan demi kesinambungan
usaha sekaligus menghindari terjadinya cemaran pada kopi biji.

Hasil Analisis Faktor Internal Usahatani Tanaman Kopi

Pada Tabel terlihat data yang menujukkan faktor-faktor strategis internal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah
penelitian di desa Suka

Tabel 2. Penentuan Skor Faktor Internal Pengembangan Usahatani Tanaman Kopi di


Desa Suka Kecamatan Tiga Panah
No Parameter Rataan Hasil Jumlah
Skor Penilaian Responden
1 Sumber daya alam 4 Kekuatan 30
2 Cita rasa kopi 3 Kekuatan 30
3 Sumber daya manusia 4 Kekuatan 30
4 Masa panen kopi 4 Kekuatan 30
5 Kelompok tani 4 Kekuatan 30
6 Akses transportasi 3 Kekuatan 30
7 Bibit tanaman kopi 3 Kelemahan 30
8 Pemasaran kopi 3 Kelemahan 30
9 Kemitraan petani kopi 3 Kelemahan 30
10 Pengoahan kopi 3 Kelemahan 30
11 Pemeliharan tanaman kopi 4 Kelemahan 30

Analisa Faktor eksternal


1. Lokasi Budidaya Kopi
Letak geografis Tanah Karo ternyata dengan mudah menemukan komoditas yang
satu ini mengenai tumbuhan kopi. Kopi yang tumbuh di tanah vulkanis, memiliki ciri aroma
dan rasa yang spesial. Jenis kopi Arabika banyak ditanam di Tanah Karo terutama di daerah
Berastagi. Kopi ini tumbuh dengan baik dan memiliki biji kopi yang berkualitas, tanaman
kopi arabika ini cocok ditanam di daerah dataran tinggi seperti Berastagi.

2. Permintaan Kopi

141
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

Permintaan global dan domestik, dibutuhkan investasi di sektor kopi negara ini.
Selain meningkatkan kuantitas biji kopi, kualitas juga diprediksi meningkat karena inovasi-
inovasi teknologi. Untuk memenuhi permintaan kopi lokal maupun ekspor, hal utama yang
harus menjadi fokus adalah meningkatkan dan menciptakan biji kopi dengan kualitas terbaik
yang digemari oleh pasar. Jika menginginkan harga jual yang lebih tinggi, maka proses
pengolahan green beans menjadi specialty coffee perlu dilakukan dengan cermat dan hati-
hati. Tidak hanya dari segi jumlah, peningkatan produksi kopi juga sebaiknya diiringi
dengan peningkatan kualitas kopi yang terus didorong melalui proses edukasi ke para
pemain rantai pasok kopi, khususnya para petani. Tentunya, hal ini bertujuan memenuhi
harapan pasar yang selanjutnya mendorong peningkatan permintaan dan nilai jual kopi
Indonesia di pasar dunia maupun domestik.

3. Keuntungan Usahatani Tanaman Kopi


Dalam mengelolah usahatai kopi Arabika, selain subsistem petani juga bertujuan
untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Kegiatan usahatani bertujuan untuk
mencapai produksi dibidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang
diperhitungkan dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Keuntungan petani dapat juga dikatakan sebagai keuntungan yang diperoleh petani
setelah melakukan proses usahatani tertentu sampai pada tahap pemasaran. Hasil penjualan
tersebut akan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung.
Hasil pengurangan tersebut merupakan keuntungan atau keuntungan yang dapat diterima
oleh petani. Keuntungan ini pula yang menjadi tujuan utama petani melakukan kegiatan
usahataninya.

4. Kwalitas Biji Kopi


Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan daya saing kopi dalam negeri
adalah dengan menetapkan sistem standarisasi nasional sejak tahun 1975 melalui SK
Menteri Perdagangan No. 266/KP/X/76. Berdasarkan standar tersebut, mutu biji kopi dibagi
menjadi mutu 1, 2, 3 dan 4, hal ini berlaku bagi pengolahan kering maupun basah (Dinas
Perkebunan Sumatera Utara, 2020). Kriteria mutu fisik biji tanaman kopi di tanah koro:
a. Kopi biji (green bean)
b. Kopi sangrai (roasted bean)
c. Kopi bubuk (ground coffee)

5. Persaingan dalam Usatani Tanaman Kopi


Adanya perdagangan bebas telah mengakibatkan persaingan perdagangan yang
semakin ketat baik secara domestik maupun internasional. Kondisi ini mendesak seluruh
negara untuk memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif dari setiap produk,
terutama produk ekspor. Negara-negara di dunia dalam perekonomian terbuka sangat
mengandalkan ekspor dalam hal peningkatan perekonomian.

6. Perubahan Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang menyebabkan keragaman
produktivitas tanaman. Perubahan iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini
secara signifikan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa perubahan iklim dapat
mengganggu pertumbuhan dan mengurangi produksi juga kualitas kopi. Kondisi tanah dan
iklim di dataran tinggi Tanah Karo sesuai untuk penanaman kopi Arabika, karena
memenuhi sebagian besar persyaratan yang diperlukan. Faktor pembatas pertanaman

142
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

kopi Arabika di Tanah Karo adalah curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun,
kondisi ini mempengaruhi perilaku pembungaan dan pembuahan.

7. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi


Untuk mengendalian Hama dan Penyakit tanaman kopi dilakukan secara
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

8. Harga Kopi
Kopi robusta memiliki harga lebih murah dibandingkan kopi Arabika. Sebagai
gambaran harga jual kopi biji Arabika asalan (unsorted) tahun 2018 sekitar Rp 73.000/kg
atau setara dengan USD 5,21/ kg. Konsumen mau membeli dengan harga tinggi karena kopi
Arabika dari Tanah Karo memiliki mutu baik dan khas citarasanya. Pada waktu yang lalu
harga kopi sangat murah bahkan lebih murah daripada harga beras mutu sedang, akan
tetapi saat ini harga kopi mencapai 5 kali harga beras mutu sedang. Untuk biji kopi
mentah jenis arabika Gayo misalnya, dijual di kisaran harga Rp65.000 per kg untuk kualitas
standar dan Rp100.000 per kg untuk kualitas terbaik

Hasil Analisis Faktor Eksternal Usahatani Tanaman Kopi


Faktor-faktor strategi eksternal usahatani tanaman kopi yang menjadi peluang dan
ancaman dalam pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah Desa dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 3. Penentuan Skor Faktor Eksternal Pengembangan Usahatani Tanaman Kopi


di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah
No Parameter Rataan Hasil Jumlah
Skor Penilaian Responden
1 Lokasi Budidaya Kopi 3 Peluang 30
2 Permintaan Kopi 4 Peluang 30
3 Keuntungan Usahatani Kopi 4 Peluang 30
4 Kwalitas Biji Kopi 3 Peluang 30
5 Persaingan Usahatani Kopi 3 Ancaman 30
6 Perubahan Iklim 4 Ancaman 30
7 Hama dan Penyakit Kopi 3 Ancaman 30
8 Harga Kopi 3 Ancaman 30

Pembahasan (Diskusi)
Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal
Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan serta
faktor-faktor eksternal yang meliputu peluang dan ancaman disusun dalam tabel IFAS dan
EFAS. Skor diberikan kepada masing-masing faktor strategis internal dan eksternal untuk
menunjukkan seberapa efektif responden merespon faktor-faktor stategis.

Tabel 4. Tabel IFAS Pengembangan Usahatani Tanaman Kopi


di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah
No Faktor Internal Bobot Rataan Skor
Skor Terbobot

143
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

Kekuatan
1 Sumber daya alam 0.25 4 1.00
2 Cita rasa kopi 0.05 3 0.15
3 Sumber daya manusia 0.25 4 1.00
4 Masa panen kopi 0.10 4 0.40
5 Kelompok tani 0.25 4 1.00
6 Akses transportasi 0.10 3 0.30

Jumlah Skor Kekuatan 1.00 3.85

1 Kelemahan 3
2 Bibit tanaman kopi 0.10 3 0.30
3 Pemasaran kopi 0.10 3 0.30
4 Kemitraan petani kopi 0.10 3 0.30
5 Pengoahan kopi 0.30 4 0.90
Pemeliharan tanaman kopi 0.40 1.60

Jumlah Skor Kelemahan 1.00 3.40

Selisish Skor Kekuatan-Kelemahan 0. 45

Total Skor Kekuatan + Kelemahan 2.00

Tabel 4 menunjukkan bahwa selisih total skor kekuatan dengan kelemahan sebesar
0.45 atau positif ( , yang berarti bahwa aspek kekuatan lebih besar dari aspek
kelemahan dalam pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah penelitian, selanjutnya
dalam faktor kekuatan yang paling dominan adalah sumberdaya alam, kelompok tani dan
sumber daya manusia dengan nilai 0.25 sedangkan pada faktor kelemahan yang paling
dominan adalah pemeliharaan tanaman kopi dengan nilai 0.40.
Hasil perhitungan skor terbobot eksternal dalam pengembangan usahatani tanaman
kopi di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa selisih total
skor peluang dengan ancaman sebesar 0.05 atau positif ( , yang berarti bahwa aspek
peluang lebih besar dari aspek ancaman dalam pengembangan usahatani tanaman kopi di
daerah penelitian, selanjutnya dalam faktor peluang yang paling dominan adalah lokasi
budidaya kopi dan permintaan kopi dengan nilai 0.40 sedangkan pada faktor kelemahan
yang paling dominan adalah perubahan iklim dengan nilai 0.4.

Tabel 5. Tabel EFAS Pengembangan Usahatani Tanaman Kopi


di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah
No Faktor Eksternal Bobot Rataan Skor
Skor Terbobot
Peluang
1 Lokasi Budidaya Kopi 0.40 3 1.20
2 Permintaan Kopi 0.40 4 1.60
3 Keuntungan Usahatani Kopi 0.05 4 0.20
4 Kwalitas Biji Kopi 0.15 3 0.45

Jumlah Skor Peluang 1.0 3.45

144
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

1 Ancaman 3
2 Persaingan Usahatani Kopi 0.15 4 0.45
3 Perubahan Iklim 0.40 3 1.60
4 Hama dan Penyakit Kopi 0.30 3 0.90
Harga Kopi 0.15 0.45

Jumlah Skor Ancaman 1.0 3.40

Selisish Skor Peluang-Ancaman 0. 05

Total Skor Peluang + Ancaman 2.00

Penentuan Startegi dengan Matriks SWOT

Peluang (O)

Y
I
III 1

0.5
Kelemahan (W) (0,05 : Kekuatan (S)
0.45)

X
0.5 1

IV II
Ancaman (T)
Gambar 1. Kuadran SWOT Stategi Pengembangan Usahatani Tanaman Kopi di Desa
Suka Kecamatan Tiga Panah

Stategi peningkatan pengembangan usahatani tanaman kopi dilakukan dengan


membuat matriks SWOT. Matriks SWOT di bangun berdasarkan faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (Peluang dan ancaman). Setelah
melakukan perhitungan bobot dari masing-masing factor internal maupun ekternal kemudian
di analisis dengan menggunakan matriks posisi untuk melihat posisiu strategi pengembangan
usahatani tanaman kopi di daerah penelitian. Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 diperoleh nilai
Y > 0 yaitu 0.05 dan nilai X > 0.45. Posisi titik koordinatnya dapat dilih pada koordinat
cartesius seperti pada gambar diatas:

145
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

Tabel 6. Penentuan Strategi Pengembangan Usahatani Tanaman Kopi


di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Sumber daya alam 1. Bibit tanaman kopi
2. Cita rasa kopi 2. Pemasaran kopi
3. Sumber daya manusia 3. Kemitraan petani kopi
Eksternal 4. Masa panen kopi 4. Pengolahan kopi
5. Kelompok tani 5. Pemeliharan tanaman kopi
6. Akses transportasi
Peluang (O) S.O W.O
1. Lokasi 1. Memanfaatkan sumberdaya 1. Meningkatkan penggunaan bibit
Budidaya alam yang ada pada lokasi varietas unggul dan pemeliharaan
Kopi budidaya kopi, sehingga dapat tanaman kopi untuk menambah
2. Permintaan memuhi permintaan kopi produksi kopi yang berkwalitas
Kopi (S1, O1, O2) baik sehingga menguntungkan
3. Keuntungan 2. Mempertahankan cita rasa usahatani kopi dan dapat
Usahatani kopi untuk mendukung memenuhi permintaan pasar
Kopi kwalitas biji kopi dalam (W1, W5, O4, O2)
4. Kwalitas permintaan kopi di pasaran 2. Meningkatkan kemitraan petani
Biji Kopi (S2, O4. O2) dan pemasaran kopi umtuk dapat
3. Memanfaatkan sumberdaya memenuhi permintaan kopi dan
manusia dan kelompok tani menambah keuntungan dalam
dalam mencari informasi usahatani kopi
permintaan kopi sehingga (W3, W2, O2, O3)
dapat menambah keuntungan 3. Meningkatkan pemeliharaan
usahatani kopi tanaman kopi dan pengolahan kopi
(S3,S5, O2, O3) dalam memenuhi permintaan kopi
(W5, W4, O2)
Ancaman (T) S.T W.T
1. Persaingan 1. Memanfaatkan sumberdaya ▪ Memperbaiki rantai pemasaran
Usahatani manusia dan kelompok tani dengan meningkatkan kemitraan
Kopi dengan meningkatkan petani kopi sehingga dapat
2. Perubahan pelatihan menambah informasi mengatasi persaingan usahatani
Iklim dan wawasan tentang hama kopi.
3. Hama dan penyakit, perubahan iklim, (W2, W3, T1)
Penyakit persaingan usahatani dan ▪ Memperbaiki pemelihraan
Kopi harga kopi. tanaman kopi sehingga dapat
4. Harga Kopi (S3, S5,T1,T2,T3.T4) mengatasi perubahan iklim dan
2. Menjaga cita rasa kopi yang hama penyakit tanaman kopi
berasal dari tanah karo (W5, T2. T3)
sehingga dapat mengikuti
persainagan dalam usahatani
dan harga kopi
(S2, T1, T4)

Ada 4 (empat) jenis alternative strategi pengembangan usahatani tanaman kopi di


daerah penelitian, yaitu: Stategi S-O, Strategi W-O, Strategi S-T, Strategi W-T dapat dilihat
pada tabel 6.

Strategi S-O
Adapun strategi yang dilaksanakan untu pengembangan usahatani tanaman kopi
dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada adalah sebagai berikut:
▪ Memanfaatkan sumberdaya alam yang ada pada lokasi budidaya kopi, sehingga dapat

146
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

memuhi permintaan kopi di pasaran domestik dan internasional


▪ Mempertahankan cita rasa kopi tanah karo untuk mendukung kwalitas biji kopi dalam
permintaan kopi di pasaran
▪ Memanfaatkan sumberdaya manusia dan kelompok tani dalam mencari informasi
permintaan kopi sehingga dapat menambah keuntungan usahatani kopi.

Strategi W-O
Strategi yang dilaksanakan untuk pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah
penelitian dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada sebagai
berikut:
▪ Meningkatkan penggunaan bibit varietas unggul dan pemeliharaan tanaman kopi untuk
menambah produksi kopi yang berkwalitas baik sehingga menguntungkan usahatani kopi
dan dapat memenuhi permintaan pasar.
▪ Meningkatkan kemitraan petani dan pemasaran kopi umtuk dapat memenuhi permintaan
kopi dan menambah keuntungan dalam usahatani kopi
▪ Meningkatkan pemeliharaan tanaman kopi dan pengolahan kopi dalam memenuhi
permintaan kopi.

Strategi S-T
Adapun strategi untuk pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah penelitian
dengan melihat kekuatan untuk memperkecil ancaman adalah sebagai berikut:
• Memanfaatkan sumberdaya manusia dan kelompok tani dengan meningkatkan pelatihan
menambah informasi dan wawasan tentang hama penyakit, perubahan iklim, persaingan
usahatani dan harga kopi.
• Menjaga cita rasa kopi yang berasal dari tanah karo sehingga dapat mengikuti
persainagan dalam usahatani dan harga kopi.

Strategi W-T
Adapun strategi untuk pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah penelitian
dengan memperkecil kelemahan dan ancaman adalah sebagai berikut:
• Memperbaiki rantai pemasaran dengan meningkatkan kemitraan petani kopi sehingga
dapat mengatasi persaingan usahatani kopi.
• Memperbaiki pemelihraan tanaman kopi sehingga dapat mengatasi perubahan iklim dan
hama penyakit tanaman kopi

KESIMPULAN
Faktor-faktor internal strategi pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah
penelitian:
a. Faktor Internal kekuatan yaitu sumber daya alam, cita rasa kopi, sumberdaya manusia,
masa panen kopi, kelompok tani, dan akses transportasi. Kekuatan dominan
mempengaruhi pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah penelitian adalah
sumberdaya manusia.
b. Faktor internal kelemaham yaitu bibit tanaman kopi, pemasaran kopi, kemitraan petani
kopi, pengolahan kopi, dan pemeliharan tanaman kopi. Kelemahan yang paling dominan
adalah pemeliharaan tanaman kopi.

Faktor eksternal strategi pengembangan usahatani tanaman kopi di daerah penelitian :


a. Faktor eksternal peluang yaitu: lokasi budidaya kopi, permintaan kopi, keuntungan
usahatani kopi dan kwalitas biji kopi. Peluang yang paling dominan adalah permintaan

147
Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora e-ISSN: 2775 - 4049
SCENARIO 2023

kopi.
b. Faktor eksternal ancaman yaitu: persaingan usahatani kopi, perubahan iklim, hama dan
penyakit kopi dan harga kopi. Acaman yang paling dominan adalah persaingan usahatani
kopi.

REFERENSI
BPS Indonesia. 2020. Statistik Indonesia, Penyediaan Data untuk Perencanaan
Pembangunan. BPS. Jakarta
BPS. (2019). Statistik Kopi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Hecimovic I, Belscak-Cvitanovic A, Horzic D, Komes D (2011). Comparative study of
polyphenols and caffeine in different coffee varieties affected by the degree of
roasting. Food chemistry, Vol.129, pp. 991-1000
Jannah, M. (2017). Analisis Potensi Unggulan Komoditi Tanaman Karet Rakyat di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Universitas Medan Area.
Junaidi, Y. dan M. Yamin. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi pola usahatani
diversifikasi dan hubungannyadengan pendapatan usahatani kopi di Sumatera
Selatan. Pembangunan Manusia (4):1-9.
Jogiyanto. 2005. Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif. Penerbit Andi
Offset. Yogyakarta.
Kusmiati, A., & Windiarti, R. (2011). Analisis Wilayah Komoditas Kopi Di Indonesia. JSEP
(Journal of Social and Agricultural Economics), 5(2), 47–58.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012. Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian. 23 Agustus 2012. Jakarta. Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016.
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. 29 Nopember 2016. Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1832. Jakarta.
Putri, A., Yusmani, Y., Paloma, C., & Zakir, Z. (2018). Kinerja Faktor Produksi Kopi
Arabika (Coffea Arabika L.) di Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Performance. Industria: Jurnal Teknologi Dan Manajemen Agroindustri, 7(3), 189–
197.
Rangkuti F. 2014. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Analisis SWOT. PT Elex Media dan
PT Gramedia Group. Jakarta.
Sembiring. A. C , Sitanggang. D, Purnasari N , Irwan Budiman, 2019, Wahana Inovasi Vol.
8 no 2 Juli-Des 2019 ISSN: 2089-8592 Peningkatan Kesejahteraan Petani Kopi
melalui Pengolahaan Pasca Panen di Desa Lingga Kabupaten Karo
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Strategik . Jakarta: PT. Bumi Aksara
Wiswasta. I.G.N.A. Agung.I.G.A A dan Tamba, I.M, 2018, Analisis SWOT, Universitas
Mahasaraswati Press, Bali

148

Anda mungkin juga menyukai