Makalah AFI Kelompok 4
Makalah AFI Kelompok 4
Makalah AFI Kelompok 4
OLEH KELOMPOK 4 :
DOSEN PENGAMPU:
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang “Sejarah Perkembangan Akuntansi” yang telah kami
susun secara sistematis dan materi yang disajikan kami ambil dari sumber-sumber terpercaya.
Makalah ini tidak akan terwujud, jika tidak ada dukungan dari berbagai pihak yang
telah memberikan arahan serta bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Besar harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi
belajar mahasiswa dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya yang disajikan dalam
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan Makalah .................................................................................................... 2
D. Kegunaan Makalah ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraud ................................................................................................... 3
1. Jenis Fraud ........................................................................................................ 3
2. Penyebab Fraud ................................................................................................. 4
B. Mencegah Terjadinya Fraud.................................................................................. 5
C. Pendeteksian Fraud ............................................................................................... 8
1) Tujuan Pendeteksian Fraud................................................................................ 9
2) Teknik Mendeteksi Fraud .................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring kemajuan teknologi dan manusia menjadi lebih berpengetahuan,
tindakan kriminal dalam bisnis semakin beragam bentuk dan caranya. Ancaman dapat
berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Tantangan perusahaan eksternal,
seperti munculnya pesaing baru dan masuknya pasar perusahaan asing. Pada saat yang
sama, ancaman dari perusahaan adalah fraud. Fraud adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja dan sadar dengan keinginan untuk mencuri harta bersama, seperti
harta benda hingga bahkan menyalahgunakan sumber daya perusahaan atau
pemerintah untuk keuntungan pribadi dan memberikan informasi yang tidak pantas
untuk melindungi tindakan seseorang (Lestari & Bernawati, 2020).
Fraud juga merupakan tindakan tidak etis yang menguntungkan sebagian
pihak dan merugikan pihak lain. Tindakan penipuan dapat dilakukan dalam laporan
keuangan dengan menghilangkan informasi atau pengungkapan keuangan material,
yang menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan oleh pengguna laporan.
Besarnya risiko fraud mengharuskan seluruh unit bisnis mengembangkan dan
mengoptimalkan strategi anti-fraud dan deteksi yang tepat. Upaya ini adalah untuk
meminimalkan biaya penipuan untuk perusahaan. Tentunya untuk mencapai hasil
yang maksimal, entitas harus menyadari efektifitas audit internal dalam memenuhi
tanggung jawabnya.
Efisiensi mengacu pada seberapa optimal auditor internal melakukan tugasnya.
Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan
memungkinkan masing- masing pihak berusaha memaksimalkan kepentingan
pribadinya. Hal ini memungkinkan terjadinya kecurangan manajemen yang
oportunistik sehingga merugikan perusahaan. Besarnya risiko fraud perusahaan
mengharuskan perlunya tindakan mitigasi dan deteksi yang tepat. Kinerja audit
internal yang optimal membantu perusahaan mengidentifikasi kasus kecurangan yang
baik dan tepat. Hal ini untuk meminimalisir kasus kecurangan yang tidak ditemukan
oleh internal auditor (Diana & Haryati, 2021).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara untuk mencegah terjadinya fraud ?
1
2. Bagaimana cara untuk mendeteksi terjadinya fraud ?
C. Tujuan Makalah
Maksud dari penyajian makalah ini ialah :
1. Untuk memahami pencegahan terhadap tindakan fraud
2. Untuk memahami pendeteksian terhadap tindakan fraud
D. Kegunaan Makalah
Manfaat dari penyajian makalah ini ialah :
1. Menambah wawasan mengenai pencegahan dan pendeteksian fraud serta sebagai
bahan bacaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraud
Kecurangan atau yang sering disebut fraud menjadi topik yang hangat
diperdebatkan di Indonesia akhir-akhir ini. Pengertian kecurangan itu sendiri adalah
penipuan yang disengaja yang merugikan pihak lain dan menguntungkan pelaku
penipuan atau golongannya. Sedangkan Albrecht (2003) mendefinisikan penipuan
sebagai menggambarkan fakta material yang palsu dan disengaja atau lalai dalam
membuat korban percaya dan bertindak atas itu dan kerusakan korban. Dalam bahasa
aslinya, penipuan mencakup berbagai tindakan ilegal. Menurut Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE), penipuan adalah perbuatan melawan hukum yang
dengan sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu (memanipulasi atau memberikan
informasi palsu kepada pihak lain), dilakukan oleh individu di dalam atau di luar
organisasi untuk keuntungan pribadi atau kelompok yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan pihak lain (Kelima, 2009).
Penipuan adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam
manajemen dengan sengaja menyembunyikan kebenaran untuk mendapatkan
keuntungan tambahan yang tidak sah. Penipuan harus dicegah untuk meminimalkan
kerugian. Pencegahan penipuan diibaratkan sebagai penyakit, artinya mencegah lebih
baik daripada mengobati. Jika sudah ada kecurangan baru yang harus diselesaikan,
berarti perusahaan mengalami kerugian.
Oleh karena itu, dari definisi penipuan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penipuan mencakup segala macam yang dapat dipikirkan orang dan bahwa seseorang
mencoba untuk mendapatkan kebenaran dari orang lain dengan saran atau paksaan
palsu, dan mencakup segala macam intrik tersembunyi dan tidak terduga, dan segala
cara yang tidak tepat yang menyebabkan orang lain berbuat curang atau menderita
kerugian.
1. Jenis Fraud
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah organisasi
investigasi profesional Amerika yang bertujuan untuk membasmi penipuan dan
mengklasifikasikan penipuan ke dalam beberapa klasifikasi yang dikenal sebagai
The Fraud Tree yaitu Uniform Occupational Fraud Classification System.
Kecurangan ada 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatannya, yaitu:
3
a. Penipuan akuntansi
b. Penyalahgunaan properti
Penyelewengan aset termasuk pencurian aset atau aset perusahaan
pihak lain. Ini adalah bentuk penipuan yang paling mudah dideteksi karena
berwujud atau terukur yang dapat dihitung (nilai yang ditentukan).
c. Korupsi
Jenis kecurangan ini paling sulit dideteksi karena melibatkan kerjasama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, dimana jenis ini paling banyak
terjadi di negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan kesadaran
tata pemerintahan yang baik masih kurang bahwa faktor integritas masih tinggi
dipertanyakan.
2. Penyebab Fraud
Kecurangan biasanya dipicu oleh kombinasi antara motivasi dan
kesempatan. Motivasi dan kesempatan saling berhubungan. Semakin besar
kebutuhan finansial seseorang yang bekerja di organisasi dengan pengendalian
internal yang lemah, semakin besar insentif untuk melakukan kecurangan. Ada
empat faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan yang sering
disebut dengan teori GONE (Pusdiklatwas BPKP, 2008), yaitu. sebagai berikut:
a. Keserakahan
b. Peluang
c. Kebutuhan
d. Penemuan (Disclosure)
Faktor keserakahan dan kebutuhan adalah faktor yang terkait dengan
faktor penipuan, atau disebut faktor individu. Opportunity and exposure factors
adalah faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban. Faktor umum
yang mencakup peluang dan eksposur merupakan faktor dalam kendali organisasi.
Pada dasarnya peluang untuk melakukan kecurangan ada pada setiap jabatan,
hanya saja peluangnya besar atau kecil tergantung dari posisi orang tersebut pada
posisi manajemen atau pegawai biasa. Pengungkapan mengacu pada kemampuan
4
untuk menemukan penipuan dan sifat dan tingkat hukuman pelaku. Semakin
banyak kasus penipuan yang ditemukan, semakin rendah peluang scammer.
Sedangkann faktor individu yang meliputi keserakahan dan kebutuhan merupakan
faktor dalam diri masing-masing individu yang artinya berada di luar kendali
organisasi. Diantara faktor tersebut terdapat dua bagian, yaitu:(Diana & Haryati,
2021)
a. Faktor keserakahan, yaitu faktor moral yang meliputi akhlak, kejujuran dan
integritas yang berhubungan dengan keserakahan.
5
yaitunya keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Cara Mencegah Penipuan (Amrizal, 2004) yaitu sebagai berikut:
1. Membangun struktur kontrol yang baik.
Pada bulan September 1992, dalam rangka memperkuat pengendalian
internal perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The
Treadway Commission) memperkenalkan kerangka pengendalian yang lebih luas
dari model pengendalian akuntansi tradisional dan mencakup manajemen risiko,
yaitu pengendalian internal yang terdiri dari 5 komponen terkait yaitu lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, tindakan pengendalian, informasi dan komunikasi,
dan pemantauan.
2. Penyederhanaan fungsi kontrol
c. Pemisahan tugas.
3. Peningkatan budaya organisasi.
Budaya perusahaan dapat ditingkatkan dengan mengadopsi prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik, yang dikaitkan dengan mendorong penggunaan
sumber daya perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan menciptakan nilai
6
ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan bagi pemegang saham dan masyarakat
sekitar secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen agar audit internal
dapat secara efektif membantu manajemen dalam memenuhi tugasnya dengan
memberikan analisis, evaluasi, saran dan komentar atas kegiatan yang diperiksanya
yaitu :
b. Fungsi audit internal harus memiliki uraian tugas tertulis agar setiap auditor
mengetahui dengan jelas tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
d. Manajemen puncak harus memiliki dukungan yang kuat untuk audit internal.
i. Menghukum mereka yang curang dan memberi penghargaan kepada mereka yang
berprestasi.
7
C. Pendeteksian Fraud
Risiko yang dihadapi perusahaan termasuk tidak terbatas pada risiko integritas
yang merupakan risiko penipuan, aktivitas ilegal, atau perbuatan salah lainnya oleh
pejabat atau karyawan perusahaan yang merusak reputasi baik perusahaan dalam
komunitas bisnis atau kemampuan perusahaan untuk dapat menyelamatkan usahanya
dan kelangsungan hidupnya. Adanya risiko ini mengharuskan auditor internal untuk
mengembangkan langkah-langkah pencegahan untuk melawan kecurangan. Namun,
tindakan preventif saja tidak cukup, auditor internal juga harus memahami cara
mendeteksi kecurangan sejak dini. Tindakan deteksi tersebut tidak dapat
digeneralisasi untuk semua kasus penipuan. Setiap jenis penipuan memiliki
karakteristiknya masing-masing.
a. Verifikasi analitik
8
3) Korupsi. Sebagian besar penipuan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari
karyawan yang jujur, laporan dari kolega atau pemasok . Jika Anda tidak puas,
komplain ke perusahaan. Karena adanya dugaan penipuan, maka dilakukan
analisis terhadap tersangka atau transaksi tersebut. Pendeteksian penipuan ini
dapat dilihat melalui karakteristik penerima dan pemberi (red flags).
Kecurangan dapat dikatakan mencakup segala macam hal yang dapat dipikirkan
seseorang yang mencoba mengambil keuntungan dari orang lain dengan menyarankan
atau memaksakan kebenaran secara salah, dan itu mencakup segala macam hal yang
tidak terduga, sulit atau tersembunyi, dan dengan alasan tidak wajar yang
menyebabkan orang lain berbuat curang atau menderita kerugian (Suratman &
Meinarsih, 2021).
Tujuan Pendeteksian Fraud
Deteksi penipuan merupakan kegiatan untuk mengetahui:
a. Penipuan itu (sedang) terjadi.
b. Apakah organisasi atau perusahaan tersebut menjadi korban atau pelaku fraud
c. Kelemahan dalam pengendalian internal dan moral para pelakulah yang
menyebabkan kecurangan.
9
Teknik Mendeteksi Fraud
a. Review poin-poin kritis
Critical point auditing adalah teknik pendeteksian kecurangan dengan
memeriksa catatan akuntansi yang mengarah pada gejala atau kemungkinan
terjadinya kecurangan, mengarahkan auditor untuk melakukan investigasi lebih
detail. Metode ini dapat digunakan di semua organisasi. Semakin akurat dan
komprehensif catatannya semakin efektif teknik ini. Keberhasilan pendeteksian
kecurangan bergantung pada 3 faktor yaitu:
2) Audit Khusus
Audit khusus biasanya dilakukan pada operasi dengan risiko
kecurangan yang tinggi, antara lain:
10
a) Penipuan pembelian biasanya dilakukan dengan menggelembungkan
nilai faktur atau pembelian fiktif.
c) Tidak jarang petugas baru memilih atau membawa penyedia yang sudah
mereka kenal dan mengganti penyedia yang telah berhubungan erat
dengan instansi mereka.
11
e. Karakter Pribadi
Kepribadian karyawan harus diperhitungkan. Gejala-gejala ini meliputi
kekayaan yang tidak jelas, gaya hidup mewah, karyawan tidak puas (tidak naik
pangkat), egois, sering mengabaikan instruksi atau prosedur ingin menjadi yang
terpenting.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penipuan mencakup segala macam yang dapat dipikirkan orang dan bahwa
seseorang mencoba untuk mendapatkan kebenaran dari orang lain dengan saran atau
paksaan palsu, dan mencakup segala macam intrik tersembunyi dan tidak terduga, dan
segala cara yang tidak tepat yang menyebabkan orang lain berbuat curang atau
menderita kerugian. Kecurangan biasanya dipicu oleh kombinasi antara motivasi dan
kesempatan. Motivasi dan kesempatan saling berhubungan. Semakin besar kebutuhan
finansial seseorang yang bekerja di organisasi dengan pengendalian internal yang
lemah, semakin besar insentif untuk melakukan kecurangan.
Cara Mencegah Penipuan :
1. Membangun struktur kontrol yang baik.
2. Penyederhanaan fungsi kontrol
3. Peningkatan budaya organisasi.
Deteksi penipuan dapat dilakukan secara proaktif dan reaktif sebagai berikut:
1. Penerapan pengendalian internal yang tepat, yaitu pemisahan tugas dalam
fungsi penyimpanan, otorisasi dan pencatatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Diana, S., & Haryati, T. (2021). Peran Audit Internal dan Pengendalian Internal Dalam
Upaya Mencegah dan Mendeteksi Fraud. Jurnal Sanapan (Seminar Nasional Akuntansi),
1(1), 442–456. http://senapan.upnjatim.ac.id/index.php/senapan/article/view/50
14