Makalah AFI Kelompok 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AUDIT FORENSIK DAN INVESTIGASI

PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN FRAUD

OLEH KELOMPOK 4 :

RETNO AMALIA ANNISA 2030403081

SAFITRI WULANDARI 2030403088

TEDI AMRIA 2030403098

WIDIA ARIANI 2030403104

DOSEN PENGAMPU:

REVI CANDRA, S.Pd.,M.Ak

ATIKA AMOR, S.E.,M.Si

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua sehinga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang “Sejarah Perkembangan Akuntansi” yang telah kami
susun secara sistematis dan materi yang disajikan kami ambil dari sumber-sumber terpercaya.

Makalah ini tidak akan terwujud, jika tidak ada dukungan dari berbagai pihak yang
telah memberikan arahan serta bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Besar harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi
belajar mahasiswa dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya yang disajikan dalam
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.

Batusangkar, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan Makalah .................................................................................................... 2
D. Kegunaan Makalah ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraud ................................................................................................... 3
1. Jenis Fraud ........................................................................................................ 3
2. Penyebab Fraud ................................................................................................. 4
B. Mencegah Terjadinya Fraud.................................................................................. 5
C. Pendeteksian Fraud ............................................................................................... 8
1) Tujuan Pendeteksian Fraud................................................................................ 9
2) Teknik Mendeteksi Fraud .................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring kemajuan teknologi dan manusia menjadi lebih berpengetahuan,
tindakan kriminal dalam bisnis semakin beragam bentuk dan caranya. Ancaman dapat
berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Tantangan perusahaan eksternal,
seperti munculnya pesaing baru dan masuknya pasar perusahaan asing. Pada saat yang
sama, ancaman dari perusahaan adalah fraud. Fraud adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja dan sadar dengan keinginan untuk mencuri harta bersama, seperti
harta benda hingga bahkan menyalahgunakan sumber daya perusahaan atau
pemerintah untuk keuntungan pribadi dan memberikan informasi yang tidak pantas
untuk melindungi tindakan seseorang (Lestari & Bernawati, 2020).
Fraud juga merupakan tindakan tidak etis yang menguntungkan sebagian
pihak dan merugikan pihak lain. Tindakan penipuan dapat dilakukan dalam laporan
keuangan dengan menghilangkan informasi atau pengungkapan keuangan material,
yang menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan oleh pengguna laporan.
Besarnya risiko fraud mengharuskan seluruh unit bisnis mengembangkan dan
mengoptimalkan strategi anti-fraud dan deteksi yang tepat. Upaya ini adalah untuk
meminimalkan biaya penipuan untuk perusahaan. Tentunya untuk mencapai hasil
yang maksimal, entitas harus menyadari efektifitas audit internal dalam memenuhi
tanggung jawabnya.
Efisiensi mengacu pada seberapa optimal auditor internal melakukan tugasnya.
Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan
memungkinkan masing- masing pihak berusaha memaksimalkan kepentingan
pribadinya. Hal ini memungkinkan terjadinya kecurangan manajemen yang
oportunistik sehingga merugikan perusahaan. Besarnya risiko fraud perusahaan
mengharuskan perlunya tindakan mitigasi dan deteksi yang tepat. Kinerja audit
internal yang optimal membantu perusahaan mengidentifikasi kasus kecurangan yang
baik dan tepat. Hal ini untuk meminimalisir kasus kecurangan yang tidak ditemukan
oleh internal auditor (Diana & Haryati, 2021).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara untuk mencegah terjadinya fraud ?

1
2. Bagaimana cara untuk mendeteksi terjadinya fraud ?
C. Tujuan Makalah
Maksud dari penyajian makalah ini ialah :
1. Untuk memahami pencegahan terhadap tindakan fraud
2. Untuk memahami pendeteksian terhadap tindakan fraud

D. Kegunaan Makalah
Manfaat dari penyajian makalah ini ialah :
1. Menambah wawasan mengenai pencegahan dan pendeteksian fraud serta sebagai
bahan bacaan

2. Memenuhi tugas mata kuliah audit forensik dan investigasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraud
Kecurangan atau yang sering disebut fraud menjadi topik yang hangat
diperdebatkan di Indonesia akhir-akhir ini. Pengertian kecurangan itu sendiri adalah
penipuan yang disengaja yang merugikan pihak lain dan menguntungkan pelaku
penipuan atau golongannya. Sedangkan Albrecht (2003) mendefinisikan penipuan
sebagai menggambarkan fakta material yang palsu dan disengaja atau lalai dalam
membuat korban percaya dan bertindak atas itu dan kerusakan korban. Dalam bahasa
aslinya, penipuan mencakup berbagai tindakan ilegal. Menurut Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE), penipuan adalah perbuatan melawan hukum yang
dengan sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu (memanipulasi atau memberikan
informasi palsu kepada pihak lain), dilakukan oleh individu di dalam atau di luar
organisasi untuk keuntungan pribadi atau kelompok yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan pihak lain (Kelima, 2009).
Penipuan adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam
manajemen dengan sengaja menyembunyikan kebenaran untuk mendapatkan
keuntungan tambahan yang tidak sah. Penipuan harus dicegah untuk meminimalkan
kerugian. Pencegahan penipuan diibaratkan sebagai penyakit, artinya mencegah lebih
baik daripada mengobati. Jika sudah ada kecurangan baru yang harus diselesaikan,
berarti perusahaan mengalami kerugian.
Oleh karena itu, dari definisi penipuan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penipuan mencakup segala macam yang dapat dipikirkan orang dan bahwa seseorang
mencoba untuk mendapatkan kebenaran dari orang lain dengan saran atau paksaan
palsu, dan mencakup segala macam intrik tersembunyi dan tidak terduga, dan segala
cara yang tidak tepat yang menyebabkan orang lain berbuat curang atau menderita
kerugian.
1. Jenis Fraud
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah organisasi
investigasi profesional Amerika yang bertujuan untuk membasmi penipuan dan
mengklasifikasikan penipuan ke dalam beberapa klasifikasi yang dikenal sebagai
The Fraud Tree yaitu Uniform Occupational Fraud Classification System.
Kecurangan ada 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatannya, yaitu:

3
a. Penipuan akuntansi

Kecurangan akuntansi dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang


dilakukan oleh manajemen berupa salah saji material laporan keuangan yang
merugikan investor dan kreditur. Kecurangan ini bisa bersifat finansial atau
non-finansial.

b. Penyalahgunaan properti
Penyelewengan aset termasuk pencurian aset atau aset perusahaan
pihak lain. Ini adalah bentuk penipuan yang paling mudah dideteksi karena
berwujud atau terukur yang dapat dihitung (nilai yang ditentukan).

c. Korupsi
Jenis kecurangan ini paling sulit dideteksi karena melibatkan kerjasama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, dimana jenis ini paling banyak
terjadi di negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan kesadaran
tata pemerintahan yang baik masih kurang bahwa faktor integritas masih tinggi
dipertanyakan.
2. Penyebab Fraud
Kecurangan biasanya dipicu oleh kombinasi antara motivasi dan
kesempatan. Motivasi dan kesempatan saling berhubungan. Semakin besar
kebutuhan finansial seseorang yang bekerja di organisasi dengan pengendalian
internal yang lemah, semakin besar insentif untuk melakukan kecurangan. Ada
empat faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan yang sering
disebut dengan teori GONE (Pusdiklatwas BPKP, 2008), yaitu. sebagai berikut:
a. Keserakahan
b. Peluang
c. Kebutuhan
d. Penemuan (Disclosure)
Faktor keserakahan dan kebutuhan adalah faktor yang terkait dengan
faktor penipuan, atau disebut faktor individu. Opportunity and exposure factors
adalah faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban. Faktor umum
yang mencakup peluang dan eksposur merupakan faktor dalam kendali organisasi.
Pada dasarnya peluang untuk melakukan kecurangan ada pada setiap jabatan,
hanya saja peluangnya besar atau kecil tergantung dari posisi orang tersebut pada
posisi manajemen atau pegawai biasa. Pengungkapan mengacu pada kemampuan

4
untuk menemukan penipuan dan sifat dan tingkat hukuman pelaku. Semakin
banyak kasus penipuan yang ditemukan, semakin rendah peluang scammer.
Sedangkann faktor individu yang meliputi keserakahan dan kebutuhan merupakan
faktor dalam diri masing-masing individu yang artinya berada di luar kendali
organisasi. Diantara faktor tersebut terdapat dua bagian, yaitu:(Diana & Haryati,
2021)

a. Faktor keserakahan, yaitu faktor moral yang meliputi akhlak, kejujuran dan
integritas yang berhubungan dengan keserakahan.

b. Faktor kebutuhan, yaitu motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan seperti


hutang atau gaya hidup yang mewah.

B. Mencegah Terjadinya Fraud


Tugas utama auditor internal sesuai dengan misinya dalam pencegahan
kecurangan adalah berusaha menghilangkan penyebab terjadinya kecurangan. Karena
lebih mudah mencegah penipuan daripada mencegahnya setelah terjadi. Pada
dasarnya kecurangan di masyarakat umum terjadi pada saat:
1. Pengendalian internal tidak ada atau lemah atau diterapkan secara longgar dan
tidak efektif.
2. Karyawan dipekerjakan tanpa memperhatikan kejujuran dan integritas mereka.
3. Karyawan diatur, dianiaya, dilecehkan, atau mengalami tekanan besar untuk
mencapai tujuan dan sasaran keuangan yang mengarah ke aktivitas penipuan.
4. Model pengelolaan itu sendiri curang, tidak efisien atau tidak efektif serta tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Karyawan diyakini memiliki masalah pribadi yang tidak dapat diselesaikan,
biasanya masalah keuangan, masalah kesehatan keluarga, gaya hidup yang
berlebihan.
6. Industri tempat perusahaan memiliki sejarah atau tradisi penipuan.

Anti-fraud secara umum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen


untuk menetapkan praktik, sistem dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
pengurus, manajemen dan karyawan perusahaan lainnya telah mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk mencapai 3 tujuan utama yang tepat untuk dipastikan

5
yaitunya keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Cara Mencegah Penipuan (Amrizal, 2004) yaitu sebagai berikut:
1. Membangun struktur kontrol yang baik.
Pada bulan September 1992, dalam rangka memperkuat pengendalian
internal perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The
Treadway Commission) memperkenalkan kerangka pengendalian yang lebih luas
dari model pengendalian akuntansi tradisional dan mencakup manajemen risiko,
yaitu pengendalian internal yang terdiri dari 5 komponen terkait yaitu lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, tindakan pengendalian, informasi dan komunikasi,
dan pemantauan.
2. Penyederhanaan fungsi kontrol

a. Evaluasi kinerja. Kontrol ini termasuk meninjau kinerja aktual terhadap


anggaran, prakiraan atau kinerja periode sebelumnya, menghubungkan data
operasional atau keuangan yang berbeda dan menganalisis hubungan dan
mengambil tindakan investigasi dan korektif dan penelaahan atas kegiatan
operasional atau kegiatan pengelola kredit terhadap laporan persetujuan kredit
dan penagihan cabang- cabang perusahaan.

d. Pemrosesan data. Berbagai pemeriksaan dilakukan untuk memverifikasi


keakuratan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua kelompok utama
pengendalian sistem informasi adalah pengendalian umum dan pengendalian
aplikasi.
e. Kontrol Fisik. Kontrol fisik termasuk keamanan fisik aset, pemeliharaan yang
tepat dari area yang dilindungi dari akses ke aset dan dokumen, hak akses ke
program dan file komputer dan perhitungan reguler perbandingan dengan
jumlah yang ditunjukkan dalam rekening giro.

c. Pemisahan tugas.
3. Peningkatan budaya organisasi.
Budaya perusahaan dapat ditingkatkan dengan mengadopsi prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik, yang dikaitkan dengan mendorong penggunaan
sumber daya perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan menciptakan nilai

6
ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan bagi pemegang saham dan masyarakat
sekitar secara keseluruhan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen agar audit internal
dapat secara efektif membantu manajemen dalam memenuhi tugasnya dengan
memberikan analisis, evaluasi, saran dan komentar atas kegiatan yang diperiksanya
yaitu :

a. Audit internal harus menempati posisi independen dalam organisasi perusahaan.

b. Fungsi audit internal harus memiliki uraian tugas tertulis agar setiap auditor
mengetahui dengan jelas tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.

c. Audit Internal harus memiliki manual audit internal.

d. Manajemen puncak harus memiliki dukungan yang kuat untuk audit internal.

e. Departemen audit internal harus memiliki sumber daya yang profesional,


berkualitas, kinerja yang objektif, serta tingkat kejujuran dan loyalitas yang tinggi.

f. Auditor internal harus dapat bekerja sama dengan auditor.

g. Menciptakan struktur belajar yang bermakna dan tepat.

h. Menjaga kepegawaian dan akuntabilitas untuk mengambil hak cuti.

i. Menghukum mereka yang curang dan memberi penghargaan kepada mereka yang
berprestasi.

j. Membuat program bantuan bagi karyawan yang mengalami kesulitan keuangan


dan non keuangan.

k. Penetapan kebijakan anti bingkisan. Perusahaan harus dikomunikasikan dan


dijelaskan kepada pihak yang dianggap perlu untuk memperjelas mana bingkisan
dan mana suap yang resmi.

l. Identifikasi sumber deteksi kecurangan yang spesifik, karena kecurangan sulit


dideteksi dalam investigasi standar.

m. Petugas harus mengetahui penyediaan saluran pelaporan fraud sehingga dapat


dikelola dengan baik.

7
C. Pendeteksian Fraud
Risiko yang dihadapi perusahaan termasuk tidak terbatas pada risiko integritas
yang merupakan risiko penipuan, aktivitas ilegal, atau perbuatan salah lainnya oleh
pejabat atau karyawan perusahaan yang merusak reputasi baik perusahaan dalam
komunitas bisnis atau kemampuan perusahaan untuk dapat menyelamatkan usahanya
dan kelangsungan hidupnya. Adanya risiko ini mengharuskan auditor internal untuk
mengembangkan langkah-langkah pencegahan untuk melawan kecurangan. Namun,
tindakan preventif saja tidak cukup, auditor internal juga harus memahami cara
mendeteksi kecurangan sejak dini. Tindakan deteksi tersebut tidak dapat
digeneralisasi untuk semua kasus penipuan. Setiap jenis penipuan memiliki
karakteristiknya masing-masing.

Untuk dapat mendeteksi kecurangan, maka diperlukan pemahaman yang baik


tentang jenis-jenis kecurangan yang dapat terjadi di suatu perusahaan. Berikut adalah
gambaran fraud detection berdasarkan klasifikasi fraud ACFE dalam Miqdad (2008),
yaitu:

1) Penipuan akuntansi. Kecurangan terkait dengan penyampaian laporan keuangan


biasanya dapat dideteksi dengan menganalisis laporan keuangan berupa analisis
vertikal, analisis horizontal dan analisis rasio.

2) Penyalahgunaan aset. Ada banyak variasi teknik pendeteksian kecurangan untuk


kategori ini. Namun, pemahaman yang tepat tentang kontrol internal yang baik
untuk posisi ini akan sangat membantu dalam mendeteksi kecurangan. Oleh
karena itu, ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi semua
contoh penyalahgunaan aset. Setiap jenis penipuan dapat di deteksi dengan
menggunakan teknik yang berbeda :

a. Verifikasi analitik

b. Pengambilan sampel statistik

c. Keluhan dari pemasok atau pihak luar

d. Kunjungan ke lokasi observasi

8
3) Korupsi. Sebagian besar penipuan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari
karyawan yang jujur, laporan dari kolega atau pemasok . Jika Anda tidak puas,
komplain ke perusahaan. Karena adanya dugaan penipuan, maka dilakukan
analisis terhadap tersangka atau transaksi tersebut. Pendeteksian penipuan ini
dapat dilihat melalui karakteristik penerima dan pemberi (red flags).
Kecurangan dapat dikatakan mencakup segala macam hal yang dapat dipikirkan
seseorang yang mencoba mengambil keuntungan dari orang lain dengan menyarankan
atau memaksakan kebenaran secara salah, dan itu mencakup segala macam hal yang
tidak terduga, sulit atau tersembunyi, dan dengan alasan tidak wajar yang
menyebabkan orang lain berbuat curang atau menderita kerugian (Suratman &
Meinarsih, 2021).
Tujuan Pendeteksian Fraud
Deteksi penipuan merupakan kegiatan untuk mengetahui:
a. Penipuan itu (sedang) terjadi.
b. Apakah organisasi atau perusahaan tersebut menjadi korban atau pelaku fraud
c. Kelemahan dalam pengendalian internal dan moral para pelakulah yang
menyebabkan kecurangan.

d. Organisasi atau perusahaan memiliki kondisi lingkungan yang mengarah pada


kecurangan.

e. Adanya kesalahan dan penyimpangan


Deteksi penipuan dapat dilakukan secara proaktif dan reaktif sebagai berikut:
a. Penerapan pengendalian internal yang tepat, yaitu pemisahan tugas dalam
fungsi penyimpanan, otorisasi dan pencatatan.

b. Melakukan audit keuangan, operasional dan kepatuhan.


c. Kumpulkan informasi tentang gaya hidup dan kebiasaan pribadi karyawan.
d. Penerapan prinsip pengecualian dalam pengawasan dan prosedur.
e. Membuat kontrol penyimpangan (variance) kinerja operasional (standar,
tujuan, sasaran, anggaran, rencana).
f. Ada keluhan dan keluhan dari karyawan.
g. Intuisi pejabat atasan.
h. Ada keraguan.

9
Teknik Mendeteksi Fraud
a. Review poin-poin kritis
Critical point auditing adalah teknik pendeteksian kecurangan dengan
memeriksa catatan akuntansi yang mengarah pada gejala atau kemungkinan
terjadinya kecurangan, mengarahkan auditor untuk melakukan investigasi lebih
detail. Metode ini dapat digunakan di semua organisasi. Semakin akurat dan
komprehensif catatannya semakin efektif teknik ini. Keberhasilan pendeteksian
kecurangan bergantung pada 3 faktor yaitu:

a) Ukuran organisasi dan jumlah transaksi/catatan yang dapat diaudit

b) Jumlah artikel diperiksa

c) Jumlah penipuan yang ditemui

Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengontrol titik kritis meliputi:


1) Analisis tren
Tes ini terutama digunakan untuk mengevaluasi kewajaran buku besar
umum dan memengaruhi model perbandingan dengan data terkait periode
sebelumnya (data historis). Perbandingan dengan data cabang perusahaan yang
sesuai, serta perbandingan dengan data periode sebelumnya sangat membantu
dalam memperoleh indikasi manipulasi oleh pihak- pihak dalam perusahaan.
Kenali kemungkinan upaya penipuan baru.

Deteksi dampak penipuan dan analisis lebih lanjut berdasarkan rasio


dan kinerja sangat penting untuk deteksi penipuan. Penipu tidak dapat
menjamin keteraturan tindakannya. Pelakunya mungkin sangat agresif, tetapi
jika kewaspadaan diperkuat, atau prosedur atau kontrol internal yang lebih
efektif diberlakukan, tidak ada peluang untuk mengulangi perilaku tersebut.
Setidaknya, mereka membutuhkan waktu untuk menciptakan bentuk-bentuk
penipuan baru.Kesempatan yang tidak teratur menyebabkan
ketidakkonsistenan dalam melakukan penipuan ketika efek penipuan tersebut
terlihat di akuntansi (Lestari & Bernawati, 2020).

2) Audit Khusus
Audit khusus biasanya dilakukan pada operasi dengan risiko
kecurangan yang tinggi, antara lain:

10
a) Penipuan pembelian biasanya dilakukan dengan menggelembungkan
nilai faktur atau pembelian fiktif.

b) Periksa pembukuan, terutama hutang dagang yang muncul setelah


penunjukan pejabat baru, terutama yang berhubungan dengan pembelian.

c) Tidak jarang petugas baru memilih atau membawa penyedia yang sudah
mereka kenal dan mengganti penyedia yang telah berhubungan erat
dengan instansi mereka.

b. Teknik Analisis Kepekaan Kerja


Setiap tempat kerja dalam suatu organisasi memiliki peluang atau potensi
yang berbeda untuk mengalami kecurangan. Hal ini bergantung pada beberapa
faktor seperti akses, keterampilan dan waktu yang tersedia untuk perencanaan dan
pelaksanaan. Teknik Analisis Kepekaan Kerja (Job Sensitivity Analysis) terutama
didasarkan pada analisis apakah karyawan tersebut bekerja pada posisi tertentu,
peluang atau tindakan negatif (penipuan) apa yang dapat dilakukan. Dengan kata
lain, teknik ini merupakan analisis yang melihat aktor- aktor potensial. Mencegah
kemungkinan terjadinya kecurangan, misalnya dengan memperketat pemeriksaan
internal di daerah rawan.
c. Metode perkiraan
Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua pekerjaan curang di
instansi atau organisasi. Oleh karena itu pemeriksa harus memeriksa struktur
organisasi uraian tanggung jawab setiap karyawan manual dan formulir akuntansi
pendelegasian wewenang. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan informasi
pekerjaan setiap karyawan dan mempertimbangkan perbedaan antara akses yang
diizinkan dan yang dimaksudkan ke akun tersebut. Misalnya, manajer pembelian
tidak memiliki hak akses ke dokumen pembelian. Tetapi ketika berbagi ruang
dengan pembeli, tidak realistis untuk berasumsi bahwa pembeli tidak mungkin
membaca, mengubah atau menyembunyikan catatan.
d. Pemantauan rutin
Pencuri mudah beroperasi saat pengawas memiliki tugas lain. Oleh karena
itu, tingkat pengawasan juga harus dipertimbangkan ketika bawahan lebih cerdas
dari atasannya atau ketika atasan memiliki bawahan dengan latar belakang
pendidikan yang berbeda.

11
e. Karakter Pribadi
Kepribadian karyawan harus diperhitungkan. Gejala-gejala ini meliputi
kekayaan yang tidak jelas, gaya hidup mewah, karyawan tidak puas (tidak naik
pangkat), egois, sering mengabaikan instruksi atau prosedur ingin menjadi yang
terpenting.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penipuan mencakup segala macam yang dapat dipikirkan orang dan bahwa
seseorang mencoba untuk mendapatkan kebenaran dari orang lain dengan saran atau
paksaan palsu, dan mencakup segala macam intrik tersembunyi dan tidak terduga, dan
segala cara yang tidak tepat yang menyebabkan orang lain berbuat curang atau
menderita kerugian. Kecurangan biasanya dipicu oleh kombinasi antara motivasi dan
kesempatan. Motivasi dan kesempatan saling berhubungan. Semakin besar kebutuhan
finansial seseorang yang bekerja di organisasi dengan pengendalian internal yang
lemah, semakin besar insentif untuk melakukan kecurangan.
Cara Mencegah Penipuan :
1. Membangun struktur kontrol yang baik.
2. Penyederhanaan fungsi kontrol
3. Peningkatan budaya organisasi.
Deteksi penipuan dapat dilakukan secara proaktif dan reaktif sebagai berikut:
1. Penerapan pengendalian internal yang tepat, yaitu pemisahan tugas dalam
fungsi penyimpanan, otorisasi dan pencatatan.

2. Melakukan audit keuangan, operasional dan kepatuhan.


3. Kumpulkan informasi tentang gaya hidup dan kebiasaan pribadi karyawan.
4. Penerapan prinsip pengecualian dalam pengawasan dan prosedur.
5. Membuat kontrol penyimpangan (variance) kinerja operasional (standar, tujuan,
sasaran, anggaran, rencana).
6. Ada keluhan dan keluhan dari karyawan.
7. Intuisi pejabat atasan.
8. Ada keraguan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi banyak orang terutama bagi kami dan juga pembaca
tentunya. Dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar kami dapat
memperbaiki kesalahan kami di kemudian hari dan dapat menjadikan makalah ini
menjadi lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Diana, S., & Haryati, T. (2021). Peran Audit Internal dan Pengendalian Internal Dalam
Upaya Mencegah dan Mendeteksi Fraud. Jurnal Sanapan (Seminar Nasional Akuntansi),
1(1), 442–456. http://senapan.upnjatim.ac.id/index.php/senapan/article/view/50

Kelima, E. (2009). Fraud auditing 2008.


Lestari, Y. A., & Bernawati, Y. (2020). Efektifitas Peran Internal Audit Dalam Mencegah
Dan Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 20(2), 189–196.
https://doi.org/10.29040/jap.v20i2.740
Suratman, A., & Meinarsih, T. (2021). Audit Forensik.

14

Anda mungkin juga menyukai