MAKALAH AIK II Klmpok 9

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AIK II

KONSEP AKHLAQ SOSIAL

Dosen Pengampu : Dr. Muh Judrah M.Pd.i

Kelompok 9

Faikatunnisa 220222007

Ika Agustina 220222010

Sri Wahyuni 220222013

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat allah subhanahu wata‟ala,


karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“konsep akhlaq sosial”. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
“ AIK II”. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

A. Pandangan Islam tentang kehidupan sosial ........................................ 2


B. Masyarakat damba‟an islam ............................................................... 3
C. Toleransi inter dan antar umat beragama ........................................... 6
D. Prinsip dalam mewujudkan kesejahteraan sosial ............................... 7
E. Pandangan Islam terhadap kemiskinan, kebodohan, pengangguran .. 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8

A. Kesimpulan ........................................................................................ 8
B. Saran ................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam persoalan Akhlaq, manusia sebagai makhluk berakhlaq
berkewajiban menunaikan dan menjaga akhlaq yang baik serta menjauhi dan
meninggalkan akhlaq yang buruk. Akhlaq merupakan dimensi nilai dari
syariat islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlaq. Jika
syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlaq
menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari
keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusu‟annya, berjuang dilihat dari
kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dlihat dari konsistennya dengan
perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa, jabatan
dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan apa yang di terima.
Dengan demikian, dikarenakan akhlaq merupakan dimensi nilai dari
syariat islam, maka islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai
dimensi, sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama islam
sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan
manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan larangan, ada perintah
keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran (sunnah)
dan larangan anjuran (makruh).
Sebagai sesama umat yang seakidah kita perlu menjaga keharmonisan
persaudaraan yang didasarkan atas kesamaan di dalam berkeyakinan. Islam
mengajarkan agar kita selalu menampilkan kemuliaan akhlak dalam tetangga.
B. Rumusan Masalah
1. Pandangan islam tentang kehidupan sosial ?
2. Masyarakat dambaan islam ?
3. Toleransi inter dan antar umat beragama dalam islam ?
4. Prinsip-prinsip islam dalam mewujudkan kesejahtraan sosial ?
5. Pandangan islam terhadap beberapa persoalan, kemiskinan,
kebodohan, dan pengangguran ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandanga islam tentang kehidupan sosial.
2. Untuk mengetahui masyarakat dambaan islam.
3. Untuk mengetahui toleransi inter dan antar umat beragama dalam
islam.
4. Untuk mengetahui prinsip dalam mewujudkan kesejahtraan sosial
5. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap kemiskinan, kebodohan,
dan pengangguran.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial


Menurut pandangan islam manusia secara etimologi disebut juga insan
yang dalam bahasa arabnya, berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa.
Dan jika dilihat dari akar kata al-uns maka kata insan berarti jinak. Dari
kedua akar kata tersebut kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena
manusia memiliki sifat lupa dan jinak, dalam arti manusia selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Keberadaan
manusia sangat nyata sekali berbeda dengan makhluk yang lainnya.
Manusia juga memiliki karya yang dihasilkannya sehingga berbeda
dengan makhluk yang lain. Hasil karya manusia itu dapat dilihat dalam
setting sejarah dan setting psikologis, geografis, situasi emosional dan
intelektual yang melatarbelakangi hasil karyanya. Dari hasil karya yang
dibuat manusia tersebut, menjadikan ia sebagai makhluk yang menciptkan
sejarah.
Karena sosial merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam
berbagai kegiatan, maka seiring dengan perkembangan budaya manusia, sifat
sosial juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pranata-
pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang telah disepakati
bersama oleh mereka. Menurut Koentjarainingrat, dalam kehidupan

2
masyarakat, banyak sekali terdapat pranata-pranata sosial. Keanekaragaman
pranata-pranata sosial tersebut berbeda-beda antara orang satu dengan yang
lainnya dalam sebuah komunitas. Menurutnya, ada delapan macam pranata
sosial, yaitu sebagai berikut:
1. Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan
kekerabatan, misalnya keluarga.
2. Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk
mata pencaharian, misalnya pertanian.
3. Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan pendidikan,
misalnya SD, SMP.
4. Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah
manusia, misalnya ilmu pengetahuan.
5. Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan rohanil
batiniah dalam menyatakan rasa keindahan dan rekreasi, misalnya
seni rupa, seni lukis.
6. Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk
berhubungan dengan tuhan atau alam gaib, misalnya masjid,
gereja, pura, wihara.
7. Pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan untuk
mengatur kehidupan berkelompok-kelompok / bernegara, misalnya
pemerintahan, partai politik.
8. Pranata sosial yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmani
manusia, misalnya pemeliharaan kesehatan dan kecantikan.
B. Masyarakat Dambaan Islam
Manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu harkat dan
martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan
bersama. Masyarakatnya dengan semangat islam membentuk tatanan-tatanan
yang bersumber dari hukum yang dibawa oleh nabi muhammad saw.
Tatanan-tananan tersebut yaitu :
1. Tauhidullah

3
Tauhidullah artinya setiap individu yang merasa menjadi
anggota masyarakat islam semestinya mendasarkan hidupnya pada
prinsip tauhid (mengesahkan allah) dan tercermin dalam seluruh
segi kehidupannya.
2. Ukhuwah Islamiyyah
Dengan sendi Tauhidullah, anggota-anggota masyarakat
islam berpandangan hidup yang sama, sehingga terjelmalah
pertautan hati satu sama lain yang melahirkan ikatan persaudaraan
di atas budi pekerti akhlaq yang mulia. Terkikis penyakit egoisme,
individualisme serta meterialisme yang hanya mementingkan diri
sendiri, firman allah menegaskan dalam Al Qur‟an: “sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara”. (Al Hujurat 10). “ Dan allah
mempersatupadukan di antara hati mereka, yang andai kata engkau
belanjakan seluruh isi bumi tidaklah engkau mampu
mempersatukan di antara mereka. Sesungguhnya allah maha kuasa
dan maha bijaksana”. (Al Anfal 63).
3. Persamaan dan kesetiakawanan
Bila hidup menyadari sebagai hamba Allah, maka hanya
allahlah yang maha kuasa dan maha mulia, dirinya hanya sebagai
hamba, tidak akan terbetik dari hatinya perasaan lebih mulia dari
sesamanya. Perasaan ini akan menumbuhkan persamaan dan
kebersamaan, menumbuhkan kesetiakawanan yang bersumber dari
kedalaman lubuk hati yang diteduhi iman. Cintanya kepada sesama
manusia merupakan wujud kecintaan pada Allah, yang didorong
oleh sabda Nabi :” sayangi apa-apa yang ada dibumi, engkau akan
disayangi oleh yang menaungi di langit” Hadits.
Perbedaan-perbedaan yang tampak, akan dijadikan sarana
untuk saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan, bukan untuk
saling menghancurkan.
4. Musyawarah dan tasamuh

4
Apabila persamaan dan persaudaraan yang berdasar
keimanan telah tumbuh dengan subur, maka segala usaha serta
tindakan-tindakan dalam masyarakat senantiasa akan dilihat dari
segi kepentingan umum dan untuk kepentingan bersama. Berbagai
pendapat mungkin terjadi, bahkan pasti terjadi, tetapi semua itu
tidak akan menimbulkan konflik yang akan menjadi gangguan
ketentraman bersama. Musyawarah menjadi tradisinya, saling
menghormati menjadi hiasan pergaulannya, Firman Allah dalam Al
Qur‟an :”mereka menyambut ajaran yang datang dari tuhannya,
mendirikan shalat, musyawarah dalam urusan-urusannya, dan
mereka menginfakkan sebahagian dari rizkinya”. (Asy Syura 38)
5. Jihad dan Amal Shaleh
Jihad mengandung arti bekerja dengan kesungguhan hati,
berusaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Itulah jihad, yang
merupakan karakter seorang mukmin. Ia terus bekerja dan berusaha
menciptakan kesejahteraan untuk dirinya, keluarganya dan
masyarakatnya serta bangsa dan negaranya sebagai wujud amal
shalehnya.
6. Istiqomah
Istiqomah, artinya lurus terus, maksudnya setiap muslim
akan tetap memegang dan memperjuangkan kebenaran yang datang
dari Allah. Ia tidak akan meleleh karena panas, tidak akan beku
karena dingin, tidak akan lapuk karena hujan dan tak akan lekang
di terik sinar matahari.
“ Katakan aku beriman kepada Allah, kemudian luruslah
senantiasa” demikian jawab nabi kepada sahabatnya yang meminta
nasihat. Jiwa orang yang istiqomah akan senantiasa tenang, tidak
ragu, tidak gentar apalagi takut menghadapi berbagai tantangan.
(Fushilat 31,32).

5
Keteguhan hati serta kepercayaan diri yang mantap
merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam
mengayuh serta meniti hidup yang penuh rintangan.
C. Toleransi Inter dan Antar Umat Beragama
Kaidah toleransi dalam islam berasal dari ayat Al-Qur‟an laa ikraaha fi al-
diin yang berarti tidak ada paksaan dalam agama. Toleransi mengarah
kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan.
Landasan dalam pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat
ayat 13 : Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal”.
Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu
risalah penting yang ada dalam system teologi islam. Karena tuhan senantiasa
mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama,
suku, warna kuliat, adat-istiadat, dsb. Toleransi beragama harus dipahami
sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama
kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan
memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Keyakinan umat islam kepada allah tidak sama dengan keyakinan para
penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan
tata cara ibadahnya. Bahkan islam melarang penganutnya mencela tuhan-
tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam islam
bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehiudupan sejak
agama islam itu lahir.
Contoh Sikap Toleransi
Contoh toleransi dalam kehiudupan di masyarakat antara lain, yaitu:
1) Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antar pemeluk
agama.
2) Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan.

Adapun toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:

1) Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau


nasionalisme.
mengak
2) Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
3) Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.

6
4) Menghindari terjadinya perpecahan.
5) Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaaan.
D. Prinsip dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial
Islam sebagai ajaran sangat peduli dengan kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial dalam islam pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu
kesejahteraan sosial yang bersifat jasmani dan rohani. Kesejahteraan sosial
dalam islam adalah bahwa setiap individu dalam islam harus memperoleh
perlindungan yang mencakup lima hal:
Pertama, agama (al-din), merupakan kumpulan akidah, ibadah, ketentuan
dan hukum yang telah disyari‟atkan Allah SWT untuk mengatur hubungan
atara manusia dengan Allah, hubungan antara sebagian manusia dengan
sebagian yang lainnya.
Kedua, jiwa/ tubuh (al-nafs), islam mengatur eksistensi jiwa dengan
menciptakan lembaga pernikahan untuk mendapatkan keturunan. Islam juga
melindungi dan menjamin eksistensi jiwa berupa kewajiban memenuhi apa
yang menjadi kebutuhannya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat
tinggal, qishash, diyat, dilarang melakukan hal yang bisa merusak dan
membahayakan jiwa/tubuh.
Ketiga, akal (al-„aql), melindungi akal dengan larangan mengkonsumsi
narkoba (khamr dan segala hal yang memabukkan) sekaligus memberikan
sanksi bagi yang mengkonsumsinya.
Keempat, kehormatan (al-„irdhu), berupa sanksi bagi pelaku zina dan
orang yang menuduh zina.
Kelima, kekayaan (al-mal), mengatur bagaimana memperoleh kekayaan
dan mengusahakannya, seperti kewajiban mendapatkan rizki dan anjuran
bermua‟amalat, berniaga. Islam juga memberi perlindungan kekayaan dengan
larangan mencuri, menipu, berkhianat, memakan harta orang lain, dan
menolak riba.
E. Pandangan Islam terhadap Kemiskinan, Kebodohan, Pengangguran
Harus kita akui bahwa kemiskinan muncul bukan lantaran persoalan
ekonomi saja, tapi karena persoalan semua bidang: struktural, politik, sosial,
dan kultural, dan bahkan pemahaman agama.
Kita pun tahu dampak dari adanya kemiskinan ini, seperti kriminalitas,
kekerasan dalam rumah tangga, perampokan, patologi, dan lain sebagainya.
Di mana semua itu semakin hari semakin meningkat saja intensitasnya di
sekitar kita. Tak mudah seperti membalikkan telapak tangan untuk mengatasi
kemiskinan. Diperlukan semua segi, di antaranya ekonomi, kesehatan,
pendidikan, kebudayaan, teknologi, dan tentu saja ketenagakerjaan. Selain itu
ada segi lain yang tak boleh kita lupakan juga dalam mengatasi masalah ini,
yaitu agama. Islam memberikan pesan-pesannya melalui dua pedoman, yaitu

7
Alquran dan Hadits. Melalui keduanya kita dapat mengetahui bagaimana
agama (islam) memandang kemiskinan.
Kemiskinan, menurut islam disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
karena keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-Baqarah/2:273), penindasan
(Q.S. Al-Hasyr/59:8), cobaan tuhan (Q.S. Al-An‟am/6:42), dan pelanggaran
terhadap hukum-hukum tuhan (Q.S Al-Baqarah/2:61). Namun, di negara kita
sesungguhnya faktor-faktor diatas sudah mulai dibenahi, walaupun ada yang
secara sungguh-sungguh maupun setengah-setengah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlaq adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
akhlaq mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi‟at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan K haliq
atau dengan sesama makhluk.
Akhlaq ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan
akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi
pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.
Anas bin Malik radhiallahu‟anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:
“Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik
budi pekertinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun
dan bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya
makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlaq yang
baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun
tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam
golongan kaumnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon.2010.Akhlak.Bandung: CV Pustaka Setia.

A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari. 1999.

Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlaq, CV. Bandung:Pustaka Setia.

Mahmud, Ali Abdul Hamid. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press

M. Ali Hasan. 1978. Tuntunan Akhlak.Jakarta: Bulan Bintang

https://reynandorico.blogspot.co.id/2017/05/makalah-akhlaq-sosial.html

http://naghata.blogspot.co.id/2009/02/kesejahteraan-sosial-dalam-islam.html

https://blog-mue.blogspot.co.id/2016/02/makalah-islam-dalam-kehidupan-
sosial.html

9
10

Anda mungkin juga menyukai