MAKALAH Agama Kel 11 LL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMMAT

Mata kuliah : Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu :

Afdhal Ilahi S.Pd.I.,M.Pd

Disusun oleh kelompok 11 :

1. Mhd RIFKY AULIA


2. NUR ASIFAH SIREGAR
3. SAHRIDA ARIANI RITONGA

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA

INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Masyarakat Madani dan Kesejahteraan umat” ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Afdhal Ilahi S.Pd.I.,
M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam, serta semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini
tidak akan bisa maksimal jika tidak medapatdukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah
ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi para pembaca

PadangSidimpuan 28 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian masyarakat Madani....................................................................................2
2.2 Sejarah masyarakat Madani dalam Islam...................................................................4
2.3 Karakteristik masyarakat Madani...............................................................................7
2.4 Peranan ummat Islam dalam mewujudkan masyarakat Madani.............................8
2.4.1 peran Islam dalam mewujudkan masyarakat Madani........................................8
2.4.2 Masyarakat Saba’..................................................................................................10
2.5 Sitem ekonomi Islam dan kesejahteraan umat..........................................................11
2.5.1 Definisi ekonomi Islam..........................................................................................11
2.5.2 Tujuan ekomoni Islam...........................................................................................12
2.5.3 Prinsip-prinsip ekonomi Islam.............................................................................13
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masyarakat Madani dan kesejahteraan ummat merupakan dua konsep yang saling
terkait erat dalam konteks kehidupan masyarakat berbasis nilai-nilai Islam. Masyarakat
Madani mengacu pada sebuah tatanan masyarakat yang didasarkan pada prinsip-prinsip
keadilan, partisipasi aktif, dan tanggung jawab sosial. Di sisi lain, kesejahteraan ummat
mencakup aspek-aspek kehidupan yang memastikan kehidupan yang layak dan berkeadilan
bagi seluruh umat Islam. Makalah ini akan membahas bagaimana konsep Masyarakat Madani
berperan dalam mencapai kesejahteraan ummat.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep masyarakat Madani.
2. Bagaimana sejarah masyarakat Madani dalam sejarah Islam.
3. Bagaimana karakteristik masyarakat Madani.
4. Bagaimana peranan ummat Islam dalam mewujudkan masyarakat Madani.
5. Bagaimana eknomi Islam dan kesejahteraan.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa konsep masyarakat Madani.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dari masyarakat Madani dalam Islam.
3. Untuk mengetahui seperti apa karakter dari masyarakat Madani.
4. Untuk mengetahui peranan ummat islam dalam mewujudkan masyarakat Madani
5. Untuk mengetahui bagaimana sistem ekonomi islam dan kesejahteraan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian masyarakat Madani

MADANI satu kata yang indah. Punya arti yang dalam. Kadang kala banyak juga
yang menyalah artikannya. Apa itu sebenarnya madani. Bila diambil dari sisi pendekatan
letterlijk maka madani berasal dari kata mudunarti sederhananya maju atau dipakai juga
dengan kata modern. tetapi figurliknya madani mengandung kata maddana al-madaina
artinya, banaa-ha yakni membangun atau hadhdhara yaitu memperadabkan dan tamaddana
maknanya menjadi beradab yang nampakdalam kehidupan masyarakatnya berilmu (periksa,
rasio), memiliki rasa (emosi) secara individu maupun secara kelompok serta memiliki
kemandirian (kedaulatan) dalam tata ruang dan peraturan-peraturan yang saling berkaitan,
kemudian taat asaspada kesepakatan (hukum) yang telah ditetapkan dan diterima untuk
kemashalahatan bersama.

Masyarakat Madani (al hadhariyyu) adalah masyarakat berbudaya danal-madaniyyah


(tamaddun) yang maju, modern, berakhlak dan memilikiperadaban, melaksanakan nilai-nilai
agama (etika religi) atau mengamalkan ajaran Islam (syarak) dengan benar. Nilai-nilai agama
Islam boleh saja tampak pada umatyang tidak atau belum menyatakan dirinya Islam, akan
tetapi telah mengamalkan nilai Islam itu. Sesunguhnya Agama (Islam) tidak dibatasi ruang-
ruang masjid,langgar, pesantren, majlis ta'lim semata.

Pengamalan nilai-nilai agama sebenarnya menata gerak kehidupan riil.Memberi acuan


pelaksana tatanan politik pemerintahan, sosial ekonomi, senibudaya, hak asasi manusia, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Penerapan nilai etikareligi mewujudkan masyarakat yang hidup
senang dan makmur dengan aturan yang didalamnya terlindung hak-hak privacy, perdataan,
ulayat dan hak-hak masyarakat lainnya.

Masyarakat madani adalah masyarakat kuat mengamalkan nilai agama (etikareliji).


Seperti dalam tatanan masyarakat Madinah al Munawwarah dimasa hayat Nabi Muhammad
SAW. Sejahtera dalam keberagaman pluralistis ditengah bermacam anutan paham kebiasaan.
Tetapi satu dalam pimpinan. Kekuatannya adapada nilai dinul Islam. Mampu melahirkan
masyarakat proaktif menghadapi perubahan. Bersatu di dalam kesaudaraan karena terdidik
rohaninya. Pendidik anrohani merangkum aspek pembangunan sumber daya manusia dengan
pengukuhan nilai ibadah dan akhlak dalam diri umat melalui solat, zikir. Pada akhirnya
pendidikan watak atau domain ruhani ini mencakup aspek treatment. Rawatan dan
pengawalan melalui taubat, tazkirah, tarbiyah, tau’iyah. Ditopang dua manazil atau sifat
penting,yaitu Rabbaniah dan Siddiqiah.

Sifat Rabbaniah ditegakkan dengan benar diatas landasan pengenalan(makrifat) dan


pengabdian ('ubudiah) kepada Allah melalui ilmu pengetahuan,pengajaran, nasihat,

5
menyuruh yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Siddiqiah mencakup enam jenis
kejujuran (al-sidq):

1. Kejujuran lidah,

2. kejujuran niat dan kemauan (sifat ikhlas),

3. kejujuran azam,

4. kejujuran al-wafa' (jujur dengan apa yang diucapkan dan dijanjikan),

5. kejujuran bekerja (prestasi karya), dan

6. kejujuran mengamalkan ajaran agama (maqamat al-din).

Kehidupan Madani terlihat pada kehidupan maju yang luas pemahaman (tashawwur)
sehingga menjadi sumber pendorong kegiatan di bidang ekonomi yang lebih banyak
bertumpu kepada keperluan jasmani (material needs). Spiritnya melahirkan pemikiran
konstruktif (amar makruf) dan meninggalkan pemikirandestruktif (nahyun ,anil munkar)
melalui pembentukan tata cara hidup yang diajarkan agama Islam. Mengembangkan
masyarakat Madani dimulai dari membangun domain kemanusiaan atau domain ruhiah
melalui pendidikan rohani yangmerangkum aspek preventif. Menjaga umat dari ketersesatan
aqidah. Memelihara rakyat dari ketidak seimbangan emosional dan mental. Agar umat
terhindar dari melakukan perbuatan haram, durjana dan kezaliman. Peningkatan mutu
masyarakatdengan basis ilmu pengetahuan, basis budaya dan agama.

Moralitas Masyarakat Madani, sikap hati-hati sangat dituntut untuk meraih


keberhasilan. Action planning di setiap lini adalah keterpaduan, kebersamaan, kesepakatan,
dan keteguhan. Langkah awalnya menghidupkan musyawarah. Allah menghendaki
kelestarian Agama secara mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak bersitegang. Memupuk
sikap taawun saling membantu dengan keyakinan bahwa Allah Yang Maha Rahman selalu
membukakan pintu berkah dari langit dan bumi.

Keterpaduan masyarakat dan pemerintah menjadi kekuatan ampuh membangun


kepercayaan rakyat banyak. Inilah inti reformasi yang dituju di abadbaru ini. Tingkat
persaingan akan mampu dimenangkan "kepercayaan". Pengikatspiritnya adalah sikap Cinta
kepada Bangsa dan Negara yang direkat oleh pengalaman sejarah. Salah menerjemahkan
suatu informasi, berpengaruh bagipengambilan keputusan. Sikap tergesa-gesa akan berakibat
jauh bagi keselamatan orang banyak. Masyarakat majemuk dapat dibina dengan kekuatan
etika reliji.

Peran serta masyarakat digerakkan melalui musyawarah dan mufakat. Kekuatan moral
yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam diri masing-masing mengamalkan ajaran
agama dengan benar. Sebab, manusia tanpa agama hakikinya bukan manusia sempurna.
tuntunan agama tampak pada adanya akhlak dan ibadah. Akhlak melingkupi semua perilaku
pada seluruh tingkat kehidupan. Nyata dalam contoh yang ditinggalkan Rasulullah.

6
Ketika kehidupan manusia kian bertambah modern dan peralatan teknologi semakin
canggih, makin bertambah banyak masalah hati dan kejiwaan manusia yang tampil
kepermukaan. Tidak segera mudah dapat diselesaikan. Solsusinyahanya mendekatkan diri
kepada Allah SWT semata. Maka tuntutan kedepan harus diawasi agar umat lahir dengan
iman dalam ikatan budaya (tamaddun). Rahasia keberhasilan adalah "tidak terburu-buru"
dalam bertindak. Selalu ada husnu-dzan(sangka baik) antara rakyat dan pemimpinnya.
Kekuasaan akan berhasil jika menyentuh hati nurani rakyat banyak, sebelum kekuasaan itu
menjejak bumi. Ukurannya adalah adil dan takarannya adalah kemashlahatan umat
banyak.Kemasannya adalah jujur secara transparan.

Umat perlu dihidupkan jiwanya. Menjadi satu umat yang mempunyai faalsafah dan
tujuan hidup (wijhah) yang nyata. Memiliki identitas (shibgah) dengan corak kepribadian
terang (transparan). Rela berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Masyarakat Madani
yang dituntutoleh "syari'at" Islam menjadi satu aspek dari sosial Reform yang memerlukan
pengorganisasian (nidzam). Masyarakat Madani mesti mampu menangkap tanda-tanda zaman
perubahan sosial, politik dan ekonomi pada setiap saat dan tempat dengan optimisme besar.
Sikap apatis adalah selemah-lemah iman (adh’aful iman). Sikap diam (apatis) dalam
kehidupan hanya dapat dihilangkan dengan bekerja sama melalui tiga cara hidup , yakni
bantu dirimu sendiri (self help), bantu orang lain (self less help), dan saling membantu dalam
kehidupan ini (mutual help).

Ketiga konsep hidup ini mengajarkan untuk menjauhi ketergantungan kepada pihak
lain, artinya mandiri. Konsep madaniyah tampak utama didalam pembentukan watak
(character building) anak bangsa. Tentu saja melalui jalur pendidikan. Makareformasi
terhadap pengelolaan keperluan masyarakat atau birokrasi mesti meniru kehidupan lebah,
yang kuat persaudaraannya, kokoh organisasinya, berinduk dengan baik, terbang bersama
membina sarang, dan baik hasil usahanya sertadapat dinikmati oleh lingkungannya.

2.2 Sejarah masyarakat Madani dalam Islam

Menurut sejarahnya, setelah 13 tahun Nabi membangun landasan tauhid sebagai


fondasi dasar masyarakat (komunitas di Mekah), Allah memberinya petunjuk hijrah ke
Yastrib. Sesampainya di sana, oleh Nabi SAW, Yatsrib diubah namanya menjadi
Madinah, yang berarti kota. Karena itu, tindakan Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi
Madinah pada hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat atau proklamasi bahwa
bersama umatnya hendak mendirikan dan membangun masyarakat yang
beradab.Sebagai tandingan terhadap masyarakat jahiliyah di Mekah. Di sinilah tonggak
awal Islam menata komunitas masyarakat yang maju dan beradab.

7
Di Madinah itulah, Nabi Muhammad SAW bersama-sama unsur masyarakat Madinah
secara konkret meletakkan dasar-dasar masyarakat madani dengan merumuskan ketentuan
hidup Bersama yang dikenal Piagam Madinah, bahkan, dalam dokumen itu, ummat manusia
untuk pertama kalinya diperkenalkan wawasan kebebasan, keadialn, pertisipasi dan
egalitarian.

Ketentuan ini berlaku bagi semua unsur masyarakat tanpa membedakan agama, yang
juga ikut terlibat dalam merumuskan Piaga Madinah. Orang-orang yahudi di Madinah diikut
sertakan dalam merumuskan Piagam bersejarah itu. Dengan demikian, adanya partisipasi dari
seluruh komponen masyarakat Madani, itulah yang dilakukan Nabi delama puluhan tahun di
Madinah dengan mewujudkan sesuatu tatanan masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis
yang dijiwai oleh landalsan iman dan takwa.

Inilah dokumen penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang
dibangun kala itu, disamping juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan
konstitusi sebuah masyarakat. Nahkan, menurut Hamidullah, Piagam Madinah ini adalah
kostitusi tertulis pertama dalam Sejarah manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah
mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil right) atau lebih
dikenal dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum deklarasi kemerdekaan Amerika
(American Deklaration of Indepen-dence, 1776), Revolusi Perancis (1789) dan Deklarasi
Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.

Secara formal, Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antar komponen


masyarakat. Pertama, antar sesama muslim, bahwa sesama muslim adalah satu ummat
walaupun mereka berbeda suku. Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan non
muslim didasarkan pada prinsp bertetangga baik, saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasehati dan
menghormati kebebasan beragama.

Akan tetapi, secara umum, sebagaimana tercantum dalam teks, Piagam Madinah
mengatur kehidupan sosial penduduk Madinah secara lebih luas. Ada dua nilai dasar
yang tertuang dalam piagam Madinah, yang menjadi dasar bagi pendirian sebuah
negara Madinah kala itu. Pertama, prinsip kese-derajatan dan keadilan (al-musawwah wa
al-'adalah). Kedua, inklusifisme atau keterbukaan. Kedua prinsip itu lalu dijabarkan dan

8
ditanamkan dalam bentuk beberapa nilai universal, seperti konsistensi (i'tidal),
keseimbangan (tawazun), moderat (tawasut) dan toleran (tasamuh).

Oleh sebab itu, dalam negeri Madinah saat itu, walaupun pendu-duknya heterogen
(baik dalam arti agama, ras, suku dan golongan-golongan) kedudukannya sama,
masing-masing memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan melaksanakan aktivitas
dalam bidang sosial ekonomi. Setiap pihak mempunyai kebebasan yang sama untuk
membela Madinah tempat tinggal mereka.

Semua prinsip dan nilai di atas menjadi dasar semua aspek kehidupan, baik
politik, ekonomi dan hukum masa itu, sehingga masyarakat madani yang diidealkan itu
secara empiris pernah terwujud di muka bumi ini, bukan sekadar impian.

Dalam konteks inilah, masyarakat madinah adalah masyarakat yang beradab,


masyarakat yang berprike-manusiaan, dan masyarakat yang memiliki tatanan yang
dilandasi oleh nilai-nilai Islam. Inilah yang menjadi keyakinan bahwa masyarakat di
Madinah adalah masyarakat yang bertamaddundan beradab, tidak saja sesama muslim, tetapi
dengan non muslim pun, mereka dilindungi dan dipelihara. Orang-orang Israil Bani
Nadhir dan Bani Qainua sangatdihormati di dalam masyarakat Madinah yang dibangun
Nabi Muhammad saw. Pergaulan yang amat baik dengan kalangan non muslim
dibangun secara toleran dengan memiliki hak yang sama dengan orang-orang muslim.

Dengan demikian, pergaulan antar-agama di dalam satu komunitas masyarakat


madani adalah pergaulan yang dilandasi oleh semangat menghargai dan menjaga
kesatuan (integritas) bersama, tanpa melanggar hak dan kewajiban bersama. Inilah
prinsip masyarakat madani yang dibangun dengan mengedepankan komitmen dan
integritas bersama dalam membangun kesatuan umat yang maju.

Selain itu, dalam masyarakat Madinah, Nabi Muhammad saw. mengajarkan


kepada umatnya untuk mencintai saudaranya yang seiman sebagaimana mencintai diri
sendiri. Karena itu, orang-orang muslim di Madinah yang memiliki kelebihan harta
membagi sebagian hartanya kepada kaum Muhajirin yang baru datang dari Mekkah.
Hal ini disebabkan kuatnya iman yang ditanamkan Nabi Muhammad saw..

Pengorbanan yang telah diberikan kaum Anshor ini merupakan komitmen dasar
mereka dalam beragama yang sejati. Karena itulah, dalam waktu yang relatif singkat,

9
umat Islam di Madinah dapat menjadi komunitas yang solid dan kuat, meskipun
berbeda-beda suku yang saat itu rentan terhadap konflik, bahkan peperangan.

Demikian juga, kepada orang-orang Yatsrib yang telah beriman, Nabi Muhammad
saw. mengadakan perjanjian (bai‟at) Aqabah dikala 73 orang laki-laki dan wanita datang haji
di Mina.Orang-orang Yatsrib yang dibai’at ini menjadi modal dasar bagi Nabi Muhammad
saw. dan orang-orang Muhajirin dalam membentuk masyarakat madinah yang sejati.

Ikatan bentuk kesetiaan kepada Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw.
adalah wujud dari pembelaan terhadap Islam, dengan tetap menjaga loyalitas di tengah
gelombang hasutan orang-orang musyrik yang menginginkan pudarnya kesatuan umat Islam.
Inilah pentingnya kesatuan umat dalam suatu komunitas yang majemuk.

Sebelumnya, apa yang dikenal sebagai kota madinah itu adalah daerah yang
bernama Yatsrib. Nabi-lah yang kemudian mengubah namanya menjadi Madinah,
setelah hijrah ke kota itu. Perubahan nama Yatsrib menjadi Madinah pada hakikatnya
adalah sebuah proklamasi untuk mendirikan dan membangun masyarakat
berperadaban di kota itu. Dasar-dasar masyarakat madani inilah, yang tertuang dalam
sebuah dokumen “Piagam Madinah” yang didalamnya menyangkut antara lain wawasan
kebebasan, terutama di bidang agama dan ekonomi, tanggung jawab social dan politik,
serta pertahanan, secara bersamakota Madinah-lah, Nabi membangun masyarakat
berperadaban berlandaskan ajaran Islam, masyarakat yang bertaqwa kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa. Semangat ketaqwaan yang dalam dimensi vertical untuk
menjamin hidup manusia, agar tidak jatuh hina dan nista.

2.3 Karakteristik masyarakat Madani

Penjelasan mengenai pengertian masyarakat madani sudah kita bahas, sekarang kita
bahas ciri-ciri dari masyarakat madani itu sendiri.Setidaknya ada seepuluh ciri
masayarakat madani, yaitu:

1. Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh iman dan teknologi.
2. Mempunyai peradaban yang tinggi ( beradab ).
3. Mengedepankan kesederajatan dan transparasi ( keterbukaan ).
4. Free public sphere(ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga
negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara
10
berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta mempublikasikan pendapat, berserikat,
berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.
5. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional
masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi., dalam
kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat
madani. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar
demokrasi yang meliputi : 1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2) Pers
yang bebas 3) Supremasi hokum 4) Perguruan Tinggi 5) Partai politik
6. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untukmenunjukan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
7. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus
bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan
rahmat tuhan.
8. Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.
9. Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang
baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dan terjadi
apabila tersedia iklim yang memungkinkan ekonomi individu terjaga.
10. Supermasi hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan,
keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian untuk
memperoleh kebenaran diatas hukum.

11
2.4 Peranan ummat Islam dalam mewujudkan masyarakat Madani

2.4.1 peran Islam dalam mewujudkan masyarakat Madani

Mewujudkan masyarakat madani merupakan cita-cita yang amat mulia untuk


dipraktekan dalam kehidupan masyarakat. Model masyarakat madani pernah dicontohkan
pada masa Rasullullah SAW di Madinah. Padammasa itu kota Madinah dipimpin oleh
Rasullah SAW setelah terjadi perjanjian yang disebut Piagam Madinah. Piagam Madinah
adalah kesepakatan antara Rasulullah SAW dan ummat muslim lainnya beserta penduduk
yahudi. Di dalam perjanjian tersebut berisi umtuk setiap masyarakat untuk saling tolong-
menolong dan menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an
sebagai landasan konstitusi, mengangkat Rasulullah menjadi pemimpin, dan juga dalam
piagam tersebut memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah dengan
kepercayaan mereka masing-masing. Dalam kepemimpinan Rasulullah SAW, masyarakat
Madinah yang sering terjadi konflik berubah menjadi masyarakat yang damai dan saling
tolong menolong satu sama lain.

Ummat Islam di Indonesia merupakan komponen mayoritas bangsa Indonesia.


Sebagai komponen terbesar penysun bangsa ini, umat Islam dituntut untuk berpartisipasi
secara aktif dalam kehidupan bernegara ini. Umat Islam di Indonesia yang sebagai sebagai
mayoritas Umat Islam di Indonesia merupakan komponen mayoritas bangsa Indonesia.
Sebagai komponen terbesar penyusun bangsa ini, umat Islam dituntut untukberpartisipasi
secara aktif dalam kehidupan bernegara ini. Umat islam di Indonesiayang sebagai mayoritas
bertanggung jawab atau berperan sangat besar dalam mewujudkan masyarakat madani. Di
negeri ini akan tergantung oleh bagaimana cara umat Islam dalam menjalani kehidupannya.
Maka dari itu umat islam memiliki tigaperan yang nyata yaitu :

 Sebagai Warga Negara


Sebagai warga negara hendaknya umat Islam memnuhi kewajiban sesuai pada
peraturan-peraturan negara yang telah dibuat.
 Sebagai penata kehidupan bangsa dan negara
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk karena negara ini memiliki
berbagai macam ras, suku, agama, etnik dan lain-lain. Maka umat Islahharus bener-
benar pandai menerapkan gagasan islami yang keIndonesiaan. hal ini karena untuk
terciptannya kedamaian dan ketentraman, seperti yang diajarkan oleh Rasullullah

12
SAW bahwa umat muslim adalah umat yang penuh kasih sayang,keadilan, dan
kearifan yang sesuai dengan perintah Allah SWT. Dasar-dasar inilah yang dijadikan
oleh umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Jika setiap orang memiliki rasa
toleransi dan menghormati, maka kehidupan masyarakat madani akan tercapai.

Dalam melakkukan perannya hendaknya ummat Islam didasari pada pengetahuan


danwawasan yang meliputi:

a) Wawasan keislaman
b) Wawasan atau pemahaman secara utuh tentang ajaran-ajaran Islam
c) Wawasan kebangsaan
d) Merupakan peningkatan rasa nasionalisme
e) Wawasan kecendikian
f) Peningkatan dalam kualitas kecendikian
g) Wawasan kepemimpinan

Meliputi usaha dalam peningkatan dan pengembangan jati diri dan kepemimpinan
umat serta wawasan kesejahteraan guna meningkatkan kegiatan ekonomikerakyatan.

Banyak yang sudah dilakukan umat Islam dalam menunjukan perannya


dalammembangun masyarakat madani. Tapi akhir-akhir ini pandangan Islam buruk
karenabanyak umat Islam di Indonesia yang bersikap dan bertindak tanpa wawasan
keislaman yang benar. Mereka bertindak atas nama umat Islam, oleh karena ini yang
memperburuk pandangan masyarakan tentang Islam.

2.4.2 Masyarakat Saba’

Masyarakat saba’ adalah masyarakat yang hidup dimasa Nabi Sulaiman a.s. Allah
SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya Q.S Saba’ ayat 15:

‫۝‬١ ‫َلَقْد َك اَن ِلَسَبٍا ِفْي َم ْسَك ِنِه ْم ٰا َيٌۚة َج َّنٰت ِن َع ْن َّيِم ْيٍن َّو ِش َم اٍل ۗە ُك ُلْو ا ِم ْن ِّر ْز ِق َر ِّبُك ْم َو اْشُك ُرْو ا َلۗٗه َبْلَد ٌة َطِّيَبٌة َّوَر ٌّب َغ ُفْو ٌر‬

Artinya :

Sungguh, pada kaum Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di
tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan
kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah

13
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan
Yang Maha Pengampun.”

Di sebelah selatan negeri Yaman berdiam suatu kaum bernama Saba'. Mereka
menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka hidup makmur dan telah
mencapai kebudayaan yang tinggi. Mereka dapat menguasai air hujan yang turun lebat pada
musim tertentu dengan membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air
untuk musim kemarau. Bendungan itu boleh dikatakan bendungan alami karena terletak di
antara dua buah bukit dan di ujungnya didirikan bangunan yang tinggi untuk mencegah air
mengalir sia-sia ke padang pasir. Mereka membuat pintu-pintu air yang bila dibuka dapat
mengalirkan air ke daerah yang mereka kehendaki. Bendungan ini terkenal dengan
Bendungan Ma'rib atau Bendungan al-'Arim. Banyak di antara ahli sejarah dan peneliti di
barat meragukan tentang adanya Bendungan Ma'rib ini. Akhirnya seorang peneliti dari
Perancis datang sendiri ke selatan Yaman untuk menyelidiki sisa-sisa bendungan itu pada
tahun 1843. Dia dapat membuktikan adanya bendungan itu dengan menemukan bekas-
bekasnya, lalu memotret dan mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu majalah di Perancis.
Para peneliti lainnya menemukan pula beberapa batu tulis di antara reruntuhan bendungan
itu. Dengan demikian, mereka bertambah yakin bahwa dahulu kala di sebelah selatan Yaman
telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, dan tinggi kebudayaannya. Pada ayat ini,
Allah menerangkan sekelumit tentang kaum Saba' yang mendiami daerah sebelah selatan
Yaman itu. Mereka menempati sebuah lembah yang luas dan subur berkat pengairan yang
teratur dari Bendungan Ma'rib. Di kiri dan kanan daerah mereka terbentang kebun-kebun
yang amat luas dan subur yang menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang
melimpah ruah. Kaum Saba' pada mulanya menyembah matahari, namun setelah pimpinan
kerajaan dipegang Ratu Balqis, mereka menjadi kaum yang beriman dengan mengikuti ajaran
yang dibawa Nabi Sulaiman. Hal ini diceritakan dalam Al-Qur'an sebagai berikut: Maka tidak
lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang
belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba' membawa suatu berita yang
meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia
dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Aku (burung Hud) dapati
dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan
terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka
dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk. (an-Naml/27: 22-24) Tetapi, lama-
kelamaan kaum Saba' menjadi sombong dan lupa bahwa kemakmuran yang mereka miliki
adalah anugerah dari Yang Mahakuasa dan Maha Pemurah. Allah dengan perantaraan rasul-
Nya memerintahkan agar mereka mensyukuri-Nya atas segala nikmat dan karunia yang
dilimpahkan kepada mereka. Negeri mereka menjadi subur dan makmur berkat karunia Allah
Yang Maha Pengampun, melindungi mereka dari segala macam bahaya dan malapetaka

2.5 Sitem ekonomi Islam dan kesejahteraan umat

2.5.1 Definisi ekonomi Islam

14
Sementara ahli memberi definisi ekonomi Islam adalah merupakan madzhab ekonomi
Islam, yang terjelma di dalamnya bagaimana cara Islam mengatur kehidupan perekonomian,
dengan apa yang dimiliki dan ditujukan oleh madzhab ini tentang ketelitian cara berfikir yang
terdiri dari nilai-nilai moral Islam dan nilai-nilai ilmu ekonomi, atau nilai-nilai sejarah yang
ada hubungannya dengan masalah-masalah siasat perekonomian maupun yang ada
hubungannya dengan uraian sejarah masyarakat manusia.

Sebagian lagi lainnya berpendapat bahwa ekonomi Islam merupakan sekumpulan


dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari Al-Quran dan As-Sunnah, dan
merupakan bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut
sesuai dengan tiap lingkungan dan masa.

Sementara lainnya mendefinisikan sebagai ilmu yang mengarahkan kegiatan ekonomi

dan mengaturnya, sesuai dengan dasar-dasar dan siasat ekonomi Islam. Ekonomi Islam terdiri

dari dua bagian: salah satu diantaranya tetap, sedang yang lain dapat berubah-ubah. Yang
pertama adalah yang diistilahkan dengan “sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
disimpulkan dari Al-Auran dan As-Sunnah”, yang ada hubungannya dengan urusan-urusan
ekonomi. Yang kedua “bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-
dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa.

2.5.2 Tujuan ekomoni Islam

Adapun tujuan ekonomi Islam berpedoman pada: Segala aturan yang diturunkan Allah SWT

dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan,kesejahteraan, keutamaan, serta


menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian
pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di
dunia dan di akhirat.

Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga

sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh
umat manusia, yaitu :

15
a) Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan lingkungannya.
b) Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

c) Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa

masalah yang menjad puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:
d) Keselamatan keyakinan agama (al din)
e) Keselamatan jiwa (al nafs)
f) Keselamatan akal (al aql)
g) Keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
h) Keselamatan harta benda (al mal)

2.5.3 Prinsip-prinsip ekonomi Islam

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

a) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT
kepada manusia.
b) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
c) Kekuatan penggerak ekonomi Islam adalah kerja sama.
d) Ekonomi Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
e) Seorang muslim harus takut kepada Allah SWT dan hari penetuan di akhirat nanti.
f) Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
g) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
h) Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Banyak pihak yang beranggapan mewujudkan cita-cita kesejahteraan masyarakat sebagai


manusia yang saling bersaudara dan sama-sama diciptakan oleh satu Tuhan, saat ini,
hanyalah sebuah Impian. Hal itu terjadi karena adanya penolakan menggunakan mekanisme
filter yang disediakan oleh pernilaian berbasis moral, di samping makin melemahnya
perasaan sosial yang diserukan agama. Peningkatan moral dan solidaritas sosial tidak
mungkin dapat dilakukan tanpa adanya kesakralan moral yang diberikan oleh agama. Para

16
ahli mengakui, bahwa agama-agama cenderung memperkuat rasa kewajiban sosial dalam diri
pemeluknya daripada menghancurkan. Sepanjang Sejarah umat manusia tidak ditemukan
contoh signifikan yang menunjukkan, bahwa suatu masyarakat yang berhasil memelihara
kehidupan moral tanpa bantuan agama.

Ajaran ekonomi yang dilandaskan nilai-nilai agama akan menjadikan tujuan


kesejahteraan kehidupan yang meningkatkan jiwa dan rohani manusia menuju kepada
Tuhannya.

Menurut Yusuf Qardhawi (1994), sesungguhnya manusia jika kebutuhan hidup pribadi
dan keluarganya telah terpenuhi serta merta merasa aman terhadap diri dan rezekinya, maka
mereka akan hidup dengan ketenangan, beribadah dengan khusyu’ kepada Tuhannya yang
telah memberi mereka makan, sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi keamanan
kepada mereka dari rasa takut. Dibutuhkan sebuah kesadaran, bahwa manusia diciptakan
bukan untuk keperluan ekonomi, tetapi sebaliknya masalah ekonomi yang diciptakan untuk
kepentingan manusia. Islam, sebagai ajaran universal, sesungguhnya ingin mendirikan suatu
pasar yang manusiawi, di mana orang yang besar mengasihi orang kecil, orang yang kuat
membimbing yang lemah, orang yang bodoh belajar dari orang yang pintar, dan orang-orang
bebas menegur orang yang nakal dan zalim sebagaimana nilai-nilai utama yang diberikan
allah kepada umat manusia berdasarkan Al Qur’an Surah al-Anbiyaa ayat 107.

Berbeda dengan pasar yang Islami, menurut Qardhawi (1994), pasar yang berada di
bawah naungan peradaban materialisme mencerminkan sebuah miniatur hutan rimba, di
mana orang yang kuat memangsa yang lemah, orang yang besar menginjak-injak yang kecil.
Orang yang bisa bertahan dan menang hanyalah orang yang paling kuat dan kejam, bukan
orang yang paling baik dan ideal. Dengan demikian sulit membayangkan bahwa
kesejahteraan akan dapat diperoleh dari system pasar dalam peradaban materialisme.

Untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang berkeadilan harus ada suatu sistem pasar
yang sehat. Pasar itu sebenarnya adalah sebuah mekanisme yang canggih, namun gampang
dirusak, untuk menata kehidupan ekonomi, sehingga setiap pribadi memberikan
sumbangannya bagi keseluruhan dan juga memenuhi kebutuhannya sendiri dengan kebebasan
penuh untuk melakukan pilihan pribadinya. Pasar yang sehat mengalakkan keragaman,
Prakarsa dan kreativitas pribadi, dan Upaya-upaya yang produktif ( Korten, 2002 ).

17
Pasar yang sehat sasngat tergantung pada kesadaran para pesertanya, sehingga harus ada
persyaratan agar masyarakat umum menjatuhkan sangsi terhadap orang yang tidak
menghormati hak dan kebutuhan orang lain, serta mengekang secara suka rela dorongan
pribadi mereka untuk melampaui batas. Apabila tidak ada suatu budaya etika dan aturan-
aturan public yang memadai, maka pasar gampang sekali dirusak. Pasar yang sehat, tidak
berfungsi dengan pemahaman individualisme ekstrem dan kerakusan kapitalisme yang
semena-mena, dan juga tidak berfungsi lewat penindasan oleh hierarki dan yang tidak
mementingkan diri sama sekali, seperti dalam komunisme. Kedua paham tersebut merupakan
penyakit yang amat parah.

Kesejahteraan dalam Pembangunan sosial ekonomi, tidak dapat didefinisikan hanya


berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga memasukkan tujuan-tujuan
kemanusiaan dan keruhanian. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya mencakup masalah
kesejahteraan ekonomi, melainkan juga mencakup permasalahan persaudaraan manusia dan
keadilan sosial-ekonomi, kesucian kehudupan, kehormatan individu, kehormatan harta,
kedamaian jiwa dan kebahagiaan, serta keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat.

Ajaran Islam, sama sekali, tidak pernah melupakan unsur material dalam kehidupan
dunia. Materi penting bagi kemakmuran, kemajuan umat manusia, realisasi kehidupan yang
baik merupakan tujuan Islam yang di cita-citakan, bukan merupakan tujuan akhir. Kehidupan
ekonomi yang baik, pada hakikatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih
besr dan lebih jauh. Hal ini merupakan perbedaan yang sangat esensial antara ajaran islam
dengan faham materialisme yang dianut oleh kaum komunis ataupun para Sekeuleristic.

Menurut Qardhawi, ideologi-ideologi materialisme bertumbuh kepada pemenuhan nafsu


yang tidak terlepas dari ruang lingkup kepentingan ekonomi yang rendah. Kesenangan materi
menjadi tujuan akhir dan merupakan surga yang dicita-citakan. Berbeda dengan ekonomi
yang dilandasi moral agama, kesejahteraan kehidupan mrnjsfiksn tujusn untuk meningkatkan
jiwa dan rohani manusia menuju Tuhannya. Materi digunakan untuk mempersiapkan diri
untuk menghadapi kehidupan yang lebih baik dan lebih kekal.

Ajaran islam mengakui kebebasan pemilikan. Hak milik pribadi menjadi landasan
Pembangunan ekonomi, namun harus diperoleh dengan jalan yang telah ditentukan oleh
Allah. Pemilikan harus melalui jalan halal yang telah disyariahkan. Demikian pula
mengembangkan kepemilikan harus dengan cara-cara yang dihalalkan dan tidak dilarang oleh

18
syariah. Islam melarang pemilik harta menggunakan kepemilikannya untuk membuat
kerusakan di muka bumi atau melakukan sesuatu yang membahayakan manusia. Di samping
itu dilarang pula mengembangkan kepemilikan dengan cara merusak nilai dan moral
( akhlak ), misalnya dengan menjual-belikan benda-benda yang diharamkan dan segala yang
merusak Kesehatan manusia baik akal, agama maupun ahklaknya. Dengan demikian, sebuah
pasar yang sehat berlandaskan nilai-nilai moralitas keagamaan sangat diperlukan dalam
sebuah system distribusi kepemilikan.

19
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat berbudaya
dan al-madaniyyah ( tamaddun ) yang maju, modern, berakhlak dan memiliki peradaban,
semestinya melaksanakan nilai-nilai agama (etika reliji ) atau bagi kita mengamalkan ajaran
islam (syarak ) dengan benar. Untuk mewujudkan masyarakat madani agar terciptanya
kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu
perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri denga napa
yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita
tidak ketinggalan berita.

Ada dua masyarakat madani dalam Sejarah islam yang terdokumentasi sebagai
masyarakat madani, yaitu :

1. Masyarakat Saba’, yaitu dengan masyarakat di masa Nabi Sulaiman


2. Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat

Wacana masyarakat madani merupakan konsep yang bersumber dari pergolakan politik
dan Sejarah masyarakat Eropa Barat yang mengalami perubahan pola kehidupan Feodal
menuju kehidupan masyarakat industru kapitalis. Perkembanaga wacana masyarakat madani
dapat diurutkan dari Cirero sampai pada Antonio Gramsci dan de’Tocquiville. Bahkan
menurut Manfred Ridel, Cohen, dan Arato serta M. Dawam Rahardjo, wacana masyarakat
madani sudah ada pada masa Aristoletes.

20
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional.2006.Standar Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

SMA/SMK/MA.Jakarta:Depdiknas-BSNP

Azra, Azyumardi, 1999, Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1 Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Budiman, Arief, 2000. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper Southeast

Asi No.22

Culla, Adi Suryadi, 2002. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan Relevasinya

Dengan Cita-cita Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

21

Anda mungkin juga menyukai