Pajak Perusahaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAJIB

PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN


MEMBAYAR PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Bandar Lampung

OLEH :
NAMA : VELIKA MUSTIKA WIJAYA
NPM : 17021094

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanfaatan pendapatan suatu negara mencerminkan bagaimana negara
tersebut untuk maju. Indonesia menggunakan salah satu penerimaan
pendapatan negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbangrata-
ratalebih dari 70% dari keseluruhan pendapatan negara dalam berbagai fungsi
kenegaraan. Indonesia merupakan suatu negara yangmenerapkan tarif pajak
yang variatif kepada masyarakatnya, yaitu sesuai dengan tingkatan golongan
pendapatannya.
Pajak ialah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan
(pendapatan) kepada negara yang bersifat wajib, dan jika tidak dilakukan
maka bisa terjadi pemaksaan dengan kekerasan seperti surat paksa dan
sita.Karena banyaknya jumlah penduduk yang ada di Indonesia, maka
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tidak mungkin melakukan penarikan pajak
kepada wajib pajak (WP) satu-persatu, sehingga DJP memberlakukan sistem
self assessment (Pasal 12 UU KUP). Dari sistem self assessment yang
diterapkan Hal yang terpenting dari self assessmentadalah kesadaran pajak.
Masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya banyak dan terdiri dari
daerah yang berbeda-beda membuat DJP harus cerdik untuk menghimbau
masyarakat agar patuh dalam membayar pajak.
Peranan penerimaan pajak sangat penting bagi negara, oleh karena itu
Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang merupakan instansi pemerintahan di
bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang bertindak sebagai
pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan
pajak dengan melakukan reformasi pajak yang bertujuan agar sistem
perpajakan dapat mengalami penyederhanaan yang mencakup tarif pajak,
penghasilan tidak kena pajak, dan sistem pemungutan pajak. Hal ini
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak
Penghasilan dan Peraturan terbaru 162/PMK.011/2012 tentang tarif PTKP.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang “Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan”, menyebutkan bahwa wajib pajak merupakan orang pribadi


atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Salah satu bentuk reaksi masyarakat dapat dilihat dari kemauan wajib
pajak untuk membayar pajaknya. Kemauan membayar pajak merupakan suatu
nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang telah ditetapkan dengan
peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara
dengan tidak mendapat kontribusi secara langsung (Rantum dan Priyono,
2009).
Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,
disamping peran serta aktif dari aparat pajak, juga dituntut kemauan dari para
wajib pajak itu sendiri. Dimana menurut undang-undang perpajakan,
Indonesia menganut sistem self assessment yang memberi kepercayaan
terhadap wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri jumlah pajak terutang. Pajak terutang merupakan pajak
yang harus dibayar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemauan wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya merupakan
hal penting dalam penarikan pajak. Namun, masyarakat sendiri dalam
kenyataanya tidak suka membayar pajak.
Dalam penelitian Supadmi (2010) disebutkan bahwa untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas
pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Oleh karena itu kualitas
pelayanan perlu ditingkatkan untuk memberikan kenyamanan dan pandangan
yang baik dari wajib pajak. Pelayanan petugas pajak yang kooperatif, jujur,
menegakkan aturan perpajakan, tidak mempersulit, dan tidak mengecewakan
wajib pajak diharapkan mampu mengatasi masalah kepatuhan wajib pajak.
Keramah-tamahan petugas pajak dan kemudahan dalam sistem informasi
perpajakan termasuk dalampelayanan perpajakan tersebut. Pemerintahterus
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepadawajib pajak dengan
membuat sistem pendukung. Hal ini diharapkan dapat memudahkan wajib
pajakdalam membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya.Sistem
pendukung yang telah dibuat pemerintah dalam rangka modernisasi sepertie-
registration, e-banking, e-filling, e-SPT, dan dropbox.
Wajib pajak mempunyai persepsi sendiri tentang sistem-sistemyang
dimiliki oleh pemerintah.Sebelum adanya pembaharuan sistempendaftaran
NPWP dan pengisian SPT melalui internet, wajib pajak harus datang ke KPP
untuk melakukan semuaproses perpajakan. Dengan adanya e-registration, e-
banking, e-filling, e-SPT, dan dropboxmenyebabkan persepsi yang baik atas
sistem perpajakan meningkat karena semua sistem tersebutmembuat wajib
pajak dapat melakukan semua proses pajak tepat waktu dan dapat dilakukan
dimana saja sehingga meningkatkan kepatuhan dari wajib pajak.
Agar kemudahan dari sistem perpajakan dapat berjalan dengan baik dan
dimengerti masyarakat,sosialisasi mengenai perpajakan diperlukan. Dengan
sosialisasi tersebut masyarakat akan lebih memahami masalah-masalah
seputar perpajakan, kemudahan yang bisa didapat, dan memahami
peraturannya yang seringberubah-ubah. Dengan pemahaman yang baik
diharapkan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Persepsi wajib pajak tentang pelayanan fiskus dibentuk oleh dimensi
kualitas sumber daya manusia (SDM), ketentuan perpajakan dansistem
informasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan yang maksimal kepada
wajib pajak akan terpenuhi apabila sumber daya manusia melaksanakan
tugasnya secara profesional, bertanggung jawab, disiplin dan transparan.
Apabila ketentuan perpajakan dibuat sederhana dan dapat dengan mudah

dipahami oleh wajib pajak, maka pelayanan fiskus atas hak dan kewajiban
kepada wajib pajak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Fiskus yang
berkualitas adalah fiskus yang memberikan informasi yang akurat tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pajak dan tata cara penghitungannya serta tidak
melakukan penggelapan pajak atau tindakan lain yang tidak sesuai dengan
peraturan dan SOP yang berlaku. Seorang wajib pajak yang puas atas
pelayanan yang diberikan fiskus cenderungakan melaksanakan kewajiban

perpajakannya sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.

Willingness to pay taxatau kemauan membayar pajak dapat dibagi menjadi


2 subkonsep, yaitu konsep kemauan membayar dan konsep pajak. Konsep
kemauan membayar adalah suatu keadaan dimana seseorang rela untuk

mengeluarkan dan mengorbankan uangnya untuk memperoleh suatu barang


atau jasa. Sedangkan konsep pajak menurut NJ. Taylor (Waluyo, 2007)
adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh negara dan terhutang kepada
pengusaha tanpa adanya suatu kontraprestasi dan semata-mata digunakan
untuk menutup pengeluaran umum.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang terjadi dalam penelitian ini adalah tentang tingkat kepatuhan
wajib pajak orang pribadi. Oleh sebab itu penelitian menggenapi faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dari segi persepsi wajib pajak
perlu untuk dikaji.Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent
variable) kepatuhan wajib pajak dan variabelbebas (independent variable)
yang digunakan adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan
perpajakan, persepsi atas efektifi
DAFTAR PUSTAKA
https://pajak.go.id/id/pajak
https://www.pajak.go.id/id/wajib-pajak-dan-npwp
http://pajak-serta-akuntansi.blogspot.com/2016/09/pelayanan-fiskus.html
Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012. (Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban
Membayar Pajak) (Studi Kasus Pada Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Candisari). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hardiningsih, Pancawati. 2011. (Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kemauan Membayar Pajak). Jurnal, 3(1): 126-142. Semarang: Universitas
Stikubank.
Purwono, Herry 2010, Dasar – dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak,
Erlangga, Jakarta.
Pratama, Ros Margareth 2012, Analisis Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan
Kewajiban Perpajakan di Kota Tanggerang Selatan, Universitas Bina
Nusantara, Jakarta.
tas sistem perpajakan, dan kualitas pelayanan fiskus. Berdasarkan hal
tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan
perpajakanberpengaruh terhadap kepatuhan pajak?
2. Apakah persepsi atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak?
3. Apakah kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak?
1.3 Tujuan Peneliti
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk menganalisis pengaruhpengetahuan dan pemahaman peraturan
perpajakan terhadap kepatuhan pajak.
2.Untuk menganalisis pengaruhpersepsi atas efektifitas sistem perpajakan
terhadap kepatuhan pajak.
3.Untuk menganalisis pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan pajak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Atribusi
Teori Atribusi Untuk menguatkan Teori Aksi Beralasan, dalam penelitian
ini digunakan juga Teori Atribusi atau Atribution Theory. Teori ini
dikemukakan oleh Harold Kelley (1972) yang merupakan perkembangan dari
Teori Atribusi yang dicetuskan oleh Fritz Heider (1958). Teori ini
menjelaskan bahwa ketika individu mengamati perilaku seseorang, individu
tersebut berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan
secara internal atau eksternal (Robbins, 1996 dalam Fikriningrum, 2012).
Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini
berada di bawah kendali pribadi individu itu sendiri atau berasal dari faktor
internal seperti ciri kepribadian, kesadaran, dan kemampuan. Sedangkan
perilaku yang yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang
dipengaruhi dari luar atau dari faktor eksternal seperti peralatan atau pengaruh
sosial dari orang lain, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena
situasi.
2.2 Definisi Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat(Lubis, 2011: 9-
10). Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan
dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak
dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan
kewajiban kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat
sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal
Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.
2.4 Pemahaman Wajib Pajak
Menurut “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” UU No. 28 Tahun
2007, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak,dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.Hak wajib pajak adalah hak mendapatkaninformasi, didampingi,
dan dengar keluhannya. Wajib Pajak berhak naik banding, berhak membayar
pajak tidak lebih dari yang seharusnya, dan berhak mendapatkan kepastian
hukum (Lubis, 2011:10).
Menurut Direktorat Jendal Pajak Wajib Pajak adalah orang pribadi atau
badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2.4 Pelayanan Fiskus
Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas
pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam
membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan Wajib
Pajak. Kualitas pelayanan fiskus sangat berpengaruh terhadap Wajib Pajak dalam
membayar pajaknya. Oleh karena itu, fiskus dituntut untuk memberikan
pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada Wajib Pajak serta dapat
memupuk kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak.
Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada Wajib Pajak besar manfaatnya sehingga
dapat menimbulkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya
2.5 Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak mau
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang
dilakukannya. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam
menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini wajib pajak mau
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang
dilakukan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis
yang telah diterapkan untuk meneliti Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Teluk Betung. Untuk mengetahui kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
 Variabel
Penelitian ini terdiri atas empat variabel independen dan satu variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kesadaran membayar
pajak, pelayanan fiskus, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan
perpajakan, dan persepsi atas efektifitassistem perpajakan. Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kemauan membayar pajak.
3.2 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang
pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung dan

tergolong masih wajib pajak efektif. pajak orang pribadi efektif , alasan pemilihan
populasi ini karena wajib pajak orang pribadi efektif merupakan wajib pajak yang

memenuhi kewajiban perpajakannya, dan penelitian ini berfokus terhadap faktor-


faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data hasil kuesioner yang ditujukan kepada wajib
pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung dan
tergolong masih wajib pajak efektif.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
denganmenggunakan metode survey melalui angket (kuesioner) guna
mendapatkan data primersedangkan untuk data sekunder menggunakan

dokumen.Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diisi oleh responden.

3.5 Teknik Analisis


1.Uji validitas dan uji reliabilitas, uji untuk mengetahui adanya tanggapan dari
responden.
2.Uji Asumsi Klasik, Uji Normalitas, Uji Heterokedatisitas,Uji Multikolonieritas,
Uji Autokorelasi.
3.Uji regresi berganda
4.Uji F
5.Uji t

Anda mungkin juga menyukai