Laporan Pendahuluan Acs Nstemi Diruangan Icvcu Uptd Rsud Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Laporan Pendahuluan Acs Nstemi Diruangan Icvcu Uptd Rsud Undata Provinsi Sulawesi Tengah
Laporan Pendahuluan Acs Nstemi Diruangan Icvcu Uptd Rsud Undata Provinsi Sulawesi Tengah
DISUSUN OLEH :
Magfira
PO71204222043
1. Anatomi.
Arteri koroner muncul dari aorta dekat hulu ventrikel (sering disebut
muara sinus valsava). Dinding sisi kiri jantung dengan yang lebih
banyak melalui arteri koroner utama kiri (Left main Coronary Artery),
2. Definisi
atau gejala- gejala lain sehingga akibat dari iskemia miokard. Sindrom
(mulyadi., 2015).
stabil dapat mengakibatkan ACS jika tidak ada ruptur plak dan
a. Gejala iskemik
(EKG)
3. Klasifikasi
c. Unstable Angina
B. NSTEMI (NON-ST Elevasi Miokard Infark)
1. Definisi
positif > 0,03. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis,
sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga
2. Etiologi
rupture plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini mempunyai
inti lipid l yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap
yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak
dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. tinggi. Pada
lokasi ruptur plak dapat dijumpai dijumpai sel makrofag dan limfosit
2014).
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Dada
pada infark tidak. Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa
b. Sesak nafas
c. Gejala Gastrointestinal
cegukan.
d. Gejala Lain
1. Definisi
nyeri dada yang munculnya tidak tentu, dapat terjadi pada saat
oksigen.
semakin buruk.
jantung meningkat.
2. Etiologi.
ini semakin tebal dan semkin keras (membentuk deposit kalsium), dan
susah untuk mengalir. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dada (stable
melalui arteri yang terserang menuju pembuluh darah yang lebih kecil,
stroke.
3. Patofisiologi
iskemia miokard. Hal ini disebabkan oleh kimia dan stimulasi mekanik
Serabut saraf ini meluas dari nervus tulang belakang toraks ke-4 ke atas.
4. Manifestasi Klinis
b. Berkeringat
c. Dispnea
d. Mual, muntah
f. Kelelahan
5. Pemeriksaan Diagnosa
a. Biomarker Jantung:
1) Area Gangguan
Non-medikamentosa:
irama jantung.
Medikamentosa:
a. Obat anti-iskemia
intravena.
antagonis kalsium :
(Contoh: nifedipin).
granulositopenia.
terjadi.
c. Obat anti-trombin
d. Revaskularisasi
individunya yaitu :
1) Immediate invasive surgery (<2 jam) STEMI
dari nyeri dadanya, tidak ada gejala gagal jantung, tidak ada
3. Intervensi keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung.
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan penurunan curah jantung dapat meningkat
Kriteria Hasil :
1) Kekuatan nadi perifer menjadi meningkat
2) Gambaran ekg aritmia menjadi menurun
3) Kelelahan menjadi menurun
Intervensi :
1) Kaji dan laporkan frekuensi, irama jantung
2) Catat bunyi jantung
3) Palpasi nadi perifer
4) Pantau tensi darah pada klien
5) Kaji kulit, pucat dan sianosis
6) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan
obat sesuai indikasi dan advice dokter.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Definisi : Tidak terpenuhinya kecukupan energy untuk melakukan
aktfitas sehari-hari.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan toleran si aktifitas menjadi meningkat.
Kriteria Hasil :
1) Saturasi oksigen menjadi meningkat
2) Keluhan lemah menjadi menurun
3) Tekanan darah membaik
Intervensi :
1) Periksa onset dan pemicu terjadinya aritma.
2) Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen misalnya
mengejan saat defekasi.
3) Evaluasi tanda tanda vital saat kemajuan aktivitas.
4) Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas
c. Nyeri akut berhubungan dengam agen pencedera fisiologis.
Definisi : pengalaman sensorik /emosinal yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan kejadian
mendadak atau lambat dan berintegritas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan nyeri pada pasien dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala pada nyeri klien
3) Identifikasi nyeri non-verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Kontrol lingkungan yang memperberat kualitas nyeri
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Kolaborasi pemberian analgesic
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas.
Definisi : suatu pola nafas dimana insiprasi serta ekpirasi kasar O2
yang tidak memberikan vertilisasi yang adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan pola nafas menjadi membaik
Kriteria Hasil :
1) Vertilisasi semenit menjadi meningkat
2) Frekuensi nafas menjadi membaik
3) Kedalaman nafas membaik
Intervensi :
1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2) Monitor bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, mengi)
3) Monitor sputum (jumlah, warna)
4) Posisikan semi fowler–fowler serta senyaman mungkin
5) Ajarkan batuk efektif pada klien
6) Pemberian terapi Oksigen pada klien
7) Kolaborasi pemberian obat ekspektoran
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria hasil :
a) Menyingkirkan tanda kecemasaan.
b) Tidak terdapat perilaku gelisah
c) Frekuensi napas menurun
d) Frekuensi nadi menurun
e) Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
Intervensi
a) Monitor tanda-tanda ansietas
b) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
dating
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan mendukung
pasien
g) Latih teknik relaksasi
3. Implementasi
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan kegiatan atau tindakan
yang diberikan kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah ditetapkan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan menyimpang
dari rencana yang ditetapkan pada situasi dan kondisi pasien
(Muttaqin, 2009).
4. Evaluasi
Dilaksanankan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan
yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada
tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah
perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai juga
sebagai atau timbul masalah baru (Muttaqin, 2009).
Daftar Pustaka
Perki, 2015, Pedoman tata laksana sindrom coroner akut edisi 3, Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Grundy, Scott, et all. 2018 ACC/ AHA/ AACVPR/ AAPA/ ABC/ ACPM/ ADA/
AGS/APhA/ASPC/NLA/PCNA guidelines on the management of
Blood Cholesterol. Journal of the American College of Cardiology
Perki, 2018.Pedoman tata laksana sindrom koroner akut edisi 4.Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
ESC, 2017.Guidelines for the management of acute myocardial infraction on
patients presenting with ST-segmen elevation.Europian Society of
Cardiology. ciety of Cardiology.
AHA. 2013. Guideline for the Management of ST-Elevation Myocardial
Infraction. American Heart Association.
Tan Walter, MD, MS. 2015. “Unstable Angina”. Medscape 2015.
http://emedicine.medscape.com/article/159383-workup#showall 27
Mei 2017
Widya Josephine. 2014. “Sindrom Koroner Akut”. (online). April 2014.
https://josephinewidya.wordpress.com/2014/04/30/definisi-etiologi-
faktor-risikodan-klasifikasi-sindrom-koroner-akut/ 11 Mei 2017
Roffi Marco. (2016). “2015 ESC Guidelines for the management of acute
coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-
segment elevation”. European Heart Journal, is a available on the ESC
website http://www.escardio.org/guidelines 27 maret 2017 hal: 273
Alaeddini Jamshid, MD, FACC, FHRS. 2016. “Angina Pectoris”. Medscape,
desember 2016. http://emedicine.medscape.com/article/150215-
differential 11 Mei 2017