Makalah Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis
Makalah Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis
Makalah Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga dapat
menyelesaikan “Makalah Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis”. Sholawat serta
salam juga tidak lupa penulis hanturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SWT, yang telah menghantarkan kita semua dari jalan yang gelap gulita menuju
kejalan yang terang seperti saat ini.
Kami juga menngucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut
menyusun dan membagi idenya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
khas seperti merasa badan tidak sehat, kurang semangat untuk bekerja, rasa
kembung, mual, mencret kadang sembelit, tidak selera makan, berat badan
menurun, otot-otot melemah, dan rasa cepat lelah. Keluhan yang timbul baik
itu sedikit atau banyak tergantung dari luasnya kerusakan pada parenkim hati.
Apabila timbul kuning pada kulit maka dipastikan sedang terjadi kerusakan
sel hati. Tetapi, jika sudah masuk ke dalam fase dekompensasi maka gejala
yang timbul bertambah dengan gejala dari kegagalan fungsi hati dan adanya
hipertensi portal (Ndraha, 2019).
Penatalaksanaan sirosis hepatis salah satunya adalah LVP (Large
Volume Paracentesis) merupakan terapi pilihan pada pasien sirosis hepatis
dengan asites. Mengeluarkan volume cairan asites yang sangat banyak
berhubungan dengan disfungsi sirkulasi yang ditandai dengan berkurangnya
volume darah efektif (Maghfirah et al., 2018).
Dampak permasalahan dari efek tindakan LVP adalah tekanan porta
yang akan meningkat pada pasien yang mengalami disfungsi sirkulasi setelah
LVP, terjadi karena meningkatnya resistensi intrahepatik akibat aksi sistem
vasokonstriksi pada lapisan vaskular hati. Metode yang paling efektif untuk
mencegah disfungsi sirkulasi setelah LVP dengan infus albumin. Pemberian
albumin diakhir LVP saat volume asites yang dikeluarkan sudah diketahui
dan cardiac output kembali kedasar. Pemberian volume plasma dapat
diberikan setelah mengeluarkan asites < 5 liter (Maghfirah et al., 2018).
Permasalahan keperawatan yang kemungkinan muncul yaitu nyeri
akut, gangguan pola tidur, serta intervensi keperawatan. Intervensi untuk
masalah nyeri akut adalah memberikan terapi teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Tarik nafas dalam). Intervensi untuk masalah
keperawatan gangguan pola tidur adalah melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan. Intervensi untuk masalah keperawatan intoleransi
aktivitas adalah menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
Untuk meminimalkan risiko tinggi penderita sirosis hepatis dan
mencegah komplikasi yang diakibatkan maka diperlukan suatu metode yang
4
tepat yang diberikan secara langsung dan nyata yaitu asuhan keperawatan
pada pasien dengan sirosis hepatis.
B. Tujuan Penulisan
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis pada hati yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik dan berlangsung
progresif. Kerusakan sel hati akan berlanjut menjadi gangguan susunan
hepar dan peningkatan vaskularisasi yang menyebabkan terjadinya
varises atau pelebaran pembuluh darah di daerah gaster maupun
esofagus (Adnan, 2020). Sirosis hati merupakan terjadinya kerusakan
pada struktur hati dan fungsinya, sebagai penyakit hati tingkat akhir yang
terjadi ketika jaringan parut atau fibrosis menggantikan jaringan hati
yang sehat. Sirosis ditimbulkan dari berbagai mekanisme kerusakan pada
hati yang menyebabkan terjadinya reaksi nekro inflamasi dan mekanisme
perbaikan luka. Secara histologi, sirosis hati dikarakteristikkan sebagai
regenerasi difus nodular yang dikelilingi oleh septa fibrotik padat dengan
menghilangnya beberapa parenkim dan kolapsnya struktur hati, bersama-
sama membentuk distorsi dari vaskularisasi hepatik (Ndraha, 2019).
Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh
fibrosis, disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul
regeneratif dari hepatosit (Budhiarta, 2017).
B. ETIOLOGI
Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh banyak hal. Penyebabnya
antara lain adalah penyakit infeksi, penyakit keturunan dan metabolik,
obat-obatan dan toksin. Di negara barat penyebab terbanyak sirosis
hepatis adalah konsumsi alkohol, sedangkan di Indonesia terutama
disebabkan oleh virus hepatitis B maupun C. Keseluruhan insiden sirosis
di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk, penyebabnya
sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus
6
7
kronik. Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata
yaitu sirosis hati yang belum menunjukkan gejala klinis dan sirosis hati
dekompensata yaitu sirosis hati yang menunjukkan gejala-gejala yang
jelas. Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang
ditemukan secara tidak sengaja saat pasien melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin atau karena penyakit lain (Budhiarta, 2017).
C. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit sirosis hepatis dimulai dengan adanya proses peradangan,
nekrosis sel hati, adanya pembentukan jaringan ikat dan regenerasi
nodul- nodul. Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus,
yang merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan sel hati, yang menyebabkan gambaran klinis pada pasien
akibat dari kegagalan sel hati dan hipertensi portal. Kejadian hipertensi
D. PATOFISIOLOGI
Sirosis hati merupakan penyakit hati kronik yang bersifat laten,
sehingga sering dijumpai seiring bertambahnya usia dan perubahan
patofisiologis yang terjadi berkembang lambat sampai akhirnya gejala
yang timbul menandakan terjadinya sirosis hati. Pasien dengan riwayat
hepatitis, perubahan dari hepatitis kronik menjadi sirosis hati
membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 30 tahun sedangkan sirosis hati
kompesata menjadi dekompesata biasanya membutuhkan waktu 6 tahun.
Penyakit sirosis merupakan penyakit yang menyerang di usia produktif
kehidupan, di Indonesia rata-rata penderita sirosis berada pada kelompok
usia 30-59 tahun (Adnan, 2020). Hati adalah kelenjar yang paling besar
di tubuh yang terletak dalam rongga abdomen bagian atas disebelah
kanan di bawah diafragma. Hati berfungsi sebagai metabolisme tubuh
dan juga mengubah zat buangan dan bahan racun untuk ekskresi ke
dalam empedu dan urine. Fungsi lain dari hati sebagai glikogenik, sekresi
empedu, ekskresi bilirubin, pembentukan ureum, kerja atas lemak,
pertahanan suhu tubuh, dan kerja melindungi dari hati atau detoksikasi
(Sutrisna, 2020).
8
9
E. Klasifikasi Sirosis Hepatis
F. Stadium
Pada stadium awal (kompensata), dimana kompensasi tubuh
terhadap kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali muncul tanpa
gejala sehingga sering ditemukan pada waktu pasien melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan
mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut
kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul
impotensi, testis mengecil dan dada membesar, serta hilangnya dorongan
seksualitas. Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis
dekompensata) gejala-gejala akan menjadi lebih menonjol terutama bila
timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu
tinggi (Saskara & Suryadarma, 2017).
Selain itu, dapat pula disertai dengan gangguan pembekuan darah,
1
perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air
0
kemih berwarna seperti teh pekat hematemesis, melena, serta perubahan
mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi,bingung, agitasi, sampai
koma. Pada kasus ini, berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan,
didapatkan beberapa gejala yang dapat mengarah pada keluhan yang
sering didapat pada sirosis hati yaitu lemas pada seluruh tubuh, mual dan
muntah yang disertai penurunan nafsu makan. Selain itu, ditemukan juga
beberapa keluhan yang terkait dengan kegagalan fungsi hati dan
hipertensi porta, diantaranya perut yang membesar dan bengkak pada
kedua kaki, gangguan tidur, air kencing yang berwarna seperti the,
ikterus pada kedua mata dan kulit, nyeri perut yang disertai dengan
melena, dan gangguan tidur juga dialami pasien (Saskara & Suryadarma,
2017).
Pada pasien sirosis hepatis, jaringan ikat dalam hepar menghambat
aliran darah dari hepar ataupun usus yang kembali ke jantung. Kejadian
ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan dalam vena porta
(hipertensi porta). Sebagai hasil peningkatan aliran darah dan
peningkatan tekanan
porta ini, vena di bagian bawah esofagus dan bagian atas lambung akan
melebar, sehingga timbul varises esofagus. Makin tinggi tekanan
portalnya, makin besar varisesnya, dan apabila varisesnya pecah, maka
pasien akan mengalami perdarahan (Darni & Rahmah, 2019)
11
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada sirosis hepatis akan meningkatkan
risiko kematian dan angka kesakitan pasien, komplikasi yang dapat
terjadi menurut (Lovena, 2017) antara lain :
a. Hipertensi Portal
Adalah peningkatan hepatik venous pressure gradient (HVPG) lebih
5 mmHg. Hipertensi portal merupakan suatu sindroma klinis yang
sering terjadi. Bila gradient tekanan portal (perbedaan tekanan antara
vena portal dan vena cava inferior) diatas 10-20 mmHg, komplikasi
hipertensi portal dapat terjadi.
b. Asites
Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adalah
hipertensi portal, disamping adanya hipoalbuminemia (penurunan
fungsi sintesis pada hati) dan disfungsi ginjal yang akan
mengakibatkan akumulasi cairan dlam peritoniun.
c. Varises Gastroesofagu
Varises gastroesofagus merupakan kolateral portosistemik yang
paling penting. Pecahnya varises esophagus (VE) mengakibatkan
perdarahan varieses yang berakibat fatal. Varises ini terdapat sekitar
50% penderita sirosis hepatis dan berhubungan dengan derajat
keparahan sirosis hepatis.
d. Peritonisis Bakterial Spontan
Peritonisis bakterial spontan (SBP) merupakan komplikasi berat dan
sering terjadi pada asites yang ditandai dengan infeksi spontan cairan
asites tanpa adanya fokus infeksi intraabdominal.
e. Ensefalopati Hepatikum
Sekitar 28% penderita sirtosis hepatis dapat mengalami komplikasi
ensefalopi hepatikum (EH). Mekanisme terjadinya ensefalopati
hepatikum adalah akibat hiperamonia , terjadi penutunan hepatic
uptake sebagai akibat dari intrahepatic portal-systemic shunts
dan/atau penurunan sintesis urea dan glutamik.
12
f. Sindrom Hepatorenal
Merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organik ginjal,
yang ditemukan pada sirosis hepatis lanjut. Sindrom ini sering
dijumpai pada penderita sirosis hepatis dengan asites refrakter.
Sindroma Hepatorenal tipe 1 ditandai dengan gangguan progresif
fungsi ginjal dan penurunan klirens kreatinin secara berrmakna dalam
1-2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus
dengan peningkatan serum kreatinin. Tipe 2 ini lebih baik
prognosisnya daripada tipe 1
2. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis farmakologi yaitu :
Terapi asites yang adekuat akan meningkatkan kualitas hidup
pasien sirosis dan mencegah komplikasi.
a. Tirah baring tidak direkomendasikan sebagai terapi asites. Pemberian
cairan infus intravena yang mengandung natrium dihindari pada
pasien asites namun pada keadaan gangguan ginjal dengan
hiponatremia berat dapat diberikan cairan kristaloid ataupun koloid.
b. Diet rendah garam terutama pada pasien yang mengalami asites
untuk pertama kalinya dapat mempercepat perbaikan asites. Restriksi
cairan dilakukan hanya pada pasien dengan hiponatremia dilusi.
Terapi pertama asites disarankan spironolakton dengan dosis awal
100 mg dan dinaikkan 100 mg/hari sampai 400 mg/hari, jika terapi
tunggal gagal mengurangi asites, furosemid dapat ditambahkan 160
mg/hari namun dengan pantauan klinis dan biokimia yang ketat.
c. Large volume paracentesis (LVP) merupakan terapi pilihan pada
pasien dengan asites derajat 3 dan asites refrakter. Pemberian diuretik
biasanya diberikan 1-2 hari setelah parasintesis dan tidak
meningkatkan resiko post paracentesis circulation disfunction.
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt dapat
dipertimbangkan pada pasien yang sangat sering membutuhkan LVP,
atau pada mereka
13
dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien
sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu.
Pengumpulan Data, Sumber Data Keperawatan, Teknik Pengumpulan
Data Keperawatan, Anamnesis, Observasi, Pemeriksaan Fisik. Yang
harus dikaji antara lain :
a. Identitas klien
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Umur
4) Alamat
5) Agama
6) Bahasa yang digunakan
7) Status perkawinan
8) Pendidikan
9) Pekerjaan
b. Keluhan utama
Biasanya pada pasien sirosis hepatis pasien mengeluh nyeri
abdomen dan kram, mual, penurunan berat badan, kulit
menguning, mudah merasa kelelahan, lemas
c. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Apakah ada riwayat konsumsi alkohol?
b) Apakah ada riwayat penyakit hepatitis kronis sebelumnya?
c) Apakah ada riwayat gagal jantung kiri/kanan?
d) Riwayat pemakaian obat obatan, merokok, pirampisin
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
hepatitis/sirosis hepatitis?
15
I. Pathways
SIROSIS HEPATIS
Kronis
Gangguan Metabolisme Nyeri
Akut
Hipertensi porta
Anemia
Peradangan Kapsula Hati
Asites
Kelemahan
Perasaan tidak nyaman kuadran
Penekanan pada lambung kanan atas
Intoleransi
Mual Muntah Aktivitas Gangguan Rasa
Nyaman
Gangguan Pola
Defisit
Tidur
Nutrisi
Gambar 2.1 Pathways
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. N pada tanggal 11 Januari 2022
pukul 15.00 WIB, dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap
pasien dan keluarganya (suami), kemudian melakukan observasi secara
langsung pada pasien pada saat melakukan pemeriksaan fisik, dan dengan
cara melihat data dari rekam medik seperti hasil laboratorium, terapi apa yang
didapat oleh pasien, hasil radiologi dan melihat catatan perkembangan pasien
serta melakukan penilaian skala nyeri yang dirasakan pasien. Ny.N berusia 49
tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan SMA, Ny.N bekerja di salah
satu kantor kenotariatan di kota Semarang, Ny.N bersuku Jawa,
berkebangsaan Indonesia, pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 10
Januari 2022 pukul
11.00 WIB. Pasien masuk rumah sakit karena mengalami nyeri pada perut
dan perutnya membesar keras jika dipegang, Ny.N mengatakan tidak nyaman
dengan kondisi tubuh/fisiknya dan ingin cepat mendapat perawatan,
kemudian pasien dibawa ke RSI Sultan Agung Semarang.
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan perutnya terasa nyeri dan kram, mual muntah,
kesulitan tidur, tidak bisa melakukan aktivitasnya sendiri.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan perutnya terasa kram, dadanya terasa sesak, mual,
muntah setiap kali diberi asupan makanan, pasien terlihat lemah,
lemas, nafsu makan menurun, ketika malam hari pasien mengatakan
sulit tidur karena terasa nyeri dan tidak nyaman diperutnya, sehingga
membuat segala aktivitasnya terganggu dan sebagian aktivitasnya
harus dibantu.
19
20
d) Ideal diri
Ny.N mengatakan harapanya adalah sebagai ibu yang baik
untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya, serta ingin
cepat sembuh dari penyakitnya agar bisa beraktivitas normal
seperti biasanya.
e) Harga diri
Pasien mengatakan senang semua keluarga mendukungnya dan
dirinya merasa diperhatikan.
h. Pola Mekanisme Koping
Ny.N mengatakan sebelun sakit apabila ada masalah selalu dibantu
saat mengambil keputusan, jika ada masalah selalu terbuka dengan
anggota keluarganya, jika penyakitnya kambuh mulai muncul gejala-
gejala selalu meminta untuk langsung berobat, pasien tidak pernah
terfikirkan jika dirinya masuk rumah sakit, selama dirawat pasien
selalu membicarakan dengan keluarganya saat ingin mengambil
keputusan dan berharap perawat seharusnya memberikan tindakan
sesuai prosedur serta memberikan senyuman kepada pasien.
i. Pola Seksual – Reproduksi
Ny.N mengatakan sebelum sakit paham dan mengerti tentang fungsi
seksual, pasien tidak mengalami gangguan saat berhubungan seksual,
pasien tidak ada masalah dengan fertikitas, libido, ereksi, menstruasi
saat berhubungan seksual, selama dirawat pasien tidak dapat
melakukan hubungan seksual dengan suaminya karena dirinya mudah
kelelahan dan sering merasa nyeri.
j. Pola Peran – Berhubungan dengan Orang Lain
Ny.N mengatakan sebelum sakit berhubungan baik terhadap orang
lain, berkomunikasi dengan baik serta mampu mengekspresikan dan
mampu mengerti orang lain, selama dirawat pasien selalu terbuka
dengan keluarganya ketika ada masalah, pasien tidak ada kesulitan
saat berhubungan dengan anggota keluarganya semuanya baik dan
rukun.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
24
ada suara nafas tambahan, auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
terdengar normal
Jantung Inspeksi : bentuk simetris, palpasi : tidak ada nyeri tekan,
auskultasi : tidak terdengar suara nafas tambahan, jantung tidak terdengar
adanya kelainan detak jantung, bunyi jantung terdengar normal
Abdomen : Inspeksi : Bentuk perut membesar seperti balon,
simetris, warna kulit tidak rata, ada strechmark, terdapat garis hitam,
palpasi : Nyeri tekan pada area bawah, perkusi : suara timpani, auskultasi
: terdengar bising usus
Genetalia : Ny. N mengatakan " tidak ada masalah dalam organ intim
saya"
Ekstremitas atas dan bawah : Inspeksi : tidak ada luka, bengkak pada
kaki, palpasi : adanya nyeri tekan dan pembengkakan pada anggota gerak
(kaki)
Kulit : Warna sawo matang, kulit terlihat kering
4. Data penunjang
a. Hasil pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
M. SAUGI ABDUH
Dokter : DR. H.SP .PD. KKV. FI Waktu Cetak : 10-01-2022. 08:54
Ringkasan Klinis : ACITES
KIMIA KLINIK
M
Glukosa Darah Sewaktu H 158 75 - 110 g/dL
Ureum H 51 10 - 50 mg/dL
Creatinin H 1.54 0.60 - 1.10 mg/dL
SGOT (AST) 30 0 - 35 U/L
SGPT (ALT) 18 0 - 35 U/L
Albumin-
Globulin
Albumin L 2.42 3.40 - 4.80 gr/dL Duplo
Elektrolit (Na, K,
Cl)
Natrium (Na) L 131.0 135 - 147 mmol/L
Kalsium (K) 4.60 3.5 - 5.0 mmol/L
Klorida (Cl) H 111.0 95 - 105 mmol/L
IMUNOLOGI
27
HBaAg
(Kualitatif) Reaktif Non Reaktif
2) Laboratorium Klinik
Nilai
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Keterangan
HEMATOLOGI
Darah Rutin 1
Hemoglobin 11.8 11.7 - 15.5 g/dL
Hematokrit 33.5 33.0 - 45.0 %
Leukosit 6.11 3.60 - 11.00 ribu/µ
Trombosit L 71 150 - 440 ribu/µ
KIMIA KLINIK
Albumin-
Globulin
Albumin L 2.64 3.40 - 4.80 gr/dL
28
D. Implementasi
Intervensi telah disusun berdasarkan masalah yang sudah ada,
kemudian melakukan implementasi sebagai tindakan lanjut dari proses
asuhan keperawatan pada Ny.N. Implementasi dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dirasakan pasien pada tanggal 11 Januari 2022.
Implementasi hari pertama tanggal 11 Januari 2022 yaitu :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri pada perut. Pukul 15.00 WIB mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri didapatkan data
pasien mengatakan nyeri pada bagian perut, seperti tertusuk-tusuk, pasien
terlihat meringis menahan nyeri, pasien terlihat lemas. Pukul 15.10 WIB
mengidentifikasi skala nyeri didapatkan data pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan digambarkan dari 1-10 yaitu skalanya 5, pasien terlihat menahan
nyeri, lemas. Pukul 15.20 memfasilitasi istirahat dan tidur didapatkan data
pasien mengatakan mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dialaminya,
pasien terlihat masih kesulitan untuk tidur dan tampak meringis. Pukul 15.27
WIB memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(Tarik nafas dalam) didapatkann data bahwa pasien mengatakan belum
mengetahui teknik tarik nafas dalam, pasien mengatakan bersedia diajarkan
teknik Tarik nafas dalam tersebut, pasien tampak kooperatif.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
dibuktikan dengan mengeluh sering terjaga karena mudah terbangun. Pukul
15.35 WIB mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur didapatkan data pasien
mengatakan aktivitasnya banyak di bed RS selebihnya hanya ke kmar mandi,
31
pasien terlihat merasa lelah, lemas. Pada pukul 15.38 mengidentifikasi faktor
penganggu tidur didapatkan data pasien mengatakan faktor pengganggu
tidurnya adalah karena nyeri diperutnya, pasien terlihat kurang tidur, terlihat
lemas lesu. Pada pukul 15.40 memodifikasi lingkungan didapatkan data
pasien mengatakan kurang nyaman jika melihat keramaian di RS, pasien
terlihat meminta bantuan untuk menutup korden agar pasien merasa lebih
nyaman dan terjaga. Pukul 15.45 melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan didapatkan data pasien mengatakan gelisah dengan keadaannya
saat ini, pasien terlihat bersedia diajak berbincang dan membantu pasien agar
terlihat lebih nyaman dengan merapikan lingkungan/tempat tidurnya.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan nyeri saat bergerak. Pada pukul 15.50 mengidentifikasi gangguan
fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan didapatkan data pasien
mengatakan nyeri pada area perut kondisi perutnya yang membesar dan keras
membuat dirinya kesusahan dalam melakukan aktivitas dan mudah merasa
kelelahan, pasien terlihat meringis setiap kali ingin bergerak. Pukul 15.55
memonitor pola dan jam tidur didapatkan data pasien mengatakan perutnya
nyeri yang membuat mudah terbangun dan pola tidurnya menjadi tidak
teratur, pasien terlihat mengantuk, kelelahan, lemas. Pukul 16.00
menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus didapatkan data
pasien mengatakan pasien mengatakan bingung harus tidur bagaimana karena
nyerinya sering muncul, pasien terlihat bersedia diberi arahan agar pasien bisa
tidur dengan cara merapikan tempat tidurnya dan mengganjal area yang nyeri
dengan bantal. Pukul 16.10 menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap didapatkan data pasien mengatakan belum melakukan aktivitas
apapun diluar bed hanya saja ke kamar mandi dengan dibantu suaminya,
pasien terlihat belum nyaman jika diajarkan untuk bergerak karena tidak kuat
menahan nyeri, pasien terlihat berbaring.
Implementasi hari kedua tanggal 12 Januari 2022 yaitu :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri pada perut. Pukul 15.00 WIB mengidentifikasi lokasi,
32
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
Evaluasi hari pertama pada tanggal 11 Januari 2022 :
35
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. N pada tanggal 11 Januari 2022
pukul 15.00 WIB diruang Baituizzah 2 RSI Sultan Agung Semarang penulis
menemukan data pasien bernama Ny.N berusia 49 tahun, berjenis kelamin
perempuan. Pasien masuk rumah sakit karena mengalami nyeri pada perut
dan perutnya membesar keras jika dipegang, Ny.N mengatakan tidak nyaman
dengan kondisi tubuh/fisiknya dan ingin cepat mendapat perawatan. Sebab
hal itu, mengharuskan pasien untuk dilakukan beberapa pemeriksaan lanjutan
dan harus opname dengan diagnosa medis sirosis hepatis.
Hasil pengkajian setelah dilakukan tindakan keluhan pasien
mengatakan nyeri pada perut. Pengertian sirosis hepatis adalah penyakit
progresif kronis yang ditandai oleh inflamasi, fibrosis dan degenerasi sel-sel
parenkim hati yang berlangsung terus-menerus yang akan mengakibatkan
obstruksi sirkulasi portal hepatis dan gagal fungsi hepar. Hati menjadi rusak
dan mengeras menyebabkan tekanan pada vena portal meningkat dan
mengakibatkan terjadinya hipertensi portal sehingga timbul hemostatis
vaskuler dan varises esofagus. (Darni & Rahmah, 2019)
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI DPP PPNI (2017) Diagnosa Keperawatan merupakan
penilaian secara klinis terhadap respons klien dengan masalah kesehatan atau
38
39
suatu proses kehidupan yang dialami baik secara langsung aktual atau
potensial.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny.N dengan kasus sirosis hepatis
yang dirawat di ruang Baituizzah 2 RSI Sultan Agung Semarang didapatkan
tiga masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis, gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol
tidur dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
tidak timbul komplikasi seperti syok neurogenik, karena nyeri akut juga
dapat menyebabkan denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
pernafasan meningkat (Nurbadriyah & Fikriana, 2020).
Intervensi yang dilakukan untuk masalah nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis selama 3x8 jam diharapkan masalah
nyeri teratasi dengan kriteria hasil : keluhan nyeri menurun dari 5
menjadi 3, meringis yang dirasakan menurun dan gelisah yang dirasaka
menurun. Intervensi antara lain : identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, fasilitasi
istirahat dan tidur dan berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (Tarik nafas dalam).
Nyeri post operasi memerlukan tindakan yang tepat. Upaya yang
dapat dilakukan perawat dalam menangani nyeri post operasi dapat
dilakukan dengan manajemen penatalaksanaan nyeri mencakup
pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Pendekatan yang biasa
digunakan adalah analgetik golongan opioid untuk nyeri yang hebat dan
golongan non streroid untuk nyeri sedang atau ringan. Secara
farmakologi penggunaan obat-obatan secara terus-menerus bisa
menimbulkan efek samping, seperti penggunaan analgesik opioid yang
berlebihan bisa menyebabkan depresi pernapasan atau sedasi, bahkan
bisa membuat orang menjadi mual-muntah dan konstipasi. Jika terus-
menerus diberikan obat- obatan analgetik untuk mengatasi nyeri bisa
menimbulkan reaksi ketergantungan obat, dan nyeri bisa terjadi lagi
setelah reaksi obat habis. Oleh karena itu, perlu terapi non farmakologi
sebagai alternatif untuk memaksimalkan penanganan nyeri pasca operasi
(Utami & Khoiriyah, 2020).
Implementasi dilakukan selama 3x8 jam dari hari Selasa, 11
Januari 2022 sampai hari Kamis 13 Januari 2022 dengan Tarik nafas
dalam untuk menurunkan nyeri pasca operasi. Dari Tindakan terapi Tarik
nafas dalam yang dilakukan kepada Ny.N dengan post op sirosis hepatis
dan sebelum diberikan analgetic Spironolakton selama 3 hari terdapat
penurunan skala
41
nyeri yang awalnya dari skala sedang 5 menjadi skala ringan yaitu
dengan skala nyeri 3 dan melakuan evaluasi pada hari terakhir.
Evaluasi dilakukan pada hari Selasa, 11 Januari 2022 sampai hari
Kamis, 13 Januari 2022 terdapat adanya kendala yang dialami oleh
pasien yaitu pasien masih merasakan nyeri saat pasien sedikit bergerak.
Tetapi ketika nyeri yang dirasakan kambuh pasien melakukan tindakan
pencegahan dengan Teknik relaksasi nafas dalam.
D. Evaluasi Kasus
Komplikasi asites menurut (Maghfirah et al., 2018) antara lain :
Pasien sirosis dengan asites memiliki resiko tinggi untuk terjadi
komplikasi lain seperti asites refrakter, peritonitis bakterialis spontan,
hiponatremia dan sindroma hepatorenal, tanpa komplikasi ini pasien
disebut asites tanpa komplikasi.
1. Asites refrakter
Asites dikatakan refrakter jika tidak dapat dikeluarkan atau terjadi
rekurensi yang sangat cepat (setelah LVP) yang tidak dapat dicegah
dengan terapi medis.
2. Peritonitis Bakterialis Spontan
46
A. Kesimpulan
Hasil dari studi kasus yang dilakukan secara langsung oleh penulis
mulai tanggal 11-13 Januari 2022 pada Ny.N di Ruang Baituizzah 2 RSI
Sultan Agung Semarang dengan asuhan keperawatan pada pasien post op
Paracentesis Sirosis Hepatis. Penulis mengawali dengan pengkajian,
kemudian menganalisa data untuk dapat ditegakkan suatu masalah
keperawatan dan menilai hasil dari tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan. Penulis dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang dianjurkan
menggunakan peralatan yang ada.
2. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.N post op Paracentesis
Sirosis Hepatis yaitu diagnose pertama nyeri akut berhuungan dengan
agen pencedera fisiologis. Diagnosa keperawatan yang kedua gangguan
pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Diagnosa
keperawatan yang ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan.
3. Rencana keperawatan untuk masalah keperawatan yang muncul sudah
ditetapkan dengan buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) sesuai dengan per diagnosa yang muncul.
B. Saran
1. Rumah Sakit atau Lahan Praktek
Diharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan SOP yang diterapkan oleh rumah sakit dan juga dapat
mempertahankan kerja sama yang baik dalam memberikan atau
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
47
48
2. Institusi
Diharapkan institusi dapat menjadikan Karya Ilmiah sebagai sumber
membaca dan sumber referensi untuk mahasiswa keperawatan agar dapat
menambah wawasan ketika akan melakukan asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa
Diharapkan Karya Ilmiah ini dapat berguna sebagai sumber membaca
dan bahan belajar untuk membuat tugas dan melakukan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, I., & Hasan, I. (2020). Sirosis Hepatis. Kapita Selekta Kedokteran, 2(3),
180–183.
Marselina, N., & Purnomo, H. (2014). Gambaran Klinis Pasien Sirosis Hati: Studi
Kasus Di Rsup Dr Kariadi Semarang Periode 2010-2012. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 3(1), 109377.
49
50
Utami, R. N., & Khoiriyah, K. (2020). Penurunan Skala Nyeri Akut Post
Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon. Ners Muda, 1(1), 23.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5489