Proses Konseling Online (E-Counseling) Di Era Industri 4.O
Proses Konseling Online (E-Counseling) Di Era Industri 4.O
Proses Konseling Online (E-Counseling) Di Era Industri 4.O
Sebagai…
Online Counseling is not a simple process. On the contrary is a complex process with
a considerable number of different and challenging issues characterizing it. Ethical
issues, Technological issues, Counselors’ educational background and skills especially
for online counseling issues, Clients’ issues, Legal issues and, finally, Business and
Management issues.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam konseling online (Ifdil & Ardi, 2013) bahwa proses
konseling online terdiri dari tiga tahapan, sebagai berikut:
1. Tahap I (Persiapan)
Tahap persiapan mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras (Tahap persiapan
mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) mendukung
penyelenggaraankonseling online. Seperti perangkat komputer/laptop yang (software), yang
mendukung penyelenggaraan konseling online. Seperti perangkat komputer/laptop yang
dapat terkoneksi dengan internet/Ethernet, headset, mic, webcam dan sebagainya. Perangkat
lunak yaitu program-program yang mendukung dan akan digunakan, Konselor dalam hal
ketrampilan, kelayakan akademik, penilaian secara etik dan hukum, kesusuaian isu yang
akan dibahas, serta tata kelola. dapat terkoneksi dengan internet/Ethernet, headset, mic,
webcam dan sebagainya. Perangkat lunak yaitu program yang mendukung dan akan
digunakan, account dan alamat email. Konselor dalam hal ketrampilan, kelayakan
akademik, penilaian secara etik dan hukum, kesusuaian isu yang akan dibahas, serta tata
kelola.
2. Tahap II (Proses Konseling)
Tahapan konseling online tidak jauh berbeda dengan tahapan proses konselingface-to-face
(FtF). Tahapan konseling online tidak jauh berbeda dengan tahapan proses konseling yaitu
terdiri atas lima tahap yakni tahap pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan
penilaian dan bersambungnamun dalam pelaksanaannya “kontinum fleksibel” dimana saling
berhubungan dan bersambung sesuai tahap dan lebih terbuka untuk dimodifikasi, mulai dari
tahap awal sampai tahap akhir, juga penggunaan teknik-teknik umum dan khusus tidak
secara penuh seperti penyelenggaraankonseling secara langsung. Pada sesi konseling online
lebih menekankan pada terentasnya masalah klien dibandingkan dengan cara bentuk
pendekatan, teknik dan atau terapi yang digunakan. Pada tahap ini pemilihan teknik,
pendekatan ataupun terapi akan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
Dari pendapat diatas penulis menimpulkan bahwa dalam praktiknya konseling online tidak
berbeda jauh dengan konselingface to face,namun dalam proses konseling online rangkum menjadi
tahap konseling sebagai berikut : tahap 1 persiapan mencakup aspek teknis penggunaan perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software), yang mendukung penyelenggaraan konseling
online; tahap 2 proses konseling memiliki tahapan yang terdiri dari tahap pengantaran, penjajagan,
penafsiran, pembinaan dan penilaian; tahap 3 pasca konseling merupakan kelajutan dari tahap
sebelum nya dimana dilakukan penilaian.
Interaktif Synchronous:
Merupakan media layanan konseling yang dilakukan secara langsung dan dalam waktu yang
sebenarnya, bentuknya berupa pembicaraan melalui teks. pembicaraan melalui teks memberikan
kesempatan kepada individu-individu untuk saling berkomunikasi secara dinamis dalam waktu
yang sama melalui internet.
Interaktif Asynchronous:
Merupakan layanan konseling interaktif akan tetapi tidak terjadi dalam waktu yang
bersamaan. Dalam hal ini terdapat waktu tunda, antara pengungkapan permasalahan konseli
dengan respon yang diberikan oleh konselor. Terdapat dua bentuk layanan dalam metode
konseling ini, yaitu terapi email dan Bulletin Boards Counseling (BBC). Terapi email
merupakan suatu proses menulis tentang permasalahan yang dialami dan dirasakan oleh konseli
yang bisa dijadikan sebagai bahan terapetik bagi dirinya sendiri. Dalam email konseling,
konseli mengirimkan pesan melalui email kepada konselor mengenai permasalahan yang
dihadapinya, kemudian konselor memberikan respon balik secara profesionala melalui email.
Konseling melalui email, memberikan pelayanan konseling lebih pribadi dalam hubungan satu
sama lain antara konselor dan konseli.
Model komunikasi dalam bentuk ini lebih efesien, karena hampir seluruh konseli yang
mencari bantuan layanan konseling melalui internet memilikinya. Bulletin Boards Counseling
(BBC) adalah
The first objective is to educate professionals about sound ethical conduct. Reading
and reflecting in the standards can help practitionersexpand their awareness and
clarify their values in dealing with the challenges of their work. Second,
ethical
Dengan demikian dalam konseling online sama dengan konseling pada umumnya memiliki
etika profesional yang harus di patuhi oleh konselor dalam melakukan e-counsling. Dimana
berbicara mengenai proses terapeutik, dan pentingnya dasar-dasar etika, hukum (legal), latihan dan
isu-isu teknologi sebelum konselor berhadapan dengan calon konseli dengan menggunakan media
komputer sebagai sarana berkomunikasi. Secara umum, etika dalam layanan konseling melalui
internet menyangkut: (1) pembahasan mengenai informasi mengenai kelebihan dan kekurangan
dalam layanan, (2) penggunaan bantuan teknologi dalam layanan, (3) ketepatan bentuk layanan, (4)
akses terhadap aplikasi komputer untuk konseling jarak jauh, (5) aspek hukum dan aturan dalam
penggunaan teknologi dalam konseling, (6) hal-hal teknis yang menyangkut teknologi dalam bisnis
dan hukum jika seandainya layanan diberikan antar wilayah atau negara, (7) berbagai persetujuan
yang harus dipenuhi oleh konseli terkait dengan teknologi yang digunakan, dan (8) mengenai
penggunaan situs dalam memberikan layanan konseling melalui internet itu sendiri.
Kedelapan hal tersebut, dapat kita kategorikan menjadi menjadi tiga bagian besar
sebagaimana sebelumnya pembagian kategori yang telah dilakukan oleh NBCC (Wibowo,2016)
yaitu mengenai (a) hubungan dalam konseling melalui internet (b) kerahasiaan dalam konseling
melalui internet, dan (c) aspek hukum, lisensi dan sertifikasi. Berikut ini penjelasan dari masing-
masing aspek tersebut:
1. Hubungan dalam konseling melalui internet
Dalam hal ini konselor yang memberikan layanannya melalui internet memiliki kewajiban
untuk menginformasikan berbagai keadaan, ketentuan dan persyaratan konseling yang harus
diketahui, dipahami dan diterima oleh calon konseli yang menyangkut dengan pelayanan
konseling melalui internet yang diberikan oleh konselor tersebut Keadaan, ketentuan dan
persyaratan yang harus diinformasikan kepada konseli.
2. Kerahasiaan dalam konseling melalui internet
Kerahasiaan dan keterbatasannya merupakan isu yang sangat penting untuk dipahami untuk
individu yang berhati-hati terhadap berbagai tindakan bantuan. Pada umumnya, orang-orang
yang berprofesi sebagai seorang konselor akan dengan teguh menjaga dan memelihara
kerahasiaan. Bahkan bagi konselor, hal tersebut secara khusus diatur dalam kode etik
profesional yang diembannya. Karena itulah, sangat penting bagi konselor untuk
menginformasikan mengenai aspek kerahasiaan bagi konseli, termasuk juga mengenai
kerahasiaan dalam layanan konseling melalui internet.
3. Aspek hukum, lisensi dan sertifikasi
Tidak terdapatnya batasan geografi memberi kesempatan konseli dan konselor yang berasal
dari berbagai wilayah, bahkan negara terlibat dalam proses terapeutik. Jika dilihat dari
sisi
KESIMPULAN
Penggunaan teknologi dalam bimbingan konseling membuat kemajuan dalam pelayanan
konseling dalam menghadapi tantangan di era 4.0. Sangatlah penting bagi konselor untuk
melakukan
DAFTAR PUSTAKA
Bolton, J. (2017). The Ethical Issues which must be addressed in online counselling. Australian
Counselling Research Journal, 11(1), 1-15.
Capill, L. Telecounselling and E-Counselling. Toronto: TAPE: Toronto Advances Profesional Education.
Corey, G., Corey, M. S., Corey, C., & Callanan, P. (2014). Issues and ethics in the helping
professions with 2014 ACA codes. Nelson Education.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. (1981). Introduction to guidance. MacMillan Publishing
Company. Gladding, S. T. (2012). Konseling profesi yang menyeluruh. Jakarta: Indeks.
Haberstroh, S., & Duffey, T. (2011). Face-to-face supervision of online counselors: Supervisor
perspectives.
Haryati, A. (2018). Personal Integrity of Islamic Counselor on Professional Ethics Commitment.
Islamic Guidance and Counseling Journal, 1(1), 11-16.
Ifdil, I., & Ardi, Z. (2013). Konseling online sebagai salah satu bentuk pelayanan e-konseling.
Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1(1), 15-22.
Kirana, D. L. (2019). Cyber Counseling Sebagai Salah Satu Model Perkembangan Konseling
Bagi Generasi Milenial. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 8(1), 51-63.
Koutsonika, H. (2009). E-Counseling: the new modality. Online Career Counseling-a challenging
opportunity for greek tertiary education.
Kraus, R., Stricker, G., & Speyer, C. (Eds.). (2010). Online counseling: A handbook for mental health
professionals. Academic Press.
Lee, S. (2010). Contemporary issues of ethical e-therapy. Journal of Ethics in Mental Health, 5(1), 1-5
Mallen, M. J., Vogel, D. L., Rochlen, A. B., & Day, S. X. (2005). Online counseling: Reviewing the
literature from a counseling psychology framework. The Counseling Psychologist, 33(6), 819-
871.
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pasmawati, H. (2016). Cyber Counseling Sebagai Metode Pengembangan Layanan Konseling Di
Era Global. Jurnal Ilmiah Syi'ar, 16(2), 34-54.
Petrus, J., & Sudibyo, H. (2017). Kajian Konseptual Layanan Cyberconseling. Konselor, 6(1), 6-12.
Prasetya, A. F. (2017). Model Cybercounseling: Telaah Konseling Individu Online Chat-
Asynchronous
Berbasis Aplikasi Android. In Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling (Vol. 1, No. 1,
pp. 31- 38).
Shaw, H. E., & Shaw, S. F. (2006). Critical ethical issues in online counseling: Assessing
current practices with an ethical intent checklist. Journal of Counseling & Development,
84(1), 41-53.
Sudarmiyanti, S. (2018). Layanan Bimbingan dan Konseling di Era Digital. Prosiding Seminar
Nasional Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Era Disrupsi.
Sutijono, S., & Farid, D. A. M. (2018). Cyber counseling di era generasi
milenial. SOSIOHUMANIKA, 11(1), 19-32.
Cahyo, N. (2017). Dakwah Melalui Bimbingan Konseling Online. Jurnal Ilmu Dakwah, 36(2).