(REVISI-AN) METOPEN (Antasya Octaviana - ARS19002)
(REVISI-AN) METOPEN (Antasya Octaviana - ARS19002)
(REVISI-AN) METOPEN (Antasya Octaviana - ARS19002)
OLEH :
TAHUN 2021/2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Maryam, 2010). Populasi lansia di dunia antara tahun 2015 dan 2050
diperkirakan meningkat dua kali lipat dari 12% menjadi 22% atau sekitar 900 juta
menjadi 2 milyar pada usia diatas 60 tahun (World Health Organization, 2015).
Proporsi lansia didunia diperkirakan mencapai 22% dari penduduk dunia atau sekitar
2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup dinegara berkembang. Jumlah
penduduk di 11 negara kawasan Asia Tenggara yang berusia diatas 60 tahun
berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di
tahun 2050 (Kemenkes RI, 2013).
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009, jumlah
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 19,32 juta orang (8,37%)
dari total seluruh penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia dimana pada tahun 2005 jumlah
penduduk lansia sebesar 16,80 juta orang. Angka ini naik menjadi 18,96 juta orang
pada tahun 2007 dan menjadi 19,32 juta orang pada tahun 2009. Propinsi yang
menjadi peringkat pertama dengan propinsi penduduk lansia tertinggi ditempati oleh
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (14,02%) kemudian diikuti oleh propinsi
lainnya.
Memasuki usia tua akan mengalami kondisi kemunduran fisik yang ditandai
dengan pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, penurunan
kekuatan otot yang mengakibatkan gerakan lambat, dan gerakan tubuh yang tidak
proporsional. Akibat perubahan fisik lansia tersebut, mengakibatkan gangguan
mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi aktifitas
sehari-hari dan menyebabkan terjadinya risiko jatuh pada lansia (Nugroho, 2008)
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering dialami oleh lansia. Banyak faktor
yang mempengaruhi kejadian jatuh, misalnya faktor intrinsik seperti gangguan gaya
2
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek, kekakuan sendi,
kaki tidak menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak, serta faktor
ekstrinsik seperti lantai yang tidak rata dan penglihatan yang kurang karena cahaya
kurang terang. Faktor-faktor tersebut yang dapat menyebabkan resiko jatuh pada
lansia (Nugroho, 2008). Penelitian Firsty (2016), menunjukkan lansia yang
mengalami jatuh (68.4%), gangguan gerak (51.9%), gangguan penglihatan (69.6%),
dan gangguan pendengaran (57.0%). Faktor ekstrinsik yaitu lansia yang mempunyai
alat bantu berjalan (82.3%) dan lingkungan (50.6%).
Masalah penting dari risiko jatuh adalah mencegah atau meminimalisir risiko
jatuh. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Luhur
Kasongan, didapatkan lingkungan Panti kurang pencahayaan,tidak ada pengaman di
tempat tidur, pegangan tangga yang rapuh serta halaman Panti yang tidak rata dapat
mendorong terjadinya risiko jatuh pada lansia. Jumlah keseluruhan lansia yaitu 88
orang lansia dengan 39,8% orang berjenis kelamin laki-laki dan 60,2% orang berjenis
kelamin perempuan. Berdasarkan wawancara dengan petugas Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur pada tanggal 14 November 2018 terdapat 48,9% lansia dengan
resiko jatuh tinggi dan dalam sebulan terakhir terdapat 5,9% kejadian lansia jatuh.
Risiko jatuh ini disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
adalah faktor yang berasal dari dalam diri lansia itu sendiri sedangkan untuk faktor
ektrinsik sendiri adalah faktor dari luar atau lingkungan .
Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Faktor Penyebab Resiko Jatuh pada Lansiapasien rawat inap
dirumah sakit X”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “ Bagaimana Faktor Penyebab Resiko Jatuh pada pasien lansia rawat inap di
Rumah Sakit X?”
3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor penyebab resiko jatuh pada lansia pasien rawat inap di
Rumah Sakit X
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tentang faktor intrinsik resiko jatuh pada lansia pasien
rawat inap di Rumah Sakit X
b. Diperolehnya gambaran tentang faktor ekstrinsik resiko jatuh pada lansia pasien
rawat inap di Rumah Sakit X
D. Manfaat
1. Teoritis
2. Aplikatif
Penelitian ini diharapkan bisa membantu Rumah Sakit X dalam perbaikan sebagai
upaya proses peningkatan keselamatan terhadap pasien.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Populasi Beisiko
Populasi merupakan kumpulan orang yang memiliki karakteristik umum personal dan
lingkungan seperti umur, ras, jenis kelamin, kelas sosial, diagnosa medis, tingkat
(Maures & Smith, 2000). Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan
Populasi berisiko adalah populasi yang memiliki faktor risiko umum atau
kemungkinan suatu pupulasi yang memiliki faktor risiko terkena penyakit atau
perhatian khusus. Contoh populasi berisiko adalah lanjut usia karena lansia memiliki
faktor risiko lebih besar untuk terkena penyakit atau keterbatasan dalam perawatan
diri karena terjadi perubahan fisiologis dan psikososial (Federal Management Agency
National Response Framework dalam North Carolina Center for Public Health
Preparedness, 2010).
5
B. Lanjut Usia
1. Definisi
Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Keliat, 1999 dalam Maryam, 2010). Menua (menjadi tua = aging) adalah
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
dipengaruhi oleh perubahan akibat penuaan dari faktor risiko. Definisi lansia tidak
2. Klasifikasi Usia
Menurut kesepakatan Depsos yang dirujuk dari berbagai lintas sektor, penduduk
lanjut usia adalah sekelompok penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun,
prasenilis 45-59 tahun, usia lanjut 60 tahun ke atas. Kelompok usia risiko tinggi
70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan (Depkes RI,
2009).
6
7
Berikut ini merupakan pengelompokan usia lansia:
Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang
meliputi:
74 tahun.
2) Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.
3) Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.
C. Jatuh
1. Definisi
8
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras,
penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka
seseorang terbaring atau terduduk dilantai yang lebih rendah tanpa kehilangan
Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti gangguan
gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi, sinkope dan
dizziness, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata,
a. Sistem sensorik
Penyakit pada susunan saraf pusat (SSP), seperti stroke dan parkinson,
9
c. Kognitif
d. Muskuloskeletal
Faktor ini sangat berperan terhadap kejadian jatuh pada lansia. Gangguan
a. Faktor Intrinsik
Faktor yang berasal dari dalam tubuh lansia sendiri,yaitu gangguan jantung
otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi, gangguan sistem susunan saraf
vertigo, atritis lutut, sinkop dan pusing, serta penyakit sistemik lainnya.
10
1) Gangguan Jantung
berkurang. Tanda dan gejala penyakit jantung pada lanjut usia adalah
sering kali merasakan nyeri pada daerah prekordial dan sesak nafas
nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar atau keluhan
2) Gangguan Gerak
11
gerakan berlebih, abnormal, dan involunter seperti pada tremor,
2005).
3) Gangguan Neurologis
4) Gangguan Penglihatan
lansia (Feitosa, et al., 2006 & Meyers, et al., 2004 dalam Petrifsky &
12
pada ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan
diantaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan
menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun wanita.
2010).
5) Gangguan Pendengaran
2005).
13
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrisik adalah faktor yang berasal dari luar atau lingkungan, faktor
ekstrisik ini antara lain adalah cahaya ruangan yang kurang terang, lantai
yang licin, benda-benda dilantai, alas kaki yang kurang pas, tali sepatu,
kursi roda tidak terkunci, dan naik turun tangga. Penyebab luar lain yang
2005).
Commite, 2010). Ukuran, tipe dan cara menggunakan alat bantu jalan
2) Lingkungan
di kamar mandi, kamar tidur, dan dapur. Sekitar 10% kejadian jatuh
14
dengan jatuh pada lansia antara lain alat-alat bantu atau perlengkapan
rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur
tidak atau kamar mandi yang rendah dan licin, tempat berpegangan yang
tidak kuat atau sulit dijangkau, lantai tidak datar, licin atau menurun,
karpet yang tidak digelar dengan baik, penerangan yang tidak baik
(kurang terang atau menyilaukan), alat kaki yang tidak tepat ukuran,
berat maupun cara penggunaannya yang salah (APS Health Care, 2010).
c. Faktor Situasional
1) Aktivitas Fisik
berjalan, naik atau turun tangga, melakukan hobi, rekreasi dan olahraga
dilakukan dengan frekuensi 1-3 dalam seminggu dan durasi 15-60 menit
2) Riwayat Penyakit
15
3. Akibat Jatuh
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah
patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah
fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan
lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok
setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi
4. Pencegahan
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya
tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-
benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak
16
licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka.
badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan
latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan
dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah,
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia
aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia.
baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia
tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi
17
18