Untitled
Untitled
Untitled
DISUSUN OLEH:
NIM: 2110115110010
MATKUL
DIAMPU OLEH:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Sifat Fisik Lautan”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut memiliki peranan yang sangat penting dalam hal kelangsungan
hidup manusia dan juga dalam kepentingan suatu Negara. Laut merupakan
sebagai salah satu sarana transportasi yang banyak digunakaan dalam
pengangkutan barang-barang antar negara, transportasi pengangkutan orang
dan juga sebagai sarana transportasi dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak
dan gas. Salah satunya yaitu laut Indonesia yang saat ini merupakan jalur
transportasi yang strategis, yang dilalui kapal-kapal barang dari berbagai
negara-negara Asia maupun Eropa, ataupun sebaliknya. Selain itu, perairan
Indonesia terletak di antara negara-negara produsen dan negara-negara
konsumen, serta Indonesia memiliki anjungan eksplorasi dan eksploitasi
minyak lepas pantainya. Laut sendiri mengandung sumber daya alam yang
merupakan hal pokok dalam kelangsungan kehidupan manusia, sumber daya
alam (laut) yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat banyak,
pengelompokkannya dibedakan dalam 2 jenis, yaitu hayati dan non hayati2 ,
selain itu laut juga merupakan tempat tinggal bagi hewan dan juga tumbuhan.
A. WARNA
Hewan merah terlihat merah karena merefleksikan sinar merah dan
satu- satunya sinar yang ada dari downwelling irradiance di zona ‘twilight’
adalah biru-hijau yang menunjukkan bahwa panjang gelombang yang lebih
panjang dari spektrum yang terlihat telah diserap di kedalaman 100 m). Jadi
hewan merah akan terlihat hitam (sama dengan hewan-hewan yang benar-
benar hitam) dan menjadi inconspicuous yaitu suatu keuntungan untuk
predator dan juga mangsa.
Air laut yang tidak produktif membawa sedikit atau tidak ada alga atau
substan kuning. Karena itu ‘air tawar berwarna biru’. Warna biru
kadang- kadang disebut ‘warna padang pasir’ lautan dan merupakan
ciri khas kebanyakan air tropis. Untuk tahun-tahun belakangan ini,
sejumlah danau di Skandinavia, Kanada dan tempat lain yang ‘mati’
(karena hujan asam) dan menjadi ‘biru tropis yang indah’. Pada air
yang produktif, warna merah diserap oleh air dan warna biru diserap
oleh substan kuning. Akibatnya ‘laut-hijau’, yaitu warna khas air
produktif lintang tengah
Variasi suhu dan kepadatan dengan kedalaman, pada garis lintang rendah dan
tinggi.
Kepadatan suatu bahan diberikan dalam satuan massa per satuan volume
dan dinyatakan dalam kilogram per meter kubik dalam sistem satuan SI. Dalam
oseanografi kepadatan air laut telah dinyatakan secara historis dalam gram per
cubiccentimetre. Kepadatan air laut merupakan fungsi dari suhu, salinitas, dan
tekanan. Karena ahli kelautan membutuhkan pengukuran kepadatan agar akurat ke
tempat desimal kelima, manipulasi data membutuhkan banyak penulisan angka
untuk mencatat setiap pengukuran. Juga, efek tekanan dapat diabaikan dalam
banyak kasus dengan menggunakan suhu potensial. Kedua faktor ini menyebabkan
ahli kelautan untuk mengadopsi satuan kerapatan yang disebut sigma-t (σt). Nilai ini
diperoleh dengan mengurangi 1,0 dari kepadatan dan mengalikan sisanya dengan
1.000. Si σ t tidak memiliki satuan dan merupakan kerapatan air laut yang disingkat
yang dikendalikan oleh salinitas dan suhu saja. Σt air laut meningkat dengan
meningkatnya salinitas dan penurunan suhu.
Gambar
Nilai densitas
Gambar
Suhu kepadatan maksimum dan titik beku air berkurang saat garam
ditambahkan ke air, dan suhu kepadatan maksimum berkurang lebih cepat daripada
titik beku. Pada salinitas kurang dari 24,70/00 kepadatan maksimum dicapai
sebelum titik es, sedangkan pada salinitas yang lebih tinggi lebih khas dari lautan
terbuka, kepadatan maksimum tidak pernah tercapai memang. Kemampuan air
dengan salinitas rendah ini dan, tentu saja, air tawar untuk dilewati melalui
kepadatan maksimum membuat mereka berdua berperilaku berbeda dari laut sistem
ketika air didinginkan di permukaan dan terjadi pembalikan yang didorong oleh
kepadatan.
C. TEMPERATUR
Dua properti air laut yang terpenting adalah temperatur dan salinitas
(konsentrasi garam terlarut), karena keduanya mempengaruhi densitas yang
merupakan faktor utama yang membangkitkan pergerakan vertikal air laut.
Densitas air laut normal akan bertambah terhadap kedalaman. Jika densitas
permukaan air lebih tinggi daripada densitas air di bawahnya maka terjadi
kondisi gravitasi tidak stabil dan air permukaan akan turun/tenggelam. Di
daerah kutub, densitas permukaan air dapat bertambah dengan dua cara:
pertama dengan pendinginan langsung baik jika es bersentuhan dengan air
atau jika angin dingin melewati es; kedua dengan pembentukan es laut
yang mengekstrak air dan melepaskan air laut dengan salinitas tinggi dan
densitas yang bertambah
RADIASI MATAHARI
Dua properti air laut yang terpenting adalah temperatur dan
salinitas (konsentrasi garam terlarut), karena keduanya
mempengaruhi densitas yang merupakan faktor utama yang
membangkitkan pergerakan vertikal air laut.
Densitas air laut normal akan bertambah terhadap kedalaman.
Jika densitas permukaan air lebih tinggi daripada densitas air di
bawahnya maka terjadi kondisi gravitasi tidak stabil dan air
permukaan akan turun/tenggelam. Di daerah kutub, densitas
permukaan air dapat bertambah dengan dua cara: pertama
dengan pendinginan langsung baik jika es bersentuhan dengan
air atau jika angin dingin melewati es; kedua dengan
pembentukan es laut yang mengekstrak air dan melepaskan
air laut dengan salinitas tinggi dan densitas yang bertambah
1. 17% diserap atmosfer;
2. 23% sampai ke permukaan sebagai difusi cahaya siang
hari; 30% sampai
3. ke permukaan sebagai sinar matahari langsung.
Sebagian besar radiasi ultraviolet diserap dalam lapisan ozon (langit yang
tidak berawan terlihat biru karena sebaran panjang gelombang pendek oleh
molekul-molekul gas atmosfer.)
DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN
Intensitas insolasi tergantung terutama pada sudut dimana sinar
matahari mengenai permukaan, dan distribusi temperatur di permukaan
bumi yang bervariasi terhadap lintang dan musim karena sumbu bumi
mengikuti orbitnya mengitari Matahari. menunjukkan bahwa di sepanjang
Ekuator terjadi insolasi maksimum yaitu pada ekuinoks Maret dan
September, ketika matahari berada tepat di atas kepala yaitu pada tengah
hari. Insolasi tetap tinggi di daerah ekuator untuk bulan- bulan yang lain pada
tahun tersebut. Pada tengah hari matahari berada tepat di atas kepala di
sepanjang Tropis Cancer dan Capricorn pada soltice Juni dan Desember,
sehingga lintang menengah menerima insolasi maksimum pada musim
panas dan insolasi minimum pada musim dingin. Di kutub terdapat insolasi
hanya selama setengah tahun, dimana cerah seharian penuh pada musim
panas dan gelap seharian penuh pada musim dingin
Gambar
(a) Sudut Matahari terhadap permukaan Bumi menentukan jarak yang harus
dilalui sinar melalui atmosfer dimana energi disebarkan
Jika permukaan laut lebih panas dari udara di atasnya maka panas
dapat ditransfer dari laut ke udara. Biasanya permukaan laut lebih panas
dari udara diatasnya sehingga terdapat sejumlah panas yang hilang dari laut
melalui konduksi. Kehilangan tersebut relatif tidak penting untuk total panas
lautan dan pengaruhnya dapat diabaikan kecuali untuk pencampuran
konvektif oleh angin yang memindahkan udara hangat dari permukaan laut.
Penguapan
Gambar
Diagram menggambarkan bentuk umum sirkulasi dalam Samudra
Atlantik yang digerakkan oleh air dingin berat yang tenggelam di lintang
tinggi (dasar daerah atas adalah isoterm 10 oC, dan ‘lapisan hangat atas’
pada Gambar 2.9). Arus-dalam bersirkulasi melalui cekungan-cekungan
lautan utama
D. SALINITAS
Konsentrasi rata-rata garam terlarut di lautan (S) adalah 3,5% terhadap berat
atau dengan bagian per seribu menjadi 35 o/oo. Sekarang salinitas diekpresikan
dalam rasio (Bagian 3.3.3) sehingga dalam bab ini , hanya akan dibahas dengan
menggunakan angka. Tabel 3.1 adalah daftar 11 ion utama yang membentuk
99,9% unsur terlarut air larut. (Dalam banyak hal konsentrasi dinyatakan sebagai
bagian per seribu atau gram per kg (g kg -1) atau gram per liter (g l -1) diasumsikan
sebagai satu liter air laut seberat satu kg).
Dalam air permukaan lautan, kisaran salinitas adalah 33-37 tetapi bila paparan-
paparan laut dan kondisi lokal kisaran melebar menjadi 28-40 atau lebih. Air Payau
mempunyai salinitas kurang dari 25 sementara air hipersalin lebih besar dari 40.
Gambar
Konsentrasi rata-rata ion-ion utama dalam air laut dalam bagian per seribu (g
kg-1 atau gl-1)
KEKONSTANAN KOMPOSISI
ii. Cekungan, fjord dan daerah lain dimana sirkulasi dasar sangat
terbatas, misalnya dengan keberadaan sill (batas sub-
permukaan) di mulut cekungan akan menghadang
komunikasi bebas antara air dasar dan air laut beroksigen di
luarnya. Dalam kasus-kasus tersebut, hancuran bakteri
(oksidasi) dari bahan organik di dasar air sehingga
menyebabkan kekurangan oksigen terlarut yang cukup parah
hingga terjadi kekurangan total yang disebut anoksik atau
anaerobik. Anion sulfat digunakan sebagai sumber alternatif
oksigen oleh organisme mikro.
iii. Daerah yang luas, hangat dan dangkal seperti Bahama Banks
yang dicirikan oleh presipitasi biologi kalsium karbonat yang
sangat aktif secara kimiawi dan/atau biologi menyebabkan
perubahan yang signifikan pada rasio Ca2+ terhadap salinitas
total.
v. Di dalam sedimen dasar laut dimana air pori yang turut dalam
berbagai reaksi di dalam partikel sedimen pada saat kompaksi
setelah sedimen diendapkan. Reaksi tersebut muncul sebagai
diagenesis dan menyebabkan perubahan rasio ion yang
cukup berarti.
VARIASI SALINITAS
PENGUKURAN SALINITAS
Upaya awal untuk menentukan komposisi kimia air laut terhambat oleh
rendahnya sensitivitas tehnik analitik. Baru pada awal abad ke-19 segala
sesuatunya menjadi tampak jelas pada data dan kekonstanaan komposisi
air laut dapat dikenali dari beberapa analisis yang tersedia. Pada pelayaran
HMS Challenger (1872-1876), sebanyak 77 sampel air dikumpulkan
terhadap kedalaman. Analisis dilakukan terhadap kedalaman untuk elemen-
elemen klorin, sodium, magnesium, sulfur,kalsium,potasium dan bromin.
Metode yang digunakan diuji kehandalannya dengan sampel sintetis.
A. KESIMPULAN