Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Di BP Umum Pusk Wonosobo 1 Tentang DM

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 47

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIE

UM TENTANG
DIABETES MELITUS
DI PUSKESMAS WONOSOBO 1
TAHUN 2019

Di susun oleh
Dr FIYOSTEN KUSUMA
PUSKESMAS WONOSOBO 1
KABUPATEN WONOSOBO
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua


limpahan rahmat yang penulis dapatkan hingga penulis dapat me
nyelesaikan tulisan dengan judul “GAMBARAN TINGKAT PENGET
AHUAN PASIEN DI BP UMUM TENTANG DIABETES MELITUS DI P
USKESMAS WONOSOBO 1TAHUN 2020”. tulisan ini di susun unt
uk memenuhi tugas penulis sebagai dokter dalam mencapai angka
kredit yang harus penulis penuhi untuk pangkat dan golongan tert
entu.
Pada kesempatan kali ini penulis mengnucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi tingginya pada

1. Kepala Puskesmas Wonosobo 1 Drg Bekti ekowati yang telah ba


nyak memberi masukan dan bimbingan pada penulis selama be
kerja di Puskesmas Wonosobo 1.
2. DR.Drs H Djajusman,MS,SH,MH,MMPd dan Eny Budi, SE ayah
bunda penulis yang menjadi sumber inspirasi dan panutan luar
biasa bagi penulis, terima kasih tak terhingga untuk segalanya
dalam hidup ini.
3. Juwono,SH terima kasih telah dengan sabar mendampingi penu
lis dan penuh pengertian dengan segala dinamika hidup penuli
s yang penuh kesibukan.
4. M.Edwar ,S.Hut,SH,MHut, Yuyun Fithriyah ,SE,Akt, M Iqbal, ST,
SH, MH, DR. M Zakki Mubarok, SH,MH , M Irham Fuady SH,
MH adik adik penulis yang selalu mensupport penulis dalam k
eadaan jatuh dan bangun dalam kehidupan ini.
5. Ariena rahmah fauziyah, Amd Keb, Fitri diah Sekartaji, M.Luthf
an Nur azmi anak anak penurut yang penuh pengertian dan ka
sih sayang pada penulis dan selalu memahami kesibukan penul
is.
6. Teman teman karyawan dan karyawati Puskesmas Wonosobo 1
yang selalu memberi dukungan pada penulis.
7. Semua fihak yang membantu penulisan karya tulis ini yang tak
dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantua
n nya.
Akhir kata penulis hanya bisa berdoa semoga semua bantuan
yang penulis terima dalam penulisan karya tulis ini mendapat pah
ala berliat gandadari Allah SWT dan tulisanini bermanfaat bagi se
mua pembaca serta puskesmas wonosobo 1 khususnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Rumusan Masalah

I.3 Tujuan

I.4 Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Diabetes Melitus

II.2 Pengetahuan

II.3 Kerangka Teori

II.4 Kerangka Konsep

BAB III PROFIL PUSKESMAS

III.1 Visi dan Misi

III.2 Data Umum

BAB IV METODE PENELITIAN

IV.1 jenis Penelitian

IV.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV.3 Populasi dan Sampel Penelitian

IV.4 Tekhnik Pengumpulan Data

IV.5 Keterbatasan Penelitian


BAB V HASIL

V.1 Hasil

V.2 Pembahasan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

VI.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Menurut American Diabetes Association ( ADA,2010) Diabetes
melitus merupkan suatu kelompok penyakit metabolik dengan kar
akteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insul
n, kerja insulin, atau kedua duanya. Hiperglikemia kronik pada di
abetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang dan disfun
gsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, jantung, syaraf,
dan pembulih darah. Diabetes melitus adalah suatu penyakit meta
bolik yang di tandai dengan adanya hiperglikemia yang di sebabka
n karena defek sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau kedua
nya ( Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006 )

Diabetes Melitus juga merupakan salah satu penyakit kronis


yang tidak menular yang menghabiskan cukup banyak biaya
kesehatan. Data PT Askes ( Persero ) menunjukkan pada tahun
2010 Diabetes Melitus menghabiskan biaya sebesar 58,7 Milyar
untuk pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan ( 6,5 % dari total
biaya rawat jalan ), dan 79,5 milyar untuk pelayanan rawat inap
tingkat lanjutan (4,2 % dari total biaya rawat inap ) .
Data riskesdas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan preval
ensi diabetes melitus di indonesia dari 5,7 % dari jumlah pendudu
k pada tahun 2007 menjadi 6,9 % atau sekitar 9,1 juta, pada tah
un 2013. data Internasional Diabetes Federations pada tahun 201
5 menyatakan jumlah estimasi penyandang diabetes melitus di ind
onesia diperkirakan sebesar 10 juta. Seperti kondisi dunia, diabete
s melitus kini menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di i
ndonesia. Data sample registration survey tahun 2014 menunjukk
an bahwa Diabetes Melitus merupakan penyebab kematian terbesa
r nomor 3 di Indonesia dengan presentase 6,7 % setelah stroke ( 2
1,1 % ) dan penyalit jantung coronoer ( 12,9 % ) . bila hal ini tak di
tanggulangi dapat menyebabkan penurunan produktifitas, mening
katkan angka disabiltas dan kematian dini ( Depkes RI , 2016 )

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecende


rungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes melit
us di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang diabetes melitus di indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 ( Penatalaksanaan kedar
utratan di bidang ilmu penyakit dalam,2000)

Mengingat bahwa diabetes melitus akan memberikan dampak


kualitas terhadap sumber daya manusia dan peningkatan biaya ke
sehatan yang cukup besar,maka semua pihak baik masyarakat ma
upun pemerintah sudah seharusnya ikut serta dalam usaha pena
nggulangan diabetes melitus khususnya dalam usaha pencegahan
( penata laksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam ,20
00 )

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan pasien yang berobat di


BP umum Puskesmas Wonosobo 1 tentang penyakit Diabetes Melit
us.
I.3 Tujuan penelitian

Mengetahui gambaran pengetahuan pasien yang berobat di


BP umum Puskesmas Wonosobo 1 tentang penyakit Diabetes Melit
us.

I.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis penelitian ini menjadi pengalaman dalm mena


ngani pasien pasien yang berobat di BP umum Puskesmas
Wonosobo 1
b. Bagi pasien dan masyarakat umum, penelitian ini di harap
kan dapat menjadi bahan masukan tentang pentingnya pen
cegahan penyakit diabetes melitus dan perlunya mengenali
penyakit ini lebih dini guna menekan prevalensi penyalit Di
abetes Melitus di masyarakat dan mencegah timbul kompli
kasi penyakit lebih dini.
c. Bagi Puskesmas sebagai bahan evaluasi untuk lebih mengg
iatkan promosi kesehatan dan penyuluhan tentang Diabete
s Melitus agar masyarakat lebih paham tentang penyalit ini
dan bisa melakukan pencegahan lebih dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Diabetes Melitus


II.1.1 Defenisi

Menurut American Diabetes Association ( ADA ) tahun 2010


Diabetes Melitus Merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya ( Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam , 2006 )

II.1.2 Epidemiologi

Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas ( 2007 ) dari 24.417


responden berusia > 15 tahun, 10,2 % mengalami toleransi
glukosa terganggu ( kadar glukosa 140 – 200 mg /dL setelah
puasa selama 4 jam di berikan beban glukosa sebanyak 75
gram ) . Diabetes Melitus lebih banyak di temukan pada wanita di
banding dengan pria serta pada golongan tingkat pendidikan dan
status sosial yang rendah. Kelompok usia terbanyak yang
menderita diabetes melitus adalah 55 – 64 tahun yaitu sebanyak
13,5 %. Beberapa hal yang di hubungkan dengan faktor risiko
Diabetes Melitus adalah obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas
fisik dan rendahnya konsumsi sayur dan buah ( Riskesdas , 2007 )

II .1.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penegakan diagnosa Diabetes Melitus dapat dilakukan


dengan uji diagnostik dan skrining . Uji diagnostik Diabetes
Melitus dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala atau
tanda Diabetes Melitus, sedangkan skrining bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala dan mempunyai
risiko Diabetes Melitus. Skrining di kerjakan pada kelompok
dengan salah satu risiko Diabetes Melitus tipe 2 sebagai berikut :

1. Riwayat keturunan dengan Diabetes Melitus,


misalnya pada Diabetes Melitus tipe 1 di turunkan
dengan sifat heterogen, multigenik. Pada kembar
identik mempunyairisiko 25-50 % sementara
saudara kandung berisiko 5 % ( black, 2009 dalam
tarwoto, 2012)
2. Lingkungan , seperti virus
( cytomegalovirus,mumps,rubella) yang dapat
memicu terjadinya auto imun dan menghancurkan
sel beta pankreas, obat obat an dan zat kimia
seperti alloxan, steptozotocin, pentamidine.
3. Usia di atas 45 tahun
4. Tidak mempunyai aktivitas fisik / olahraga
5. Keturunan dari ras yang mempunyai risiko tinggi
seperti afrika, amerika latin, dan asia.
6. Obesitas atau berat badan lebih : BB ≥ 20 % ideal
atau IMT ≥ 25 kg /mm
7. Hipertensi , tekanan darah ≥ 140 mmHg
8. Riwayat Diabetes Melitus gestasional ( Smeltzer,
2004 dalam Tarwoto 2012)
9. Riwayat Diabetes Melitus dalam Kehamilan ,
riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat
atau berat badan bayi lahir > 4000 gr.
10. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium
11. AIC ≥ 5,7 % atau riwayat gangguan toleransi
glukosa
12. Riwayat atau penderita PJK, TBC, atau
hipertiroidisme
13. Kolesterol HDL ≥ 35 mg/dL dan atau trigliserida
lebih dari 250 mg/dL.

Faktor risiko penyebab Diabetes Melitus tipe 2 adalah


riwayat keluaga dengan Diabetes Melitus, obesitas, wanita dengan
riwayat Diabetes Melitus gestasional, hipertensi, kurang aktivitas,
suku / ras tertentu, syndrome metabolik ( Le mone & black,
2011 ). Faktor risiko Diabetes Melitus timbul akibat dari gangguan
sensitivitas jaringan hati dan otot terhadap insulin , gangguan
sekresi insulin oleh sel ß pancreas, kurangnya produksi insulin,
dan ketidak mampuan menggunakan insulin atau keduanya
( ADA,2014 lewis dkk ; 2011) . Insufisiensi produk insulin dan
penurunan kemampuan tubuh menggunakan insulin pada
penderita diabetes melitus menyebabkan peningkatan kadar gula
darah ( hiperglikemia ) maupun penurunan jumlah insulin efektif
yang di gunakan oleh sel sehingga dapat menimbulkan kelainan
patofisiologi pada penderita Diabetes Melitus ( Daniels , 2012 )

II.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Melitus yang di anjurkan oleh perkeni


adalah yang yang sesuai dengan anjuran klasifikasi Diabetes
Melitus menurut American Diabetes Association ( ADA ).
Klasifikasi etiologi Diabetes Melitus menurut ADA ( 2006 ) adalah
sesuai dengan tabel di bawah ini.

Tabel 1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus


Tipe Keterangan
Diabetes tipe 1 Diabetes yang tergantung dengan
insulin di sebabkan oleh kerusakan sel
beta dalam pankreas sejak masa anak
anak atau remaja
Diabetes tipe 2 Mulai dari yang dominan resistensi
insulin relatif sampai yang dominan
efek sekresi insulin
Diabetes tipe lain 1. Defek negatif fungsi insulin
2. Defek genetik kerja insulin
3. Karena obat
4. Infeksi
5. Sebab imunologi yang jarang :
antibody insulin
6. Resistensi insulin
7. Sindroma genetik lain yang
berkaitan dengan DM (
Klinefelter, syndrom turner )
Diabetes Gestasional Karena dampak kehamilan
( DMG )

II.1.5 Patogenesis

Diaberes Melitus tipe 1 atau yang biasa di sebut dengan


IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Melitus ) terjadi ketiadaan
insulin yang mutlak, sehingga penderita memerlukan pasokan
insulin dari luar. Kondisi ini di sebabkan karena adanya lesi pada
sel beta pankreas. Pembentukan lesi ini di sebabkan karena
mekanisme gangguan autoimun dan infeksi virus yang terlibat
dalam kerusakan sel sel beta.

Adanya antibody atau autoimun yang menyerang sel beta


pankreas biasanya dapat di deteksi beberapa tahun sebelum
timbulnya penyakit. Diabetes Melitus tipe 1 dapat berkembang
secara tiba tiba, dengan tiga gejala pokok ( Silbernagl,2000 :
Guyton, 2011 ) ;

1. Meningkatnya glukosa darah


2. Peningkatan penggunaan lemak untuk energi dan
pembentukan kolesterol oleh hati.
3. Penipisan protein tubuh

Bagan patofisologi dapat di lihat pada gambar 2.1 di bawah ini

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang


progresif, dimulai dengan resistensi insulin yang mengarah pada
peningkatan produksi gula hepatik dan berakhir dengan
kerusakan sel beta pankreas. Resistensi insulin di definisikan
sebagai ketidakmampuan jaringan target seperti otot dan jaringan
adiposa untuk merespon sekresi insulin endogen dalam tubuh
( Moreira , 2010 ). Lipotoxicity mengacu kepada tingginya
konsentrasi asam lemak bebas yang terjadi sebagai akibat
tekanan hambatan hormon sensitif lipase ( HSL ), namun pada
resistensi insulin tidak terjadi secara efisien. Hasil dari
peningkatan lipolisis adalah peningkatan asam lemak bebas, dan
inilah yang menyebablan obesitas dan peningkatan adiposa. Asam
lemak bebas menyebabkan resistensi insulin insulin dengan
mempromosikan fosforilasi serin pada reseptor insulin yang dapat
mengurangi aktivitas insulin signaling pathway . fosforilasi
reseptor insulin pada asam amino tirosin penting untuk
mengaktifkan insulin signal pathway, jika tidak maka GLUT T -4
akan gagal untuk translokasi, dan penyerapan glukosa ke jaringan
akan berkurang, dan menyebabkan Hiperglikemia ( Moreira,
2010 ).

Pada individu non – Diabetiksel beta mampu menangkal


resistensi insulin dengan meningkatkan produksi dan sekresi
insulin. Pada penderita Diabates Melitus apabila keadaan
resistensi insulin betrambah berat dengan di sertai tingginya
glukosa yang terus terjadi, sel beta pankreas dalam jangka waktu
yang tidak lama tidak akan mampu mensekresi insulin dalam
jumlah yang cukup untuk menurunkan kadar gula darah, di sertai
dengan peningkatan glukosa hepatik dan penurunan penggunaan
glukosa oleh otot dan lemak yang mempengaruhi kadar gula darah
puasa dan post prandial . akhirnya sekresi insulin oleh sel beta
pankreas akan menurun dan terjadi hiperglikemia berat
( Osteson , 2001 )

Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2 ( gambar )

Hiperglikemia dan hiperinsulinemia akan terjadi pada


Diabetes Melitus tipe 2, menyebabkan resistensi adiponektin
melalui penurunan regulasi akspresi reseptoe AdipoR1. Hal ini
menyebabkan C terminal globular domain (gAd) produk gen
adiponektin yang memiliki efek metabolik yang poten terutama
pada otot skeletal, mengalami resistensi sehingga kemampuan gAd
untuk meningkatkan translokasi GLUT-4 penyerapan glukosa,
penyerapan asam lemak dan oksidasi serta fosforilai AMP-
activated protein kinase ( AMPK) dan asetil- CoA karboksilase
( ACC ) mengalami penurunan ( Fang, 2006 ).

Menariknya hiperinsulinemia menyebabkan peningkatan


sensitifitas full lengh adiponectin ( fAd ) melalui peningkatan
ekspresi reseptor AdipoR2. Hiper insulinemia menginduksi
kemampuan fAd untuk meningkatkan penyerapan asam lemak
dan meningkatkan oksidasi asam lemak sebagai respon dari fAd
sehingga meningkatkan risiko komplikasi vaskular pada Diabetes
Melitus tipe 2 ( Fang , 2006 )
II.1.6 Gejala klinis

Gejala penyakit Diabetes Melitus dari satu penderia dengan


penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan
gejala apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala yang
di tunjukkan meliputi tripoli yaitu banyak makan ( poliphagia ),
banyak minum (polidipsia), dan banyak kencing ( poliuria ). Bila
gejala tersebut tidak di obati akan timbul gejala nafsu makan
mulai berkurang, berat badan turun dengan cepat ( turun 5 – 10
kg dalam waktu 2 – 4 minggu) , dan mudah lelah,. Bila tak lekas
diobati akan timbul rasa mual bahkan penderita akan jatuh dalam
kondisi koma yang di sebut dengan koma diaabetik ( Fauci, 2009 ).

Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita, Diabetes


Melitus adalah kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti di
tusuk tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capai, mudah
mengantuk mata kabur, gatal di sekitar kemaluan terutama pada
wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas. ( Dnning, 2009 )

II.1.7 Diagnosis

Dapat di tegakkan dengan melihat tabel di bawah ini

Tabel 2 kriteria diagnostik Diabetes Melitus


Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus
Gejala Klasik DM + Glukosa plasma sewaktu > 200 mg / dL
Gejala Klasik DM + Glukosa plasma puasa > 126 mg / dL
Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ( Test Toleransi Glukosa
Oral ) > 200 mg / dL, menggunakan beban glukosa 75 gr
anhidrus yang di larutkan dalam air
( perkeni , 2006 )

II.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus
dapat di bagi menjadi dua, kategori mayor , yaitu :

a. Komplikasi metabilik akut


Komplikasi metabolik Diabetes Melitus di sebabkan
oleh perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa
plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius pada
Diabetes Tipe 1 adalah Diabetik Ketoacidosis.
Hiperglikemia, hiperosmolar, koma non ketotik juga
merupakan komplikasi metabolik akut dari Diabetes yang
paling sering terjadi pada penderita Diabetes tipe 2 yang
lebih tua. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas ,
diuresis osmotik dan keadaan ini tak segera di tangani.
Komplikasi metabolik lain yang sering terjadi pada Diabetes
Melitus adalah Hipoglikemia sebagai akibat dari syok insulin
karena pemberian insulin yang berlebih ( Price dan Wilson,
2006 )
b. Komplikasi vaskular jangka panjang
Komplikasi vaskular jangka panjang dari Diabetes
Melitus melibatkan pembuluh pembuluh darah kecil
( mikroangiopati ) , pembuluh darah sedang dan pembuluh
darah besar ( makroangiopati ) . mikroangiopati merupakan
lesi spesifik Diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola
retina ( retinopati diabetik ) dan saraf saraf perifer
( neuropati diabetik ), otot serta kulit ( Price dan Wilson ,
2006 ). Komplikasi makrovaskular terutama terjadi akibat
aterosklerosis. Komplikasi makrovaskular ikut berperan dan
menyebabkan gangguan aliran darah, penyulit komplikasi
jangka panjang, dan peningkatan mortalitas. ( Corwin,
2009 )
Pada Diabetes Melitus, terjadinya kerusakan pada
lapisan endotel arteri dan dapat di sebabkan secara
langsung oleh tingginya kadar glukosa dalam darah,
metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam
darah sering di jumpai pada pasien Diabetes Melitus. Akibat
kerusakan tersebut permeabilitas sel endotel meningkat
sehingga molekul yang mengandung lemak masuk kedalam
arteri. Kerusakan sel sel endotel akan mencetuskan reaksi
imun dan inflamasi sehingga akhirnya terjadi pengendapan
trombosit, makrofag, dan jaringan fibrosis. Sel sel otot polos
berproliferasi. Penebalan dinding arteri menyebabkan
hipertensi, yang semakin merusak lapisan endotel arteri
karena menimbulkan gaya yang merobek sel sel endotel.
( Corwin, 2009)

II.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan Diabetes Melitus secara umum


adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita

a. Tujuan penatalaksanaan
 Jangka pendek
Menghilangkan keluhan dan tanda Diabetes Melitus,
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target
pengendalian glukosa darah.
 Jangka panjang
Mencegah dan menghambat progresifitas, penyulit
berupa mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.
 Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya angka
morbiditas dan mortalitas Diabetes Melitus
b. Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
a. Edukasi
Pemahaman tentang Diabetes Melitus, obat obatan,
olahraga, perencanaan makan, dan masalah yang
mungkin di hadapi.
b. Terapi gizi medis
Prinsip pengaturan makan pada penderita Diabetes
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum, yaitu makanan yang seimbang. Pada penderita
diabetes perlu di perhatikan pentingnya keteraturan
makanan dalam hal jadwal makan, jenis makanan, dan
jumlah makanan terutama bagi penderita diabetes yang
mengkonsumsi obat penurun gula darah atau insulin.
c. Latihan jasmani
Tiga kali seminggu selama 30 menit di sesuaikan dengan
umur dan status kbugaran jasmani
d. Farmakologis
Apabila tidak berhasil dengan pengaturan makanan dan
olahraga, terapi farmakologis dalam bentuk obat obatan
oral ataupun suntikan.
1. Obat hiperglikemik oral
a. Pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue )
sylfonilurea dan glinid
 Sulfonil urea
Memiliki efek terutama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
merupakan obat pilihan utama pada
pasien dengan berta badan normal dan
kurang
 Glinid
Golongan ini terdiri dari dua macam obat
yaitu Repaglinid dan Nateglinid. Obat ini
di absorpsi cepat setelah pemberian
secara oral dan di ekskresi secara cepat
melalui hati. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial.
b. Peningkat sensitifitas terhadap insulin : metformin
dan tiozolinidion
c. Penghambat glukoneogenesis : metformin
Memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa
hati ( glukoneogenesis ) dan memperbaiki ambilan
glukosa perifer. Terutama di pakai pada penderita
Diabetes yang gemuk. Metformin di kontra
indikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal ( serum kreatinin > 1,5 mg / dl ) dan hati,
serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia.
Metformin memberikan efek samping mual,
sehingga untuk mengurangi keluhan dapat di
berikan saat atau sesudah makan.
d. Penghambat absorpsi glukosa : penghambat
glukosidase alfa.
Bekerja mengurangi absorbsi glukosa di usus halus
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah sesudah makan.
Acarbose tidak memberikan efek samping
hipoglikemia. Efek samping yang peling sering
adalah kembung dan flatulens.
e. DPP-IV inhibitor
Golongan like peptide 1 ( GLP-1) merupakan
perangsang kuat pelepasan insulin dan sekaligus
sebagai penghambat sekresi glukagon.
2. Suntikan : insulin
 Insulin di perlukan dalam keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang di sertai ketosis
 Ketoasidosis diabetil
 Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
 Hiperglikemia dengan asidosis laktat
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis
maksimal
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat
 Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO

Efek sampingn terapi insulin

 Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya


hipoglikemia.
 Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap
insulin yang dapat menimbulkan alergi terhadap insulin
atau resistensi terhadap insulin

II.2 Pengetahuan

II.2.1 Defenisi

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah


seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek
tertentu ( Notoatmojo, 2003). Penginderaan tersebut sebagian
besar berasal dari penglihatan dan pendengaran yang sering di
gunakan untuk mendapatkan informasi.

II.2.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan di cakup dalam domain kognitif 6 tingkatan


( Notoatmojo, 2010 )

a. Tahu ( Know )
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah
di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap
situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di
pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab
itu, ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
b. Memahami ( comprehension )
Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara secara benar tentang objek yang di
ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah faham harus bisa
menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek
yang di pelajari.
c. Aplikasi ( aplication )
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang
telah di pelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi
dapat di artikan sebagai penggunaan hukum hukum, rumus
rumus, metode metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis ( analysis )
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam
komponen komponen tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat di teliti dari penggantian
kata seperti dapat menggambarkan ( menurut bagian ),
membedakan,memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya
e. Sintesis ( syntesis )
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian bagian dalam satu bentuk
keseluruhan yang baru . Merupakan kemampuan
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan
rumusan yang ada.
f. Evaluasi ( Evaluation )
objek atau materi. Penilaian penilaian berdasarkansuatu
kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria
kriteria yang telah ada.

II.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo ( 2007 ) berikut adalah beberapa faktor


yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu
hal :

1. Usia
Usia remaja di bagi kedalam tiga periode, yaitu tahap
awal,menengah, dan akhir. Usia remaja awal antara umur
11 – 14 tahun, usia remaja tengah usia 15-17 tahun, dan
usia remaja akhir antara 18-20 tahun ( Whaley & Wong ,
2009 ) . Usia berdasarkan DeLauner & Ladner (2002) yang
menyatakan bahwa usia dewasa awal merupakan usia 21-40
tahun, dan dewasa tengah antara 40 – 65 tahun. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
dalam berfikir dan bekerja akan lebih baik. Semakin
bertambah usia daya tangkap dan pola pikir akan semakin
berkembang, dengan begitu dipercaya bahwa pengetahuan
yang di peroleh akan semakin baik ( Notoatmojo , 2007 )
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke
arah suatu cita cita tertentu. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula
pengetahuan yang ia miliki. Sebaliknya pendidikan yang
kuranng akan menghambat perkembangan sikapseseorang
terhadap nilai nilai yang baru di kenal .
3. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar
manusia dan pengauhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
Lingkungan adalah input ke dalam diri seseorang sehingga
sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan
yang berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik
dari pada orang yang hidup di lingkungan yang berpikiran
sempit.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adala serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
di laksanakan atau di selesaikan seseorang sesuai dengan
jabatan atau profesi masing masing. Status pekerjaan yang
rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial
di masyarakat. Masyarakat akan memandang seseorang
dengan penuh penghormatan apabial pekerjaannya sudah
pegawai negri, atau pejabat di pemerintahan.
5. Sosial budaya dan ekonomi
variabel ini sering dilihat dari angka kesakitan dan angka
kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang,yang di tentukan seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, dan lainnya serta di tentukan pula oleh tempat
tinggal karena hal ini mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.
6. Sumber informasi
Informasi dapat di peroleh di rumah, sekolah, lembaga
organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan.
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi membutuhkan informasi
sekaligus menghasilkan informasi.jika pengetahuan
berkembang sangat cepat maka informasi berkembang
sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai
akibat dari perkembangan dalam ilmu dan pengetahuan,
maka semakin banyak pula pengetahuan bermunculan.
Pemberian informasi seperti cara cara penyampain hidup
sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
dapat menambah kesadaran untukberperilaku sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki.
7. Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di
peroleh dalam memecahkan masalah yang di hadapi di masa
lalu.

II.3 Kerangka teori

Faktor risiko
Riwayat keturunan, usia > 30 tahun , aktifitas fisik
kurang, obesitas, hipertensi, diabetes pada kehamilan.

DM tpie 2 1. Komplikasi akut


a. Ketoasidosis
II.4 Kerangka Konsep

Gambaran pengetahuan penyakit


diabetes melitus pada pasien rawat jalan
Pasien rawat jalan di BP umum
Puskesmas Wonosobo 1

BAB III

METODE PENELITIAN
III. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan


cross sectional ( potong lintang ) dimana dengan satu kali
pengamatan pada waktu tertentu yang di tentukan, peneliti akan
mendeskripsikan bagaimana pengetahuan pasien rawat jalan bp
umum tentang diabetes melitus.

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

III.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di BP umum Puskesmas Wonosobo


1, yang terletak di Kelurahan Pagerkukuh. Alasan pemilihan lokasi
karena penulis bertugas di Puskesmas Wonosobo 1, dan jumlah
pasien yang datang berobat di Puskesmas cukup banyak. Selain
itu di Puskesmas Wonosobo 1 belum pernah menjadi lokus
penelitian tentang gambaran pengetahuan pasien tentang penyakit
Diabetes Melitus. Hasil penelitian ini di harapkan akan memberi
gambaran tentang pengetahuan pasien yang berobat tentang
penyakit Diabetes Melitus dan dapat menjadi masukan untuk
kegiatan penyuluhan dalam gedung di Puskesmas Wonosobo 1.

III.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan selama 1 minggu dengan pemilihan


responden secara acak sejak tanggal .............................. hingga
tanggal......................

III.3 Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

III.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitan dalam karya tulis ini adalah pasien yang


berkunjung pada BP umum Puskesmas Wonosobo 1

III.3.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian dalam penulisan karya tulis ini adalah
masyarakat yang datang berobat ke BP umum Puskesmas
Wonosobo 1. Sampel berjumah 35 orang pasien dewasa, 21 orang
perempuan dan 14 orang laki laki.

III.4 Tekhnik pengumpulan data

III.4.1 Data Primer

Untuk memperoleh data data yang di butuhkan dalam


penelitian ini, pengumpulan data di lakukan dengan
menggunakan kuesioner yang akan di isi oleh setiap responden
yang telah menandatangani surat persetujuan bersediauntuk
menjadi responden. Sebelumnya responden di beri penjelasan oleh
peneliti dan kemudian peneliti akan menanyakan kesedian nya
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

III.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah


lembar kuesioner ( daftar pertanyaan ). Sebelum kuesioner ini di
gunakan dalam penelitian ini kuesioner telah dilakukan uji
validilas dan uji reliabilitas oeleh peneliti sebelumnya yang
melakukan penelitian yang sama pada tempat dan waktu yang
berbeda.

Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan , jawaban yang benar di


beri skor 1 sedangkan jawaban yang salah di beri skor 0.
Pertanyaan yang tertera sesuai dengan variabel variabel yang akan
di ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Diabetes
Melitus. Informed consent telah di berikan bersamaan dengan
kuesioner tersebut yang menjelaskan tujuan dilakukannya
penelitian ini. Pengisian kuesioner di lakukan secara langsung
oleh responden sambil di amati oleh peneliti untuk memastikan
tidak ada terjadi kecurangan dalam pengisian kuesioner. Data
yang di peroleh kemudian di analisa setelah kuesioner di
kembalikan pada peneliti.

BAB IV
PROFIL PUSKESMAS

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
Sebagai unit pelayanan ditingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan, Puskesmas Wonosobo 1 sedikitnya
memiliki tiga fungsi utama. Pertama, sebagai pusat pengembangan
kesehatan masyarakat. Kedua sebagai pusat pembinaan peran
serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuannya
untuk hidup sehat. Dan ketiga sebagai pusat pemberian
pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan bermutu
kepada masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan Puskesmas pada
Masa Pandemi COVID-19 dilakukan dengan mengacu pada
Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa Pandemi
COVID-19 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Kementrian Kesehatan pada tahun 2020.
Coronavirus Disease 19 (COVID-19) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau yang kini
dinamakan SARS-CoV-2 yang merupakan virus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Manifestasi klinis muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah
terjadi pajanan dengan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain
gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas hingga pada kasus yang berat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal dan bahka kematian.
Hingga saat ini masih diyakini bahwa transmisi penularan COVID-
19 adalah melalui droplet dan kontak langsung, kecuali bila ada

tindakan medis yang memicu terjadinya aerosol (misalnya


resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi seperti penggunaan
scaler ultrasonic dan highspeed driven, pemeriksaan hidung dan
tenggorokan, pemakaian nebulizer dan pengambilan swab) dimana
dapat memicu terjadinya resiko penularan melalui airbone.
Pada tanggal 28 Maret 2020 WHO risk assessment
mengkategorikan COVID-19 dalam kategori Very High dengan
jumlah kasus terinfeksi sebesar 571.678 kasus dengan total
kematian 26.494 kematian. COVID- 19 telah dinyatakan sebagai
pandemi dunia oleh WHO (WHO,2020).
Berdasarkan kajian yang ada, hanya 20% pasien terinfeksi yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, sedangkan 80% yang
karantina mandiri dan isolasi diri dirumah yang hal ini
merupakan tugas Puskesmas bersama lintas sektor yang terlibat
sebagai Tim Satgas COVID-19 Kecamatan/Desa/Keluragan untuk
melakukan pengawasan.
Pelayanan terkait kasus COVID-19 di Puskesmas dilaksanakan
terintegrasi dengan pelayanan lainnya. Hal ini mengingat adanya
pelayanan essensial/ primer yang harus tetap diberikan kepada
masyarakat seperti pemeriksaan ibu hamil, pemberian imunisasi
pda balita, pemantauan tumbuh kembang anak dan lain
sebagainya.
Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut, maka perlu ditunjang
sarana dan prasarana yang memadai, berupa sarana fisik
(bangunan gedung, peralatan medis maupun non medis) serta
sumber daya manusias.Selain itu, agar dapat melaksanakan
fungsi Puskesmas sebagaimana mestinya, harus ditunjang dengan
manajemen yang baik, dimana diperlukan perencanaan
yang jelas, str ategi pelaksanaan yang terarah.Demikian
juga diperlukan pengawasan, pengendalian, penilaian dan evaluasi
terhadap semua kegiatan Puskesmas.
Puskesmas Wonosobo 1 wajib melaksanakan dan
mengkoordinasikan kesehatan di wilayah kerja puskesmas, sesuai
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo nomor 3 tahun
2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo.
Sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta
peningkatan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat
lebih maju dan sejahtera untuk mewujudkan good goverment dan
clean goverment. Puskesmas sebagai institusi pelayanan
kesehatan berada di garis depan masyarakat, selalu berupaya
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan melakukan
berbagai upaya perbaikan, antara lain dengan memenuhi sarana
dan prasarana puskesmas dan jaringannya, meningkatkan
sumber daya manusia serta pemanfaatan sistem informasi
kesehatan

Visi, Misi, Motto, Fungsi, Tujuan dan Tata Nilai Puskesmas


VISI Puskesmas Wonosobo 1 adalah :
“Bersatu Mewujudkan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonosobo 1 Sehat”.
Visi Puskesmas yang telah menjadi komitmen tersebut diharapkan
mampu menumbuhkan motivasi dan inspirasi untuk menjawab
tantangan dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan.
Di samping itu, visi tersebut dapat menjadi pedoman untuk
bertindak dan mampu memberdayakan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) serta menjadi semakin konkrit pada
saat dijabarkan lebih lanjut menjadi misi, tujuan, sasaran,
kebijakan, program dan kegiatan.
Misi Puskesmas
Dalam rangka mewujudkan Visi Puskesmas, maka ditetapkan 3
(tiga) Misi sebagai berikut :

2.1 Memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional


Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
2.2
berperilaku hidup bersih dan sehat melalui Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat.

2.3 Meningkatkan kesadaran masyarakat dan keluarga


dalam memelihara kesehatan melalui upaya promotif
preventif rehabilitative dan kuratif.

Motto Puskesmas
” Kepuasan anda merupakan kebanggaan kami ”

Fungsi Puskesmas
Sebagai unit pelayanan di tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan, Puskesmas Wonosobo 1 sedikitnya
memilki tiga fungsi utama.

Pertama sebagai pusat pengembangan kesehatan


masyarakat
Kedua sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat
dalam rangka
meningkatkan kemampuannya untuk hidup sehat
Ketiga sebagai pusat pemberian pelayanan kesehatan
secara
menyeluruh, terpadu dan bermutu kepada
masyarakat
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai Puskesmas Wonosobo 1
dalam melaksanakan pelayanan dasar atau pelayanan
publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan, yang
tertuang dalam konsep standar pelayanan minimal (SPM)
puskesmas.
Tujuan tersebut diselenggarakan dengan prinsip - prinsip :
a. Paradigma sehat, dengan mendorong pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya
mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
b. Pertanggung jawaban wilayah terhadap
pembangunan kesehatan.

c. Kemandirian hidup sehat bagi individu, kelompok


dan masyarakat.
d. Penyelenggaraan pelayanan yang dapat diakses
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat.
e. Memandaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan pelayanan.
f. Mengkoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP
manajemen. Memberikan pelayanan kepada publik
tanpa kecuali dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu
pelayanan yang maksimal.
 Menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan dasar dengan kualitas, bermutu
 Mewujudkan mutu lingkungan hidup
yang lebih sehat pada masyarakat
 Memberdayakan individu, keluarga dan
masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS)
 Meningkatkan peran aktif segala lapisan
masyarakat untuk hidup sehat serta dapat
mengatasi masalah kesehatan dasarnya sendiri
 Mengembangkan upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM)
 Meningkatkan status gizi keluarga dan masyarakat
 Menjamin ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan
 Meningkatkan upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit baik menular maupun tidak
menular
 Memelihara dan memanfaatkan sarana dan
prasarana kesehatan yang tersedia
 Menggalang dan meningkatkan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral.

2. Tata Nilai Puskesmas


Tata Nilai yang ada di Puskesmas Wonosobo 1 adalah P-D-C-
A
a. P (Profesional)
Profesional yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai
dengan keahlianya. Yaitu seseorang yang memiliki
tiga hal pokok yang ada didalam dirinya, yang
diantaranya meliputi :
 Skill/ Keterampilan : artinya orang tersebut harus
benar- benar ahli dibidangnya.
 Knowledge/ Pengetahuan : artinya orang tersebut
harus dapat menguasai, minimal berwawasan mengenai
ilmu lain yang berkaitan dengan bidangnya.
 Attitude/ Etika : artinya bukan hanya pintar, akan
tetapi harus memiliki etika yang diterapkan didalam
bidangnya.
Secara professional, di Puskesmas Wonosobo 1, untuk
pelayanan harus ditangani oleh tenaga yang
berkompeten.
b. D (Disiplin)
Disiplin adalah suatu sikap mental yang dimiliki oleh
individu terhadap kepatuhan, terhadap tata tertib,
norma dan nilai-nilai yang berlaku.
Husein (2000:39) berpendapat bahwa seorang pegawai
yang dianggap melaksanakan prinsip-prinsip disiplin kerja
apabila ia melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Hadir di tempat kerja sebelum waktu mulai bekerja.
2. Bekerja sesuai dengan prosedur.
3. Patuh dan taat kepada saran maupun perintah atasan.
4. Ruang kerja dan perlengkapan selalu dijaga dengan bersih
dan rapih.
5. Menggunakan peralatan kerja dengan efektif dan efisien.

6. Menggunakan jam istirahat tepat waktu dan meninggalkan


tempat setelah lewat jam kerja.
7. Tidak pernah menunjukan sikap malas kerja.
8. Selama kerja tidak pernah absen/ tidak masuk kerja
dengan alasan yang tidak tepat, dan hampir tidak pernah
absen karena sakit.
Penampilan juga harus dijaga agar terlihat rapi, juga
menarik, karena hal pertama yang akan dinilai publik adalah
penampilan.
Disiplin yang diterapkan di Puskesmas Wonosobo 1,
kepatuhan karyawan dalam berseragam, atribut apel pagi,
persensi dan bekerja tepat waktu.
c. Comitmen (Comitmen)
Comitmen/ Komitmen adalah kesanggupan karyawan/
anggota organisasi untuk tetap memlihata sebuah nilai dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi secara I,I,.
Puskesmas Wonosobo 1, mempunyai tujuan meningkatkan
mutu pelayanan, dengan menggunakan regulasi indikator
mutu pelayanan. Tolok ukur dilihat dari hasil indikator mutu.
d. A (Akuntabel)
Akuntabel adalah merupakan pelaksanaan
pertanggungjawaban, dimana karyawan dalam kegiatan
harus mampu mempertanggungjawabkan pelaksanaan
kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya, sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Karyawan Puskesmas Wonosobo 1 harus melaporkan hasil
kerja kepada atasan dalam mencapai hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya, disertai dengan data telusurnya yang
bias dipertanggungjawabkan.

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS WONOSOBO


KABUPATEN WONOSOBO

A. Sejarah Puskesmas Wonosobo


Sebelum dibangun menjadi Puskesmas, dahulu tempat
tersebut adalah Barak PES (1960) dibuat Laboratorium Poling
tes tikus, kemudian ditutup untuk program Malaria, kemudian
dipindahkan dan didirikan puskesmas. Puskesmas Wonosobo
berdiri sejak tahun 1980 dengan nama Puskesmas Wonosobo,
dimana tanahnya merupakan tanah milik pemerintah, yang
ada di wilayah kerja Kecamatan Wonosobo. Pada tahun 1998,
2009 dan 2013 Gedung Puskesmas ini direhab dengan dana
APBN dan semakin tahun berkembang untuk penambahan
ruangan.
Puskesmas Wonosobo 1 sudah mendapat penilaian akreitasi
sebanyak dua kali, yaitu pertama kali dilakukan penilianan
akreditasi pada bulan Desember 2014 dan mendapat hasil
sertifikasi Akreditasi tingkat Madya. Kemudian penilaian
kedua dilaksanakan pada bulan Desember 2017. Dengan hasil
penilaian yang masih sama yaitu Madya. Untuk itu Puskesmas
Wonosobo 1 terus berusaha agar kedepan mutu pelayanan
menjadi lebih baik lagi.
B. Kondisi Internal Wilayah Kerja Puskesmas
1. Kondisi Wilayah Kerja Puskesmas
1) Letak Geografis
Kecamatan Wonosobo dengan luas wilayah 3.237,636 Ha
terletak pada ketinggian ± 772 M diatas permukaan laut
dengan letak astronomi 12 º - 15 º Bujur Timur dan 01 º - 02 º
Lintang Selatan.

Batas Wilayah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mojotengah;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Selomerto
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kertek dan
Kecamatan Selomerto
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Watumalang dan Leksono
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Wonosobo 1

Puskesmas Wonosobo 1 merupakan kategori Puskesmas


perkotaan dimana terletak di ibukota kabupaten dengan jumlah
penduduk tinggi dan semua data sasaran tinggi dan
memprioritaskan pelayanan UKM tanpa mengurangi pelayanan

UKP dimana jumlah kunjungan di Puskesmas dan jejaringnya


juga tinggi.
2) Ketinggian Wilayah :
Wilayah Kecamatan Wonosobo menurut letak ketinggian
antara 700 m – 850 m diatas permukaan laut yang meliputi
seluruh area.
1.3. Pembagian Wilayah :
Kecamatan Wonosobo berdasarkan SK PERMEN MENDAGRI
No.2 Th 1980 dan SK Gubernur No. 414 / 99 /1995 tertanggal
21 Nopember 1995 serta Peraturan-Peraturan yang telah ada
terdiri dari 12 Kelurahan dan 7 desa, 25 lingkungan, 99 Dusun,
134 RW, 599 RT. Pada Tahun 2003, Kelurahan Wonosobo dibagi
menjadi dua kelurahan yaitu Kelurahan Wonosobo Barat dan
Kelurahan Wonosobo Timur (Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 11 dan 12 Tahun 2003).
1) Keadaan Tanah / Kemiringan Wilayah :
Wilayah Kecamatan Wonosobo terletak di kaki bukit atau
Pegunungan dengan lembah dan kemiringan tanah yang dominan.
Batu – batuan yang dapat ditemui antara lain : batu Prakwarter,
secara geologis, Hidrologis, Klimatologis, dan Topografis wilayah
Wonosobo seringa terjadi longsor.
Karena terletak di kawasan gunung berapi muda (Gunung
Sindoro), maka kesuburan tanahnya sangat cukup, hal ini
berpengaruh terhadap potensi pertanian yang berkembang pesat
di daerah ini.
2) Iklim
Kecamatan Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim dalam
setahunnya yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Rata-
rata suhu udara di Kecamatan Wonosobo di kisaran 220 C dengan
kelembaban udara kelas lembab pada umumnya. Suhu rata-
rata paling rendah terjadi pada bulan Agustus 2018 yaitu 19 0C
dan suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober 2018 yaitu pada
suhu 230C.

2. Demografi
1) Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk Kecamatan Wonosobo menurut laporan dari
desa/kelurahan sebanyak 90.148 jiwa terdiri dari laki-laki
45.442 jiwa dan perempuan 44.706 jiwa. Jumlah Kepala
Keluarga di Kecamatan Wonosobo sebanyak 27.401 kepala
keluarga.
Untuk penduduk wilayah Puskesmas Wonosobo 1, yang terdiri
dari
16 desa/Kelurahan sebanyak 72.363 jiwa terdiri dari laki-
laki
36.364 jiwa dan perempuan 35.999 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga
di wilayah Kerja Puskesmas Wonosobo 1 Kecamatan Wonosobo
sebanyak 22.021 kepala keluarga.
2) Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Wonosobo cukup berhasil
dari 14.195 Pasangan Usia Subur (PUS).
3) Agama yang dianut oleh penduduk Kecamatan Wonosobo paling
banyak adalah agama Islam namun saat ini dirasa masih kurang
sarana peribadatannya.
4) Sex Ratio Penduduk
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat
dari perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan
penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Beradasarkan
data dari BPS Kecamatan Wonosobo tahun 2019, rata-rata ratio
jenis kelamin penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2019 sex
ratio 102, yang berarti bahwa setiap 102 orang laki-laki terdapat
100 perempuan, hal ini menggambarkan bahwa jumlah
penduduk perempuan lebih kecil dibandingkan penduduk laki-
laki.

Kepadatan penduduk adalah 2.760 jiwa/km .


2

Desa/kelurahan dengan penduduk terbanyak di Kecamatan


Wonosobo adalah Kelurahan Jaraksari yang memiliki penduduk
sebanyak 12.739 jiwa, sedangkan Desa Sariyoso merupakan desa
dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 1.834 jiwa.
Kelurahan Wonosobo Timur merupakan Kelurahan dengan sex
ratio paling kecil sebesar 90 yang berarti dominasi penduduk
perempuan ada di kelurahan ini.
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah
Puskesmas Wonosobo 1 Tahun 2019

Penduduk
No Desa/Kelurahan
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tawangsari 1359 1332 2691

2 Wonolelo 1924 1829 3753

3 Jogoyitnan 1178 1154 2332

4 Jaraksari 6426 6421 12847

5 Mlipak 2674 2633 5307

6 Sambek 2116 2033 4149

7 Wonosobo Barat 4273 4342 8615

8 Wonosobo Timur 3066 3419 6485

9 Pagerkukuh 2657 2689 5346

10 Kramatan 1542 1455 2997

11 Pancurwening 1096 1028 2124

12 Rojoimo 2018 1931 3949

13 Bumireso 1738 1790 3528

14 Sariyoso 954 896 1850

15 Tlogojati 1516 1418 2934

16 Bomerto 1827 1629 3456

TOTAL 36.364 35.999 72.363

5) Keadaan Sosial Ekonomi


Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Wonosobo Tahun 2019
Toko/
Desa/ Pasar Pasar Pasar
No Warung
Kelurahan Umum/Desa Ikan Hewan
Kelontong
1 Tawangsari 50
2 Wonolelo 1 72
3 Jogoyitnan 40
4 Jaraksari 2 1 187
5 Mlipak 40
6 Sambek 56
7 Kramatan 24
8 Pancurwening 24
9 Bumireso 67
10 Rojoimo 47
11 Pagerkukuh 1 78
12 Bomerto 238
13 Sariyoso 45
14 Tlogojati 41
15 Wonosobo
1 1 530
Barat
16 Wonosobo
578
Timur
Tabel 2 Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Wonosobo
Tahun 2019

Lanjutan Tabel 2 Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan


Wonosobo Tahun 2019

Desa/ Warung Toko Kios Panggilingan


No
Kelurahan Makan Bangunan Saprotan Padi
1 Tawangsari 5 1 - 2
2 Wonolelo 6 1 1 3
3 Jogoyitnan 4 1 - 3
4 Jaraksari 47 5 2 -
5 Mlipak 7 1 - 2
6 Sambek 9 2 - -
7 Kramatan 4 1 - 1
8 Pancurwening 9 1 4 1
9 Bumireso 55 3 1 1
10 Rojoimo 13 3 2 9
11 Pagerkukuh 16 1 - 1
12 Bomerto 3 1 1 3
13 Sariyoso 5 - 1 4
14 Tlogojati 5 1 1 2
15 Wonosobo
65 17 2 -
Barat
16 Wonosobo 82 12 8
-
Timur
Lanjutan Tabel 2 Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Wonosobo
Tahun 2019

Desa/ Counter
No Koperasi Bank BMT/BPR
Kelurahan HP
1 Tawangsari 7 - 1 2
2 Wonolelo - - - 3
3 Jogoyitnan 1 - - 1
4 Jaraksari 12 1 2 37
5 Mlipak 4 - - -
6 Sambek 2 - 1 -
7 Kramatan 1 - 1 -
8 Pancurwening - - - -
9 Bumireso 1 1 - -
10 Rojoimo 1 - - 10
11 Pagerkukuh 1 - - 15
12 Bomerto 2 - - 2
13 Sariyoso 21 - - 5
14 Tlogojati 2 - - -
15 Wonosobo
6 8 4 116
Barat
16 Wonosobo 17 4 7
38
Timur

KEADAAN SUMBER DAYA PUSKESMAS

1. Sarana Pelayanan Kesehatan


Untuk mendukung pelayanan kesehatan di Puskesmas Wonosobo 1
terdapat 3 puskesmas pembantu (PUSTU) dan 12 Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD).
2. Kegiatan / penyelengaraan di Puskesmas Wonosobo 1
a. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
1) Rawat Jalan
2) Poli Umum
3) Poli Gigi
4) KIA/KB
5) MTBS
6) Imunisasi
7) Farmasi
8) Laboratorium
9) Instalasi Farmasi
10) Konseling
11) IMS dan VCT
12) IVA
13) Prolanis
14) Kreoterapi
15) Persalinan
16) Pelayanan Rapid Test
17) Pelayanan Swab Untuk Pasien Tracing
18) Pelayanan Persalinan Bagi Pasien dengan RDT Reaktif

b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)


1) KIA
2) Gizi
3) Kesehatan Lingkungan
4) Penanggunglangan Penyakit Menular
5) Promosi Kesehatan
6) Perkesmas
7) UKS,UKGS
8) Kesehatan Jiwa
9) BATRA
10) Lansia
11) Kesehatan Kerja dan OR
3. Capaian Indikator Kinerja Puskesmas
a. Angka Kunjungan Puskesmas

b. Angka Kunjungan Puskesmas

Dalam Luar
No Tahun Persalinan Jumlah
Wilayah Wilayah
1 2015 40491 28006 257 68.754
2 2016 68140 334 68.474
3 2017 76061 383 76.444
4 2018 71967 9649 497 82.113
5 2019 78925 11458 1079 91.462
6 2020 41185 4957 552 46.694

Anda mungkin juga menyukai