LP Kad
LP Kad
LP Kad
https://id.scribd.com/
doc/203103688/Lp-
Mobilisasi
NIM.433811490122032
Kelompok : 5
Karawang 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus tipe 1 yang ditandai oleh
hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak), ketogenesis
(produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, deplesi volume vaskuler,
hiperkalemia dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta asidosis metabolik.
Akibat defisiensi insulin absolut atau relatif, terjadi penurunan uptake glukosa oleh
sel otot, peningkatan produksi glukosa oleh hepar, dan terjadi peningkatan
metabolisme asam lemak bebas menjadi keton. Walaupun hiperglikemia, sel tidak
mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi sehingga memerlukan
konversi asam lemak dan protein menjadi badan keton untuk energi (Stillwell,
2012).
2. Etiologi
Dalam 50% efisode kasus KAD, kekurangan insulin, peningkatan konsumsi atau
produksi glukosa, atau infeksi adalah faktor pencetus. Faktor risiko lain termasuk
farmakoterapi dengan beberapa obat (misalnya steroid, phentytoin sodium atau
dilantin, thiazide diuretics) dan peristiwa yang membawa stress berat (misalnya
pembedahan, infark miokard) (Krisyanti, et all., 2016).
3. Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila
hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh
akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak
mematuhi perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu
bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya
seperti kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air
dan mempercepat kehilangan air dan elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD
adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus
diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik
yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq
natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic.
Pada ketoasidosis diabetic, kadar glukosa darah meningkat dengan cepat akibat,
glukoneogenesis dan peningkatan penguraian lemak yang progresif. Terjadi
poliuria dan dehidrasi. Kadar keton juga meningkat (ketosis) akibat penggunaan
asam lemak yang hampir total untuk menghasilkan ATP. Keton keluar melalui
urine (ketonouria) dan menyebabkan bau napas seperti buah. Pada ketosis, pH turun
di bawah 7,3. pH yang rendah menyebabkan asidosis metabolic dan menstimulasi
hiperventilasi, yang disebut pernapasan kussmaul, karena individu berusaha untuk
mengurangi asidosis dengan mengeluarkan karbon dioksisa (asam volatile).
Individu dengan ketoasidosis diabetika sering mengalami mual dan nyeri abdomen.
Dapat terjadi muntah, yang memperparah dehidrasi ekstrasel dan intrasel. Kadar
kalium total tubuh turun akibat poliuria dan muntah berkepanjangan dan untah-
muntah.
4. Manifestasi Klinis
Respons neurologis dapat berkisar dari sadar sampai koma. Frekuensi pernapasan
mungkin cepat, atau pernapasan mungkin dalam dan cepat (kussmaul) dengan
disertai napas aseton berbau buah. Pasien akan mengalami dehidrasi dan dapat
mengeluh sangat haus, poliuria, dan kelemahan. Mual, muntah, nyeri hebat pada
abdomen, dan kembung sering kali terjadi dan dapat keliru dengan gambaran
kondisi akut abdomen. Sakit kepala, kedutan otot, atau tremor dapat juga terjadi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa darah > 300 mg/dl tetrapi tidak > dari 800 mg/dl
b. Elektrolit darah (tentukan correctet Na) dan osmolalitas serum
c. Analisa gas darah, BUN dan kreatinin
d. Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai gambaran lekositosis), HbA1c,
urinalisi (dan kultur urine bila ditemukan indikasi)
e. Ketosis (ketonemia dan ketonuria)
f. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
g. Osmolalitas serum meningkat terapi biasanya < 330 mOsm/L
h. Pemeriksaan osmolalitas = 2(Na+K)+(GDR/18)+(UREUM/6)
i. Hemoglobin glikosat: kadar meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan
j. Keton serum > 3 mOsm/L
k. PH darah < 7,30
l. Serum birkabonat < 15 mEq/L
(Krisyanti, et all., 2016)
6. Penatalaksanaan
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, setra mengatasi penyebab yang ada.
Fase I/Gawat:
a. Rehidrasi
1) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam
pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6 L/24
jam)
2) Atasi stok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3) Bila stok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari hermiasi batang otak (24-
48 jam)
5) Bila gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5 mEq/kg BB/jam)
7) Monitor keseimbangan cairan
b. Insulin
1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kg BB (iv/im/sc)
2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1 /kb BB dalam cairan isotonic
3) Monitor gula darah tiap 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali
4) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila AGD < 15 mEq/L, 250 mg
%, perbaikan hidrasi, kadar HCO3.
5) Infus K (tidak boleh bolus)
a) Bila K+ < 3 mEq/L, beri 75 mEq/L
b) Bila K+ 3-3,5 mEq/L, beri 50 mEq/L
c) Bial K+ 3,5-4 mEq/L, beri 25 mEq/L
c. Infus bikarbonat
Bila PH 7,1 tidak diberikan
d. Antibiotik dosis tinggi
Batas fase I dan fase II sekitae GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase II/Maintenence:
a. Cairan maintenence
1) Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
2) Sebelum maltose berikan insulin reguler 4 iu
b. Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dl atau badan terasa tidak enak
c. Saat sakit makan sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu makan
boleh makan bubur atau minuman berkalori lainnya
d. Minum yang cukup untuk mencegah dehidrasi
(Krisyanti, et all., 2016).
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat KAD, yaitu:
a. Edema paru
b. Hipertrigliserida
c. Infark miokard akut
d. Hipoglikemia
e. Hipokalsemia
f. Hiperkloremia
g. Edema otak
h. Hipokalemia
(Stillwell, 2012)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Primary Survey
a. Airways
Pengkajian mengenail kepatenan jalan nafas. Kajia adanya obstruksi pada jalan
nafas karena ada dahak, lendir pada hidung atau yang lainnya.
b. Breathing
Kaji adanya dispnea, kaji pola pernafasan yang tidak teratur, suaran nafas
kedalaman nafas, frekuensi nafas, ekspansi paru dan pengembangan dada, serta
ada nya krepitasi pada saat di palpasi.
c. Circulatin
Meliputi pengkajian nilai status mental, kualitas nadi, kecepatan nadi, dan
irama nadi, warna kulit, akral, tugor kulit, volume darah dan curah jantung
(cardiac output)
d. Disability
Meliputi penilaian kesadaran, Gaslow Coma Scale (GCS), ukuran serta reaksi
pupil
e. Exposure
Membuka semua pakaian pasien dan mencari jejas serta luka tersembunyi.
Selimuti korban untuk mencegah terjadinya hipotermi pada korban.
2. Secondary Survey
a. Anamnesis
1) Riwayat DM
2) Poli uria, polidipsi
3) Berhenti menyuntik insulin
4) Demam atau infeksi
5) Nyeri perut, mual dan muntah
6) Penglihatan kabur
7) Lemah dan sakit kepala
b. Pemeriksaan fisik
1) Ortostaltik hipotensi
2) Hipotensi, syok
3) Nafas bau aseton
4) Hiperventilasi: kusmaul
5) Kesadaran compos mentis, latergi atau koma
6) Dehidrasi
● Gelisah Edukasi
Menurun 5
● Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
● Frekuensi nafas efektif
Membaik 5
● Anjurkan tarik napas dalam melalui
● Pola nafas hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
Membaik 5 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu ( dibulatkan)
selama 8 detik
kolaborasi
● Pola nafas
Membaik 5
● Warna kulit
Membaik 5
3 Ketidakstabilan ● Koordinasi Tindakan
kadar glukosa Meningkat 5
Observasi
darah ● Tingkat
kesadaran ● Identifikasi kemungkinan penyebab
Meningkat 5 Hiperglikemia
Kolaborasi
● Perasaan Lemah
Menurun 5
● Rasa haus
Menurun 5
● Konsentrasi
urine Menurun 5
● Frekuensi nadi
Membaik 5
● Tekanan darah
Membaik 5
● Tekanan Nadi
Membaik 5
● Turgor kulit
Membaik 5
● Jugular venous
pressure ( jpv)
Membaik 5
● Hemoglobin
Membaik 5
● Hematokrit
Membaik 5
● Cental venous
pressure
Membaik 5
● Refluks
hepatojugular
membaik 5
● Berat badan
Membaik 5
● Hepatomegali
Membaik 5
● Oliguria
Membaik 5
● Intake cairan
Membaik 5
● Status mental
Membaik 5
● Suhu tubuh
Membaik 5
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. (2012). Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Global Training Center. (2017). Basic trauma & cardiac life support. Jakarta: GTC.
Krissanty, P., et. all. (2016). Asuhan keperawatan: Gawat darurat. Jakarta: CV. Trans
Info Media.