TUGAS TUTORIAL 1 Novita S PDF
TUGAS TUTORIAL 1 Novita S PDF
TUGAS TUTORIAL 1 Novita S PDF
Novita S ǀ 858443503
TUGAS TUTORIAL 1
Kompetensi Khusus :
1. Menjelaskan hakikat anak berkebutuhan khusus.
2. Menjelaskan hakikat pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Uraian Tugas :
1. Jelaskan makna istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
2. Dalam pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terdapat berbagai jenis istilah yang
menggambarkan kondisi kelainan di bawah normal. Sebutkan dan jelaskan istilah-istilah
tersebut !
3. Terdapat tiga kategori penyebab terjadinya kelainan berdasarkan waktu atau masa
terjadinya kelainan. Sebutkan dan jelaskan tiga kategori tersebut!
Jawaban :
1. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual,
emosi, dan sosial. Anak-anak ini dalam perkembangannya mengalami hambatan, sehingga
tidak sama dengan perkembangan anak sebayanya. Hal ini menyebabkan anak
berkebutuhan khusus membutuhkan suatu penanganan yang khusus. Anak yang
mempunyai keterbatasan fisik belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Novita S ǀ 858443503
sosial. Namun, apabila seorang anak mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan
sosial, biasanya mempunyai keterbatasan fisik. Tidak mudah untuk mengetahui bahwa
seorang anak dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus, sehingga diperlukan
derajat dan frekuensi penyimpangan dari suatu norma. Seorang anak berkebutuhan khusus
adalah mereka yang berbeda dari norma sedemikian signifikan dan sedemikian sering
sehingga merusak keberhasilan mereka dalam aktivitas sosial, pribadi, atau pendidikan.
Kategori anak berkebutuhan khusus dapat dideskripsikan oleh profesional sebagai tidak
mampu (disabled), mempunyai kesulitan (impaired), terganggu (disordered), cacat
(handicapped), atau berkelainan (exeptional) (Haring, 1982).
2. A. Tunanetra
Tunanetra berarti kurang penglihatan. Sejalan dengan makna tersebut, istilah ini
dipakai untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan yang mengakibatkan
fungsi penglihatan tidak dapat dilakukan. Oleh karena gangguan tersebut, penyandang
tunanetra menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan mereka yang
penglihatannya berfungsi secara normal. Sehubungan dengan itu, anak tunanetra
mempunyai kebutuhan khusus yang menuntut adanya pelayanan khusus sehingga
potensi yang dimiliki oleh para tunanetra dapat berkembang secara optimal.
B. Tunarungu
Istilah tunarungu dikenakan bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran,
mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Gangguan ini dapat terjadi sejak
lahir (merupakan bawaan), dapat juga terjadi setelah kelahiran. Istilah lain yang sering
digunakan untuk menggambarkan anak yang mengalami gangguan pendengaran adalah
anak tuli. Namun, sebenarnya istilah anak tuli ini hanya merupakan salah satu
klasifikasi dari gangguan pendengaran. Dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai
hearing impaired atau hearing disorder. Oleh karena kondisi khusus ini, anak tunarungu
memerlukan bantuan khusus, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
pendidikan. Dalam derajat tertentu, tidak mustahil anak-anak ini berada di kelas Anda.
Oleh karena itu, Anda diharapkan mampu mengidentifikasi keberadaan anak-anak ini
sehingga bantuan /layanan khusus bagi mereka dapat dirancang.
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Novita S ǀ 858443503
C. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut communication disorder,
merupakan gangguan yang cukup signifikan karena kemampuan berkomunikasi
memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Jika kemampuan ini
terganggu maka proses interaksi pun akan terganggu pula. Secara garis besar, gangguan
komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu gangguan bicara (karena
kerusakan organ bicara) dan gangguan bahasa (speech disorder dan language disorder).
Gangguan bicara yang sering disebut sebagai tunawicara dapat disebabkan oleh
gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir atau kerusakan organ bicara, misalnya
lidah yang terlampau pendek sehingga anak tidak dapat memproduksi bunyi secara
sempurna. Gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir cenderung menjurus kepada
gangguan bicara karena yang bersangkutan tidak pernah mendengar suara sehingga
tidak mengenal suara. Sebagai akibatnya, anak tidak pernah punya persepsi tentang
suara. Oleh karena itulah, dikenal atau digunakan istilah tunarungu-wicara. Namun,
dengan adanya berbagai usaha untuk membantu anak tunarungu maka tunarungu tidak
selalu diasosiasikan dengan tunawicara.
D. Tunagrahita
Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan mental yang
berada di bawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan untuk ini adalah tingkat
kecerdasan atau IQ. Anak yang secara signifikan mempunyai IQ di bawah normal
dikelompokkan sebagai anak tunagrahita. Sebagaimana halnya anak tunarungu,
tunagrahita juga dapat dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan berat.
Meskipun yang menonjol dalam hal ini adalah kemampuan mental yang di bawah
normal, namun kondisi ini berpengaruh pada kemampuan lainnya, seperti kemampuan
untuk bersosialisasi dan menolong diri sendiri. Anak tunagrahita mungkin banyak
ditemukan di SD biasa, bahkan mungkin dalam kelas Anda sendiri. Cobalah perhatikan
prestasi anak-anak yang berada di kelas Anda. Apakah ada di antara anak tersebut yang
berkali-kali tidak naik kelas? Atau anak yang kemampuan akademiknya jauh di bawah
rata-rata kelas? Secara sepintas (meskipun belum pasti), anak yang demikian ini dapat
diidentifikasi sebagai anak tunagrahita. Namun, pertanyaan berikut yang perlu Anda
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Novita S ǀ 858443503
jawab adalah mengapa di Indonesia, yang mempunyai sekolah khusus bagi anak
tunagrahita, anak yang berkemampuan seperti itu ada di SD biasa? Anda tentu dapat
menjawab pertanyaan ini. Budaya masyarakat masih belum membuat orang tua mau
secara sukarela dan penuh kesadaran untuk mengakui keluarbiasaan yang dimiliki oleh
anaknya sehingga anak ini harus mendapat layanan khusus. Orang tua masih memilih
memasukkan anaknya ke sekolah biasa daripada ke sekolah luar biasa. Oleh karena
alasan ini pulalah, sebagai guru di sekolah biasa, Anda diharapkan mampu melayani
anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus.
E. Tunadaksa
Tunadaksa secara harfiah berarti cacat fisik. Oleh karena kecacatan ini, anak tersebut
tidak dapat menjalankan fungsi fisik secara normal. Anak yang kakinya tidak normal
karena kena polio atau yang anggota tubuhnya diamputasi karena satu penyakit dapat
dikelompokkan pada anak tunadaksa. Istilah ini juga mencakup gangguan fisik dan
kesehatan yang dialami oleh anak sehingga fungsi yang harus dijalani sebagai anak
normal, seperti koordinasi, mobilitas, komunikasi, belajar, dan penyesuaian pribadi,
secara signifikan terganggu. Oleh karena itu, ke dalam kelompok ini juga dapat
dimasukkan anak-anak yang menderita penyakit epilepsy (ayan), cerebral palsy,
kelainan tulang belakang, gangguan pada tulang dan otot, serta yang mengalami
amputasi.
F. Tunalaras
Istilah tunalaras digunakan sebagai padanan dari istilah behaviour disorder dalam
bahasa Inggris. Kelompok tunalaras sering juga dikelompokkan dengan anak yang
mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance). Gangguan yang muncul pada
anak-anak ini berupa gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri (misalnya
mencabik-cabik pakaian atau memukul-mukul kepala), suka menyerang teman
(agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang lain. Termasuk juga dalam
kelompok ini adalah anak-anak penderita autistik, yaitu anak-anak yang menunjukkan
perilaku menyimpang yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
orang lain. Misalnya, memukul-mukul secara berkelanjutan, melempar/membanting
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Novita S ǀ 858443503
benda-benda di sekitarnya, dan jari tangan yang diputar-putar. Di samping autistik atau
autism, dalam kelompok ini juga termasuk attention deficit disorder (ADD) dan
attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Dari makna katanya, Anda dapat
menerka bahwa penyandang ADD adalah mereka yang mendapat kesulitan dalam
memusatkan perhatian (tidak mampu memusatkan perhatian) sehingga perhatiannya
selalu beralih; sementara ADHD ditandai oleh ketidakmampuan memusatkan perhatian
yang disertai dengan hiperaktif, tidak mau diam. Anak-anak seperti ini, khususnya
ADHD perlu diwaspadai karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain
H. Tunaganda
Sesuai dengan makna istilah tunaganda, kelompok penyandang kelainan jenis ini
adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis kelainan. Misalnya, penyandang
tunanetra dan tunarungu sekaligus, penyandang tunadaksa disertai tunagrahita atau
bahkan tunadaksa, tunarungu, dan tunagrahita sekaligus. Tentu dapat dibayangkan
betapa besarnya kelainan yang disandang, yang tentu saja berdampak pada
kompleksnya layanan pendidikan yang seyogianya disiapkan. Oleh karena kondisi
tunaganda yang seperti itu, kemungkinan mereka berada di SD biasa tentu sangat kecil.
Namun, sebagai guru, pengetahuan Anda tentang anak tunaganda akan memperluas
wawasan Anda tentang peserta didik berkelainan. Sekolah luar biasa untuk penyandang
tunaganda disebut sebagai SLB-G.
3. Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab kelainan dapat dibagi menjadi tiga kategori
seperti berikut :
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Novita S ǀ 858443503
a. Penyebab Prenatal, yaitu penyebab yang beraksi sebelum kelahiran. Artinya, pada
waktu janin masih berada dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus,
misalnya virus rubela, mengalami trauma atau salah minum obat, yang semuanya ini
berakibat bagi munculnya kelainan pada bayi. Berdasarkan penyebab ini, Anda tentu
dapat memahami kehati-hatian yang ditunjukkan oleh seorang calon ibu selama masa
kehamilan. Kehati-hatian ini merupakan satu usaha untuk mencegah beraksinya
berbagai penyebab yang memungkinkan terjadinya kelainan.
b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses
kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran
dengan penyedotan (di-vacuum), pemberian oksigen yang terlampau lama bagi anak
yang lahir premature. Dari uraian ini Anda dapat menduga betapa pentingnya proses
kelahiran tersebut. Keteledoran yang kecil dapat berakibat fatal bagi bayi. Misalnya,
keterlambatan memberi oksigen, kecerobohan menggunakan alat-alat atau kelebihan
memberi oksigen akan mengundang munculnya kelainan yang tentu saja akan
mengagetkan orang tua bayi.
c. Penyebab Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya
kecelakaan, jatuh, atau kena penyakit tertentu. Penyebab ini tentu dapat dihindari
dengan cara berhati-hati, selalu menjaga kesehatan, serta menyiapkan lingkungan yang
kondusif bagi keluarga.
b) Kebutuhan Sosial-Emosional
Bersosialisasi merupakan kebutuhan setiap makhluk, termasuk para penyandang
kelainan. Sebagai akibat dari kelainan yang disandangnya, kebutuhan tersebut kadang-
kadang susah dipenuhi. Berbagai kondisi/ keterampilan, seperti mencari teman,
memasuki masa remaja, mencari kerja, perkawinan, kehidupan seksual, dan
membesarkan anak merupakan kondisi yang menimbulkan masalah bagi penyandang
kelainan. Coba Anda bayangkan seorang tunarungu atau tunagrahita yang memasuki
masa remaja, mereka tentu dalam kondisi yang sulit. Remaja putri tunarungu mungkin
mampu membersihkan diri sendiri pada masa datang bulan atau haid, namun mereka
mungkin tidak sadar akan bahaya yang mungkin mereka alami karena mereka sangat
lugu. Sebaliknya, remaja tunagrahita mempunyai masalah yang cukup kompleks.
Selain tidak mampu membersihkan diri sendiri, mereka juga tidak sadar apa arti remaja
bagi seorang wanita dan bagi seorang pria, sementara kebutuhan seksual mereka
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Novita S ǀ 858443503
mungkin berkembang secara normal. Oleh karena itu, mereka memerlukan lindungan
dan bantuan para pekerja sosial, psikolog, dan ahli bimbingan yang dapat membantu
mereka dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan sosialisasi dan
menjadi remaja. Masalah-masalah sosialisasi dapat menyebabkan gangguan
emosional, lebih-lebih bagi keluarga yang mempunyai ABK. Oleh karena itu, bantuan
para pekerja sosial, para psikolog, dan ahli bimbingan juga dibutuhkan oleh para
keluarga. Bahkan dari pengalaman sehari-hari dapat disimpulkan bahwa keluarga lebih
memerlukan bantuan tersebut daripada ABK sendiri. Dengan bantuan ini, para orang
tua diharapkan mau menerima anaknya sebagaimana adanya dan berusaha membantu
mereka mengembangkan potensi yang dimilikinya.
c) Kebutuhan Pendidikan
Kebutuhan pendidikan penyandang keluarbiasaan, meliputi berbagai aspek yang terkait
dengan keluarbiasaan yang disandangnya. Misalnya, secara khusus, penyandang
tunarungu memerlukan bina persepsi bunyi yang diberikan oleh seorang speech
therapist, tunanetra memerlukan bimbingan khusus dalam mobilitas dan huruf Braille,
dan tunagrahita memerlukan keterampilan hidup sehari-hari. Namun secara umum,
semua penyandang kelainan memerlukan latihan keterampilan/vokasional dan
bimbingan karier yang memungkinkan mereka mendapat pekerjaan dan hidup mandiri
tanpa banyak tergantung dari bantuan orang lain. Para profesional yang terlibat dalam
memenuhi kebutuhan pendidikan penyandang keluarbiasaan antara lain guru
pendidikan khusus, psikolog yang akan membantu banyak dalam mengidentifikasi
kebutuhan pendidikan ABK, audiolog, speech therapist, dan ahli bimbingan. Guru
pendidikan khusus dapat merupakan guru tetap di sekolah luar biasa, dapat pula sebagai
guru pembimbing khusus di sekolahsekolah terpadu. Di samping itu, akhir-akhir in
muncul kebutuhan akan guru Pendidikan Jasmani yang khusus menangani ABK.
Diharapkan guru Pendidikan Jasmani ini akan mampu menyediakan program/latihan
yang sesuai dengan kondisi fisik/kebutuhan ABK yang diajarnya.