Kti Halusinasi Ikhwan Z 1921009
Kti Halusinasi Ikhwan Z 1921009
Kti Halusinasi Ikhwan Z 1921009
Oleh :
IKHWAN ZAENUDIN
NIM. 1921009
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Oleh :
IKHWAN ZAENUDIN
NIM. 1921009
i
SURAT
menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini saya susun tanpa melakukan plagiat
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
IKHWAN ZAENUDIN
NIM. 1921009
i
HALAMAN
ZAENUDIN
NIM : 1921009
menyetujui bahwa karya tulis ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian
Pembimbing
i
HALAMAN
Karya Tulis Ilmiah dari :
Nama : IKHWAN ZAENUDIN
NIM : 1921009
Program Studi : D-III KEPERAWATAN
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Utama Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran pada Tn .A
dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Tak Terinci di
Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa
Timur.
Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah di Stikes
Hang Tuah Surabaya,pada :
Hari, tanggal : Rabu, 23 Februari 2022
Bertempat di : Stikes Hang Tuah Surabaya
Dan dinyatakan LULUS dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN, pada Prodi D-III
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya
Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III
Keperawatan
i
KATA
bantuan dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi
1. drg. Vitria Dewi, M.Si. selaku Kepala Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi
Jawa Timur memberi ijin dan lahan praktek untuk penyusunan karya tulis
2. Dr. AV. Sri Suhardiningsih, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Stikes Hang Tuah
untuk praktik di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur dan
v
5. Ibu Lela Nurlela, S.Kp.,M.Kes. Selaku pembimbing dan penguji 3, yang
6. Bapak dan ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan
makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, juga kepada
7. Untuk orang tua serta isri dan anak saya yang selalu memberi dukungan
oleh penulis dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga
Tuhan membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga Karya Tulis
Ikhwan Zaenudin
v
DAFTAR ISI
v
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran ...................................... 27
2.3.1 Pengkajian...................................................................................... 27
2.3.2 Pohon Masalah............................................................................... 34
2.3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................... 34
2.3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................. 34
2.3.5 Implementasi Keperawatan............................................................. 36
2.3.6 Evaluasi Keperawatan .................................................................... 37
2.4 Konsep Komunikasi Teraupetik...................................................... 37
2.4.1 Definisi Komunikasi Teraupetik ..................................................... 37
2.4.2 Tujuan Komunikasi Teraupetik ...................................................... 38
2.4.3 Manfaat Komunikasi Teraupetik..................................................... 38
2.4.4 Teknik Komunikasi Teraupetik ...................................................... 39
2.4.5 Tahapan Komunikasi Teraupetik .................................................... 39
2.4.6 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Teraupetik ...................... 41
2.5 Konsep Stress dan Adaptasi ........................................................... 42
2.5.1 Definisi Stres dan Adaptasi............................................................. 42
2.5.2 Sumber Stres .................................................................................. 42
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................... 44
3.1 Pengkajian...................................................................................... 44
3.1.1 Identitas Pasien .............................................................................. 44
3.1.2 Alasan Masuk ................................................................................ 44
3.1.3 Faktor Predisposisi ......................................................................... 44
3.1.4 Pemeriksaat Fisik ........................................................................... 45
3.1.5 Psikososial ..................................................................................... 45
3.1.6 Status Mental ................................................................................. 47
3.1.7 Kebutuhan Persiapan Pulang .......................................................... 49
3.1.8 Mekanisme Koping ........................................................................ 50
3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan ............................................. 50
3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang ......................................................... 50
3.1.11 Aspek Medis .................................................................................. 51
3.1.12 Dafar Masalah Keperawatan........................................................... 52
3.1.13 Daftar Diagnosa Keperawatan ........................................................ 53
3.2 Pohon Masalah............................................................................... 54
3.3 Analisa Data .................................................................................. 54
3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................. 56
3.5 Implemestasi Keperawatan ............................................................. 61
BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................... 86
4.1 Pengkajian...................................................................................... 86
4.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 88
4.3 Rencana Keperawatan ................................................................... 90
4.4 Tindakan Keperawatan ................................................................... 91
4.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................... 99
BAB 5 PENUTUP .................................................................................... 103
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 103
5.2 Saran .............................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKAN ............................................................................ 107
v
DAFTAR
i
DAFTAR
x
DAFTAR
x
DAFTAR
x
BAB
PENDAHULUAN
memang bukan urusan yang baru karena dia adalah kebutuhan dasar setiap
manusia. Hanya saja penanganan kesehatan mental yang bermoral adalah suatu
berbagai riset kesehatan mental, banyak lembaga sosial dan pemerintah telah
Latipun, 2014).
yang menentukan kepribadian dan kesehatan mental anak. Keluarga lebih dekat
1
2
anak dan anggota keluarga lain. Sebaliknya, kondisi keluarga yang tidak kondusif
dapat berakibat gangguan mental bagi anak. Gangguan tingkah laku, kecemasan,
ambang, dan beberapa gangguan mental lain, diantaranya disebabkan oleh kondisi
jiwa di seluruh dunia pada tahun 2016 mencapai 516 juta orang. Menurut Michard
dan Chaaterina berkaitan dengan persoalan kesehatan jiwa akan menjadi The
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang sering disebut ODGJ adalah orang yang
menderita masalah dalam pemikiran, tingkah laku dan perasaan yang dikandung
dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan tingkah laku yang penting,
mempengaruhi persepsi, mode pemikiran, bahasa, emosi dan perilaku sosial, salah
satu konsekuensi yang sering terjadi orang dengan skizofrenia sering mengalami
kontrol diri yang akan mengalami kepanikan dan perilaku dikendalikan oleh
3
halusinasi (Livana et al., 2020). Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi yaitu
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2011)
Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur hasil angka kejadian kasus di Rumah Sakit
Jiwa Menur Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur selama bulan Agustus 2021
sampai Januari 2022 didapatkan jumlah pasien rawat inap di ruang Gelatik
sebanyak 259 pasien dengan rincian kasus halusinasi sebanyak 76 pasien atau
29,34 % , perilaku kekerasan sebanyak 131 atau 50,57 %, defisit perawatan diri
sebanyak 39 atau 15,05 %, Isoalasi social sebanyak 9 atau 4,47 %, harga diri
yang mebuat dirinya trauma akan kejadin tersebut, hal tersebut mengakibatkan
dirinya merasa tidak berguna atau tidak berdaya dan mengakibatkan dirinya
menarik diri dan menyendiri dan asik dengan dirinya sendiri. Hal tersebut yang
melakukan apa yang ada dalam isi suara-suara itu. Hal yang paling bahaya yaitu
pasien bisa melaukan kekerasan pada diri sendiri, lingkungan dan orang lain.
Skizofrenia Tak Terinci di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi
Jawa Timur?”
Diagnosa Medis Skizofrenia Tak Terinci di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa
Hasil karya tulis ilmian ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan
b. Bagi Penulis
Hasil penelitan ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
Halusinasi Pendengaran.
gambaran yang lebih baik tentang Asuhan jiwa pada pasien dengan
1.5.1 Metode
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
1. Wawancara
Hasil data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien maupun
2. Observasi
Hasil data yang diambil ketika wawancara berlangsung dan sesuai dengan kondisi
pasien.
3. Pemeriksaan
1. Data primer
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
pasien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
karya tulis ilmiah ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
2. Bagian inti terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
BAB 2: Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan
BAB 3: Tinjauan kasus, berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian diagnosa,
mempengaruhi persepsi, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosial, salah satu
akibat yang sering terjadi itu seseorang dengan skizofrenia sering mengalami
2020).
sindrom secara klinis yang dapat mengakibatkan kerusakan hidup baik secara
individu, keluarga, dan komunitas. Salah satu gejalanya yaitu seseoramg yang
2020).
dan waham) afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu
(Putri, 2017).
9
1
1. Faktor Genetik
melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah,
2. Faktor Psikososial
misalnya pola asuh orang tua yang terlalu menekan pasien, kurangnya
dalam waktu yang lama sehingga mencapai tingkat tertentu, maka akan
dan terutama gejala positif. Positif berarti bahwa gejala-gejala ini biasanya
delusi paranoid curiga terhadap orang lain secara tidak masuk akal. Hal ini
gejala skizofrenia lainnya seperti bicara tidak teratur, afek datar, katatonik,
atau perilaku tidak teratur, tidak ada atau kurang menonjol dibandingkan
2. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Hebefrenik Ini ditandai dengan gejala yang tidak teratur. Agar
sesuai dengan kriteria untuk subtipe ini, gejala berikut harus ada:
perilaku seksual yang tidak pantas di depan umum, buang air kecil di
menyelesaikan.
ekspresi wajah lesu dan tidak berubah dan sedikit atau tidak ada perubahan
dalam kekuatan, nada, atau nada suara. Rentang ekspresi yang sangat
terbatas ini terjadi bahkan dalam situasi yang biasanya tampak sangat
3. Skizofrenia Katatonik
berbicara tidak jelas . Lebih lanjut, skizofrenia katatonik juga dapat mencakup
orang yang tidak sesuai dengan tiga kategori sebelumnya (paranoid, tidak
5. Skizofrenia residual
Pasien tidak mengalami delusi, halusinasi, bicara yang tidak teratur, atau
perilaku yang tidak teratur atau katatonik. Di sisi lain, mereka mengalami
6. Gangguan Skizoafektif
membentuk hubungan pribadi yang dekat, serta distorsi kognitif dan persepsi.
atau delusi, serta gejala mania atau episode bipolar depresi atau campuran
keduanya.
Menurut (Yosep & Sutini, 2019, pp. 218–219), gejala-gejala yang muncul
1. Gejala positif
1
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak
timbul,yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu
2. Gejala negatif
dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas.
Karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak
1
bisa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang
tangannya,seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti
bahwa klien skizofrenia tidak bisa merasakan apapun. Mereka mungkin bisa
dengan cara memblokade reseptor dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di
pada pasien skizofrenia, seperti mendengar suara, melihat hal-hal yang sebenarnya
tidak ada dan memiliki keyakinan yang aneh . Haloperidol berguna untuk
diberikan pada pasien dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit
sejarah hidup manusia, setiap orang mengalami tahapan perkembangan dari bayi
seseorang. Erikson menyebut setiap tahapan tersebut sebagai krisis atau konflik
yang mempunyai sifat sosial dan psikologis yang sangat berarti bagi kelangsungan
berikut:
Konflik pada tahap ini ialah kerja aktif vs rendah diri, itu
sendiri dengan teman sebaya terjadi pada tahap ini. Anak belajar
terbentuklah inferioritas.
1
identitas diri baik dalam lingkup sosial maupun dunia kerja mulai
ditemukan. Bisa dikatakan masa remaja adalah awal usaha pencarian diri
Pada tahap ini kekuatan dasar yang dibutuhkan ialah “kasih” karena
kesendirian. Agen sosial pada tahap ini ialah kekasih, suami atau isteri
serta melatih generasi penerus. Konflik utama pada tahap ini ialah
kehidupan.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi yaitu merasakan sensasi palsu berupa
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2011) dalam (Putri, 2017)
1. Faktor predisposisi dan presipitasi menurut (Supinganto, Agus, 2021, pp. 107–
108)
a. Faktor Presdiposisi
1) Faktor perkembangan
2
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
4) Faktor Biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realita.
5) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita termasuk halusinasi umumnya
skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1) Stresor social budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
satabilitas keluarga.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamine, norepinefrin, indolamin,
realita.
2
3) Faktor psikologis
Kecemasan yang berlebhan dan dalam jangka waktu yang lama
4) Perilaku
Perilaku yag perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi
motorik,dan sosial.
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yag jelas,
dimana terkadang suara tersebut seprti mengajak bicara klien dan kadang
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan
menakutkan.
3. Halusinasi penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses parfum atau
bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang
atau demensia.
2
4. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses, atau yang
lainnya.
5. Halusinasi perabaan
6. Halusinasi chenesthetic
7. Halusinasi Kinistetik
Menurut (Kusumawati & Hartono, 2010) tahapan terbagi menjadi empat yaitu:
1. Tahap Comforting ( Fase Menyenangkan )
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal lambat jika sedang
melamun, dan berpikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak mau orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontronya.
2
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan dengan
halusinasinya.
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat,
Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat
Perilaku Klien : perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Menurut (PPNI, 2016) tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui
3. Menyendiri
4. Melamun
2
5. Konsentrasi buruk
7. Curiga
9. Mondar-mandir
Keterangan:
1. Respon adaptif
pengalaman asli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
lain.
3. Respon maladaptif
kenyataan sosial.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
Sumber koping didapat dari dalam diri dan dari luar individu. Sumber koping
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Di dalam identitas berisikan nama, usia, alamat, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan status perkawinan.
2. Alasan Masuk
3. Faktor predisposisi
kekerasan.
kerusuhan.
4. Faktor presipitasi
2
abnormal).
b. Stress lingkungan
perilaku.
5. Pemeriksaan fisik
6. Psikososial
b. Konsep diri
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
2) Identitas diri. Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya sendiri
berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu,
4) Ideal diri. Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
maupun sekitarnya.
7. Status mental
tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisr,
gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut wajah Nampak
ketika di ajak bicara tidak focus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal.
d. Afek emosi. Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku
spontan) dan kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara)
mudah tersinggung.
3
f. Persepsi-sensori
1) Jenis halusinasi
klien halusinasi sering kali mengalami halusinasi pada saat klien tidak
g. Proses berfikir
yang ada atau tidak mengikuti logika secara umum (tak ada sangkut
2) Isi fikir. Pasien akan cenderung selalu merasa curiga terhadap suatu
h. Tingkat kesadaran. Pada klien halusinasi sering kali merasa bingung, apatis
i. Memori
1) Daya ingat jangka panjang: mengingat kejadian masa lalu lebih dari 1
bulan
minggu terakhir
3) Daya ingat jangka pendek: dapat mengingat kejadian yang terjadi saat
ini.
yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan
8. Kebutuhan pulang
keamanan, kebersihan.
9. Mekanisme koping
jawab kepada orang lain, mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
intenal.
Trihexyphenidyl
3
dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah
terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan pengetahuan yang
et al., 2019).
benar manfaat obat, benar dosis obat, benar frekuensi obat, benar cara,
keberhasilannya.
3
2) Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien Halusinasi: Bantu pasien mengenali halusinasinya dengan cara
cara kedua yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali
mencetuskan halusinasi.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, dimana kegiatan ini
dilakukan terus menerus untuk menentukan apakah rencana efektif dan bagaimana
perilaku dan emosi lebih terkendali yang sudah tidak mengamuk lagi, bicara dan
tertawa sendiri, sikap curiga, perasaan cemas dan berat, serta pasien mempercayai
perawatnya, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, pasien
dapat menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Pada keluarga mampu
menjelaskan masalah halusinasi yang nyata dan tidak nyata. Pada keluarga
dengan pasien atau perawat dengan keluarga pasien yang didasari oleh hubungan
3
dan pikiran
memiliki manfaat yang sangat berdampak bagi perawat dank lien, adapun manfaat
tenaga kesehatan.
(Prasanti, 2017) teknik yang digunakan dalam komunikasi terapeutik, antara lain:
1. Mendengarkan (listening)
3. Mengulang (restoring)
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan,
7. Membagi persepsi
8. Identifikasi tema
9. Diam (silence)
1. Tahap persiapan/pra-interaksi
telah dapat mempersiapkan diri dengan baik sebelum bertemu dengan pasien,
4
maka ia akan bisa menyesuaikan cara yang paling tepat dalam menyampaikan
2. Tahap perkenalan/orientasi
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan
rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan pasien saat ini, serta
ketika dokter bertemu dengan pasien. Persiapan yang dilakukan dokter pada tahap
prainteraksi diaplikasikan pada tahap ini. Sangat penting bagi dokter untuk
melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi
3. Tahap kerja
respons ataupun pesan komunikasi verbal dan nonverbal yang disampaikan oleh
pasien. Dalam tahap ini pula dokter mendengarkan secara aktif dan dengan penuh
4. Tahap terminasi
terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi
4
sementara adalah akhir dari tiap pertemuan dokter dan pasien, setelah hal ini
dilakukan dokter dan pasien masih akan bertemu kembali pada waktu yang
berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan
keperawatan.
mencapai tujuan.
komunikasi.
komunikasi diarahkan dan berfokus pada apa yang dibutuhkan klien. Segala
Stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa
tantangan yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman, atau ketika harus
mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiogis maupun psikologis yang akan
Menurut Maramis (1999) dalam (Muhith Abdul, 2015), sumber stres yaitu,
frustasi, konflik, dan tekanan. Pada fase frustasi (frustration) terjadi ketika
kebutuhan pribadi terhalangi dan seseorang gagal dalam mencapai tujuan yang
4
(conflicts), terjadi karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam
perubahan (changes), tipe sumber stres yang keempat ini seperti hal nya yang ada
Imposed merupakan sumber stres yang berasal dalam sistem keyakinan pribadi
3.1 Pengkajian
Pasien adalah Tn. A usia 31 tahun, laki-laki, beragama islam, bahas yang
sering dignakan adsalah bahasa Indonesia, bahasa jawa . pasien belum menikah,
saat ini pasien tidak bekerja dan merupakan lulusan SMA di Jember. Pasien
tinggal bersama dengan orang tuanya. Pasien MRS di ruang Gelatik pada tanggal
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada tanggal 11
Januari 2022. Pasien dibawa oleh orang tuanya karena mendengar suara-suara
selalu mondar mandir susah tidur dan terkadang bicara sendiri dan sering teriak-
tidak berhasil karena tidak patuh minum obat, pernah melakukan kekerasan
penyakit yang sama dengan pak A?” lalu pasien menjawab “tidak ada mas,
44
4
hanya saya saja yang punya penyakit sakit seperti ini”. Pasien mengatakan
1. Tanda Fisik
1. Genogram
30
Gambar 3.1
4
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
Data diatas didapatkan dari pasien, pasien bias menyebutkan silsilah
tua pasien masih hidup semua, pasien tinggal bersama orang tuanya. Pasien
2. Konsep diri
a. Gambran diri : Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya
e. Harga diri : Merasa tidak berguna sebagai seorang anak ketika tidak
keluarganya
4. Spritual
a. Nilai dari keyakinan : Pasien mengatakan dalam islam tidak mandi atau
b. Kegiatan ibadah : Menurut pasien dalam islam tidak solat itu tidak boleh
1. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapih, baju tidak rapi, rambut todak rapi
2. Pembicaraan
4. Alam Perasaan
5. Afek
7. Persepsi halusinasi
Respon : Cemas
Pendengaran
8. Proses Pikir
Pada saat dikaji pembicaraan pasien melompat dari tema satu ke tema yang
lain yaitu saat mebahas tema 1 tib-tiba pasien beralih ke tema yang lain.
9. Isi Pikir
berbuat jahat
11. Memori
a. Perawatan diri :
Mandi : Mandiri
Kebersihan : Mandiri
Makanan : Mandiri
BAK/BAB : Mandiri
Ganti Pakaian :
Mandiri
b. Nutrisi
5
c. Tidur
Pada saat dikaji pasien mengatakan sulit tidur karena merasa badannya
panas
Pasien sudah dilatih untuk selalu mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Pasien sudah dilatih untuk minum obat teratur dan sudah diberikan
penjelasan tentang minum obat dan kontrol rutin jika sudah pulang nanti .
5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau hobi
Pasien mengatakan senang dengan kegiatan saat pasien masih bekerja dulu.
Saat dikaji pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa yang
factor penyebab, cara mengambil keputusan dan ada penyakit herpes dilipatan
pahanya
7. Disuse Syndorome
8. Ansietas
9. Gangguan Proses Pikir
10. Gangguan Proses Pikir
11. Gangguan Proses Pikir
12. Gangguan Proses Pikir
13. Ketidakefektifan Koping Individual
14. Desfisit Pengetahuan
3.1.13 Daftar Diagnosa Keperawatan
Ikhwan Zaenudin
5
5
untuk mengendalikan situasi dan respon)
halusinasi
5. Menyebutkan cara
mengendalikan halusinasi 2. Ajarkan
yang tepat. mengontrol
Secara psikomotor halusinasi dengan
diharapkan pasien dapat: cara menghardik
1. Melawan halusinasi 3. Anjurkan pasien
dengan menghardik. untuk mencatat
2. Mengabaikan halusinasi tindakan yang
dengan bersikap cuek telah diberikan
Secara afektif diharapkan
pasien dapat:
1. Merasakan manfaa tcara-
cara mengatasi
halusinasi.
2. Membedakan perasaan
sebelum dansesudah
latihan.
(Keliat et al., 2019)
2. 17/01/22 Gangguan persepsi Secara kognitif diharapkan Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
sensori:halusinasi pasien dapat: percaya dengan merupakan langkah awal
pendengaran menggunakan prinsip menentukan keberhasilan
1.Menyebutkan cara rencana selanjutnya agar
komunikasi terapeutik:
mengendalikan halusinasi pasien dapat tebukakepa
(Beri salam atau
yang tepat. panggil nama,perkenalkan daperawat.
Secara psikomotor diharapkan diri dengan sopan,jelaskan 1. Membantu pasien untuk
pasien dapat: maksud dan tujuan menentukan kegiata
interaksi, jelaskan nselanjutnya
2. Membantu pasien
5
- Mengalihkan halusinasi kontrak yang akan dibuat) Menentukan cara mengontrol
dengan cara distraksi halusinasi.
yaitu bercakap-cakap SP2
dengan orang lain. 1. Evaluasi jadwal 3. Membantu pasien untuk
Secara afektif diharapkan kegiatan harian mengingat dan
pasien dapat: pasien menerapkan tindakan
1. Merasakan manfaat cara- 2. Latih pasien yang sudah diberikan
cara mengatasi mengendalikan
halusinasi. halusinasi dengan
2. Membedakan perasaan cara bercakap-cakap
sebelum dans esudah dengan orang lain
latihan. 3. Anjurkan pasien
(Keliat et al., 2019) memasukkan dalam
jadwal kegiatan
sehari-hari
3. 17/01/22 Gangguan persepsi Secara kognitif diharapkan Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
sensori:halusinasi pasien dapat: percaya dengan merupakan langkah awal
pendengaran - Menyebutkan cara menggunakan prinsip menentukan keberhasilan
mengendalikan komunikasi terapeutik: rencana selanjutnya agar
halusinasi yang tepat. (Beri salam pasien dapat tebuka kepada
Secara psikomotor atau panggil perawat.
diharapkan pasien dapat: nama,perkenalkan diri 1. Membantu pasien untuk
- Mengalihkan dengan sopan,jelaskan menentukan kegiatan
halusinasi dengan cara maksud dan tujuan selanjutnya
distraksi yaitu interaksi, jelaskan 2. Membantu pasien
melakukan aktivitas kontrak yang akan mengontrol halusinasi
terjadwal. dibuat) 3. Agar pasien untuk
Secara afektif diharapkan mengingat dan tindakan
pasien dapat: SP3 yang sudah diberikan
1. Merasakan manfaat cara- 1. Evaluasi jadwal
cara mengatasi kegiatan harian
5
halusinasi. pasien
2. Latih pasien
2. Membedakan perasaan mengendalikan
sebelum dan sesudah halusinasi
latihan. dengan
(Keliat et al., 2019) Melakukan
kegiatan(kegiatan
yang biasadilakukkan
pasien).
3. Anjurkan pasien
memasukkan dalam
Kegiatan sehari-hari
4. 17/01/22 Gangguan persepsi Secara kognitif diharapkan Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
sensori:halusinasi pasien apat: percaya dengan merupakan langkah awal
pendengaran 1. Menyebutkan pengobatan menggunakan prinsip menentukan keberhasilan
yang telah diberikan. komunikasi terapeutik: rencana selanjutnya agar
Secara psikomotor (Beri salam pasien dapat tebuka kepada
diharapkan pasien dapat: atau panggil perawat.
1. Minum obat dengan nama,perkenalkan diri
prinsip 8 benar yaitu 1. Meningkatkan
dengan sopan,jelaskan
benar nama klien, benar pengetahuan tentang
maksud dan tujuan
manfaat obat,benar manfaat dan efek
interaksi, jelaskan
dosis obat, benar samping obat.
kontrak yang akan
2. Mengetahui reaksi
frekuensi obat, benar dibuat)
setelah minum obat.
cara,benar tanggal
3. Melatih kedisiplinan
kadaluarsa,dan benar SP4
minum obat dan
dokumentasi. 1. Tanyakan pengobatan
membantu
Secara afektif diharapkan sebelumnya
penyembuhan
pasiend apat: 2. Jelaskan
4. Membantu pasien agar
1. Merasakan manfaat cara- tentang pengobatan
dapat mudah
5
cara mengatasi 3. Latih pasien minum diterapkan
halusinasi. obat secara teratur
2. Membedakan perasaan 4. Masukkan kejadwal
sebelum dans esudah keseharian pasien
latihan.
(Keliat et al., 2019)
6
3.9 Implemestasi Keperawatan
6
natau sendirian.
(“Apakah mas A mendengarkan - Pasien mengatakan kalau suara
suara-suara yang tidak ada wujudnya? itu muncul merespon dengan
Kalau boleh tahu apa yang dikatakan berfikir positif
suara tersebut mas?Apa mas A terus - Pasien dapat menghardik jika
mendengar suaranya atau sewaktu- halusinasinya muncul
waktusaja?”. -
“Kapan biasanya mas A sering O:
mendengarkan suara-suara itu mas? Kognitif
Kalau suaranya muncul respon mas A - Pasien mampu menyebutkan
bagaimana?”.“Berapa kali sehari penyebab halusinasi
mas mengalami kegiatan tersebut? - Pasien mampu menyebutkan
Paling sering pas mas A lagi karakteristik halusinasi yang
melakukan kegiatan apa?”.) dirasakan seperti jenis, isi,
frekuensi, durasi, waktu,
2.Mengajarkan pasien cara mengontrol situasi yang menyebabkan
halusinasi dengancara menghardik halusinasi dan respon
(“Baiklah mas. Bagaimana kalau hari terhadap halusinasi.
ini kita belajar cara menghardik suara- - Pasien mampu menyebutkan
suara yang mengganggu mas.Jadi akibat yang ditimbulkan dari
apabila suara tersebut datang mas A halusinasi
tutup telinga kemudian berkata seperti - Pasien mampu menyebutkan
ini…Kamu itu tidak ada wujudnya, cara yang digunakan untuk
kamu nggak nyata, mengendalikan halusinasi
Pergi saja sana!Jangan ganggu aku, Psikomotor
pergiii!!!. Cara tersebut terus diulang- - Pasien belum mampu
ulang sampai suara bisikannya hilang melawan halusinasi dengan
ya mas.Nah,sekarang coba mas A menghardik.
peragakan”.“Nah, bagus sekali mas, Afektif
kita coba sekali ya mas bagaimana - Pasien belum mampu
mengucapkan kata-katanya?”.“Bagus membedakan perasaan
6
sekali mas A sudah bias melakukannya sebelum dan sesudah latihan.
dengan baik” A:
- SP 1teratasi sebagian
P:
3.Menganjurkan pasien untuk
mencatat cara menghardik halusinasi - UlangiSP1
kedalam jadwal harian
(Sekarang cara yang sudah mas A bisa
itu Kitamasukkan kedalam jadwal ya
mas,mas harus melatih cara
menghardik halusinasi tiap pukul
09.00 pagi.Dan jika suara tersebut
muncul kembali mas A bias
memperagakan cara yang sudah kita
lakukan tadi”.“Baik mas”)
12.30 WIB
SP 1
1. Mengajarkan pasien cara
S:
mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik - Pasien dapat menghardik jika
2. Mas A apabila suara tersebut halusinasinya muncul
datang mas A tutup telinga
kemudian berkata seperti ini… O :
Kamu itu tidak ada wujudnya,
Kognitif
kamu nggak nyata,
Pergi saja sana!Jangan ganggu aku, - Pasien mampu menyebutkan
cara yang digunakan untuk
pergiii!!!. Cara tersebut terus diulang-
mengendalika halusinasi
ulang sampai suara bisikannya hilang Psikomotor
ya mas.Nah,sekarang coba mas A - Pasien mampu melawan
6
peragakan”.“Nah, bagus sekali mas, halusinasi dengan
kita coba sekali ya mas bagaimana menghardik.
mengucapkan kata-katanya?”.“Bagus Afektif
sekali mas A sudah bias melakukannya - Pasien belum mampu
dengan baik” membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan.
A:
3.Menganjurkan pasien untuk - SP 1 teratasi sebagian
mencatat cara menghardik halusinasi P:
kedalam jadwal harian
- UlangiSP1
20.30 WIB S:
SP 1
1. Mengajarkan pasien cara - Pasien dapat menghardik jika
mengontrol halusinasi dengan cara halusinasinya muncul
menghardik
O:
2. Mas A apabil asuara tersebut
datang mas A tutup telinga kemudian Kognitif
berkata seperti ini…Kamu itu tidak ad - Pasien mampu menyebutka
awujudnya, kamu nggak nyata, cara yang digunakan untuk
Pergi saja sana!Jangan ganggu mengendalikan halusinasi
Psikomotor
aku, pergiii!!!. Cara tersebut terus
- Pasien mampu melawan
diulang-ulang sampai suaranya hilang
halusinas dengan
ya mas.Nah,sekarang coba mas A
menghardik.
peragakan”.“Nah, bagus sekali mas,
Afektif
kita coba sekali ya mas bagaimana
mengucapkan kata-katanya?”.“Bagus - Pasien mampu membedakan
6
sekali mas A sudah bias melakukannya perasaan sebelum dan
dengan baik” sesudah latihan.
A:
3.Menganjurkan pasien untuk - SP 1 teratasi
mencatat cara menghardik halusinasi P:
kedalam jadwal harian
- Lanjut SP2
6
3. Melatih pasien mengendalikan O:
halusinasi dengan cara bercakap-cakap Kognitif
dengan orang lain - Pasien sudah dapat
(“Baik mas,untuk cara kedua menyebutkan cara
mengontrol halusinasi adalah mengendalikan halusinasi
bercakap-cakap dengan orang yang tepat.
lain.Jadi,kalau mas A mulai Psikomotor
mendengar suara-suara,mas A - Pasien sudah dapat
langsung saja cari teman, terserah mas mengalihkan halusinasi
A mau berbicar adengan siapa, dengan cara distraksi
Contohnya begini“Tolong mas saya yaitu bercakap-cakap
mulai dengar suara-suara,ayo dengan orang lain.
mengobrol dengan saya”.Atau mas Afektif
bias langsung datang keteman mas - Pasien belum bisa merasakan
yang lagi sendiri dan langsung manfaat cara-cara mengatasi
mengajakn gobrol,menanyakan tempat halusinasi.
tinggal atau yang lain, sekiranya mas - Pasien belum dapat
A dapat mencegah suara-suara membedakan perasaan
tersebut muncul”) sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
4. Menganjurkan pasien memasuk halusinasi.
kandalam jadwal kegiatan sehari-hari A:
(“Bagus sekali mas, mas A dapat
- SP2 belum teratasi karena
mengajak ngobrol teman sekamarnya pasien belum dapat
apabila mulai mendengarkan suara- membedakan perasaan
suara tersebut jangan lupa dimasukkan sebelum dan sesudah latihan
kedalam jadwal harian ya mas”) cara kedua mengalihkan
halusinasi.
P:
6
- Ulangi SP 2
12.30 WIB
S:
SP 2
- Pasien belum dapa tbercakap-
1. Memvalidasi masalah dan Latihan cakap dengan teman
sebelumnya sekamarnya
2. Melatih pasien mengontrol O :
halusinasinya dengan cara berbincang- Kognitif
bincang dengan orang lain - Pasien Belum dapat
3. Membimbing pasien untuk menyebutkan cara
memasukkan ke dalam jadwal harian mengendalikan halusinasi
yang tepat.
Psikomotor
- Pasien belum dapat
mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien belum merasakan
manfaatcara-cara mengatasi
halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
6
halusinasi.
A:
20.30 WIB
SP 2 S:
1. Memvalidasi maslah dan latihan - Pasien sudah dapat bercakap-
sebelumnya cakap dengan teman
2. Melatih pasien mengontrol sekamarnya
halusinasinya dengan cara berbincang-
bincang dengan orang lain Kognitif
3. Membimbing pasien untuk - Pasien sudah dapat
memasukkan ke dalam jadwal harian menyebutkan cara
mengendalikan halusinasi
yang tepat.
Psikomotor
- Pasien sudah dapat
mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
6
dengan oran glain.
Afektif
- Pasien belum dapat
merasakan manfaatcara-cara
mengatasi halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
6
perasaannya hari ini mas?”) - Pasien sudah dapat
1. Memvalidasi masalah dan latihan menyebutkan cara
sebelumnya mengendalikan halusinasi
2. Melatih pasien mengontrol yang tepat.
halusinasinya dengan cara berbincang- Psikomotor
bincang dengan orang lain - Pasien sudah dapat
3. Membimbing pasien untuk mengalihkan halusinasi
memasukkan ke dalam jadwal harian dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah merasakan
manfaat cara-cara mengatasi
halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
7
P :
- Ulangi SP 2
12.30 WIB
S:
SP 2
- Pasien udah dapat bercakap-
1. Memvalidasi masalah dan Latihan cakap dengan teman
sebelumnya sekamarnya
2. Melatih pasien mengontrol
halusinasinya dengan cara berbincang- Kognitif
bincang dengan orang lain - Pasien sudah dapat
3. Membimbing pasien untuk menyebutkan cara
memasukkan ke dalam jadwal harian mengendalikan halusinasi
yang tepat.
Psikomotor
- Pasien sudah dapat
mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orangl ain.
Afektif
- Pasien belum dapat
merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
7
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
7
Afektif
- Pasien sudah dapat
merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
7
sebelumnya menyebutkan cara
2. Melatih pasien mengontrol mengendalikan halusinasi
halusinasinya dengan cara berbincang- yang tepat.
bincang dengan orang lain Psikomotor
3. Membimbing pasien untuk - Pasien sudah dapat
memasukkan ke dalam jadwal harian. mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaitub ercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah merasakan
manfaat cara-cara mengatasi
halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
7
12.30 WIB S:
SP 2 - Pasien sudah dapat bercakap-
cakap dengan teman
1. Memvalidasi masalah dan Latihan sekamarnya
sebelumnya O:
2. Melatih pasien mengontrol Kognitif
halusinasinya dengan cara berbincang- - Pasien sudah dapat
bincang dengan orang lain menyebutkan cara
3. Membimbing pasien untuk mengendalikan halusinasi
memasukkan ke dalam jadwal harian yang tepat.
Psikomotor
- Pasien sudah dapat
mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah dapat
merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaans
ebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
7
mengatasi halusinasi.
P :
- Ulangi SP 2
20.30 WIB S:
SP 2 - Pasien sudah dapat bercakap-
1. Memvalidasi maslah dan Latihan cakap dengan teman
sebelumnya sekamarnya
2. Melatih pasien mengontrol O :
halusinasinya dengan cara berbincang- Kognitif
bincang dengan orang lain - Pasien sudah dapat
3. Membimbing pasien untuk menyebutkan cara
memasukkan ke dalam jadwal harian mengendalikan halusinasi
yang tepat.
Psikomotor
- Pasien sudah dapat
mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah dapat
merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
- Pasien belum dapat
7
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
7
3. Membimbing pasien untuk mengalihkan halusinasi
memasukkan ke dalam jadwal harian. dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah merasakan
manfaat cara-cara mengatasi
halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
7
12.30 WIB S:
SP 2 - Pasiensudah dapat bercakap-
cakap dengan temanse
1. Memvalidasi masalah dan Latihan kamarnya
sebelumnya O:
2. Melatih pasien mengontrol Kognitif
halusinasinya dengan cara berbincang- - Pasien sudah dapat
bincang dengan orang lain menyebutkan cara
3. Membimbing pasien untuk mengendalikan halusinasi
memasukkan ke dalam jadwal harian. yang tepat.
Psikomotor
- Pasien sudah dapat
mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien dapat merasakan
manfaat cara-cara mengatasi
halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan
perasaansebelum dan
sesudah latihan cara kedua
mengalihkan halusinasi.
A:
7
mengatasi halusinasi.
P :
- Ulangi SP 2
20.30 WIB S:
8
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
8
Masih ingat dengan saya?”.Bagaimana Kognitif
perasaannya hari ini mas?”) - Pasien sudah dapat
1. Memvalidasi masalah dan latihan menyebutkan cara
sebelumnya mengendalikan halusinasi
2. Melatih pasien mengontrol yang tepat.
halusinasinya dengan cara berbincang- Psikomotor
bincang dengan orang lain - Pasien sudah dapat
3. Membimbing pasien untuk mengalihkan halusinasi
memasukkan ke dalam jadwal harian. dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah dapat
merasakan manfaatcara-cara
mengatasi halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan
perasaansebelum dan
sesudah latihan cara kedua
mengalihkan halusinasi.
A:
8
12.30 WIB S:
SP 2 - Pasiensudah dapat bercakap-
cakap dengan teman
1. Memvalidasi masalah dan Latihan sekamarnya
sebelumnya O:
2. Melatih pasien mengontrol Kognitif
halusinasinya dengan cara berbincang- - Pasien sudah dapat
bincang dengan orang lain menyebutkan cara
3. Membimbing pasien untuk mengendalikan halusinasi
memasukkan ke dalam jadwal harian. yang tepat.
Psikomotor
- Pasien sudah dapat
mengalihkan halusinasi
dengan cara distraksi
yaituber cakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah dapat
merasakan manfaat cara-cara
mengatasi halusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
8
A:
20.30 WIB
SP 2
1. Memvalidasi maslah dan Latihan S:
sebelumnya
2. Melatih pasien mengontrol - Pasien sudah dapat bercakap-
halusinasinya dengan cara berbincang- cakap dengan temanse
bincang dengan orang lain kamarnya
3. Membimbing pasien untuk
memasukkan ke dalam jadwal harian Kognitif
- Pasien sudah dapat
menyebutkan cara
mengendalikan
halusinasiyang tepat.
Psikomotor
- Pasien sudah dapat
mengalihkan halusinasi
8
dengan cara distraksi
yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
Afektif
- Pasien sudah dapat
merasakan manfaat cara-
caramengatasihalusinasi.
- Pasien belum dapat
membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan
cara kedua mengalihkan
halusinasi.
A:
8
BAB 4
PEMBAHASAN
terjadi tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan jiwa
Diagnosa Medis Skizofrenia di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
4.1 Pengkajian
penulis telah megadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk
Menurut data yang didapat pasien masuk rumah sakit di Rumah Sakit Jiwa
Skizofrenia, sebelumnya pasien juga pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya dengan diagnosa yang sama pengobatan kurang berhasil dan jarang
kontrol dan jarang mengkonsumsi obat secara teratur. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 17 Januari 2022 didapatkan data dari pasien mengataka mendengar suara-
suara laki-laki dan perempuan yang menyuruhnya untuk berbuat jahat, suara iu
muncul sekitar 3-4 kali dalam dengan durasi kurang lebih 3 menit,pada saat di
86
8
Pada tanda dan gejala dalam tinjauan pustaka masalah yang dituliskan
menurut ( PPNI 2016 )perilaku pasien yang terkait dengan Halusinasi adalah
sebagai berikut :
13. Menyendiri
14. Melamun
17. Curiga
19. Mondar-mandir
bahwa ada beberapa perilaku pasien yang muncul pada tinjauan kasus, hal ini
sesuai dengan teori menurut ( PPNI,2016 ) bahwa tanda dan gejala pasien
1. Berbicara sendiri
Pada saat dikaji pasien tampak sering berbicara sendirian seakan-akan ada
2. Melamun
kemudian melamun.
8
4. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan Pasien sebelum dibawa
masuk Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada tanggal 11 Januari 2022
penulis bahwa pasien sudah diberikan edukasi mengenai cara menghardik dan
terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori didapatkan bahwa
pasien dengan halusinasi tidak selalu sama dengan tinjauan teori. Dalam tinjauan
menyuruhnya untuk berbuat jahat, suara iu muncul sekitar 3-4 kali dalam dengan
durasi kurang lebih 3 menit ,suara itu muncul pada saat pasien sendiri dan pada
saat suara tersebut muncul pasien merasa cemas dan berusaha mengusirnya,
Halusinasi Pendengaran, hal ini sesuai dengan teori menurut (SDKI, 2016) bahwa
Halusinasi adalah perubahan dalam respon yang biasa dalam stimulus dan
halusinasi.
orang tuanya
3. Defisit Perawatan Diri : Pada saat dilakukan pengkajian pasien terlihat tidak
5. Gangguan Integritas Kulit : Pada saat dikaji tampak ada penyakit herpes
utama yang mengacu pada pohon masalah untuk tinjauan kasus tidak karena
Menurut data tinjauan pustaka dari (Keliat & Akemat, 2009) pada SP 1
jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, dan respon halusinasinya, mengajarkan pasien
Menurut data tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada SP 2 pasien yaitu
mengajarkan atau melatih pasien dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Menurut data tinjauan pustaka dan tinjuan kasus pada SP 3 pasien yaitu melatih
sudah terjadwal. Menurut data tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada SP 4
dengan orang lain, memasukan kedalam jadwal harian, dan mengkonsumsi obat
secara teratur.
Menurut data tinjauan pustaka dari (Keliat & Akemat, 2009) pada SP 1
keluarga yaitu melatih keluarga mengenali halusinasi pasien dari definisi, tanda
dan gejala dan jenis halusinasi yang dialami pasien. Menurut data tinjauan pustaka
pulang pasien dan mengenali halusinasi yang memerlukan rujukan segera agar
yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan,
maka rasional tetap mengacu pada sasaran dan kriteria yang telah ditetapkan.
pasien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang
dengan respon pasien, tetapi berencana untuk mengambil tindakan gunakan tujuan
Pada tanggal 17 Januari 2022 pukul 10.00 WIB selama 20 menit dilakukan
strategi pemecahan masalah yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangan
pasien, pasien mampu mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, dan
mengevaluasi hasil baik yang sesuai dan tidak sesuai dalam pemberian tindakan.
karena masih baru pertama kali bertemu dengan penulis. Pada hasil wawancara
respon verbal pasien dapat menyebutkan namanya Tn. A dan menjawab salam
perawat. Pada saat dikaji, penulis menanyakan alasan dari Gangguan Persepsi
suara laki-laki dan perempuan yang menyuruh saya berbuat jahat mas”
mendengar suara hasutan jahat yang didengar pasien, respon pasien terhadap suara
“Pergi saja kamu, kamu itu palsu, pergi, pergi jangan ganggu aku”. Hasil
terhadap halusinasinya.
beberapa kendala karena pasien belum mampu memulai percakapan, kontak mata
karena masih baru pertama kali bertemu dengan penulis, namun pasien mampu
hubungan secara intens kembali. Kemudian untuk praktik latihan cara mengontrol
halusinasi yang diajarkan pasien sudah dapat mengenali halusinasinya dan dapat
9
“biasanya saya usir mas suaranya, tapi kalau saya lagi males saya biarkan saja
dikarenakan pasien masuk di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
pada tanggal 11 Januari 2022 dan penulis memberikan intervensi pada tanggal 17
Januari 2022 pukul 10.00 WIB, penulis mengansumsikan bahwa pasien telah
menghardik halusinasi. Pada tinjauan kasus dan tinjuan pustaka (Keliat et al.,
hubungan saling percaya karena baru pertama bertemu dengan penulis dan pasien
Pada saat penulis akan melaksanakan SP 2, penulis melihat pasien lebih sering
menyendiri. Menurut asumsi penulis pada SP 2 pasien belum mampu berlatih cara
bercakap-cakap dengan orang lain dengan benar, pasien juga menyadari apabila
ini dibuktikan dengan jawaban pasien yang megatakan “ saya lebih senang
menyendiri mas atau tidur “ dan pasien belum memasukan kegiatan ke dalam
9
jadwal keseharian dibuktikan dengan “saya belum tahu apa yang harus dilakukan,
saya hanya bias berfikir positif saja”. Pada tindakan SP 2 pasien mampu
pertanyaan dan pasien mampu berlatih cara bercakap-cakap dengan orang lain,
dikarenakan pasien masuk di Ruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
pada tanggal 11 Januari 2022 dan penulis memberikan intervensi pada tanggal 18
Januari 2022 pukul 10.00 WIB, penulis mengansumsikan bahwa pasien telah
Pada tanggal 19 Januari 2022 pukul 09.30 WIB selama 20 menit dilakukan
orang lain, menganjurkan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian. Pada saat
asumsi penulis pada SP 2 hari ke dua pasien sudah mampu mengalika halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain akan tetapi belum bisa membedakan
perasaan sebelum dan sesudah latihan cara mengalihkan halusinasi. Pada tindakan
kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan pasien mampu berlatih cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan kendala dan tinjuan
Pada tanggal 20 Januari 2022 pukul 10.30 WIB selama 20 menit dilakukan
orang lain, menganjurkan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian. Pada saat
tempat tidurnya, setelah dilaukan tindakan SP 2 yang terdiri dari melatih pasien
lain dan sudah mampu memasukan kedalam kegiatan sehari dibuktikan dengan “
saya mengajak teman sekamar jika suara-auara itu muncul mas” saat ditanya
oleh penulis, akan tetapi pasien sudah bisa merasakan manfaat mengalihkan
penulis pada SP 2 hari ke tiga pasien sudah mampu mengalika halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain akan tetapi belum bisa membedakan perasaan
sebelum dan sesudah latihan cara mengalihkan halusinasi. Pada tindakan SP 2 hari
ke 3 pasien mampu melakukan kontak mata dengan baik, pasien kooperatif dalam
orang lain. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan kendala dan tinjuan pustaka
dengan orang lain dan pasien sudah memasukkan kegiatan ke dalam jadwal
Pada tanggal 21 Januari 2022 pukul 09.30 WIB selama 15 menit dilakukan
orang lain, menganjurkan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian. Pada saat
mengajak teman sekamar jika suara-suara itu muncul mas” saat ditanya oleh
dengan orang lain akan tetapi belum bisa membedakan perasaan sebelum dan
mampu melakukan kontak mata dengan baik, pasien kooperatif dalam menjawab
pertanyaan dan pasien mampu berlatih cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Pada tinjauan kasus tidak ditemukan kendala dan tinjuan pustaka (Keliat et al.,
orang lain dan pasien sudah memasukkan kegiatan ke dalam jadwal keseharian
Pada tanggal 22 Januari 2022 pukul 10.00 WIB selama 20 menit dilakukan
orang lain, menganjurkan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian. Pada saat
teman sekamarny, setelah dilaukan tindakan SP 2 yang terdiri dari melatih pasien
lain dan sudah mampu memasukan kedalam kegiatan sehari dibuktikan dengan “
saya mengajak teman sekamar jika suara-suara itu muncul mas” saat ditanya oleh
dengan orang lain akan tetapi belum bisa membedakan perasaan sebelum dan
mampu melakukan kontak mata dengan baik, pasien kooperatif dalam menjawab
pertanyaan dan pasien mampu berlatih cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Pada tinjauan kasus tidak ditemukan kendala dan tinjuan pustaka (Keliat et al.,
orang lain dan pasien sudah memasukkan kegiatan ke dalam jadwal keseharian
hambatan yang dihadapi penulis yaitu, SP keluarga tidak dapat dilakukan karena
Pada tinjauan teori evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek
tinjauan kasus, evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien dan
WIB selama 20 menit didapatkan pasien belum mampu membina hubungan saling
percaya karena pasien belum mampu memulai percakapan, kontak mata cukup
masih baru pertama kali bertemu dengan penulis, namun pasien mampu kooperatif
dalam menjawab pertanyaan, karena penulis dan pasien baru bertemu ada sedikit
kecanggungan oleh pasien kepada perawat. Kemudian poin kedua pasien dapat
mengerti jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
Pasien mengerti dan bisa mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari dalam
latihan yang diberikan. Pasien cukup kooperatif dan mampu berlatih apa yang
yang telah diberikan kepada pasien, pasien dapat membina hubungan saling
percaya terbukti dengan pasien sudah mampu melakukan kontak mata dengan
dengan orang lain, pasien dapat memasukkan ke dalam jadwal harian mengenai
tindakan kedua yang telah diberikan. Pasien cukup kooperatif dan mampu berlatih
apa yang diajarkan oleh perawat, sikap pasien sudah mulai lebih terbuka daripada
Pada evaluasi hari berikutnya, yaitu tanggal 19 Januari 2022 pukul 09.30
kegiatan harian pasien, pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercaka-
10
cakap dengan orang lain, pasien dapat memasukkan ke dalam jadwal harian.
Pasien kooperatif dan mampu berlatih apa yang diajarkan oleh perawat, pasien
Pada evaluasi hari berikutnya, yaitu tanggal 20 Januari 2022 pukul 10.30
kegiatan harian pasien, pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercaka-
cakap dengan orang lain, pasien dapat memasukkan ke dalam jadwal harian, tetapi
pasien belum mampu mebedakan perasaan sebelum dan setelah melaukan latih.
Pasien kooperatif dan mampu berlatih apa yang diajarkan oleh perawat, pasien
Pada evaluasi hari berikutnya, yaitu tanggal 21 Januari 2022 pukul 09.30
kegiatan harian pasien, pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercaka-
cakap dengan orang lain, pasien dapat memasukkan ke dalam jadwal harian, tetapi
pasien belum mampu mebedakan perasaan sebelum dan setelah melaukan latih.
Pasien kooperatif dan mampu berlatih apa yang diajarkan oleh perawat, pasien
Pada evaluasi hari berikutnya, yaitu tanggal 22 Januari 2022 pukul 10.00
kegiatan harian pasien, pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercaka-
cakap dengan orang lain, pasien dapat memasukkan ke dalam jadwal harian, tetapi
pasien belum mampu mebedakan perasaan sebelum dan setelah melaukan latih.
10
Pasien kooperatif dan mampu berlatih apa yang diajarkan oleh perawat, pasien
belum sempat mengunjungi pasien selama di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Hasil evaluasi pada pasien Tn. A sudah diterapkan dan perawat telah
Sensori: Halusinasi Pendengaran selama tiga hari dan masalah teratasi. Secara
kegiatan harian. Pada akhir evaluasi semua tujuan secara kognitif, afektif dan
psikomotor dapat dicapai karena adanya kerja sama yang baik antara pasien dan
perawat. Hasil evaluasi pada Tn. A sudah selesai dengan harapan masalah teratasi.
BAB 5
PENUTUP
keperawatan jiwa secara langsung pada pasien dengan kasus Gangguan Persepsi
Provinsi Jawa Timur, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus
saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pasa
5.1 Kesimpulan
Dari hasil data diatas secara umum dapat disimpulkan penulis dapat
Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. Penulis telah
Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. Pengkajian pada Tn. A
berbuat jahat. Didapatkan data pasien mengalami halusinasi pada sore dan
malam hari, frekuensi 3-4 kali dengan durasi 3 menit dan respon pasien
103
10
pada halusinasi pendengaran perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh
yaitu cara pertama dengan cara menghardik, dan membina hubungan saling
pasien dari definisi, tanda dan gejala dan jenis halusinasi yang dialami pasien.
10
selama enam hari dan pemberian sampai SP 1-4 tersebut pasien mampu
subjektif yang dikatakan klien, data objektif yang bisa di observasi setiap
harinya, lalu assessment dan yang terakhir adalah planning atau tindak lanjut
5.2 Saran
2. Bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan pelayanan yang ada dirumah sakit
10
Notosoedirdjo, M., & Latipun. (2014). Kesehatan Mental Konsep dan
Penerapannya (Edisi Keem). Universitas Muhammadiyah Malang.
Palupi, D. N., Ririanty, M., & Nafikadini, I. (2019). Karakteristik Keluarga ODGJ
dan Kepesertaan JKN Hubungannya dengan Tindakan Pencarian Pengobatan
bagi ODGJ. Jurnal Kesehatan, 7(2), 82–92. https://doi.org/10.25047/j-
kes.v7i2.81
Pima Astari, U. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Pada Penderita
Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Pendengaran.
https://doi.org/10.1016/J.APNU.2015
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikaorn
Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.
Prasanti, D. (2017). Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang. Obat...
MediaTor, 10(1), 53–64.
Putri, V. S. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Halusinasi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia Di Ruang Rawat Inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 6(2), 174.
https://doi.org/10.30644/rik.v6i2.95
Singh, S., Khanna, D., & Kalra, S. (2020). Role of Neurochemicals in
Schizophrenia. Current Psychopharmacology, 9(2), 144–161.
https://doi.org/10.2174/2211556009666200401150756
Supinganto, Agus, dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Dasar. Yayasan Kita Menulis.
Wuryaningsih, Emi W, Dwi Heni, Iktiarini Erti, Deviantony, & Hadi Enggal.
(2020). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. May, 194.
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Keperawatan_Kesehatan
_Jiwa_1/PFnYDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Yosep, H. I., & Sutini, T. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (M. D. Wildani
(ed.); Cetakan Ke). PT. efika Aditama.
Yulianty, M. D., Cahaya, N., & Srikartika, V. M. (2017). Antipsychotics use and
side effects in patients with schizophrenia at Sambang Lihum Hospital
South Kalimantan, Indonesia. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 153–164.
http://jsfkonline.org/index.php/jsfk/article/view/108
Zahnia, S., & Wulan Sumekar, D. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia.
Majority, 5(5), 160–166.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/904/812
10
10
Lampiran 1
(SP 1 HALUSINASI)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien:
Kondisi Tn. A pada saat itu sedang menyendiri di kamar dan tampak kontak
matakurang
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keperawatan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya terhadap perawat
b. Pasien dapat mengenali jenis halusinasi pasien
c. Pasien dapat mengenali isi halusinasi pasien
d. Pasien dapat mengenali waktu halusinasi pasien
e. Pasien dapat mengenali frekuensi halusinasi pasien
f. Pasien dapat mengenali situasi yang menimbulkan halusinasi
g. Pasien dapat mengenali respon pasien terhadap halusinasi
h. Pasien dapat mengenali menghardik halusinasi
i. Pasien dapat mengenali memasukkan cara menghardik halusinasi dan
jadwalkegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya kepada perawat
b. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
c. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
d. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
e. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
f. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
g. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
h. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
i. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dan
jadwalkegiatan harian.
11
b. FASE KERJA
“Apakah mas A mendengarkan suara-suara yang tidak ada wujudnya? Kalau
boleh tahu apa yang dikatakan suara tersebut mas? Apa mas A terus
mendengar suaranya atau sewaktu-waktu saja?”. “Iya mas, suaranya
seringkali menyuruh saya untuk berbuat jahat, biasanya cuma 3 menitan
suaranya datang”. “Kapan biasanya mas A sering mendengarkan suara-suara
itu mas? Kalau suaranya munculrespon mas A bagaimana?”. “Biasanya saya
dengar diwaktu sore menjelang maghrib, tapi paling sering pada malam hari
mas, biasanya ya saya biarkan tapi lama-lama ganggu juga mas”. “Selama
suaranya dibiarkan gitu apa suaranya menghilang mas”. “Nggak langsung si
mas, nunggu agak lama baru hilang-hilang sendiri”. “Berapa kali sehari mas
mengalami kegiatan tersebut? Paling sering pas mas A lagi melakukan
kegiatan apa?”. “Sehari bisa 2-3x mas, biasanya kalau saya melamun terus
sendirian mas”. “Baiklah mas, sekarang kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara tersebut ya?”. “Iya mas tidak apa-apa”. “Baik, mas A ada
empat cara untuk mencegah suara-suara tersebut muncul. Cara pertama
yaitu dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-
11
cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan harian yang sudah
terjadwal. Keempat, dengan cara meminumobat secara teratur. Bagaimana
kalau hari ini kita belajar satu cara dahulu ya mas yaitu cara menghardik
suara. Jadi apabila suara tersebut datang mas A tutup telinga kemudian
berkata seperti ini…. Kamu itu tidak ada wujudnya, kamu nggak nyata, pergi
saja sana! Jangan ganggu aku, pergiii!!!. Cara tersebut terus diulang-ulang
sampai suaranya bisikannya hilang ya mas. Nah, sekarang coba mas A
peragakan”. “Saya tutup telinga lalu bilang kamu itu tidak ada wujudnya,
kamu tidak nyata, pergi saja, jangan ganggu aku, pergi”. “Nah, bagus sekali
mas, kita coba sekali ya mas bagaimana mengucapkan kata-katanya?”.
“Kamu itu tidak ada wujudnya, kamu nggak nyata, pergi saja sana! Jangan
ganggu aku, pergi!”. “Bagus sekali mas A sudah bisa melakukannya dengan
baik. Sekarang cara yang sudah mas A bisa itu kitamasukkan ke dalam
jadwal ya mas, mas harus melatih cara menghardik halusinasi tiap pukul
09.00 pagi. Dan jika suara tersebut muncul kembali mas A bisa
memperagakan cara yang sudah kita lakukan tadi”. “Baik mas”.
c. FASE TERMINASI
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan Evaluasi Subyektif
(Pasien)
“Bagaimana perasaan mas A setelah kita latihan tadi?”. “Alhamdulillah
mas,saya dapat mengetahui cara untuk mengusir suara itu supaya
menghilang”.
Evaluasi Obyektif (Perawat)
“Bisa mas A ulangi lagi cara apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah
suara- suara tersebut datang?”. “Bisa mas, yang pertama dengan cara
mengusir yang bilang kamu itu palsu, kamu tidak ada wujudnya, pergi saja
sana jangan ganggu aku, pergi! Terus yang kedua bercakap-cakap dengan
orang lain, yang ketiga dengan membuat jadwal kegiatan harian, terus yang
keempat itu apa ya mbak? Oh yang minum obat teratur kan ya mas?”.
“Bagus sekali mas A dapat menyebutkannya dengan lengkap, dan dapat
memperagakan cara mengontrol suara dengan mengatakan pergi, bagus
sekali”
Lampiran 2
(SP 2 HALUSINASI)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sedang menyendiri di ruangannya
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keperawatan
a. Perawat dapat engevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Pasien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
c. Pasien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
b. FASE KERJA
“Baik mas, untuk cara kedua mengontrol halusinasi adalah bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi, kalau mas A mulai mendengar suara-suara, mas A
langsung saja cari teman, terserah masA mau berbicara dengan siapa saja
untuk diajak mengobrol. Minta teman untuk mengobrol dengan mas A.
Contohnya begini “Tolong mas saya mulai dengar suara-suara, ayo
mengobrol dengan saya”. Atau mas bisa langsung datang ke teman mas yang
lagi sendiri dan langsung mengajak ngobrol, menanyakan tempat tinggal atau
yang lain,sekiranya mas A dapat mencegah bisikan-bisikan tersebut muncul”.
“Baik mas, biasanya saya mengajak ngobrol mas H”, tetapi saya belum bisa
merasakan perbedaan sebelum dan sesudah karena suara-suara itu masih
muncul. “Iya mas tidak apa-apa, mas A dapat mengajak ngobrol mas H
apabila mulai mendengarkan suara-suara tersebut muncul jangan lupa
dimasukkan ke dalam jadwal harian ya mas” “Baik mas”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan
keperawatan Evaluasi Subyektif (Pasien)
“Bagaimana perasaan mas A setelah kita belajar cara tersebut?”. “Saya jadi
tahu cara untuk mencegah suara itu datang mas”
Evaluasi Obyektif (Perawat)
“Jadi sudah berapa cara yang mas A ketahui untuk mengurangi suara-
suara?”. “Jadi ada 2 ya mas, yang pertama yang kamu tidak nyata, pergi-
pergi terus yang kedua mengobrol dengan orang lain”. “Bagus sekali mas A.
Apabila suaranya datang lagi mas A dapat melakukan dengan kedua cara
tersebut”
2. Rencana Tindak Lanjut
11
“Bagaimana kalau kita masukan ke dalam jadwal harian kegiatan tiap pukul
09.00pagi. Cara ini lakukan secara teratur jika mas A mendengar suara-suara
itu”. “Baik mas Ikhwan saya akan coba cara yang kedua tadi”.
3. Kontrak yang akan datang
a) Topik
“Bagaimana kalau kita besok melatih dengan cara yang sama lagi mas
?”. “Iya mas boleh”. “Baiklah besok kita bertemu kembali ya mas”
b) Waktu
“Besok kita bertemu jam 10.00 ya mas”. “Baik mas”
c) Tempat
“Besok tempatnya mas A ingin dimana?”. “Tetap disini saja mas”. “Baik
mas kalau begitu mari saya antar kembali ke ruangan, besok kita
bertemu kembali”. “Baik mas”
11
Lampiran 3
(SP 2 HALUSINASI)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Pasien terlihat sedang tidur tengah.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keperawatan
a. Perawat dapat engevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Pasien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
c. Pasien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
d. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
e. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-
hari g.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi mas A. bagaimana perasaannya hari ini?”.
“Alhamdulillah mas Ikhwan sudah lebih baik dari sebelumnya”
2. Evaluasi / validasi
“Apakah suara-suaranya masih muncul mas? Apakah sudah dipakai dua cara
yang sudah kita latih kemarin?”. “Sudah mas”. “Bagaimana hasilnya mas?
“Suaranya sekarang mulai berkurang”. “Alhamdulillah, bagus mas”
3. Kontrak
a.) Topik
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara yang kemarin
11
b. FASE KERJA
“Apa saja yang biasanya mas A lakukan kemarin saat suara-suara itu
muncul?”. “seperti yangmas latihkan kemarin pertama mengsir suara-suara
itu dengan bilang kamu pergi, kamu tidak nyata kamu palsu yang kedua
kalau suara itu muncul saya gajak ngobrol teman sekamar mas”. “Bagus
sekali mas A laukan caraitu buat mengusir suara-suara kalau muncul.
Kegiatan ini dapat mas A lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul,
mas A harus membuat jadwal harian tiap pukul 08.00 dan 10.00”. “Baik
mas”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan
keperawatan Evaluasi Subyektif (Pasien)
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap hari ini mas A?”.
“Alhamdulillah mas seneng, saya jadi tahu cara untuk mengontrol suara-
suara tersebut”. Mas A bias membedakan belum perasaan sebelum dan
sesudah latihan tadi?. “ Belum mas, saya belum bias merasakan bedanya
apa”
Evaluasi Obyektif (Perawat)
“Baik mas A tidak apa-apa besok kita latihkan lagi, berarti sudah ada berapa
cara yang sudah kita latih dan coba disebutkan ya mas”. “Sudah ada 2 cara
mas, yang pertama yang kamu itu palsu, tidak nyata, pergi saja sana jangan
ganggu aku, pergi. Kemudian yang kedua itu mengobrol dengan orang lain”.
“Bagus sekali mas A, mantap sekali”
b) Waktu
“Untuk waktunya kita 15 menit saja ya mas”. “Boleh mas”
c) Tempat
“Untuk tempatnya di ruang tengah saja ya mas?”. “Iya mas di ruang
tengah seperti sekarang saja”. “Baik mas”
11
Lampiran 4
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Pasien terlihat sedang duduk sendiri di tempat tidurnya
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keperawatan
a. Perawat dapat engevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Pasien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
c. Pasien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
d. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
e. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
3. Kontrak
a.) Topik
“Baik mas, hari ini kita berbincang-bincang cara yang seperti kemarin
dengan harapan mas bsa mebedakan perasaan sebleum dan sesudah
latihan ya mas A ”. “Baik mas”
b.) Waktu
“Untuk waktunya cukup 15 menit ya mas”. “Baik
mas” c.) Tempat
“Sesuai perjanjian kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruang
tengah ya mas”. “Iya mas boleh”
b. FASE KERJA
“Mas A kemarin kalau suara-suara itu muncul apa yang mas A laukan?”.
“seperti yang mas latihkan kemarin pertama mengsir suara-suara itu dengan
bilang kamu pergi, kamu tidak nyata kamu palsu yang kedua kalau suara itu
muncul saya ajak ngobrol teman sekamar mas”. “Bagus sekali mas A laukan
cara itu buat mengusir suara-suara kalau muncul. Kegiatan ini dapat mas A
lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul, mas A harus membuat
jadwal harian tiap pukul 08.00 dan 10.00”. “Baik mas”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan
keperawatan Evaluasi Subyektif (Pasien)
“Evaluasi Subyektif (Pasien)
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap hari ini mas A?”.
“Alhamdulillah mas seneng, saya jadi tahu cara untuk mengontrol suara-
suara tersebut”. Mas A bias membedakan belum perasaan sebelum dan
sesudah latihan tadi?. “ Belum mas, perasaan saya sama saja”
Evaluasi Obyektif (Perawat)
“Baik mas A tidak apa-apa besok kita latihkan lagi, berarti sudah ada berapa
cara yang sudah kita latih dan coba disebutkan ya mas”. “Sudah ada 2 cara
mas, yang pertama yang kamu itu palsu, tidak nyata, pergi saja sana jangan
ganggu aku, pergi. Kemudian yang kedua itu mengobrol dengan orang lain”.
“Bagus sekali mas A, mantap sekali”
“Bagaimana kalau besok kita melakukan cara yang sama lagi mas.
Apakah mas A berkenan?”. “Baiklah besok kita bertemu kembali ya
mas”
b) Waktu
“Untuk waktunya kita 15-20 menit saja ya mas”. “Boleh mas”
c) Tempat
“Untuk tempatnya di ruang tengah saja ya mas?”. “Iya mas di ruang
tengah seperti sekarang saja”. “Baik mas”
12
Lampiran 5
C. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Pasien terlihat sedang mondar madir.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keperawatan
a. Perawat dapat engevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Pasien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
c. Pasien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
d. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
e. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
Lampiran 6
E. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Pasien terlihat terlihat sedang mengobrol dengan teman sekamarny.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keperawatan
a. Perawat dapat engevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Pasien dapat mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
c. Pasien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
d. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
e. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari