Makalah Kriminologi
Makalah Kriminologi
Makalah Kriminologi
Fakultas Hukum
Universitas Antakusuma
Tahun 2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah berjudul Pengaruh Teori Biologi Kriminal
terhadap Kebijakan Publik ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi hubungan antara
bagaimana teori kriminologi mempengaruhi kebijakan yang diambil negara untuk
mengurangi tingkat kriminalitas.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas makalah pada mata kuliah Kriminologi. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Agus Suparji S.H., M.H. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
Pendahuluan ........................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 5
BAB II................................................................................................................................. 6
Pembahasan......................................................................................................................... 6
A. Sejarah Teori Biologi Kriminal............................................................................... 6
B. Korelasi Biologi dan Kesehatan dengan Kejahatan ................................................ 8
C. Kebijakan Pencegahan Kejahatan di Awal Perkembangan Anak........................... 9
BAB III................................................................................................................................ 11
Penutup........................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
B. Saran........................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukuman tidak selalu memberikan andil terhadap penjahat untuk menjadi jera dari
perbuatan jahatnya. Karenanya perlu dicari motivasi yang menyebabkan terjadinya peristiwa
kejahatan dan diupayakan agar si penjahat tidak lagi mengulangi perbuatan jahatnya. Salah
satu asas yang penting dalam berbagai teori adalah usaha-usaha untuk mencegah kejahatan
harus lebih diutamakan daripada usaha-usaha memperbaiki para penjahat.1 Berdasarkan
penyelidikan para kriminolog, ada empat teori yang memberikan jawaban tentang persitiwa
timbulnya kejahatan dan cara penanggulangannya. Teori-teori tersebut adalah: (1) Teori
antropologi atau teori biologi yang memandang bahwa berkembangnya peristiwa kejahatan
disebabkan oleh faktor-faktor individu dan pembawaan sifat atau bakat, (2) Teori lingkungan
memandang bahwa berkembangnya peristiwa kejahatan disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan ekonomi maupun sosial budaya, (3) teori sosiologi memandang bahwa
berkembangnya peristiwa kejahatan disebabkan oleh faktor individu dan faktor lingkungan,
(4) teori spiritual memandang bahwa kejahatan disebabkan oleh pengaruh tidak menaati
ajaran agama yang dianutnya.
Menurut para kriminolog, pelaku kejahatan dapat diklasifikasikan sesuai tipe pelaku
kejahatan itu sendiri. Lambroso memandang bahwa motivasi kejahatan dilihat dari sudut
antropologi berkesimpulan bahwa ciri seorang penjahat dapat dilihat dari keadaan fisiknya.
Kemudian Lambroso setelah mengadakan penelitian terhadap pelaku kejahatan di berbagai
penjara, ia berkesimpulan bahwa pelaku kejahatan memiliki ciri-ciri tertentu pada organ
fisiknya baik bentuk fisiknya maupun susunan uratnya. Bahkan otak seorang penjahat
memiliki kelainan bentuk otak orang biasa (bukam pelaku kejahatan), dan penjahat itu adalah
pembawaan manusia sejak lahir dan bisa dikatan bahwa penjahat itu memiliki kodrat
badaniah.
Ada hal yang telah lama menjadi kekhawatiran kriminolog sosial tentang teori biologi
kriminal atau antropologi kriminal terkait tentang bagaimana implikasi kebijakannya. Hal ini
dapat dipahami karena dilihat dari sejarahnya ada kesalahpahaman tentang bagaimana aspek
biologi dipahami sehingga menyebabkan tingginya tindakan rasisme, dan menyebabkan
kebijakan yang tidak etis, dan tidak patut secara moral. Pada abad ke 19 dan 20, pencegahan
kejahatan dengan perspektif biologis adalah dengan jalan eugenika atau memperbaiki ras
1
Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, 1982
4
manusia dengan membuang orang berpenyakit atau cacat serta dengan memperbanyak
individu sehat. Eugenika telah menjadi cara NAZI Jerman untuk mengurangi tingkat
kriminalitas.2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan teori biologi kriminal?
2. Bagaimana implikasi teori biologi kriminal terhadap kebijakan publik?
C. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan teori biologi kriminal dan relevansinya hingga saat ini.
2. Mengetahui bahwa perkembangan teori biologi kriminal masih digunakan sebagai dasar
pembuatan kebijakan publik dan implikasinya terhadap pengurangan tingkat kriminalitas.
2
N. H. Rafter, Creatin Born Criminals, Champaign: University of Illinois, 1998.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH TEORI BIOLOGI KRIMINAL
Dalam khasanah kriminologi, terdapat seorang dokter kelahiran itali yang mendapat
julukan bapak kriminologi modern bernama Cesare Lombrosso (1835 – 1909)., jasanya
bukan karena teori Born Criminalnya yang terkenal tetapi karena lombrosso merupakan
orang pertama yang meletakkan metode ilmiah (rational-scientist thinking and experimental)
dalam mencari penjelasan tentang sebab kejahatan serta melihatnya dari banyak faktor. Teori
“Born Criminal” Lombrosso lahir dari ide yang diilhami oleh teori Darwin tentang Evolusi
Manusia, disini lombrosso membantah tentang sifat free will yang dimiliki manusia, doktrin
atavisme menurutnya membuktikan adanya sifat hewani yang diturunkan oleh nenek moyang
manusia gen ini dapat muncul sewaktu-waktu dari turunannya yang memunculkan sifat jahat
pada manusia modern. Dalam perkembangan teorinya ini Lombrosso mendapat kenyataan
bahwa manusia jahat dapat ditandai dari sifat-sifat fisiknya, lombrosso menggunakan
posisinya sebagai dokter militer, untuk meneliti 3000 tentara melalui rekam medis (medical
record)-nya, antara lain: telinga yang tidak sesuai ukurannya, dahi yang menonjol, tangan
yang panjang, rahang yang menonjol, ataupun hidung yang bengkok, penelitian ini
melahirkan berbagai tulisannya pada masa itu. Berdasarkan penelitiannya ini, lombrosso
mengklasifikasikan penjahat kedalam empat golongan yaitu: Born Criminal yaitu orang
berdasarkan pada doktrin atavisme tersebut diatas;
1. Insane Criminal yaitu orang yang tergolong ke dalam kelompok idiot; embisil atau
paranoid;
2. Occasional Criminal atau Criminaloid yaitu pelaku kejahatan berdasarkan
pengalaman yang terus menerus sehingga mempengaruhi pribadinya;
3. Criminal of Passion yaitu pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya karena
marah, cinta atau karena kehormatan.
Dapat disimpulkan bahwa kriminologi antropologis yaitu mencari sebab-sebab kejahatan
dari ciri-ciri biologis, ataupun dengan kata lain, suatu kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang dipengaruhi oleh bentuk fisik seseorang. Usaha mencari sebab-sebab kejahatan
dari ciri-ciri biologis, dengan mendasarkan pada pendapat Aristoteles yang menyatakan
bahwa otak merupakan Organ dari akal, yang mencari hubungan antara bentuk tengkorak
kepala dengan tingkah laku, hasil penelitian tersebut menghasilkan dalil-dalil dasar, yaitu:
6
1. Bentuk luar tengkorak kepala sesuai dengan apa yang ada di dalamnya dan bentuk
dari otak.
2. Akal terdiri dari kemampuan atau kecakapan
3. Kemampuan atau kecakapan ini berhubungan dengan bentuk otak dan tengkorak
kepala.
Oleh karena itu otak merupakan organ dari akal, sehingga benjolan-benjoiannya
merupakan petunjuk dari kemampuan/kecakapan tertentu dari organ. Studi ini telah membuka
jalan bagi mereka yang mencari hubungan antara kejahatan dengan ciri-ciri biologis yang
terdapat benjolan-benjolan pada kepala, sehingga bentuk kepalanya tidak simetris,
menunjukkan orang tersebut adalah jahat yang dapat melakukan kejahatan.
Untuk itu bagi orang-orang yang melihat bentuk ciri-ciri biologis tersebut, harus segera
menghindari dan penuh kewaspadaan serta menjauhinya untuk mencegah jangan sampai
menjadi korban kejahatan. dalam bukunya L’uomo Delinguente (1876), sehingga ia disebut
sebagai Bapak Kriminologi modern dan pelopor mashab positif. Ajaran-ajaran yang
kemukakan oleh C. Lombroso, yaitu:
1. Penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat.
2. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran yaitu diwariskan dari nenek moyang
(born criminal).
3. Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri biologis tertentu, seperti muka yang tidak
simetris
4. bibir tebal, hidung pesek dan lain-lain.
5. Bakat jahat tersebut tidak dapat diubah, artinya bakat jahat tersebut tidak dapat
dipengaruhi.
Dalam menyusun teorinya, Lombroso mulai dengan memberikan contoh-contoh gejala
kejahatan pada dunia tumbuh-tumbunhan dan hewan, kemudian masyarakat primitif yang
digambarkannya, semuanya jahat karena adanya kebiasaan saling membunuh. Menurut
Lombroso, manusia pertama adalah penjahat semenjak lahirnya, ia mengatakan: laki-laki
adalah pembunuh, pencuri dan pemerkosa, sedangkan wanita adalah pelacur. Karena peranan
sejarah yang sifatnya selektif, maka kemudian mereka kehilangan sifat biadabnya dan
memperoleh sifat adabnya, sehingga masyarakat modern adalah masyarakat yang tidak jahat
tetapi aia penjahat. Enrico Ferri seorang ahli hukum dan Guru Besar dalam Hukum Pidana,
berjasa dalam menyebarkan ajaran Lombroso. la berasaha menyelamatkan ajaran Lombroso
tersebut dengan mengakui adanya interaktif diantara faktor-faktor fisik (seperti ras, geografis
serta temperatur sebagai lingkungan alam) dan faktor-faktor sosial (seperti umur, jenis
7
kelamin, variabel-variabel psikologis). Ferri mengajukan rumus tentang timbulnya kejahatan,
yaitu tiap-tiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, fisik dan sosial.
Ernest Krectmer mengadakan penelitian terhadap 260 orang gila di Swabia, sebuah kota
di Barat daya Jerman. Tujuannya untuk mencari hubungan antara tipe-tipe fisik yang
beraneka ragam dengan karakter dan mental yang abnormal. la mendapatkan fakta, orang gila
tersebut memiliki tipe-tipe tubuh yang berkaitan dengan tipe tertentu dari kecenderungan
fisik. Dengan membedakan berdasar manusia dalam 4 (empat) tipe:
1. Tipe Leptosome, yang mempunyai bentuk jasmani tinggi, kurus dengan sifatnya pendiam
dan dingin, bersifat tertutup dan selalu menjaga jarak.
2. Tipe piknis yang mempunyai bentuk tubuh pendek, kegemukan dengan sifatnya yang
ramah dan riang.
3. Tipe atletis mempunyai bentuk tubuh dengan tulang dan otot yang kuat, dada lebar,
dagunya kuat dan rahang menonjol. Sifatnya eksplosif dan agresif.
4. Tipe campuran dari tipe 1,2 dan 3 tidak terklasifikasi.
Menurut Kretchmer, tipe leptosome, kebanyakan melakukan kejahatan pemalsuan,
tipe piknis, kebanyakan melakukan kejahatan penipuan dan pencurian, sedang
tipe atletis melakukan kejahatan kekerasan terhadap orang dan seks.
3
A. Raine, Biology of Crime: Past, Present, and Future Perspective. NY: Oxford University Pers
8
otak berkorelasi dengan potensi untuk menjadi pelaku kekerasan. Perkembangan kognitif
yang sehat adalah faktor esensial untuk mencegah pemantik kriminalitas misalnya sifat lekas
marah, impulsif. Beberapa faktor terkait adalah perkembangan kognitif adalah aktivitas fisik
dan nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan kognitif tidak berhenti di masa
anak-anak tapi juga sampai masa remaja, Sering ditemukan fakta bahwa penggunaan obat-
obatan terlarang memainkan peran besar dalam kriminalitas. Ketergantungan pada obat-
obatan terlarang adalah kelainan yang disebabkan oleh aspek neurobiologi otak.
4
Michael Rique, Policy Implication of Biosocial Criminology: Crime Prevention and Offender
Rehabilitation, DOI 207420100485
9
bukti ada hubungan antara aspek biologis atau perkembangan kognitif terhadap pencegahan
kriminalitas.
Kebijakan berikutnya adalah intervensi pemerintah terhadap anak di sekolah. Program
ini mencegah munculnya sikap antisosial di antara remaja di sekolah dengan risiko tinggi
misalnya di wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi. Kebijakan paling terkenal adalah
Perry Preschool Project di taun 1962 yang merekrut 123 remaja Amerika keturunan Afrika di
Michigan. Program ini memberikan fasilitas home visit kepada para remja tersebut dengan
outcome adalah meningkatkan kapasitas akademis, program itu terbukti menurunkan potensi
tindakan kriminal di daerah tersebut. Salah satu program pemerintah Inggris adalah
“Healthy Children, Safer Communities” atau “Semakin sehat anak, semakin aman
lingkungan. Program ini juga memfokuskan diri peningkatan kualitas anak untuk
mengurangi tingkat kriminalitas di kemudian hari.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Teori biologi kriminal diperkenalkan oleh Lambrosso yang mendapatkan pengaruh dari
Darwin. Enrico Ferri seorang ahli hukum dan Guru Besar dalam Hukum Pidana, berjasa
dalam menyebarkan ajaran Lombroso. la berasaha menyelamatkan ajaran Lombroso
tersebut dengan mengakui adanya interaktif diantara faktor-faktor fisik (seperti ras,
geografis serta temperatur sebagai lingkungan alam) dan faktor-faktor sosial (seperti
umur, jenis kelamin, variabel-variabel psikologis). Ferri mengajukan rumus tentang
timbulnya kejahatan, yaitu tiap-tiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu,
fisik dan sosial.
2. Teori biologi kriminal menunjukkan bahwa aspek fisik seseorang akan mempengaruhi
responnya terhadap suatu permasalahan. Sehingga ada orang yang lebih berpotensi
melakukan kriminalitas, ada orang yang kurang berpotensi melakukan kriminalitas.
Namun bukan berarti kondisi ini tidak bisa dicegah atau diperbaiki, pemerintah bisa
mengurangi tingkat kriminalitas dengan melakukan kebijakan di bidang kesehatan. Pada
awalnya teori ini menjadi dasar alasan kebijakan Eugenika Nazi Jerman yaitu membunuh
orang-orang yang dianggap akan mengotori masyarakat misalnya yang terlahir cacat fisik
atau mental. Dalam perkembangannya, teori ini berkembang dan dijadikan dasar
kebijakan pemerintah di berbagai negara untuk memperbaiki kondisi kesehatan
penduduknya dengan tujuan agar kriminalitas berkurang.
B. SARAN
1. Perkembangan teori biologi kriminal harus diteliti lebih dalam didesuaikan dengan
konteks di Indonesia
2. Kebijakan publik di Indonesia harus didesain berdasarkan landasan teori yang sesuai,
termasuk bagaimana seharusnya ilmu kriminologi dikembangkan
11
DAFTAR PUSTAKA
Raine, A. 2012. Biology of Crime: Past, Present, and Future Perspective. NY: Oxford
University Pers.
12