Pengaruh Manajemen Laba Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 116

PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS


PAJAK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisinis


Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Risma Cahyani
NIM : 1112082000077

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Risma Cahyani
NIM : 1112082000077

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Rini, Ak.,CA Husnul Khotimah, SE, M.S.Ak.


NIP. 19760315 200501 2 002 NIP. -

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin Tanggal Sembilan Bulan Mei Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:

1. Nama : Risma Cahyani


2. NIM : 1112082000077
3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi:“Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Social Responsibility


terhadap Agresivitas Pajak”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Mei 2016

1. Wilda Farah, SE.,M.Si.,Ak.,CPA.,CA. ( __________________________ )


NIP.19830326 200912 2 005 Penguji I

2. Masrul Huda, SE., M.Si ( __________________________ )


NIP.19630506 201411 1 001 Penguji I

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 26 Mei 2016 telah dikalsanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:

1. Nama : Risma Cahyani


2. NIM : 1112082000077
3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi:“Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Social Responsibility


terhadap Agresivitas Pajak”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut
di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Mei 2016

1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak. ( __________________________ )


NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua

2. Dr. Rini, Ak., CA. ( __________________________ )


NIP. 19760315 200501 2 002 Sekretaris

3. Ismawati Haribowo, SE., M.Si ( __________________________ )


NIP. 19800909 201411 2 003 Penguji Ahli

4. Dr. Rini, Ak., CA. ( __________________________ )


NIP. 19760315 200501 2 002 Pembimbing I

5. Husnul Khotimah, SE., M.S.Ak ( __________________________ )


NIP. - Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Risma Cahyani


NIM : 1112082000077
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwadalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan


mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menggunakan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ilmiah ini dan mampu bertanggungjawab
atas karya ini.

Kalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 10 Mei 2016


Yang Menyatakan

(Risma Cahyani)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Risma Cahyani
2. Tempat, Tanggal Lahir: Magetan, 05 September 1994
3. Alamat : Jl. Cabe IV RT. 001 RW. 003 No. 7A,
Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kecamatan
Pamulang, Tangerang Selatan, Banten 15418
4. Telepon : 085782918739
5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN
No. Nama Sekolah Tahun Ajaran
1. TK Islam Santhosa 1999-2000
2. SD Negeri Pondok Pinang 12 Pagi 2000-2006
3. SMP Negeri 87 Jakarta 2006-2009
4. SMK Negeri 20 Jakarta 2009-2012
5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah 2012-2016
Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik Mahasiswa/i UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
2. Bendahara Acara GALAKSI (Gebyar Lomba Akuntansi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

IV. DATA KELUARGA


No. Keterangan Nama Tempat, Tanggal Lahir
1. Ayah Sumarni Ponorogo, 09 Oktober 1967
2. Ibu Tinem Magetan, 25 September 1971
3. Adik Devi Safitri Magetan, 26 Desember 1998

vi
THE INFLUENCE OF EARNINGS MANAGEMENT AND
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON TAX
AGGRESSIVENESS

ABSTRACT

This study aimed to examine the influence of earnings management and


corporate social responsibility on tax aggressiveness. Earnings management was
measured by discretionary accruals (DA), corporate social responsibility was
measured by corporate social responsibility index (CSRI) and tax aggessiveness
was masured by cash effective tax rate (CETR). This study used sample of
manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)
during the period of 2010-2014. The number of manufacturing companies in this
study were 42 companies with 5 years observation that acquired by using
purposive sampling method. Hypothesis in this study were tested by multiple
regression model. The results of this study showed that earnings management had
not influenced on tax aggressiveness while corporate social responsibility had
negatively influenced on tax aggessiveness.

Keywords : earnings management, corporate social responsibility and tax


agressiveness

vii
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba dan


corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak. Manajemen laba diukur
dengan discretionary accruals (DA), corporate social responsibility diukur
dengan corporate social responsibility index (CSRI) dan agresivitas pajak diukur
dengan cash effective tax rate (CETR). Penelitian ini menggunakan sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2010-2014. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini
adalah 42 perusahaan selama 5 tahun dengan menggunakan metode purposive
sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen laba tidak memiliki
pengaruh terhadap agesivitas pajak sedangkan corporate social responsibility
berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

Kata kunci : manajemen laba, corporate social responsibility dan agresivitas


pajak

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran,
beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang ditemui. Namun berkat kerja keras, bimbingan,
masukan-masukan yang positif, do’a dan dorongan dari berbagai pihak, segala
macam kendala yang dihadapi dapat diatasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., CA., MM., Sekretaris Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, nasihat dan saran
dalam menjalani perkuliahan.
5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Husnul Khotimah, SE., M.S.Ak., selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu serta tak pernah lelah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

ix
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan. In sya Allah ilmu yang telah Ibu dan Bapak
berikan dapat bermanfaat dan diberikan keberkahan dari Allah SWT.
8. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu dalam berbagai kegiatan akademik.
9. Keluarga tercinta Ayahanda Sumarni dan Ibunda Tinem yang tak hentinya
mendoakan, melimpahkan kasih sayang serta memberikan dukungan moril
dan materil. Adik Devi Safitri yang selalu mendoakan dan mendorong penulis
untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Semoga kita selalu
berada dalam lindungan-Nya.
10. Seluruh anggota keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan untuk kesuksesan penulis.
11. Ghufron Kamil, S.Pd yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a
selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi. Terimakasih atas waktu
dan perhatiannya.
12. Sahabatku tersayang Sista Choiriyah, Tria Melani, Liska Damiati dan Fadillah
Rahmatun S. yang selalu memberikan masukan positif, semangat, motivasi
dan menjadi tempat berbagi cerita selama menjalani perkuliahan. Semoga kita
diberi kesuksesan dan tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik diantara
kita.
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2012,
terkhusus teman-teman kelas C. Terimakasih untuk semangat dan
kebersamaannya. Semoga tetap terjalin hubungan silaturahim yang baik
diantara kita.
14. Teman-teman KKN Lentera 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin
hubungan silaturahim yang baik diantara kita.

15. Senior-senior jurusan akuntansi yang telah memberikan arahan dan nasihat
selama proses perkuliahan. Terimakasih atas dukungannya.

x
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan,
motivasi dan do’a yang telah diberikan dapat menjadi pintu datangnya ridho dan
kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa robbal’alamin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa betapapun penulis telah berusaha
untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat
berbagai kekurangan dan kelemahan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca
akan penulis terima dengan hati terbuka. Penulis berharap skipsi ini dapat
membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 10 Mei 2016


Penulis

Risma Cahyani

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...............................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...................................iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI....................................................iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................vi

ABSTRACT.........................................................................................................vii

ABSTRAK...........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR..........................................................................................ix

DAFTAR ISI........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah...............................................................................11
C. Tujuan Penulisan...................................................................................11
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 11
1. Manfaat Akademis 12
2. Manfaat Praktis 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 13

A. Landasan Teori......................................................................................13
1. Teori Agensi 13
2. Teori Stakeholders 14
3. Teori Legitimasi 15
xii
4. Pajak 16
a. Definisi dan Unsur Pajak 16
b. Fungsi Pajak 18
c. Sistem Pemungutan Pajak 18
5. Manajemen Laba (Earnings Management) 19
a. Manajemen Laba Riil 20
b. Manajemen Laba Akrual 21
6. Corporate Social Responsibility (CSR) 22
7. Agresivitas Pajak (Tax Aggressiveness) 23
B. Perumusan Hipotesis.............................................................................25
1. Penelitian Relevan 25
2. Hipotesis Penelitian 31
a. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap
Agresivitas Pajak 31
b. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Agresivitas Pajak 32
C. Kerangka Pemikiran..............................................................................34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................35

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................................35


1. Variabel Dependen 35
2. Variabel Independen 35
a. Manajemen Laba (Earnings Management) 36
b. Corporate Social Responsibility (CSR) 38
B. Populasi dan Sampel............................................................................. 45
C. Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 46
D. Metode Pengumpulan Data...................................................................47
E. Metode Analisis Data............................................................................47
1. Analisis Deskriptif 47
2. Analisis Inferensial 48
a. Uji Asumsi Klasik 48

xiii
1) Uji Normalitas...................................................................................48
2) Uji Multikolonieritas.........................................................................49
3) Uji Autokorelasi................................................................................50
4) Uji Heterokedastisitas....................................................................... 50
b. Analisis Regresi Linier Berganda 51
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) 52
d. Pengujian Hipotesis 52
1) Uji Statistik F....................................................................................52
2) Uji Statistik t..................................................................................... 53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................55

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...................................................... 55


B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.........................................................56
1. Statistik Deskriptif 56
2. Uji Asumsi Klasik 60
a. Uji Normalitas 60
b. Uji Multikolonieritas 63
c. Uji Autokorelasi 65
d. Uji Heterokedastisitas 66
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) 68
4. Pengujian Hipotesis 69
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) 70
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 71
C. Pembahasan...........................................................................................73
1. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) terhadap
Agresivitas Pajak 73
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap
Agresivitas Pajak 76

BAB V PENUTUP................................................................................................81

A. Kesimpulan........................................................................................... 81
B. Saran......................................................................................................82
xiv
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Pengaruh


Manajemen Laba (X1) dan Corporate Social Responsibility (X2)
Terhadap Agresivitas Pajak (Y) 26
Tabel 3.1 : Operasional Variabel..........................................................................54
Tabel 4.1 : Tahapan Seleksi Sampel Penelitian....................................................56
Tabel 4.2 : Hasil Uji Statistik Deskiptif................................................................57
Tabel 4.3 : Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test..............................61
Tabel 4.4 : Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Trans-
formasi dan Pengurangan Data Outlier 62
Tabel 4.5 : Hasil UjiMultikolonieritas Berdasarkan Nilai Korelasi Variabel In-
dependen 64
Tabel 4.6 : Hasil UjiMultikolonieritas Berdasarkan Nilai VIF dan Tolerance.....64
Tabel 4.7 : Hasil Uji Autokorelasi........................................................................ 65
Tabel 4.8 : Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser................................67
Tabel 4.9 : Hasil Uji Koefisien Determinasi.........................................................69
Tabel 4.10 : Hasil Uji Statistik F........................................................................... 70
Tabel 4.11 : Hasil Uji Statistik t.............................................................................71

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran.........................................................................34


Gambar 4.1 : Grafik Histogram.............................................................................63
Gambar 4.2 : Grafik Normal P-Plot.......................................................................63
Gambar 4.3 : Hasil Uji Autokorelasi..................................................................... 66
Gambar 4.4 : Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot..................67

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Sampel............................................................... 86


Lampiran 2 : Manajemen Laba (Earnings Management)......................................88
Lampiran 3 : Corporate Social Responsibility (CSR)........................................... 90
Lampiran 4 : Agresivitas Pajak..............................................................................92
Lampiran 5 : Hasil Output SPSS........................................................................... 94

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam

menjalankan pemerintahan. Setiap tahunnya 70 sampai 80 persen pengeluaran

negara dibiayai dari pajak. Pemungutan pajak sudah ada sejak lama dari

adanya upeti wajib kepada penguasa berupa hasil tanam pada masa kerajaan,

masa penjajahan hingga sekarang dengan polanya masing-masing.

Pemungutan pajak yang semula berdasarkan aturan penguasa atau raja tanpa

melibatkan pembayar pajak, kini berubah dengan melibatkan pembayar pajak

melalui aturan yang dibuat penyelenggara pemerintah dengan rakyat melalui

perwakilannya (Bouty, 2010). Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontrapestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

Bagi negara, pajak merupakan unsur penting untuk menopang anggaran

pengeluaran negara yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar, pajak merupakan

hal yang krusial baik dari segi pelaksanaan, pemungutan, maupun peraturan

perundang-undangannya. Oleh karenanya, pemerintah menaruh perhatian

yang begitu besar terhadap sektor pajak dengan melakukan berbagai reformasi

di bidang perpajakan, antara lain penggunaan metode self assesment system

1
dalam pemungutan pajak dan penggunaan sistem e-filing untuk pelaporan

pajak. Namun ternyata usaha-usaha tersebut masih belum cukup untuk

memenuhi target penerimaan pajak dalam beberapa tahun terakhir ini.

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodojonegoro dalam konferensi pers

mengatakan bahwa realisasi pendapatan negara tercatat mencapai Rp.1.537,2

triliun atau 94 persen dari rencana dalam APBN-P 2014 yang sebesar

Rp1.635,4 triliun. Dari jumlah realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi

penerimaan perpajakan mencapai Rp1.143,3 triliun, atau 91,7 persen dari

target yang ditetapkan sebesar Rp1.246,1 triliun (Kementrian Keuangan

Republik Indonesia, 2015).

Pernyataan tersebut didukung oleh Haryanto, pegawai Badan Kebijakan

Fiskal Kementerian Keuangan RI yang menuliskan dalam artikelnya bahwa

jika ditengok ke belakang, dalam kurun 6 tahun terakhir penerimaan

perpajakan sudah mengalami permasalahan, yaitu tidak tercapainya target

penerimaan pajak. Tahun 2009 misalnya, realisasi penerimaan pajak hanya

mencapai 94,3% dari target, sedikit meningkat di tahun 2011 menjadi 97,2%,

namun kembali mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 94,4% dan

kembali mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 92,4% (Haryanto,

2015).

Sebagai salah satu Wajib Pajak, perusahaan mempunyai kewajiban

untuk melakukan pembayaran pajak sebagaimana yang telah diatur dalam

undang-undang. Namun, setiap perusahaan mempunyai kepentingannya

sendiri-sendiri terutama perusahaan yang berorientasi pada laba. Perusahaan

2
jenis ini mempunyai tujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan guna

meningkatkan kekayaan perusahaan. Sedangkan negara Indonesia juga

mempunyai kepentingannya sendiri, yaitu memaksimalkan pendapatan negara

atas pajak, yang mana kepentingan ini bertentangan dengan kepentingan

perusahaan.

Berbeda dengan negara, bagi perusahaan pajak bukanlah sumber

pendapatan melainkan merupakan sumber beban yang harus dibayar karena

pajak dapat mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan sehingga

perusahaan akan melakukan segala cara untuk mengefisiensikan pajak yang

harus dibayarkannya (Mangoting, 1999). Banyak perusahaan yang akan

mencari cara untuk meminimalkan biaya pajak yang harus dibayar, karena

mereka menganggap pajak sebagai faktor pengurang laba bersih. Oleh karena

itu, tidak akan menutup kemungkinan perusahaan akan menjadi agresif

terhadap perpajakan (Chen et al.,2010).

Mangoting (1999) menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan tax

planing yang bertujuan untuk meminimalkan pajak terutang dan untuk

memaksimalkan laba perusahaan sebelum pajak yang optimal. Sedangkan

menurut Rahman (2012) dalam Purwanggono (2015) tax planning adalah

bagian dari fungsi manajemen pajak yang meliputi proses pengumpulan dan

penelitian terhadap peraturan perpajakan sehingga dapat diseleksi untuk

menentukan tindakan dan penghematan pajak yang akan dilakukan.

Beberapa peneliti dan literatur mendefinisikan agresvitas pajak dalam

berbagai persepsi. Chen (2008) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai

3
“downward management of taxable income trough tax planning activities”.

Sementara Rego, et.al. (2009), menyatakan agresivitas pajak sebagai

“downward manipulation of taxable income trough tax planning thay may or

may not be considered fraudulent tax evation”. Definisi dari berbagai peneliti

ini menimbulkan pemahaman bahwa tindakan agresivitas dapat dilakukan

melalui cara yang legal maupun illegal (Purwanggono, 2015). Beberapa

peneliti lain seperti Mangunsong (2002), Mangoting (2009) dan Harari, dkk.,

(2012) juga menjelaskan bahwa tindakan agresivitas pajak dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu, tax avoidance (legal) dan tax evasion (illegal)

(Purwanggono, 2015).

Terdapat banyak kasus di Indonesia yang melibatkan Wajib Pajak

Badan, terutama berkaitan dengan usaha-usahanya dalam meminimalkan

beban pajak yang harus dibayarkan melalui berbagai cara. Beberapa

perusahaan besar yang terbukti melakukan tindakan agresif terhadap pajak

diantaranya adalah PT Metropolitan Retailmart, Bakrie Group, BCA dan PT

Asian Agri Group. Salah satu cara perusahaan menghindar dari membayar

pajak adalah dengan menyuap pegawai pajak. Gayus Tambunan adalah nama

yang sudah tidak asing lagi. Ia dipidana karena telah terbukti menerima suap

sebesar Rp.925 juta rupiah dari Roberto Santonius terkait kepengurusan

gugatan keberatan pajak PT Metropolitan Retailmart dan menerima 3,5 juta

dollar Amerika dari Alif Kuncoro terkait kepengurusan pajak tiga perusahaan

Grup Bakrie, yakni PT Arutmin, PT Kaltim Prima Coal dan PT Bumi

Resource. Gayus Tambunan dinilai telah terbukti menerima suap dan

4
melakukan tindak pencucian uang dari tiga perusahaan Bakrie Group senilai 7

juta dollar AS, lalu membagikannya ke Alif Kuncoro, Imam Cahyo Maliki,

Maruli Pandapotan Manurung dan pejabat-pejabat di Ditjen Pajak lain

(Siregar, 2014).

Kasus yang serupa dengan kasus Gayus Tambunan terjadi di tubuh Bank

BCA. Hadi Poernomo selaku pegawai Dirjen Pajak diduga memanipulasi

telaah direktorat PPH mengenai keberatan SKPN PPH BCA. BCA

mengajukan surat keberatan wajib pajak dengan nilai yang cukup fantastis

yakni sebesar Rp.5,7 triliun terkait kredit bermasalah-nya atau non-

performance loan (NLP) kepada direktorat PPH Ditjen Pajak pada 17 Juli

2003. Setelah ditelaah oleh Direktorat PPH, permohonan keberatan wajib

pajak yang diajukan BCA ditolak, namun oleh Hadi Poernomo selaku Dirjen

Pajak mengintruksikan Direktur PPH yang semula menolak menjadi

menerima seluruh permohonan keberatan wajib pajak yang dilayangkan pihak

BCA sehari sebelum masa jatuh tempo pemberian keputusan final. Oleh

putusan Hadi Poernomo tersebut, diyakini BCA telah merugikan negara

dengan tidak membayar pajak sebesar Rp.375 miliar (Siregar, 2014).

Selain dua kasus tersebut, kasus lain juga menimpa PT Asian Agri

Group. Menurut Direktorat Jenderal Pajak kerugian negara akibat manipulasi

pajak yang dilakukannya mencapai Rp.786 miliar. Jumlah tersebut merupakan

yang terbesar dalam sejarah Indonesia. PT Asian Agri Group terbukti kurang

membayar pajak sejumlah Rp.1,259 triliun selama periode 2002-2005.

Berdasarkan hasil penyelidikan (14 perusahaan diperiksa), ditemukan bukti

5
terjadinya tindakan penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak

penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Mahkamah Agung

telah menyatakan terdakwa Suwir Laut alias Liu Che Sui alias Atak terbukti

secara sah bersalah melakukan tindak pidana menyampaikan Surat

Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap

secara berlanjut. Adapun indikasi penyelewengan pajak Asian Agri Group

yang dibongkar oleh Vincentius Amin Sutanto (whistle blower) yaitu melalui

tindakan penggelembungan biaya, praktek manipulasi harga melalui skema

transfer pricing dan transaksi lindung nilai alias hedging fiktif (Riau

Corruption Trial).

Sehubungan dengan kasus tersebut, denda pidana dengan total Rp.2,5

triliun sudah dilunasi perusahaan dengan mencicil dan lunas pada Oktober

2014. Selain berurusan dengan Mahkamah Agung, Asian Agri Group juga

berurusan dengan Direktorat Jenderal Pajak yang menagih piutang pajak dan

denda terhadap 14 anak usaha Asian Agri sebesar Rp.1,959 triliun. Dalam

perkembangannya, perusahaan mengajukan keberatan dan banding ke

pengadilan pajak. Hingga kini tercatat ada tujuh anak perusahaan lain yang

belum diputus oleh pengadilan pajak yang meliputi: PT Dasa Anugerah Sejati,

PT Hari Sawit Jaya, dan PT Inti Indosawit Subur. Empat perusahaan lainnya

adalah PT Indo Sepadan Jaya, PT Nusa Pusaka Kencana, PT Rantau Sinar

Karsa, dan PT Tunggal Yunus (Putri, 2015).

Kasus PT Metropolitan Retailmart, Bakrie Group, PT BCA dan PT

Asian Agri Group merupakan bentuk agresivitas pajak perusahaan yang

6
terjadi di Indonesia. Dari kasus-kasus tersebut, kita dapat melihat beberapa

cara yang dilakukan Wajib Pajak Badan untuk mengurangi besarnya pajak

yang harus mereka bayarkan, diantaranya adalah melalui perencanaan dan

penggelapan pajak seperti PT Asian Agri Group dan bahkan sampai menyuap

petugas pajak seperti yang dilakukan Bakrie Group dan PT BCA. Selain kasus

PT Metropolitan Retailmart, Bakrie Group, PT BCA dan PT Asian Agri

Group masih banyak lagi kasus yang menunjukan agresivitas pajak

perusahaan dan telah menimbulkan banyak kerugian bagi negara karena usaha

mereka untuk menekan biaya pajak yang merupakan sumber pendapatan bagi

negara.

Besarnya pajak bagi perusahaan dihitung melalui perolehan laba bersih

perusahaan sebagaimana tercantum dalam laporan laba-rugi. Semakin besar

laba yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin besar pula kewajiban

pajak yang harus dibayarkan, begitu pun sebaliknya. Semakin kecil laba yang

dihasilkan maka akan semakin kecil kewajiban pajak yang harus dibayarkan.

Menurut Scott (2009) dalam Putri (2014), salah satu motivasi manajemen laba

adalah motivasi pajak. Pada prinsipnya manajemen laba merupakan metode

yang dipilih dalam menyajikan informasi laba kepada publik yang telah

disesuaikan dengan kepentingan dari pihak manajer itu sendiri untuk

menguntungkan perusahaan dengan cara menaikkan ataupun menurunkan laba

perusahaan.

Perusahaan menggunakan manajemen laba untuk melakukan income

decreasing yang akan mengurangi penghasilan kena pajak. Semakin agresif

7
perusahaan melakukan manajemen laba, maka dapat dikatakan bahwa tingkat

agresivitas pajak perusahaan juga tinggi karena beban pajak semakin kecil.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto dan Supramono (2012)

menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap agresivitas

pajak perusahaan manufaktur. Oleh karenanya, peneliti merasa tertarik untuk

meneliti mengenai pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak

perusahaan.

Faktor lain yang dianggap dapat memengaruhi agresivitas pajak

perusahaan adalah corporate social responsibility. Meskipun agresivitas pajak

dapat dilakukan melalui cara yang legal maupun illegal, tetapi tetap saja

tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak bertanggungjawab karena

dapat merugikan negara dan menurunkan kemampuan negara dalam

menjalankan kewajibannya untuk menyejahterakan warga negaranya. Lanis

dan Richadson (2012) menjelaskan bahwa tindakan agresivitas pajak yang

dilakukan perusahaan dianggap sebagai tindakan yang tidak

bertanggungjawab secara sosial atau yang disebut juga dengan Corporate

Social Responsibility (CSR).

Berdasarkan konsep CSR, perusahaan perlu memperhatikan tiga aspek

triple bottom line yaitu aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi.

Selain aspek lingkungan dan aspek sosial, aspek ekonomi juga harus

diperhatikan. Selain harus menjaga kondisi keuangannya dengan baik,

perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi dari laba yang

diperolehnya, misalkan dengan memberikan donasi terhadap masyarakat,

8
memberikan kompensasi terhadap karyawannya dan membayar pajak untuk

negara. Setiap rupiah jumlah pajak yang dibayarkan, dapat memberikan

kontribusi terhadap keberlangsungan hidup masyarakat. Kontribusi pajak bagi

masyarakat dapat berupa pembangunan infrastruktur, fasilitas publik, ataupun

subsidi pendidikan dan kesehatan.

Watson (2012) dalam Purwanggono (2015) menjelaskan bahwa

perusahaan dengan tingkat CSR yang rendah merupakan perusahaan yang

tidak bertanggungjawab secara sosial sehingga akan melakukan tindakan

perencanaan pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar

sosial atau memiliki tingkat CSR yang lebih tinggi. Sebagaimana yang telah

dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor

apa saja yang memengaruhi tindakan agresif perusahaan terhadap pajak yang

harus dibayarkannya. Untuk itu peneliti mengambil dua variabel independen,

yaitu manajemen laba dan corporate social responsibility yang dianggap dapat

memengaruhi agresivitas pajak perusahaan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Amril, dkk. (2015) dengan

mengganti variabel yang berkaitan dengan corporate governance yaitu

komisaris independen dan kepemilikan institusional dengan variabel

corporate social responsibility. Penelitian sama-sama dilakukan terhadap

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), namun

dengan rentang waktu yang berbeda. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya ditunjukkan dengan penggunaan proksi yang berbeda

dalam perhitungan agresivitas pajak perusahaan. Penelitian sebelumnya

9
menggunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) untuk menghitung agresivitas

pajak perusahaan sedangkan dalam penelitian ini digunakan proksi Cash

Effective Tax Rate (CETR) untuk menghitung agresivitas pajak perusahaan.

Alasan lain dipilihnya manajemen laba sebagai salah satu variabel

independen adalah karena adanya perbedaan hasil antara beberapa penelitian

sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014)

dan Suryanto dan Supramono (2012) hasil penelitiannya membuktikan bahwa

manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak

perusahaan. Namun hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian yang

dilakukan Amril, dkk. (2015) dan Putri (2014) yang menunjukan bahwa

manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak

perusahaan.

Demikian pula alasan dipilihnya corporate social responsibility adalah

karena adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti

sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan Lanis dan Richardson (2012) dan

Zhang et.al. (2013) diperoleh hasil bahwa corporate social responsibility

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.

Namun hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian Jessica dan Toly

(2014), Winarsih, Prasetyo dan Kusufi (2014) dan Landry et.al. (2013) yang

menunjukan tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan dari corporate

social responsibility terhadap agresivitas pajak perusahaan.

10
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan, maka judul yang diambil

dalam penelitian ini adalah ”Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate

Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang penulis jabarkan, maka

dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah manajemen laba memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak

perusahaan?

2. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh

terhadap agresivitas pajak perusahaan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh manajemen laba

terhadap agresivitas pajak pada perusahaan.

2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Corporate Social

Responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

11
1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan mengenai pengaruh manajemen laba dan corporate social

responsibility terhadap agresivitas pajak.

b. Penelitian ini diharapkan dapatmemberikan kontribusi untuk

penelitian selanjutnya dan memperkaya penelitian yang terkait

pengaruh manajemen laba dan corporate social responsibility

terhadap agresivitas pajak.

c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahun penulis terutama yang berkaitan dengan manajemen laba,

corporate social responsibility dan ilmu perpajakan.

2. Manfaat Praktis

Menjadi bahan referensi untuk pengambilan kebijakan oleh

perusahaan, yaitu terkait pengaruh pelaksanaan manajemen laba dan

corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi

Teori agensi merupakan teori yang membahas hubungan antara

principal dan agent. Pemilik perusahaan atau pemilik saham dalam

perusahaan merupakan principal dan manajer atau karyawan merupakan

agent. Scott (2012) mendefinisikan teori agensi sebagai berikut:

“Agency theory is a branch of game theory that studies the design of


contracts to motive a rational agent to act on behalf of a principal
when the agent interests would otherwise conflict with those of
principal”

Kim, Nofsinger dan Kohr (2010) dalam Hidayanti (2013)

berpendapat bahwa pada umumnya terdapat pemisahan antara pemilik

perusahaan dengan manajemen perusahaan. Pemisahan ini diharapkan

akan berdampak pada pertumbuhan bisnis perusahaan. Adanya pemisahan

tersebut tentu akan menimbulkan resiko, yaitu adanya konflik antara

pemilik perusahaan dengan manajemen dan hal ini juga disebut dengan

Agency Confllict.

Agency Confllict dapat berupa adanya tindakan individualism antara

kedua pihak, untuk saling menguntungkan dirinya sendiri dan

menomorduakan kepentingan perusahaan. Pemilik perusahaan sebagai

principal akan lebih fokus pada peningkatan nilai saham perusahaan

sedangkan manajemen akan lebih fokus pada kepentingan mereka sendiri

13
yang cenderung akan mengambil kebijakan secara sepihak yang dapat

merugikan perusahaan (Hidayanti, 2013).

Konflik antara perusahaan dan manajemen juga dapat berdampak

kepada permasalahan yang melibatkan pemerintah, salah satunya adalah

penghindaran pajak. Manajemen yang cenderung ingin meningkatkan

keuntungan perusahaan atau laba bersihnya akan menggunakan banyak

cara, salah satunya agresivitas pajak dan hal ini terjadi karena pemisahan

antara kepemilikan dan manajemen. Hal ini belum tentu disetujui

perusahaan, karena pemilik cenderung tidak ingin perusahaan mendapat

akibat fatal ketika melakukan agresivitas pajak.

2. Teori Stakeholders

Teori stakeholders telah merubah pandangan manajemen bahwa

perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan

sendiri namun juga harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholder-

nya. Hal ini bertolak belakang dengan teori keagenan (agency theory)

yang menjelaskan bahwa tanggung jawab perusahaan hanya sebatas pada

pengelola (agent) dan pemilik (principal). Jensen (2001) dalam

Purwanggono (2015) menjelaskan bahwa dalam teori stakeholder

manajemen perlu membuat keputusan yang mempertimbangkan

kepentingan pihak selain shareholder, seperti karyawan, pelanggan dan

pejabat pemerintah.

14
Teori stakeholder dianggap sebagai tanggung jawab perusahaan

kepada pihak-pihak yang terkena dampak dari tindakan perusahaan.

Manajemen diminta untuk tidak hanya mempertimbangkan kepentingan

pemegang saham dalam melakukan keputusan bisnis melainkan juga

harus mempertimbangkan kepentingan pihak lain yang terkena dampak

atas keputusan tersebut. Kaitan CSR dengan teori stakeholder adalah

bahwa CSR yang dilakukan perusahaan akan lebih menarik konsumen

dan pihak lain. Oleh karena itu, CSR harus dilakukan oleh perusahaan jika

ingin meningkatkan minat dari konsumen (Yoehana, 2013).

3. Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan teori yang banyak digunakan dalam

bidang akuntansi sosial dan lingkungan. Suchman (1995) dalam Tilling

(2004) menyatakan:

“Legitimacy is generalized perception or assumption that the


actions of entity are desirable, paper, or apppropriate withing
some socially constructed system of norms, value, beliefs and
definitions.”

Hal ini menunjukan bahwa perusahaan perlu memperhatikan

lingkungan sosial dan sekitarnya dalam menjalankan usahanya agar

tercipta hubungan yang baik antar keduanya. Perusahaan harus

menyadari bahwa keberlangsungan hidup perusahaan juga bergantung

pada hubungan mereka dengan lingkungan sekitar. Mekanisme

Corporate Social Responsibility atau CSR adalah mekanisme yang dalam

praktiknya bertanggung jawab terhadap masyarakat secara sosial. Hal ini

15
sesuai dengan teori legitimasi yang menjelaskan bahwa perusahaan

memiliki kontak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya

berdasarkan nilai-nilai justice dan bagaimana perusahaan menanggapi

kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan.

Hidayanti dan Murni (2009) dalam Purwanggono (2015)

menyatakan bahwa untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya,

perusahaan mengupayakan sejenis legitimasi atau pengakuan baik dari

investor, kreditor, konsumen, pemerintah maupun masyarakat sekitar.

Untuk meningkatkan legitimasi dari investor, perusahaan senantiasa

meningkatkan return saham bagi investor. Untuk memperoleh legitimasi

dari kreditor, perusahaan meningkatkan kemampuannya untuk

mengembalikan utang. Untuk memperoleh legitimasi dari konsumen,

perusahaan senantiasa meningkatkan mutu produk dan layanan. Untuk

mendapatkan legitimasi dari pemerintah, perusahaan mematuhi segala

peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk

memperoleh legitimasi dari masyarakat, perusahaan melakukan aktivitas

pertanggungjawaban sosial. Teori legitimasi menyatakan, bahwa

perusahaan besar akan memiliki tanggungjawab yang lebih besar dari

perusahaan kecil.

4. Pajak

a. Definisi dan Unsur Pajak

Ada beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya adalah sebagai berikut.

16
Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam

Mardiasmo (2011) :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan


undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontrapestasi) yang langsung dapat
ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”.

Definisi pajak menurut Prof. Dr. PJA Andriani dalam Bouty (2010) :

“Pajak adalah iuran kepada Negara, yang dapat dipaksakan


dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Definisi pajak menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang


oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki beberapa unsur (Mardiasmo, 2011), yaitu:

1) Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut

berupa uang (bukan barang).

2) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.

3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya

kontraprestasi individual secara langsung oleh pemerintah.

4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeuaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

17
b. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011), yaitu fungsi

budgetair dan fungsi regulerend.

1) Fungsi budgetair. Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (regulerend). Pajak sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011) sistem pemungutan pajak

diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu official assessment system,

self assessment system dan with holding system.

1) Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang

memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2) Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan

sendiri besarnya pajak terutang.

3) With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan

Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

18
5. Manajemen Laba (Earnings Management)

Heally dan Wahlen (1999) dalam Riahi dan Belkaoui (2006)

menyatakan bahwa Manajemen Laba (Earnings Management) terjadi

ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan

keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan

dengan tujuan untuk menyesatkan pemangku kepentingan mengenai

kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi hasil-hasil

kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang

dilaporkan.

Pihak manajemen memiliki wewenang untuk memilih opsi dan

aturan-aturan yang diterapkan dalam perlakuan akuntansi. Melalui

wewenang tersebut memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam

mengelola laba perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan

sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh insentif dari hasil

kinerjanya yang diukur dari besarnya laba yang dicapai.

Praktik manajemen laba memiliki kaitan yang erat dengan

motivasi-motivasi pihak manajemen dalam memenuhi sasaran yang ingin

dicapai maupun penggunaan judgement dalam penyusunan laporan

keuangan. Tingkat praktik manajemen laba dalam perusahaan

mencerminkan seberapa baik kualitas laba yang dilaporkan oleh

perusahaan. Semakin tinggi tingkat manajemen laba akan meningkatkan

asimetri informasi yang terjadi antara principal dan agen.

19
Penelitian Rahman dan Hutagol (2008) dalam Setyamurti (2015)

menyebutkan praktik manajemen laba dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu:

a. Manajemen Laba Riil

Merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan dengan

tujuan pencapaian target laba dan menghindari terjadinya kerugian

dalam aktivitas operasional perusahaan yang dapat dicapai dengan

cara:

1) Manipulasi penjualan, bertujuan meningkatkan penjualan pada

periode tertentu sehingga memberikan kesan bahwa pencapaian

target penjualan dan laba terpenuhi. Pada umumnya, praktik

manipulasi penjualan ini dilakukan dengan memberikan diskon

penjualan yang lebih besar maupun dengan memberikan

kemudahan kredit penjualan. Praktik ini dapat memberikan

dampak pada penurunan aliran kas perusahaan.

2) Pengurangan beban-beban diskresionari atau meminimalkan

beban-beban yang tidak secara langsung berkaitan dengan

produksi barang/jasa. Hal ini dimaksudkan untuk mencantumkan

beban dengan jumlah yang minimal sehingga didapatkan laba

yang cenderung lebih besar.

3) Produksi yang berlebihan. Manajemen berupaya meningkatkan

penjualan dengan harga yang rendah. Untuk menekan harga jual

tersebut manajemen memproduksi barang dalam jumlah yang

20
berlebihan dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan serta

laba perusahaan.

b. Manajemen Laba Akrual

Merupakan praktik manajemen laba yang dilakukan melalui

proses akrual dimana laporan keuangan dihasilkan. Angka-angka

dalan laporan keuangan mengandung komponen akrual, baik

diskresioner maupun non-diskresioner.

Pendekatan lain yang digunakan untuk merekayasa dapat

dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Memanfatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara

ini merupakan cara manajer untuk memengaruhi judgement

terhadap estimasi akuntansi seperti: estimasi tingkat piutang tak

tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau

amortisasi aktiva tetap tidak berwujud, estimasi biaya garansi dan

lain-lain.

2) Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang

digunakan untuk menncatat suatu transaksi, contoh: mengubah

metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka

tahun ke metode depresiasi garis lurus.

3) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Hal ini sering disebut

keputusan operasional, misalnya: rekayasa periode biaya atau

pendapatan dengan mempercepat atau menunda pengeluaran

untuk biaya penelitian dan pengembangan sampai periode

21
akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran

biaya promosi sampai periode akuntansi berikutnya mengatur

saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.

6. Corporate Social Responsibility (CSR)

World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

yang merupakan organisasi internasional dan memiliki perhatian dalam

pembangunan berkelanjutan, mendefinisikan pertanggungjawaban sosial

atau yang dikenal dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR)

sebagai komitmen dari dunia bisnis atau usaha untuk berperilaku etis dan

berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,

seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya,

komunitas lokal dan masyarakat luas (Putra, 2014).

Fauziah (2013) dalam Putra (2014) menjelaskan bahwa CSR

merupakan wujud dari aktivitas dan kegiatan operasional perusahaan

yang memperhatikan aspek ekonomi (profit), sosial (people) dan

lingkungan (planet) atau yang disebut dengan Triple Bottom Lines

(TBL). Ketiga faktor ini berkaitan satu sama lain. Masyarakat tergantung

pada ekonomi; ekonomi dan keuntungan perusahaan tergantung pada

masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global.

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di Indonesia

diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain: UU

Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM), UU Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba),

22
UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU Nomor

19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan UU Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).

Berkaitan dengan biaya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR),

UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang merupakan

perubahan keempat atas UU No.7 Tahun 1983 telah mengakomodirnya

dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai m yang mengatur jenis-jenis

sumbangan sehubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan yang

dapat dibiayakan oleh perusahan yaitu: sumbangan dalam rangka

penanggulangan bencana nasional, penelitian dan pengembangan yang

dilakukan di Indonesia, pembangunan infrastruktur sosial, fasilitas

pendidikan serta pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Hal ini berarti semakin banyak biaya terkait CSR

yang boleh menjadi pengurang penghasilan bruto yang diatur dalam UU

PPh Nomor 36 Tahun 2008 (Suhaidi et.al., 2014:140).

7. Agresivitas Pajak (Tax Aggressiveness)

Tindakan agresivitas pajak, yang mana tindakan tersebut dilakukan

dengan cara meminimalisasi jumlah kena pajak yang diperoleh

perusahaan, merupakan hal yang sering terjadi pada perusahaan-

perusahaan besar saat ini. Hal ini tidak sesuai dengan aturan yang telah

berlaku baik di masyarakat maupun dalam pemerintahan. Pemerintah,

sebagai penerima pajak, akan dirugikan dengan tindakan tersebut karena

dapat mengurangi pendapatan pemerintah untuk pembangunan negara.

23
Bagi masyarakat, dampak yang akan didapatkan adalah mereka tidak

mendapatkan fasilitas yang memadai dan menunjang pembangunan yang

didapat dari pemerintah atas tindakan tersebut.

Hlaing (2012) menjelaskan bahwa agresivitas pajak adalah

tindakan perencanaan pajak semua perusahaan yang terlibat dalam usaha

mengurangi tingkat pajak yang efektif. Sedangkan menurut Steijvers dan

Niskanen (2011) dalam Purwanggono (2015:31) mendefinisikan

agresivitas pajak sebagai tindakan merendahkan tingkat pajak

penghasilan yang tertagih melalui kegiatan manajemen pajak baik secara

legal maupun illegal maupun keduanya.

Cara mengukur perusahaan yang melakukan agresivitas pajak dengan

cara menggunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) ataupun Cash Effective

Tax Rate (CETR). Lanis dan Richadson (2012) menjelaskan bahwa ETR

merupakan proksi yang banyak digunakan pada penelitian terdahulu. Proksi

ETR dinilai menjadi indikator tingkat agresivitas pajak jika nilainya

mendekati nol. Semakin rendah ETR yang dimiliki perusahaan, maka

semakin tinggi agresivitas pajak dari perusahaan tersebut. ETR yang rendah

menunjukan beban pajak penghasilan lebih kecil nominalnya dibandingkan

penghasilan sebelum pajak.

24
B. Perumusan Hipotesis

1. Penelitian Relevan

Dalam sub-bab ini dijelaskan mengenai penelitian-penelitian

terdahulu yang digunakan sebagai poin penting dan dijadikan dasar dalam

perumusan hipotesis dalam penelitian ini. Berikut merupakan ringkasan

penelitian yang berkaitan dengan pengaruh manajemen laba dan corporate

social responsibility tehadap agresivitas pajak.

25
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Pengaruh Manajemen Laba (X 1) dan Corporate Social Responsibility
(X2) terhadap Agresivitas Pajak (Y1)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
1. Amril, dkk. (2015) Sampel : 60 perusahaan, tahun Variabel : Manajemen laba Manajemen laba berpengaruh
“Pengaruh Manajemen 2011-2013 dan agresivitas pajak positif tetapi tidak signifikan
Variabel Lain : Komisaris Jenis : Kuantitatif terhadap agresivitas pajak.
Laba dan Corporate independen dan kepemilikan Sumber : Sekunder Sedangkan komisaris independen
Governance terhadap institusional Sampel : perusahaan dan kepemilikan institusional
Agresivitas Pajak manufaktur, purposive berpengaruh negatif dan signifikan
Perusahaan Manufaktur sampling terhadap agresivitas pajak.
yang Listing di Bursa Metode analisis : Multiple
Efek Indonesia (BEI) regression
Periode 2011-2013”. Lokasi : Indonesia
2. Issam, dkk. Sampel : 24 perusahaan, tahun Variabel : Corporate social CSR Social Dimension memiliki
(2015) 2003-2011 responsibility dan hubungan positif dan signifikan
“Does Corporate Social Metode analisis : Partial Least agresivitas pajak dengan Agresivitas Pajak. CSR
Square (PLS) regression Jenis : Kuantitatif Economic Dimension memiliki
Responsibility Affect Variabel Lain : CSR dibagi Sumber : Sekunder hubungan negatif dan signifikan
Corporate Tax menjadi 4 dimensi, yaitu Sampel : purposive sampling dengan Agresivitas Pajak.
Aggressiveness?” social, ecomonics, Sedangkan CSR Governance
governance dan Dimension dan CSR Enviromental
environmental. Dimension tidak memiliki
Lokasi : Perancis hubungan yang sigifikan dengan
agresivitas pajak.
Bersambung ke halaman berikutnya
26
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
3. Putri (2014) Sampel : tahun 2008-2012 Variabel : Manajemen laba Likuiditas berpengaruh negatif
“Pengaruh Likuiditas, Variabel Lain : Likuiditas, dan agresivitas pajak dan tidak signifikan terhadap
Corporate Governance. Jenis : Kuantitatif terhadap agresivitas pajak.
Manajemen Laba dan Sumber : Sekunder Manajemen laba berpengaruh
Corporate Governance Sample : Perusahaan positif dan tidak signifikan
terhadap Agresivitas manufaktur dari tahun, terhadap agresivitas pajak.
Pajak Perusahaan” purposive sampling Corporate Governance
Analisis Data : Multiple berpengaruh negatif dan
regression signifikan terhadap agresifitas
Lokasi : Jakarta, Indonesia pajak perusahaan.
4. Jessica dan Toly (2014) Sampel : 56 perusahaan, tahun Variabel : Corporate social Tidak adanya pengaruh signifikan
“Pengaruh Pengung- 2012-2013 responsibility dan antara pengungkapan CSR
Variabel Lain : ukuran agresivitas pajak terhadap agresivitas pajak.
kapan Corporate Social perusahaan, leverage, Jenis : Kuantitatif Namun, jika pengungkapan CSR
Responsibilty terhadap capital intensity, research & Sumber : Sekunder diuji bersamaan dengan variabel
Agresivitas Pajak” development intensity, Sampel : perusahaan kontrol lain terdapat pengaruh
return on assets (kontrol). manufaktur, purposive yang signifikan terhadap
sampling. agresivitas pajak.
Metode analisis : Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
Bersambung ke halaman berikutnya

27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
5. Winarsih, dkk. (2014) Sampel : 20 perusahaan, tahun Variabel : Corporate social Ukuran dewan komisaris
2009-2012 responsibility dan berpengaruh terhadap agresivitas
“Pengaruh Good Variabel Lain : Ukuran dewan agresivitas pajak pajak. Sedangkan ukuran dewan
Corporate Governance komisaris, ukuran dewan Jenis : Kuantitatif direksi, ukuran komite audit dan
dan Corporate Social direksi dan ukuran komite Sumber : Sekunder CSR tidak berpengaruh terhadap
Responsibility terhadap audit. Sampel : perusahaan agresivitas pajak perusahaan.
Tindakan Pajak Agresif” manufaktur, purposive
sampling.
Metode analisis : Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
6. Kamila dan Martani Sampel : 113 perusahaan, Variabel : Manajemen laba Terdapat hubungan positif antara
(2014) tahun 2008-2011 dan agresivitas pajak manajemen laba dengan
“Analisis Hubungan Variabel Lain : - Jenis : Kuantitatif manajemen pajak dan sebaliknya.
Sumber : Sekunder Terdapat pula hubungan
Agresivitas Pelaporan Sampel : perusahaan resiprokal yang kuat antara kedua
Keuangan dan Agresivitas manufaktur, purposive variabel.
Pajak” sampling
Metode analisis : Multiple
regression
Lokasi : Indonesia
7. Landry, dkk. (2013) Sample : 168 perusahaan, Variabel : Corporate social Perilaku perpajakan perusahaan
tahun 2004-2008 responsibility dan tidak dipengaruhi oleh kegiatan
Bersambung ke halaman berikutnya
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
“Tax Agggressiveness, Variabel Lain : Struktur agresivitas pajak CSR-nya dan struktur
Corporate Social kepemilikan Jenis : Kuantitatif kepemilikan dapat memoderasi
Responsibility, and Lokasi : Kanada Sumber : Sekunder hubungan antara CSR dan
Ownership Structure” Metode analisis : Multiple agresivitas pajak.
regression
8. Zhang et.al. (2013) Sampel : 2.620 perusahaan Variabel : Corporate social Perusahaan yang lebih tidak
“Is Corporate Social tahun 2003-2009 responsibility dan bertanggung jawab terhadap
Variabel Lain : - agresivitas pajak aktivitas CSR, lebih agresif dalam
Responsibility (CSR) Lokasi : Amerika Jenis : Kuantitatif penghindaran pajak.
Associated with Tax Sumber : Sekunder
Avoidance? Evidence Metode analisis : Multiple
from Irresponsible CSR regression
Activities”
9. Suryanto dan Supramono Sampel : 39 perusahaan, tahun Variabel : Manajemen laba Likuiditas memiliki pengaruh
(2012) 2006-2010 dan agresivitas pajak negatif namun tidak signifikan
“Likuiditas, Leverage, Variabel Lain : Likuiditas, Jenis : Kuantitatif terhadap agresivitas pajak.
Leverage Sumber : Sekunder Komisaris independen
Komisaris Independen Sampel : perusahaan berpengaruh negatif dan
dan Manajemen Laba manufaktur, purposive signifikan terhadap agresivitas
terhadap Agresivitas sampling pajak.
Pajak Perusahaan” Metode analisis: Multiple Manajemen laba berpengaruh
regression positif dan signifikan terhadap
Lokasi : Indonesia manajemen laba.
Bersambung ke halaman berikutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti dan Judul Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
10. Lanis dan Richardson Sample : 408 perusahaan, Variabel : Corporate social Memberikan bukti empiris bahwa
(2012) tahun 2008-2009 responsibility dan semakin tinggi tingkat
“Corporate Social Analisis Data: Ordinary Least agresivitas pajak pengungkapan CSR suatu
Square (OLS) regression Jenis : Kuantitatif perusahaan, semakin rendah
Responsibility and Tax Variabel Lain : - Sumber : Sekunder tingkat agresivitas pajak yang
Aggressiveness” Lokasi : Australia dilakukan.
Sumber : (diolah dari berbagai sumber referensi penelitian)

30
2. Hipotesis Penelitian

a. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) terhadap

Agresivitas Pajak

Menurut Scott (2009) dalam Putri (2014) salah satu alasan

adanya manajemen laba adalah motivasi pajak. Pajak menjadi masalah

bagi perusahaan karena membayar pajak berkaitan langsung dengan

besarnya laba bersih perusahaan. Laba selama ini dijadikan indikator

utama keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Oleh

karena itu, manajemen perusahaan akan melaporkan laba yang telah

disesuaikan dengan tujuannya baik melalui income increasing maupun

income decreasing.

Apabila tujuannya adalah untuk mengurangi beban pajak

terutang, manajemen perusahaan lebih mungkin untuk mengurangi

jumlah laba yang dilaporkan (income decreasing) untuk menurunkan

pendapatan kena pajak, sehingga perusahaan dapat melakukan

penghematan atas beban pajak. Penelitian yang dilakukan oleh

Badertscher et. al. (2009) dalam Putri (2014) menunjukan bukti bahwa

manajemen laba dijadikan alat bagi perusahaan untuk melakukan

penghindaran pajak.

Frank et.al. (2009) juga mengemukakan adanya hubungan

positif antara aggressiveness financial reporting dan tax reporting

aggressiveness. Jadi, apabila melakukan pelaporan keuangan secara

agresif, maka juga dilakukan rekayasa atas laporan pajaknya,

31
begitupun sebaliknya. Berdasarkan uraian berikut, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H1 : Manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak

perusahaan.

b. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap

Agresivitas Pajak

Perusahaan yang beroperasi di Indonesia maupun yang dimiliki

oleh warga negara Indonesia disebut sebagai Wajib Pajak Badan.

Mereka diharuskan untuk menyetor sebagian laba bersihnya untuk

membayar pajak. Dengan membayar pajak sesuai dengan yang tertagih

dan tepat waktu, berarti perusahaan ikut serta dalam pembangunan

nasional untuk kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan

kaidah teori legitimasi, dimana perusahaan berusaha meyakinkan

bahwa perusahaan beroperasi sesuai dengan aturan-aturan dan norma-

norma yang berlaku.

Oleh karena itu, jika perusahaan berusaha untuk melakukan

penghindaran pajak, walaupun tidak melanggar hukum, tetapi hal

tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh perusahaan dan juga hal

tersebut dapat mengancam keberadaan perusahaan karena dianggap

tidak memberikan kontribusi dalam kehidupan bermasyarakat dan

hanya mengambil keuntungan darinya. Selain masyarakat, hubungan

baik juga harus diciptakan dengan pemerintah. Hal tersebut juga dapat

32
dilakukan salah satunya adalah dengan cara membayar pajak sesuai

dengan nominal yang tertagih dan tepat waktu.

Sesuai dengan teori stakeholder, bahwa perusahaan harus

menerapkan dengan baik tanggung jawab sosialnya agar mendapat

manfaat yang baik dari konsumen, karyawan, pejabat pemerintah dan

pihak lain yang terkena dampak dari keputusan bisnis perusahaan.

Sebagai wujud perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab

sosialnya kepada masyarakat, seharusnya perusahaan tidak akan

melakukan tindakan agresivitas pajak baik secara legal maupun illegal.

Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengungkapan yang

dilakukan perusahaan, diharapkan perusahaan tersebut tidak

melakukan tindakan agresivitas pajak. Karena apabila perusahaan yang

menerapkan CSR melakukan tindakan agresivitas pajak, maka

perusahaan tersebut akan kehilangan nama baik di mata stakeholder,

masyarakat dan pemerintah, serta menurunkan nilai dan dampak positif

dari CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena

itu, dirumuskanlah hipotesis kedua sebagai berikut.

H2 : Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap

agresivitas pajak perusahaan.

33
C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian landasan teori dan penelitian terdahulu, gambaran

menyeluruh mengenai penelitian ini tergambar dalam alur penelitian sebagai

berikut.

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Pajak

Persepsi Pemerintah Persepsi Perusahaan


Gap
(Pemungut Pajak) (Wajib Pajak)

Pendapatan yang harus ditambah Beban yang harus dikurangi

Masalah : Perusahaan berusaha mengurangi jumlah pajak yang harus


dibayarkannya melalui berbagai cara.

Variabel Independen Variabel Dependen

Manajemen Laba (X1) H1


H2 Agresivitas Pajak (Y)
Corporate Social
Responsibility (X2)

Metode Penelitian : Model Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh

variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

agresivitas pajak. Agresivitas pajak merupakan keinginan Wajib Pajak

(WP) untuk meminimalkan beban pajak yang dibayar dengan cara yang

legal, illegal maupun kedua-duanya. Adapun proksi utama yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Cash Effective Tax Rate (CETR) yang dihitung

dari:

CETR menggambarkan persentase total pajak penghasilan yang

sesungguhnya dibayarkan perusahaan dari total pendapatan sebelum pajak

yang diperoleh, dilihat dari laporan arus kas perusahaan. Semakin rendah

ETR yang dimiliki perusahaan (mendekati 0), maka semakin agresif suatu

perusahaan terhadap pajak penghasilan yang harus dibayarkan.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi penyebab

terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan Corporate Social

Responsibility (CSR).

35
a. Manajemen Laba (Earnings Management)

Manajemen laba merupakan metode yang digunakan manajemen

untuk memodifikasi laba perusahaan sesuai dengan keinginannya.

Ukuran manajemen laba dalam penelitian ini adalah menggunakan

nilai Discretionary Accruals (DA) dengan menggunakan model

Modified Jones (1991) dalam Dechow (1995). Laba dengan

menggunakan Modified Jones membagi total akrual menjadi dua, yaitu

komponen non-discretionary accruals dan komponen discretionary

accruals. Discretionary accruals mencerminkan komponen yang dapat

dimanipulasi oleh manajer yang meliputi empat tahapan, yaitu:

1) Mengukur total accruals yang dihitung dengan rumus:

Keterangan :

TAit : total accruals perusahaan i pada periode ke t

Nit : laba bersih perusahaan i pada keriode ke t

CFOit : aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada

periode ke t

2) Menghitung nilai accruals diestimasi dengan persamaan regresi

OLS (Ordinary Least Square)


it
1A it 1 A
it 1 it 1
PP it
A
it 1

36
Keterangan :

TAit : total accruals perusahaan i pada periode t

Ait-1 : total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1

REVit : pendapatan perusahaan i tahun t

REVit-1 : pendapatan perusahaan i tahun t-1

PPEit : jumlah aktiva tetap (property, plant and equipment)

perusahaan i pada akhir tahun t

3) Menghitung non-discretionary accruals dengan rumus sebagai

berikut:
it it 1 it it 1 A
1A
it 1 it 1
PP
it

A
it 1

Keterangan :

NDAit : non-discretionary acrrual perusahaan i pada tahun t

it : piutang perusahaan i pada tahun t

it-1 : piutang perusahaan i pada tahun t-1

4) Menghitung nilai discretionary accruals dengan rumus:

Nilai discretionary accruals yang semakin mendekati nol

mengindikasikan bahwa semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan

melakukan manajemen laba. Apabila discretionary accruals

37
menunjukan nilai yang positif hal tersebut berarti bahwa manajemen

laba dilakukan dengan meningkatkan laba perusahaan. Sedangkan bila

discretionary accruals menunjukan nilai yang negatif berarti bahwa

manajemen laba dilakukan dengan menurunkan laba perusahaan.

b. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility diproksikan dalam

pengungkapan CSR. Penelitian ini menggunakan check list yang

mengacu pada indikator pengungkapan yang digunakan oleh

Sembiring (2005) dalam Yintayani (2011) yang telah disesuaikan

dengan peraturan BAPEPAM No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan.

Item-item indikator pengungkapan tersebut digunakan karena lebih

sesuai dengan keadaan perusahaan Indonesia, dimana pengungkapan

CSR-nya masih bersifat umum dan belum rinci.

Item-item tersebut dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu

lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain

tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Jumlah item

yang diharapkan diungkapkan perusahaan manufaktur adalah sebanyak

78 item yang terdiri atas kategori lingkungan (13 item), kategori energi

(7 item), kategori kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (8 item),

kategori lain-lain tenaga kerja (29 item), kategori produk (10 item),

kategori keterlibatan masyarakat (9 item) dan kategori umum (2 item).

Adapun item-item indikator tersebut yaitu:

38
1) Lingkungan

a) Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan

pengembangan untuk pengendalian polusi.

b) Pernyataan yang menunjukan bahwa operasi perusahaan tidak

mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan

peraturan polusi.

c) Pernyataan yang menunjukan bahwa polusi telah/akan

dikurangi.

d) Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat

pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau

reboisasi.

e) Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi,

minyak, air dan kertas.

f) Penggunaan material daur ulang.

g) Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan

yang dibuat perusahaan.

h) Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.

i) Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah

lingkungan.

j) Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.

k) Pengolahan limah.

l) Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak

lingkungan perusahaan.

39
m) Perlindungan lingkungan hidup.

2) Energi

a) Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan

operasi.

b) Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.

c) Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur

ulang.

d) Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi

energi.

e) Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk.

f) Riset yang mengarah pada efisiensi energi dari produk.

g) Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.

3) Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja

a) Mengurangi polusi, iritasi, atau risiko dalam lingkungan kerja.

b) Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik

atau mental.

c) Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.

d) Menaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja.

e) Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.

f) Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.

g) Melakukan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.

h) Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

40
4) Lain-Lain Tentang Tenaga Kerja

a) Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat.

b) Mengungkapkan presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang

cacat dalam tingkat managerial.

c) Mengungkapkan tujuan pengggunaan tenaga kerja

wanita/orang cacat dalam pekerjaan.

d) Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat.

e) Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.

f) Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang

pendidikan.

g) Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.

h) Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja

yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah

membuat kesalahan.

i) Mengungkapkan perencanaan pemilikan rumah karyawan.

j) Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.

k) Mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun.

l) Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan.

m) Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.

n) Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada.

o) Mengungkapkan disposisi staf – dimana staf ditempatkan.

41
p) Mengungkapkan jumlah staf, masa kerja dan kelompok usia

mereka.

q) Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalkan penjualan per

tenaga kerja.

r) Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.

s) Mengungkapkan rencana pemilikan saham oleh tenaga kerja.

t) Mengngkapkan rencana pembbagian keuntungan lain.

u) Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan

tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja.

v) Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan

masa depan perusahaan.

w) Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.

x) Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.

y) Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.

z) Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja

dinegosiasikan.

aa) Peningkatan kondisi kerja secara umum.

bb) Informasi re-organisasi perusahaan yang memengaruhi tenaga

kerja.

cc) Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.

5) Produk

a) Pengungkapan informasi pengambangan produk perusahaan,

termasuk pengemasannya.

42
b) Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.

c) Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk

memperbaiki produk.

d) Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.

e) Membuat produk lebih aman untuk konsumen.

f) Melakukan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.

g) Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam

pengolahan dan penyiapan produk.

h) Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.

i) Pengungkapan informasi mutu prduk yang dicerminkan dalam

penerimaan penghargaan.

j) Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah

meningkat (misalnya ISO 9000).

6) Keterlibatan Masyarakat

a) Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk pendukung

aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni.

b) Tenaga kerja paruh waktu (part-time employement) dari

mahasiswa/pelajar.

c) Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.

d) Membbantu riset medis.

e) Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau

pameran seni.

f) Membiayai program beasiswa.

43
g) Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.

h) Mensopnsori kampanye nasional,

i) Mendukung pengembangan indstri lokal.

7) Umum

a) Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan

dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat.

b) Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan

selain yang disebutkan di atas.

Pengukuran dilakukan dengan mencocokan item pada check list

dengan item yang diungkapkan perusahaan. Apabila item y

diungkapkan maka diberikan nilai 1, sebaliknya jika item y tidak

diungkapkan perusahaan oleh perusahaan maka diberikan nilai 0 pada

check list. Setelah mengidentifikasi item yang diungkapkan oleh

perusahaan di dalam laporan keuangan tahunan, serta mencocokkannya

dengan check list, hasil pengungkapan perusahaan dihitung indeksnya

dengan proksi Corporate Social Responsibility Index (CSRI). Adapun

rumus untuk menghitung CSRI adalah sebagai berikut:

44
Keterangan :

CSRIit : Indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan i.

ΣXyit : nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak

diungkapkan.

Nit : jumlah item untuk perusahan i, n it ≤ 78.

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima periode,

yaitu tahun 2010-2014. Alasan memilih perusahaan manufaktur sebagai

populasi perusahaan adalah karena:

1. Permasalahan dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks, sehingga

diharapkan akan lebih mampu menggambarkan keadaan perusahaan di

Indonesia.

2. Sektor manufaktur memiliki jumlah perusahaan terbanyak dibandingkan

dengan sektor yang lainnya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjek peneliti sesuai dengan

maksud dan tujuan penelitian (Sukandarrumidi, 2006). Sampel dipilih

berdasarkan pada kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel yang

ditentukan agar diperoleh sampel yang representatif. Kriteria dalam

45
pengambilan sampel secara purposive sampling dalam penelitian ini mengacu

pada penelitian Yoehana (2013) yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan mempublikasikan annual report lengkap yang dibutuhkan

selama tahun 2010-2014.

2. Perusahaan menyajikan laporan yang berakhir pada 31 Desember.

3. Perusahaan menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan keuangannya.

4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.

5. Perusahaan yang memiliki nilai aset bersih positif selama tahun penelitian.

6. Perusahaan yang memiliki CETR antara 0 dan 1 untuk memudahkan

proses perhitungan.

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data merupakan semua informasi baik yang merupakan suatu

benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kuantitatif

maupun kualitatif (Sukandarrumidi, 2006). Dalam penelitian ini, jenis data

yang digunakan merupakan data kuantitatif yaitu data yang disuguhkan dalam

bentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan merupakan jenis

sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun

2010-2014 yang didokumentasikan dalam www.idx.co.id ataupun alamat

website lainnya.

46
D. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sukandarrumidi (2006), ada beberapa metode yang dapat

digunakan untuk mengumpulkan data yaitu observasi, kuesioner, interview

dan dokumentasi. Pemilihan metode pengumpulan data ditentukan oleh

masalah, waktu, tenaga dan biaya yang tersedia. Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan:

1. Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dengan mencatat dokumen yang berkaitan

dengan penelitian ini, terutama yang berhubungan dengan variabel yang

diteliti.

2. Metode studi pustaka

Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji

berbagai literatur pustaka seperti buku-buku, jurnal, majalah dan sumber-

sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran dan deskripsi suatu data

yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2013). Statistik

deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi

dan perilaku data sampel tersebut.

47
2. Analisis Inferensial a.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan ada 4, yaitu:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Walaupun

normalitas suatu data tidak selalu diperlukan dalam analisis akan

tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel

berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara normal

maka hasil uji statistik akan terdegradasi (Ghozali, 2013).

Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji grafik histogram dan grafik p-plot serta uji

statistik Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas menggunakan grafik

histogram dilakukan dengan melihat bentuk grafiknya. Apabila

grafik histogram berbentuk simetris, tidak condong ke kiri atau ke

kanan, maka dapat dikatakan bahwa data telah terdistribusi secara

normal. Sebaliknya, jika grafik histogram condong ke kiri atau ke

kanan maka data tidak tersebar dengan normal. Pada grafik p-plot,

data dikatakan normal apabila titik-titik residual tersebar dan

berhimpit disekitar garis diagonal. Sedangkan uji Kolmogorov-

Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis:

48
H0 : Data residual berdistribusi normal

HA : Data residual tidak berdistribusi normal

Level signifikan yang digunakan adalah 0,05. Data

berdistribusi normal jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) hasil

perhitungan dalam komputer lebih dari 0,05 (Ghozali, 2013).

2) Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen

(Ghozali, 2013). Multikolonieritas adalah situasi adanya variabel-

variabel bebas diantara satu sama lain. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam

model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013) :

2
a) Nilai R yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi

empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak

banyak variabel independen yang memengaruhi variabel

dependen secara signifikan).

b) Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup

tinggi (di atas 0,95) maka merupakan indikasi adanya

multikolineraritas.

c) Melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk melihat multikolinearitas

adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai IF ≥ 10.

49
3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode

sebelumnya (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah

regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji asumsi

autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson

(DW). Kriteria yang harus dipenuhi untuk membuktikan bahwa

tidak terjadi autokorelasi adalah dU< DW< (4-dU).

4) Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

terdapat ketidaksamaan varian antar nilai residual (error) (Ghozali,

2013). Data yang ideal adalah yang tidak menyalahi asumsi

heteroskedastisitas, yaitu tidak terdapat ketidaksamaan varian antar

nilai residual (error). Untuk menguji asumsi heteroskedastisitas

digunakan grafik scatterplot dan uji Glejser.

Data yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas akan

membentuk grafik scatterplot yang menyebar dan tidak

membentuk pola tertentu. Titik-titik residual pada grafik

scatterplot akan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y. Dalam uji Glejser data yang memenuhi asumsi

heteroskedastisitas akan menunjukan probabilitas signifikansi

50
masing-masing variabel independen di atas 0,05 , begitu pula

sebaliknya (Ghozali, 2013).

b. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda merupakan analisis statistik

yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel

terikat) (Ghozali, 2013). Penelitian ini menguji pengaruh manajemen

laba (dengan proksi discretionary accruals) dan corporate social

responsibility (dengan proksi corporate social responsibility index)

terhadap agresivitas pajak perusahaan (dengan proksi cash effective

tax rate). Persamaan regresi penelitian ini adalah:

AGPit = α0 + β1 MLit + β2 CSRit + e ...7

Keterangan :

AGPit = agresivitas pajak perusahaan i tahun ke-t yang diukur

menggunakan proksi CETR

α0 = konstanta

β1 , β2 = koefisien regresi

CSRit = Pengungkapan item CSR perusahaan i tahun ke-t

MLit = Manajemen laba perusahaan i tahun ke-t

e = error (kesalahan pengganggu)

51
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
2
Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati

satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi

adalah bias terhadap jumlah independen yang dimasukkan ke dalam

model (Ghozali, 2013).

d. Pengujian Hipotesis

1) Uji Statistik F

Uji Statistik F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2013). Uji Statistik F dapat ditentukan dengan

melihat nilai F hitung atau signifikansinya (sig.) yang terdapat

pada tabel ANOVA. Kriteria yang digunakan untuk Uji Statistik F

yaitu:

a) Ho ditolak, Ha diterima yaitu bila nilai sig.-F kurang dari

tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau

52
b) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu bila nilai sig.-F lebih dari

tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara

bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Uji Statistik t

Uji Statistik t bertujuan untuk menguji seberapa besar

pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2013). Uji statistik t dapat ketahui dengan

melihat nilai t hitung atau nilai signifikansi (sig.) masing-masing

variabel independen yang terdapat dalam tabel coefficient. Kriteria

yang digunakan untuk Uji Statistik t yaitu:

a) Ho ditolak dan Ha diterima yaitu bila nilai signifikan kurang

dari tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara

individual berpengaruh terhadap variabel dependen atau,

b) Ho diterima dan Ha ditolak yaitu bila nilai signifikan lebih dari

tingkat signifikan 0,05 berarti variabel independen secara

individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

53
Tabel 3.1
Operasional Variabel

Variabel Jenis Perhitungan Skala


Variabel Pengukuran
Manajemen Independen Rasio
Laba

Corporate Independen Rasio


Social
Responsibility
Agresivitas Dependen T Pajak yang dibayar Rasio
Pajak Pendapatan sebelum pajak

54
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor

manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2010 sampai 2014. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan

metode purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih

sampel, yaitu :

1. Perusahaan mempublikasikan annual report lengkap yang dibutuhkan

selama tahun 2010-2014.

2. Perusahaan menyajikan laporan yang berakhir pada 31 Desember.

3. Perusahaan menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan keuangannya.

4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian.

5. Perusahaan yang memiliki nilai aset bersih positif selama tahun penelitian.

6. Perusahaan yang memiliki CETR antara 0 dan 1 untuk memudahkan

proses perhitungan.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut, didapatkan sampel

sebanyak 42 perusahaan dengan total data observasi sebanyak 210 sampel (42

5). Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

tampak pada tabel 4.1. sebagai berikut.

55
Tabel 4. 1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 123
2010-2014
Laporan keuangan yang menggunakan mata uang asing 20
Jumlah perusahaan yang mengalami kerugian 42
Jumlah perusahaan dengan CETR yang bernilai negatif 6
Jumlah perusahaan dengan CETR yang bernilai lebih 9
dari 1
Peneliti tidak dapat memperoleh annual report 4
perusahaan
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 42
Jumlah pengamatan (tahun) 5
Jumlah sampel total selama periode penelitian 210

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi

berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh

mengenai pengaruh variabel independen (manajemen laba dan corporate

social responsibility) terhadap variabel dependen yaitu agresivitas pajak.

1. Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel

dependen (Y) yaitu agresivitas pajak serta variabel independen yaitu

manajemen laba (X1) dan corporate social responsibility (X2). Hasil

pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif seperti yang terlihat

dalam tabel 4.2.

56
Tabel 4. 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ML 210 -0,2636 0,3072 0,019689 0,081358
CSR 210 0,0641 0,8974 0,400549 0,205463
AGP 210 0,0156 0,9753 0,291944 0,146263
Valid N 210
(listwise)

Variabel manajemen laba diukur dengan menggunakan nilai

Discretionary Accruals (DA), semakin mendekati nol nilai yang didapat

maka semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan melakukan

manajemen laba. Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis dengan

menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel independen manajemen

laba menunjukan nilai DA minimum sebesar -0,2636 , nilai DA

maksimum sebesar 0,3072 , nilai rata-rata DA sebesar 0,019689 dan

standar deviasi DA sebesar 0,081358.

Nilai DA minimum sebesar -0,2636 yang dimiliki oleh HM

Sampoerna Tbk pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa HM Sampoerna

Tbk melakukan penurunan laba, yaitu sebesar 26,36% dari total aset tahun

2009. Nilai DA maksimum sebesar 0,3072 yang dimiliki oleh Lionmesh

Prima Tbk pada tahun 2012 mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut

melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba, yaitu sebesar

30,72% dari total aset tahun 2011. Sedangkan rata-rata DA sebesar

0,019689 mengindikasikan bahwa rata-rata sampel secara umum

melakukan manajemen laba melalui kebijakan akrual yang meningkatkan

laba sebesar 1,97% dari total aset t-1.

57
Variabel corporate social responsibility diukur dengan

menggunakan Corporate Social Responsibility Index (CSRI), semakin

besar nilai yang dihasilkan semakin baik tanggungjawab sosial suatu

perusahaan. Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis dengan menggunakan

statistik deskriptif terhadap variabel independen corporate social

responsibility menunjukan nilai CSRI minimum sebesar 0,0641 , nilai

CSRI maksimum sebesar 0,8974 , nilai rata-rata CSRI sebesar 0,400549

dan standar deviasi CSRI sebesar 0,205463.

Nilai CSRI minimum sebesar 0,0641 dimiliki oleh Champion Pasific

Indonesia Tbk tiga tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2010, 2011 dan

2012. Hal ini menunjukan bahwa Champion Pasific Indonesia Tbk

merupakan yang paling sedikit melaksanakan dan mengungkapkan

kegiatan CSR, yaitu sebanyak 6,41% dari total item yang telah ditetapkan

sebagai kriteria. Nilai CSRI maksimum sebesar 0,8974 dimiliki oleh Astra

Internasional Tbk pada tahun 2013 dan 2014. Hal ini menunjukan Astra

Internasional Tbk merupakan yang paling banyak melaksanakan dan

mengungkapkan kegiatan CSR, yaitu sebanyak 89,74% dari total item

yang telah ditetapkan sebagai kriteria. Sedangkan rata-rata CSRI sebesar

0,400549 yang menunjukan bahwa rata-rata sampel melaksanakan dan

mengungkapkan kegiatan CSR sebanyak 40,06% dari total item yang

ditetapkan sebagai kriteria. Hal ini masih belum cukup baik, mengingat

nilai rata-ratanya tidak mencapai setengah dari kriteria yang telah

ditetapkan.

58
Variabel agresivitas pajak diukur dengan menggunakan Cash

Effective Tax Rate (CETR), semakin mendekati nol nilai yang dihasilkan

maka semakin agresif suatu perusahaan terhadap pajak penghasilan yang

harus dibayarkan. Berdasarkan tabel 4.2, hasil analisis dengan

menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel dependen agresivitas

pajak menunjukan nilai CETR minimum sebesar 0,0156 , nilai CETR

maksimum sebesar 0,9753 , nilai rata-rata CETR sebesar 0,291944 dan

standar deviasi CETR sebesar 0,146263.

Nilai CETR minimum sebesar 0,0156 atau 1,56% yang dimiliki oleh

Prima Alloy Steel Universal Tbk pada tahun 2012 menunjukan bahwa

Prima Alloy Steel Universal Tbk membayar pajak penghasilan badan pada

tahun 2012 sebanyak 1,56% dari jumlah laba sebelum pajak. Nilai tersebut

mengindikasikan bahwa Prima Alloy Steel Universal Tbk sangat agresif

terhadap pajak penghasilan yang harus dibayarkannya pada tahun tersebut

dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang bergerak di sektor

manufaktur. Nilai CETR maksimum sebesar 0,9753 atau 97,53% yang

dimiliki oleh Indospring Tbk pada tahun 2010 menunjukan bahwa

Indospring Tbk membayar pajak penghasilan badan tahun 2010 sebanyak

97,53% dari jumlah laba sebelum pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa

Indospring Tbk tidak cukup agresif terhadap pajak penghasilan yang harus

dibayarkan pada tahun tersebut. Sedangkan rata-rata CETR sebesar

0,291944 atau 29,19% mengindikasikan bahwa rata-rata sampel secara

59
umum membayar pajak penghasilan badannya sebesar 29,19% dari laba

sebelum pajak.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan alat uji grafik histogram,

grafik normal p-plot dan non-parametic Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Dasar pengambilan keputusan pada uji grafik histogram dan

grafik normal p-plot adalah dengan melihat bentuk grafik dan

persebaran titik-titik residual. Sedangkan pengambilan keputusan

dalam uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi

data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05 maka variabel

tidak terdistribusi secara nornal dan menolak H0. Sebaliknya jika

angka probabilitas lebih dari 0,05 berarti data terdistribusi secara

normal dan menolak HA. Adapun hasil uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel 4.3.

60
Tabel 4. 3
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 210
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,14527415
Most Extreme Absolute ,153
Differences Positive ,153
Negative -,099
Test Statistic ,153
c
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa ketiga variabel memiliki

probabilitas signifikansi 0,000 dan nilainya jauh dibawah 0,05. Hal ini

berarti hipotesis nol ditolak atau variabel manajemen laba (ML),

corporate social responsibility (CSR) dan agresivitas pajak (AGP)

tidak terdistribusi secara normal. Untuk mendapatkan hasil pengujian

yang lebih baik dan valid maka dilakukan transformasi variabel

penelitian yang tidak terdistribusi secara normal ke dalam bentuk akar

kuadrat (sqrt).

Setelah dilakukan transformasi hanya variabel corporate social

responsibilities (CSRsqrt) yang terdistribusi secara normal, sedangkan

variabel manajemen laba (ML) dan agresivitas pajak (AGP) masih

tidak terdistribusi secara normal. Untuk itu dilakukan pengurangan

data yang dianggap outlier. Outlier adalah kasus atau data yang

memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari

observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim

baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali,

2013). Terdapat 2 data outlier dari variabel manajemen laba (ML) dan

61
44 data outlier dari variabel agresivitas pajak (AGP) yang

dikurangkan. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian berkurang menjadi 164 (210-46) sampel. Hasil uji

normalitas setelah transformasi variabel dan pengurangan data outlier

dapat dilihat dalam tabel 4.4.

Tabel 4. 4
Hasil Uji Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah
Transformasi dan Pengurangan Data Outlier
Unstandardized
Residual
N 164
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation ,06113207
Most Extreme Absolute ,056
Differences Positive ,056
Negative -,047
Test Statistic ,056
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa setelah dilakukannya

transformasi variabel corporate social responsibility ke dalam bentuk

akar kuadrat serta setelah dilakukan pengurangan data yang dianggap

outlier pada variabel manajemen laba (ML) dan agresivitas pajak

(AGP) diperoleh nilai probabilitas signifikansi residual sebesar 0,200.

Nilai probabilitas signifikansi variabel-variabel tersebut lebih besar

dari 0,05 sehingga H0 diterima dan HA ditolak atau dapat dinyatakan

bahwa variabel manajemen laba, corporate social responsibility dan

agresivitas pajak telah terdistribusi secara nornal.

Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh pengujian dengan

menggunakan grafik histogram pada gambar 4.1 dan grafik normal p-

62
plot pada gambar 4.2. Grafik histogram menunjukan bentuk yang

simetris tidak condong ke kiri atau ke kanan, hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa residual telah terdistribusi secara normal. Begitu

pula dengan grafik normal p-plot, titik-titik menyebar berhimpit di

sekitar diagonal dan hal ini juga menunjukan bahwa residual telah

terdistribusi secara normal.

Gambar 4.1 Gambar 4. 2


Grafik Histogram Grafik Normal P-Plot

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji multikolonieritas

dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi, nilai VIF (Variance

Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Suatu model regresi yang bebas

dari multikolonieritas memiliki nilai korelasi antar variabel

independennya kurang dari 0,95 serta nilai VIF yang tidak melebihi 10

63
dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,10. Hasil uji multikolonieritas

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6.

Tabel 4. 5
Hasil Uji Multikolonieritas Berdasarkan Nilai Korelasi
Variabel Independen
Coefficient Correlations
a
Model CSRsqrt ML
1 Correlations CSRsqrt 1,000 ,013
ML ,013 1,000
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)

Tabel 4. 6
Hasil Uji Multikolonieritas Berdasarkan Nilai VIF dan Tolerance
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics Keterangan
Tolerance VIF
1 ML 1,000 1,000 Tidak ada multikolonieritas
CSRsqrt 1,000 1,000 Tidak ada multikolonieritas
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)

Pada tabel 4.5 terlihat hasil pengujian multikolonieritas

berdasarkan nilai korelasi antara variabel manajemen laba (ML) dan

corporate social responsibility (CSRsqrt) sebesar 0,013 atau sekitar

1,3%. Korelasi ini jauh dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak

terdapat multikolonieritas antar variabel independen.

Pada tabel 4.6 dapat terlihat hasil perhitungan nilai Tolerance

kedua variabel independen yaitu sebesar 1,000 atau tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,1. Tabel 4.6

juga menunjukan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor

(VIF) antar kedua variabel independen yaitu sebesar 1,000 atau tidak

ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.

64
Bedasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak

ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi

(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilakukan

dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Sebuah data dikatakan

tidak memiliki masalah autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson

(DW) berada diantara nilai dU (upper bound) dan 4-dU. Hasil

pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4. 7
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel Durbin- Lower Upper Keterangan
Watson Bound Bound
AGP 1,959 1,748 1,789 Tidak ada
autokorelasi
AGP: Agresivitas Pajak

Pada gambar 4.3 di bawah ini merupakan hasil uji autokorelasi

Durbin-Watson penelitian ini dengan menggunakan sebanyak 168

sampel dan 2 variabel independen.

65
Gambar 4. 3
Hasil Uji Autokorelasi
Ada Daerah Tidak ada Daerah Ada
autokorelasi ketidakpastian autokorelasi ketidakpastian autokorelasi
dL dU 1,959 4-dU 4-dL
1,748 1,789 2,211 2,252

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa hasil perhitungan nilai

Durbin-Watson sebesar 1,959 , nilai ini dibandingkan dengan nilai

tabel yang menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 200 (N)

dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka dari tabel didapatkan

nilai dL sebesar 1,748 dan dU sebesar 1,789. Gambar 4.3 menunjukan

bahwa nilai DW berada diantara nilai dU sebesar 1,789 dan 4-dU

sebesar 2,211. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi

tidak terdapat masalah autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual (error) satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Data yang ideal adalah yang

tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas, yaitu tidak terdapat

kesamaan varian antar nilai residual (error) (Ghozali, 2013). Untuk

menguji asumsi heteroskedastisitas digunakan grafik scatterplot dan uji

Glejser. Data yang tidak menyalahi asumsi heteroskedastisitas titik-

titik yang terdapat pada grafik scatterplot akan terlihat menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sedangkan dalam uji Glejser

data yang memenuhi asumsi heteroskedastisitas akan

66
menunjukan probabilitas signifikansi masing-masing variabel

independen di atas 0,05 , begitu pula sebaliknya. Hasil uji

heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot dapat dilihat

pada gambar 4.4.

Gambar 4. 4
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Grafik Scatterplot

Hasil uji heterokedastisitas dengan Uji Glejser dapat dilihat pada

tabel 4.8.

Tabel 4. 8
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficients
a
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,049 ,012 4,149 ,000
ML ,023 ,042 ,043 ,547 ,585
CSRsqrt -,006 ,018 -,024 -,299 ,765
a. Dependent Variable: AbsUt

67
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa dalam grafik scatterplot titik-

titik residual menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka 0

pada sumbu Y. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model

regresi layak untuk dipakai untuk memprediksi agresivitas pajak

berdasarkan masukan variabel independen manajemen laba (ML) dan

corporate social responsibility (CSRsqrt).

Tabel 4.8 menunjukan hasil uji Glejser dengan probabilitas

signifikansi variabel manajemen laba (ML) sebesar 0,585 dan

corporate social responsibility (CSRsqrt) sebesar 0,765. Kedua

variabel ini memperoleh nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari

0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahawa model regresi dalam

penelitian ini tidak mengandung heterokedastisitas.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)


2
Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

2
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen manajemen laba

68
dan corporate social responsibility. Hasil uji koefisien Adjusted R Square

dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4. 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 ,208 ,043 ,031 ,061510598
a. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML
b. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)

Pada tabel 4.9 memperlihatkan R Square dan Adjusted R Square

masing-masing sebesar 0,043 dan 0,031. Hal ini berarti variabel

agresivitas pajak dapat dijelaskan sebanyak 3,1% oleh variabel manajemen

laba dan corporate social responsibility. Sedangkan mayoritas sisanya,

yaitu sebesar 96,9% 100%−3,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang

tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian ini seperti jumlah

komisaris independen, kepemilikan institusional (Amril, dkk.), ukuran

dewan direksi, ukuran komite audit (Winarsih, dkk.), struktur kepemilikan

(Landry, dkk.), likuiditas (Putri, 2014); (Suryanto dan Supramono, 2012)

serta leverage (Suryanto dan Supramono, 2012).

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan model analisis regresi linier berganda (multiple regression

analysis), yaitu dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik F

dan uji statistik t.

69
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji Statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-

sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi

0,05. Uji Statistik F dapat ditentukan dengan melihat nilai F hitung

atau signifikansinya (sig.) yang terdapat pada tabel ANOVA. Jika nilai

probabilitas F lebih kecil dari 0,05 maka HA diterima dan menolak H0.

Sedangkan jika nilai probabilitas F lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima dan menolak HA. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel

4.9.

Tabel 4. 10
Hasil Uji Statistik F
ANOVA
a
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression ,027 2 ,014 3,627 ,029b
Residual ,609 161 ,004
Total ,637 163
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)
b. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML

Dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa hasil uji statistik F memiliki

nilai probabilitas sebesar 0,029 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian

HA diterima dan menolak H0. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa kedua variabel independen yaitu manajemen laba dan corporate

social responsibility secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen yaitu agresivitas pajak.

70
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji Statistik t bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen yang

diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Uji statistik t dapat ketahui dengan

melihat nilai t hitung atau nilai signifikansi (sig.) masing-masing

variabel independen yang terdapat dalam tabel coefficient (Ghozali,

2013). Sama dengan uji signifikansi F, jika nilai probabilitas t lebih

kecil dari 0,05 maka HA diterima dan menolak H0. Sedangkan jika

nilai probabilitas t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak

HA. Hasil uji statistik t variabel manajemen laba dan corporate social

responsibility terhadap agresivitas pajak dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4. 11
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Statistik t)
Coefficients
a
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,306 ,018 16,702 ,000
ML ,015 ,065 ,018 ,232 ,817
CSRsqrt -,076 ,028 -,207 -2,680 ,008
a. Dependent Variable: AGP (Agresivitas Pajak)

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa variabel independen

manajemen laba (ML) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,817

lebih besar dari 0,05 dengan koefisien beta sebesar 0,015. Tingkat

signifikansi 0,817 lebih besar dari 0,05 berarti H 1 ditolak dan H2

diterima sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen laba tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.

71
Sedangkan koefisien beta menunjukan nilai yang positif, hal

tersebut berarti bahwa variabel manajemen laba memiliki pengaruh

yang positif terhadap agresivitas pajak. Semakin banyak perusahaan

melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba, semakin sedikit

pajak penghasilan yang harus dibayarkan atau dengan kata lain

semakin agresif perusahaan terhadap pajak. Koefisien beta untuk

variabel independen manajemen laba (ML) sebesar 0,015 juga

menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan manajemen laba

akan meningkatkan agresivitas pajak sebesar 0,015 atau 1,5%.

Berdasarkan beberapa hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel

independen manajemen laba berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap variabel agresivitas pajak.

Pada tabel 4.11 juga dapat dilihat bahwa variabel independen

corporate social responsibility (CSRsqrt) memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,008 lebih besar dari 0,05 dengan koefisien beta

sebesar -0,076. Tingkat signifikansi 0,05 lebih kecil dari 0,05

sehingga hipotesis H1 diterima dan H2 ditolak sehingga dapat

dikatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh secara

signifikan terhadap agresivitas pajak.

Sedangkan koefisien beta menunjukan nilai yang negatif yaitu

sebesar -0,076, hal tersebut berarti bahwa variabel corporate social

responsibility memiliki pengaruh yang negatif terhadap agresivitas

pajak. Semakin banyak perusahaan melakukan dan melaporkan

72
kegiatan corporate social responsibility, semakin rendah agresivitas

perusahaan terhadap pajak. Koefisien beta untuk variabel independen

corporate social responsibility (CSRsqrt) sebesar -0,076 menunjukan

bahwa, apabila variabel corporate social responsibility (CSRsqrt)

bertambah 1 satuan maka akan menurunkan agresivitas pajak sebesar

0,076 atau 7,6%. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa variabel independen corporate social responsibility

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel agresivitas pajak.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Management) Terhadap

Agresivitas Pajak

Berdasarkan hasil uji statistik t yang ditunjukkan oleh tabel 4.11

dapat dikatakan bahwa variabel manajemen laba berpengaruh positif tetapi

tidak signifikan terhadap agresivitas pajak. Ini menunjukan bahwa

manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat meminimalkan beban

pajak yang harus dibayarkan. Namun manajemen laba tidak berdampak

besar bagi tujuan meminimalisasi biaya pajak. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amril, dkk.

(2015) dan Putri (2014). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014) serta Suryanto dan

Supramono (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan antara variabel manajemen laba terhadap agresivitas pajak

perusahaan.

73
Putri (2014) menyatakan bahwa pengaruh positif manajemen laba

terhadap agresivitas pajak perusahaan dapat dijelaskan karena angka laba

menjadi acuan untuk menghitung besarnya beban pajak terutang

perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan melaporkan laba sesuai

dengan keinginannya untuk memperkecil beban pajak perusahaan.

Walaupun demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa manajemen

laba yang dilakukan tidak signifikan memengaruhi agresivitas perusahaan

yang diukur dengan proksi Cash Effective Tax Rate (CETR), pengaruh

yang tidak signifikan dapat diilustrasikan dalam aktivitas manajemen laba

dengan objek aktiva tetap.

Pada manajemen laba yang objeknya adalah estimasi ekonomis

umur aktiva tetap, perusahaan dapat melakukan income decreasing dengan

membuat biaya depresiasi aktiva tetap periode berjalan lebih besar

dibandingkan depresiasi periode sebelumnya dengan mengganti umur

ekonomisnya menjadi lebih pendek. Perubahan ini secara langsung akan

membuat laba periode bersangkutan menjadi lebih kecil dibandingkan laba

sesungguhnya (Sulistyanto, 2008 dalam Putri, 2014).

Ketentuan dalam UU PPh dan PSAK terkait pengakuan pendapatan

dan beban tidak sama, karena memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan

antara pajak dan akuntansi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

perbedaan permanen (tetap) dan perbedaan temporer (sementara/waktu)

(Martani, 2012). Perbedaan permanen adalah perbedaan yang disebabkan

oleh adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara standar

74
akuntansi dan peraturan perpajakan. Sedangkan perbedaan temporer

adalah perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode

pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi

dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan timbulnya pajak

tangguhan, baik itu berupa aset pajak tangguhan ataupun kewajiban pajak

tangguhan. Apabila terdapat kemungkinan pembayaran pajak yang lebih

kecil di tahun berikutnya, maka hal ini disebut aset pajak tangguhan.

Sedangkan jika terdapat kemungkinan pembayaran pajak yang lebih besar,

maka hal ini disebut kewajiban pajak tangguhan (Suandy, 2014).

Misalnya perbedaan masa manfaat aset tetap antara ketentuan

perpajakan dan kebijakan entitas dalam melakukan penyusutan. Akibat

perbedaan masa manfaat dan nilai penyusutan yang berbeda menyebabkan

perbedaan nilai buku aset dalam laporan posisi keuangan dengan dasar

pengenaan pajaknya. Setiap akhir pelaporan entitas melakukan rekonsiliasi

fiskal atau koreksi fiskal atas laba sebelum pajak untuk menghitung

jumlah penghasilan kena pajak (PhKP). Sehingga meskipun perusahaan

melakukan manajemen laba dengan income decreasing tidak akan

berdampak terhadap tujuan meminimalkan pajak karena ada perbedaan

ketentuan terkait pengakuan pendapatan dan beban antara komersial dan

laba fiskal tersebut. Oleh karena hal tersebut, menyebabkan laba komersial

yang disajikan perusahaan tidak dapat memengaruhi tingkat agresivitas

pajak perusahaan secara signifikan.

75
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap

Agresivitas Pajak

Berdasarkan hasil uji statistik t yang ditunjukkan oleh tabel 4.11

dapat dikatakan bahwa variabel corporate social responsibility

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.

Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Jessica dan Toly (2014), Winarsih dkk., (2014) dan Landry et.al.

(2013). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa apabila nilai

pengungkapan CSR besar, maka belum tentu perusahaan akan semakin

tidak agresif terhadap pajak.

Menurut Winarsih, dkk. (2014), pelaporan CSR tidak dapat menjadi

ukuran terhadap kinerja CSR yang dilakukan perusahaan karena infomasi

CSR yang diungkapkan dalam laporan belum tentu sesuai dengan kondisi

yang sebenanya. Pengukuran CSR dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengamati ada tidaknya suatu item informasi yang terdapat dalam laporan

tahunan perusahaan. Sedangkan kontrol dari pihak yang diberi wewenang

terhadap laporan CSR juga belum tentu ada sehingga kebenaran dari yang

dilaporkan perusahaan mengenai kegiatan CSR-nya belum dapat

dipertanggungjawabkan. Maka tingkat pengungkapan kegiatan

tanggungjawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan tidak dapat

dijadikan jaminan akan rendahnya tindakan pajak agresif yang dilakukan

oleh perusahaan.

76
Berbeda dengan hasil penelitian Winarsih, dkk. (2014), hasil

penelitian ini menunjukan hal yang sebalikya, yaitu CSR mempunyai

hubungan negatif yang signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil

penelitian ini sama dengan dengan hasil penelitian Issam, dkk. (2015)

untuk CSR dimensi ekonomi, Zhang et.al. (2013) dan Lanis dan

Richardson (2012). Hasil penelitian Lanis dan Richardson (2012)

menyatakan bahwa semakin perusahaan bertanggungjawab terhadap sosial

maka semakin besar kemungkinannya untuk mencegah aktivitas

agresivitas pajak. Hasil analisis tambahan juga menunjukan bahwa

komitmen investasi sosial dan strategi CSR perusahaan (termasuk etika

dan aturan bisnis) dari elemen dasar kegiatan CSR memiliki dampak

negatif terhadap agresivitas pajak.

Zhang et.al (2013) juga menguji hubungan antara CSR dan

agresivitas pajak. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa perusahaan yang

lebih tidak bertanggungjawab terhadap kegiatan CSR memiliki hubungan

yang lebih erat dengan aktivitas penghindaran pajak dan memiliki lebih

besar perbedaan dikresioner/perbedaan tetap perpajakan. Hal ini

disebabkan mungkin karena adanya gagasan bahwa selama ini CSR dilihat

sebagai budaya perusahaan yang dapat mempengaruhi penghindaran

pajaknya. Penemuan dalam penelitian ini menunjukan secara garis besar

perusahaan yang kurang bertanggungjawab terhadap kegiatan CSR-nya

cenderung lebih agresif dalam penghindaran pajak, sementara pada

77
perusahaan lainnya yang lebih bertanggungjawab terhadap kegiatan CSR-

nya cenderung tidak terlalu agresif dalam penghindaran pajak.

Hasil yang signifikan ini juga membuktikan hipotesis sebelumnya

yang erat kaitannya dengan teori legitimasi, bahwa untuk mencapai

keuntungan yang lebih baik dan untuk mempertahankan keberlanjutan

usahanya, perusahaan akan berusaha menjaga kepercayaan para

stakeholders-nya dengan melakukan dan melaporkan kegiatan CSR,

termasuk menjaga kepercayaan pihak pemerintah dengan tidak melakukan

tindakan agresif terhadap pembayaran pajak penghasilan.

Tentu saja agar perusahaan mau melaksanakan dan mengungkapkan

ketgiatan tanggungjawab sosialnya serta menjadi tidak agresif terhadap

pajak yang harus dibayarkannya, peran serta pemerintah sangat

dibutuhkan. Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas dan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal yang mengatur mengenai pelaksanaan dan

pelaporan kegiatan CSR dikeluarkan untuk mendorong perusahaan agar

mau melakukan dan melaporkan kegiatan tanggungjawab sosialnya.

Namun dengan penerbitan peraturan-peraturan tersebut saja tidak cukup,

pemerintah kembali menerbitkan PP 93 Tahun 2010 tentang sumbangan

dan biaya terkait kegiatan CSR yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto untuk mendorong perusahaan melakukan kegiatan tanggungjawab

sosial. Harseno (2014) mengemukakan bahwa berdasarkan Pasal 1 PP 93

Tahun 2010 terdapat biaya CSR yang dapat dikurangkan sampai jumlah

78
tertentu dari penghasilan bruto dalam rangka perhitungan penghasilan

kena pajak yang terdiri atas :

a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang

dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

c. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

d. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

e. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pengeluaran CSR berupa sumbangan dan/atau biaya dalam bentuk

sebagaimana disebutkan di atas dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

dengan syarat :

a. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT

Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya.

b. Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi pada

Tahun Pajak sumbangan diberikan.

c. Didukung oleh bukti yang sah.

79
d. Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biayamemiliki NPWP,

kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.

e. Penerima sumbangan dan/atau biaya CSR bukan pihak yang

mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-

Undang tentang Pajak Penghasilan dengan Wajib Pajak pemberi.

Dengan adanya PP 93 Tahun 2010 jenis sumbangan dan biaya terkait

kegiatan CSR tersebut telah dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

sehingga dengan adanya biaya-biaya tersebut pajak penghasilan (PPh)

yang harus dibayarkan perusahaan akan berkurang. Oleh karena itu

perusahaan akan mendapat keuntungan dari sisi pajak apabila perusahaan

melaksanakan kegiatan CSR. Hal ini menyebabkan perusahaan yang

melakukan kegiatan CSR lebih tidak agresif terhadap pajak penghasilan

yang harus dibayarkannya, sehingga menghasilkan pengaruh yang negatif

dan signifikan.

80
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh manajemen laba dan corporate

social responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak. Perusahaan yang

termasuk dalam populasi pemelitian adalah perusahaan yang bergerak di

sektor manufaktur dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima

periode berturut-turut tahun 2010-2014. Data sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 210 (42 5) pengamatan. Analisis menggunakan model

regresi berganda dengan program IBM Statistical Package for Social Science

(SPSS) versi 22. Berdasarkan data yang dikumpulkan, hasil pengujian yang

telah dilakukan dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajemen laba yang diukur dengan menggunakan Discretionary

Accruals (DA) tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak

perusahaan yang diukur dengan Cash Effective Tax Rate (CETR). Hasil

yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Amril,

dkk (2015) dan Putri (2014).

2. Corporate Social Responsibility (CSR) yang diukur dengan menggunakan

Corporate Social Responsibility Index (CSRI) memiliki pengaruh terhadap

agresivitas pajak perusahaan yang diukur dengan Cash Effective Tax Rate

(CETR). Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan

81
oleh Issam, dkk. (2015) untuk CSR dimensi ekonomi, Zhang et.al. (2013)

dan Lanis dan Richardson (2012).

B. Saran

Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan

mengenai beberapa hal diantaranya :

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan perusahaan yang

bergerak di sektor selain sektor manufaktur sebagai objek penelitian.

Dengan demikian dapat diketahui pengaruh manajemen laba dan

corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak perusahaan dari

masing-masing sektor yang ada serta dari semua industri secara

keseluruhan.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain sebagai vaiabel

independen ataupun variabel kontrol seperti likuiditas, leverage,

profitabilitas, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, komisaris

independen dan jumlah auditor internal.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi selain Cash

Effective Tax Rate (CETR) untuk mengukur agresivitas pajak perusahaan

seperti Effective Tax Rate (CETR) atau Book Tax Difference (BTD). Dapat

pula dilakukan perbandingan hasil antara dua proksi pengukuran

agresivitas pajak yang berbeda untuk melihat proksi mana yang lebih baik

untuk menggambarkan hasil penelitian.

82
DAFTAR PUSTAKA

Amril, Alfred, dkk. “Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Governance


Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013”. Jurnal Akuntansi Universitas
Bung Hatta, 2015.

Anonim, 2013. “Bisnis Kotor Korporasi Raja Garuda Mas di Sektor Sumber Daya
Alam”. Riau Corruption Trial. Artikel diakses dari
http://rct.or.id/index.php/berita/opini/78-made-ali, pada tanggal 02
Desember 2015.

Bouty, Henny. “Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak”. Jakarta : PT Putra Zet


Es, 2010.

Chen, et.al. “Are Firms More Tax Aggressive Than Non-Family Firms?” Journal
of Financial Economics. Vol. 95. Hal. 41-61, 2010.

Dechow, P. M., R. G. Sloan, dan A. P. Sweeney. “Detecting Earnings


Management”. The Accounting Review 70 (2): 193‐225, 1995.

Frank, M., L.J. Lynch dan S.O. ego. “Tax Reporting Aggressiveness and Its
Relation To Aggressive Financial Reporting”. The Accounting Review
Vol.84, No.2, pp. 467-496, 2009.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.


Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.

Harseno, Gery. 2014. “Perhitungan dan Kewajiban Biaya S dengan Pajak”.


Diakses dari http://gharseno.blogspot.co.id/2014/05/perhitungan-dan-
kewajiban-biaya-csr.html?m=1, pada tanggal 11 Maret 2016.

Haryanto, Joko Tri. “ evolusi Fungsi Perpajakan”. Diakses dari


http://www.kemenkeu.go.id/en/node/44642, pada tanggal 20 Juni 2015.

Hidayanti, Alfiani Nur. “Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga Dan Corporate


Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Semarang : Universitas
Diponegoro, 2013.

Issam, Laguir, Raffaele Stagliano dan Elbaz Jamal. “Does Corporate Social
Responsibility Affect Corporate Tax Aggressiveness?”. Journal of Cleaner
Production Vol.107: 662-675, 2015.

83
Jessica dan Agus Arianto Toly. “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibilty Terhadap Agresivitas Pajak”. Tax & Accounting Review,
Vol.4, No.1, 2014.

Kamila, Putri Almainda dan Dwi Martani. “Analisis Hubungan Agresivitas


Pelaporan Keuangan dan Agresivitas Pajak”. Simposium Nasional
Akuntansi 17 Mataram, Lombok, 2014.

Kementrian Keuangan republik Indonesia. “Realisasi Pendapatan Negara Tahun


2014 apai p1.537,2 Triliun”. Artikel diakses dari
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/realisasi-pendapatan-negara-tahun-2014-
capai-rp15372-triliun, pada tanggal 20 Juni 2015.

Lanis, R. dan G. ichardson. “Corporate Social Responsibility and Tax


Aggressiveness : An empirical analysis”. Journal of Accounting and Public
Policy pp.86-108. 2012.

Mardiasmo. “Perpajakan”. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. 2011.

Martani, Dwi. 2012. “Akuntansi Pajak Penghasilan”. Artikel diakses dari


http://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/artikel/akuntansi-PPh, pada
tanggal 10 Maret 2016

Purwanggono, rlang Anugrahendra. “Pengaruh Corporate Social Rresponsibility


dan Kepemilikan Mayoritas Terhadap Agresivits Pajak”. Universitas
Diponegoro : Semarang. Skripsi. Tidak dipublikasikan, 2015.

Putra, Haris Fitra. “Analisis Pelaksanaan Pengungkapan Corporate Social


Responsibility (CSR) Pada Perbankan Syariah Indonesia Berdasarkan
Indeks Islamic Social Reporting IS ”. Malang: Universitas Brawijaya, 2014.

Putri,Lucy Y.P. “Pengaruh Likuiditas, Manajemen Laba dan Corporate


Governance Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”. Jurnal Akuntansi
Universitas Negeri Padang Vol.2 No.1, 2014.

Putri, Tri Artining . “Banding Anak Usaha Asian Agri Kembali Ditolak”. Artikel
diakses dari http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/03/28/087653560/
banding-anak-usaha-asian-agri-kembali-ditolak, pada tanggal 02 Desember
2015.

Riahi, Ahmed dan Belkoui. “Teori Akuntansi, edisi 5 buku 1”. Jakarta : Salemba
Empat, 2006.

Scott, William . “Financial Accounting Theory sixth edition”. Toronto : Pearson


Canada Inc., 2012.
84
Setyamurti, ita atna. “Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Manajemen
Laba Terhadap Likuiditas”. Universitas Diponegoro: Semarang, 2015.

Siregar, Bagja. “Kasus Manipulasi Pajak, Dari Bakrie Hingga B A”. Artikel
diakses dari http://www.kompasiana.com/bagjasiregar/kasus-manipulasi-
pajak-dari-bakrie-hingga-bca_54f97f04a333111a648b4784, pada tanggal 02
Desember 2015.

Suandy, rly. “Perencanaan Pajak disi 5”. Jakarta: Salemba mpat, 2014.

Suhaidi, dkk. “Sinkronisasi Antara Hukum Pajak dengan Undang-Unndang


Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Mengenai Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan S ”. USU Law Journal, 2014.

Sukandarrumidi. “Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti


Pemula”. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2006.

Suyanto, Krisnata Dwi dan Supramono. Likuiditas, Leverage, Komisaris


Independen dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.2 Mei 2012, hlm. 167–177,
2012.

Tilling, Matthew . “Revinements to Legitimacy Theory in Social and Enviromental


Accounting”. Commers Research Papper Series No.04-6. ISSN: 1441-3906.
South Australia: Flinders University, 2004.

Winarsih, Rina, dkk. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate


Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Simposium
Nasional Akuntansi 17 Mataram, Lombok, 2014.

Yintayani, Ni Nyoman. “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Social Corporate


Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009 ”. Denpasar : Tesis. Tidak dipublikasikan, 2011.

Zhang, et.al. “Is CorporateSocial Responsibility (CSR) Associated with Tax


Avoidance? Evidence from Irresponsible CSR Activities”. The Accounting
Review Vol.88, No.6, pp.2025-2059, 2013.

85
Lampiran 1

Daftar Perusahaan Sampel

NO. KODE NAMA PERUSAHAAN


1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
3 APLI Asiaplast Industries Tbk
4 ARNA Arwana Citramulia Tbk
5 ASII Astra International Tbk
6 AUTO Astra Otoparts Tbk
7 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
9 DLTA Delta Djakarta Tbk
10 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
11 EKAD Ekadharma International Tbk
12 GGRM Gudang Garam Tbk
13 HMSP HM Sampoerna Tbk
14 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
15 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
16 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
17 INDS Indospring Tbk
18 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
19 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
20 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
21 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
22 KLBF Kalbe Farma Tbk
23 LION Lion Metal Works Tbk
24 LMSH Lionmesh Prima Tbk
25 MERK Merck Tbk
26 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
27 NIPS Nipress Tbk
28 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
29 PYFA Pyridam Farma Tbk
30 SKLT Sekar Laut Tbk
31 SMCB Holcim Indonesia Tbk
32 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
86
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
33 SMSM Selamat Sempurna Tbk
34 SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
35 SRSN Indo Acidatama Tbk
36 STTP Siantar Top Tbk
37 TCID Mandom Indonesia Tbk
38 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
39 TRST Trias Sentosa Tbk
40 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
41 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
42 UNVR Unilever Indonesia Tbk

87
Lampiran 2

Manajemen Laba (Earnings Management)

NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014


1 AISA 0,099340 0,099163 0,062522 0,090723 0,034080
2 AMFG (0,058901) 0,025309 0,001162 (0,045820) (0,011296)
3 APLI 0,007615 0,021552 0,079720 (0,147825) (0,014017)
4 ARNA (0,011144) (0,025618) (0,066478) (0,014279) 0,050548
5 ASII 0,185372 0,131927 0,121679 0,043516 0,068011
6 AUTO 0,072785 0,200295 0,106902 0,086022 0,089280
7 BTON (0,172932) (0,161240) (0,003203) 0,125182 0,012437
8 CPIN (0,017573) 0,205776 0,127423 0,053673 0,125389
9 DLTA 0,176702 (0,029613) (0,055504) (0,111853) 0,155068
10 DVLA (0,015610) 0,071981 0,039551 0,029196 (0,007660)
11 EKAD 0,080526 0,057809 0,037855 0,073746 0,105410
12 GGRM 0,054121 0,172815 0,010449 0,060552 0,084459
13 HMSP (0,263588) (0,158699) 0,281954 (0,002697) (0,006388)
14 IGAR (0,105674) 0,088637 0,034676 0,004160 0,084651
15 INAI 0,230341 0,029541 0,239409 (0,101741) (0,076966)
16 INDF (0,037441) 0,025759 (0,019614) 0,003931 (0,031438)
17 INDS 0,102774 0,203580 0,053093 (0,033826) 0,057113
18 INTP 0,018999 0,002266 (0,033614) 0,002625 (0,016014)
19 KAEF 0,008216 0,051151 0,008016 (0,014343) (0,004184)
20 KBLI (0,075605) (0,049399) 0,109506 0,098858 (0,048987)
21 KDSI (0,009244) (0,024543) (0,015074) (0,059232) 0,094006
22 KLBF 0,022042 0,021687 0,052892 0,122005 (0,001724)
23 LION 0,021849 0,033576 0,047314 0,034725 (0,018585)
24 LMSH (0,054780) 0,050654 0,307237 (0,009069) (0,012808)
25 MERK (0,102047) 0,168873 0,036502 0,101014 (0,070550)
26 MLBI 0,149983 (0,119506) (0,032538) (0,039718) (0,005325)
27 NIPS (0,030909) (0,076107) 0,038010 0,222187 0,118815
28 PRAS (0,211937) 0,028865 (0,023622) 0,047736 0,041561
29 PYFA (0,039940) 0,049132 0,060966 0,027531 0,023212
30 SKLT (0,001709) (0,003127) (0,020568) (0,063770) (0,015200)
31 SMCB 0,030234 (0,060745) 0,012582 (0,052221) (0,017531)
32 SMGR 0,063290 0,003175 0,010783 0,008316 (0,000087)
33 SMSM 0,028463 0,002781 (0,044321) (0,046944) (0,004704)
34 SQBB (0,129727) 0,013160 (0,002946) (0,004849) 0,013224
35 SRSN 0,018537 (0,005677) 0,040742 (0,039622) 0,016930
36 STTP 0,126391 (0,042566) 0,083029 0,062831 (0,033123)
88
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
37 TCID (0,006469) 0,079768 (0,072686) (0,050203) 0,061789
38 TOTO 0,052007 (0,000371) 0,052099 (0,035396) 0,012503
39 TRST 0,034114 0,033748 0,029582 0,016502 (0,036035)
40 TSPC (0,019067) 0,008246 0,007348 0,055726 0,026146
41 ULTJ (0,065053) (0,066118) (0,048841) 0,068965 0,071913
42 UNVR (0,002189) (0,130324) (0,013615) (0,053637) (0,036762)

89
Lampiran 3

Corporate Social Responsibility (CSR)

NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014


1 AISA 0,435897 0,461538 0,538462 0,538462 0,653846
2 AMFG 0,410256 0,487179 0,602564 0,602564 0,602564
3 APLI 0,320513 0,320513 0,333333 0,333333 0,346154
4 ARNA 0,500000 0,512821 0,551282 0,551282 0,576923
5 ASII 0,820513 0,833333 0,884615 0,897436 0,897436
6 AUTO 0,525641 0,551282 0,589744 0,628205 0,692308
7 BTON 0,269231 0,269231 0,269231 0,269231 0,269231
8 CPIN 0,205128 0,205128 0,230769 0,230769 0,256410
9 DLTA 0,384615 0,384615 0,410256 0,410256 0,448718
10 DVLA 0,320513 0,320513 0,410256 0,410256 0,423077
11 EKAD 0,230769 0,230769 0,282051 0,282051 0,282051
12 GGRM 0,230769 0,230769 0,230769 0,243590 0,243590
13 HMSP 0,333333 0,333333 0,474359 0,474359 0,474359
14 IGAR 0,064103 0,064103 0,064103 0,256410 0,358974
15 INAI 0,115385 0,115385 0,141026 0,141026 0,166667
16 INDF 0,641026 0,641026 0,717949 0,717949 0,769231
17 INDS 0,256410 0,256410 0,256410 0,269231 0,294872
18 INTP 0,705128 0,705128 0,769231 0,820513 0,833333
19 KAEF 0,346154 0,346154 0,358974 0,371795 0,371795
20 KBLI 0,307692 0,307692 0,333333 0,333333 0,384615
21 KDSI 0,205128 0,217949 0,217949 0,217949 0,230769
22 KLBF 0,538462 0,538462 0,538462 0,551282 0,576923
23 LION 0,410256 0,410256 0,410256 0,474359 0,474359
24 LMSH 0,243590 0,243590 0,307692 0,333333 0,384615
25 MERK 0,448718 0,448718 0,461538 0,461538 0,500000
26 MLBI 0,282051 0,128205 0,115385 0,333333 0,782051
27 NIPS 0,153846 0,153846 0,166667 0,166667 0,166667
28 PRAS 0,141026 0,102564 0,115385 0,166667 0,166667
29 PYFA 0,410256 0,410256 0,410256 0,423077 0,435897
30 SKLT 0,076923 0,089744 0,141026 0,153846 0,153846
31 SMCB 0,653846 0,653846 0,705128 0,705128 0,794872
32 SMGR 0,807692 0,833333 0,871795 0,871795 0,871795
33 SMSM 0,474359 0,474359 0,487179 0,487179 0,487179
34 SQBB 0,089744 0,089744 0,089744 0,089744 0,166667
35 SRSN 0,294872 0,294872 0,333333 0,333333 0,333333
36 STTP 0,205128 0,205128 0,205128 0,205128 0,205128
90
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
37 TCID 0,384615 0,448718 0,461538 0,461538 0,512821
38 TOTO 0,397436 0,397436 0,551282 0,576923 0,602564
39 TRST 0,230769 0,256410 0,256410 0,256410 0,256410
40 TSPC 0,282051 0,282051 0,320513 0,333333 0,333333
41 ULTJ 0,384615 0,397436 0,435897 0,448718 0,474359
42 UNVR 0,641026 0,641026 0,743590 0,743590 0,769231

91
Lampiran 4

Agresivitas Pajak

NO. KODE 2010 2011 2012 2013 2014


1 AISA 0,039827 0,064376 0,075586 0,027560 0,023481
2 AMFG 0,189536 0,319894 0,246371 0,228782 0,270497
3 APLI 0,177142 0,610297 0,966775 0,669076 0,093807
4 ARNA 0,279991 0,266718 0,176448 0,234890 0,285913
5 ASII 0,229471 0,162063 0,203886 0,231879 0,204300
6 AUTO 0,130551 0,153600 0,140187 0,179876 0,198605
7 BTON 0,284095 0,131583 0,223381 0,200711 0,539089
8 CPIN 0,270127 0,265448 0,224789 0,192786 0,178051
9 DLTA 0,453099 0,253986 0,398277 0,279235 0,266149
10 DVLA 0,049271 0,272526 0,284318 0,332113 0,463672
11 EKAD 0,283595 0,216861 0,194546 0,233376 0,315350
12 GGRM 0,264046 0,277629 0,278238 0,256509 0,229148
13 HMSP 0,241562 0,228731 0,259574 0,251759 0,291788
14 IGAR 0,217573 0,348474 0,346152 0,369272 0,169355
15 INAI 0,351919 0,245615 0,164659 0,598133 0,325671
16 INDF 0,357058 0,288255 0,355938 0,492936 0,385059
17 INDS 0,946118 0,711001 0,265877 0,205157 0,349559
18 INTP 0,522835 0,221690 0,203586 0,250895 0,219986
19 KAEF 0,244144 0,238830 0,268790 0,348519 0,158999
20 KBLI 0,515744 0,261260 0,207394 0,616633 0,471063
21 KDSI 0,637608 0,264816 0,238111 0,049197 0,270394
22 KLBF 0,245833 0,210930 0,219044 0,250955 0,362714
23 LION 0,287766 0,218935 0,196429 0,294129 0,255919
24 LMSH 0,167276 0,290198 0,109241 0,198528 0,417642
25 MERK 0,362012 0,168705 0,400853 0,290516 0,350960
26 MLBI 0,255865 0,249734 0,313598 0,219134 0,315184
27 NIPS 0,130739 0,339251 0,268356 0,318703 0,351340
28 PRAS 0,072752 0,037146 0,015572 0,332129 0,235888
29 PYFA 0,244122 0,322192 0,343249 0,206899 0,441083
30 SKLT 0,216830 0,254478 0,360462 0,352906 0,277840
31 SMCB 0,377365 0,243692 0,314974 0,357890 0,452226
32 SMGR 0,285388 0,208343 0,198855 0,232795 0,234344
33 SMSM 0,214759 0,181113 0,246100 0,201675 0,251378
34 SQBB 0,377046 0,247931 0,207696 0,256145 0,261194
35 SRSN 0,965793 0,155730 0,461265 0,256045 0,263160
36 STTP 0,170029 0,174846 0,185014 0,218961 0,256019
92
NO. NAMA 2010 2011 2012 2013 2014
37 TCID 0,331147 0,269943 0,270474 0,281111 0,279297
38 TOTO 0,442792 0,287627 0,247873 0,274248 0,259838
39 TRST 0,279940 0,326759 0,311278 0,395634 0,616272
40 TSPC 0,469701 0,466420 0,489266 0,544249 0,574214
41 ULTJ 0,147535 0,465322 0,154850 0,390265 0,334868
42 UNVR 0,271652 0,233995 0,229578 0,252291 0,242172

93
Lampiran 5

Hasil Output SPSS

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ML 210 -,263588 ,307237 ,01968877 ,081358372


CSR 210 ,064103 ,897436 ,40054942 ,205462639
AGP 210 ,015572 ,975310 ,29194408 ,146262894
Valid N (listwise) 210

2. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Sebelum Transformasi


dan Pengurangan Data Outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 210
a,b Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation ,14527415
Most Extreme Differences Absolute ,153
Positive ,153
Negative -,099
Test Statistic ,153
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

94
3. Hasil Uji Normalitas Residual Kolmogorof-Smirnov Setelah Transformasi dan
Pengurangan Data Outlier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 164
a,b Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation ,06113207
Most Extreme Differences Absolute ,056
Positive ,056
Negative -,047
Test Statistic ,056
Asymp. Sig. (2-tailed) c,d
,200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


d. This is a lower bound of the true significance.

4. Hasil Uji Koefisien Determinasi dan Uji Autokorelasi


Model Summary
b
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 a ,043 ,031 ,061510598 1,959


,208
a. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML
b. Dependent Variable: AGP

5. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,027 2 ,014 3,627 b
,029
Residual ,609 161 ,004
Total ,637 163

a. Dependent Variable: AGP


b. Predictors: (Constant), CSRsqrt, ML

95
6. Hasil Uji Statistik Parsial (Uji t) dan Uji Multikolonieritas
Coefficients
a
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) ,306 ,018 16,702 ,000
ML ,015 ,065 ,018 ,232 ,817 1,000 1,000

CSRsqrt -,076 ,028 -,207 -2,680 ,008 1,000 1,000

a. Dependent Variable: AGP

7. Hasil Uji Multikolonieritas


a
Coefficient Correlations

Model CSRsqrt ML
1 Correlations CSRsqrt 1,000 ,013
ML ,013 1,000

Covariances CSRsqrt ,001 2,476E-5


ML 2,476E-5 ,004

a. Dependent Variable: AGP

8. Hasil Uji Heterokedastisitas Glejser


Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) ,049 ,012 4,149 ,000


ML ,023 ,042 ,043 ,547 ,585

CSRsqrt -,006 ,018 -,024 -,299 ,765

a. Dependent Variable: AbsUt

96
9. Grafik Histogram

10. Grafik Normal P-Plot

97
11. Grafik Scatterplot

98

Anda mungkin juga menyukai