S - Pai - 181210045 - Bab Ii
S - Pai - 181210045 - Bab Ii
S - Pai - 181210045 - Bab Ii
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Karakter Religius
a. Makna, Tujuan dan Fungsi Karakter Religius
1) Pengertian Karakter Religius
Karakter religius ini berasal dari dua suku kata, yang pertama
kata karakter dan yang keduanya adalah kata religius. Meskipun
berbeda tetepi keduanya memiliki kaitan yang kuat dan saling
berhubungan antara satu sama lain.
Karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Dengan demikian, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang
bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat.1 Dan Karakter merupakan
sifat yang dapat membekali setiap pebelajar menjadi individu
yang unggul dan pribadi yang dapat beradaptasi dengan kemajuan
teknologi. Kemajuan ini mesti menjadi penunjang dalam
pembimbingan mental setiap peserta didik. Kapitalisasi karakter
yang dilakukan semenjak anak usia dini turut berpartisipasi
menyiapkan generasi bangsa yang berkarakter, mereka adalah
calon generasi bangsa yang didambakan berjiwa pemimpin
1
Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah
(Yogyakarta: Araska, 2014), 11.
11
12
2
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, “Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap
Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik di kota Majapahit”dalam Jurnal Pedagogik,
Vol. 05, No. 02 (Juli-Desember 2018), 194.
3
Endah Sulistyowati, Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter (Yogyakarta:
PT Citra Aji Parama, 2012), 21.
13
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 943.
5
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), 44.
14
12
Rianawati, Implementasi Nilai-Nilai Karakter pada Mata Pelajaran (Pontianak:
IAIN Pontianak Press, 2018), 29.
13
Rianawati, Implementasi Nilai-Nilai…, 29-30.
20
17) Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan
18) Tanggung jawab adalah sikap atau perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya
dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara maupun Tuhan Yang Maha
Esa.
Berdasarkan teori yang dipaparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa karakter memiliki 18 macam. Delapan
belas karakter tersebut diantaranya adalah religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab. Karakter-karakter tersebut harus benar-benar
ditanamkan pada setiap individu agar dapat berdampak positif
kehidupan sehari-hari.
Karakter sama dengan nilai (value), maka peneliti disini
menjelaskan tentang nilai-nilai religius. Adapun nilai-nilai religius
terdapat beberapa perbedaan di kalangan banyak tokoh, antara lain:
Dicatat oleh Maimun dan Fitri dalam bukunya yang berjudul
Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era
Kompetitif, ada beberapa nilai - nilai religius (keberagamaan) yaitu
sebagai berikut:14
1) Nilai Ibadah
14
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang : UIN- Maliki Press, 2010), 83-89.
23
15
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah …, 67-68.
25
16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam …, 93-
98.
26
17
Zainal Aqib dan Sujak. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung:
Yrama Widya, 2011), 68.
30
18
Muhaimin, M. A, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 66.
19
Sowiyah, Pengembangan Kompetensi Guru SD (Bandar Lampung: Lembaga
Penelitian Universitas Lampung, 2010), 94.
31
20
Tri Haryanto dan Zaenal Abidin, “Perbedaan Intensi Menonton Pornografi pada
Siswa SMA Negeri 6 Semarang yang Menjadi Anggota Rohis dengan yang Bukan Anggota
Rohis” dalam Empati:Jurnal Karya Ilmiah, Vol. 3, No. 3 (Agustus, 2014), 3.
21
Eka Yanuarti, “STUDI KOMPARATIF PRESTASI SISWA (Mengikuti dan
tidak Mengikuti Ekstrakurikuler ROHIS)” dalam Jurnal Studi Pendidikan, Vol 15, No.2
(Desember 2008), 96.
22
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 960.
23
M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam (Semarang: Pustaka Nuun, 2010), 29.
32
30
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII
Press, 2001), 36.
31
Kompri, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 227.
35
32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 276.
33
Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru (Solo:
Era Inter Media, 2000), 139-140.
36
34
Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru ..., 142-
151.
38
35
Koesmarwanti, Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru ..., 159-161.
36
Mohammad Nuh, Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014, Permendikbud-
tentangkegiatan-ekstrakulikuler-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah-pasal2. Pdf. hal. 2.
39
37
Linda Fitri Ariyani, “Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Rohani
Islam di SMA Negeri 4 Purwokerto” Skripsi, (Purwokerto:IAIN Purwokerto ,2016)
40
menjadi percaya diri dan berkata sesuai keadaan sebab Allah selalu
melihat terhadap segala apa yang dikerjakan oleh manusia.38
Ketiga, skripsi yang disusun oleh Desy Ikmaliyah Camilin, dengan
judul Peran Organisasi Rohis Dalam Membentuk Sikap Religius Siswa di
SMAN 2 Pemalang. Metode yang dilakukan adalah pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian dari skripsi tersebut bahwa peran organisasi
Rohis yaitu Sebagai lembaga keagamaan, lembaga dakwah khususnya
dakwah yang berada di lingkungan sekolah, sesuai dengan misi yang
dibentuk di dalam Rohis. Selain itu, berbagai kajian lainnya yang
mengikutsertakan pembina di dalamnya diantara mentoring, tahfidz,
kajian Jumat dan kajian Sabtu. Sebagai lembaga kemasyarakatan Rohis
mengupayakan para anggota dan pesertanya untuk berkomunikasi baik
itu di lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Dengan mengikuti Rohis,
para peserta dan anggota dapat menambah ukhuwah islamiyah, dan
sekaligus berhubungan baik dengan anggota masyarakat diluar sekolah,
seperti kajian sabtu yang dibuka untuk umum. Sebagai lembaga
perjuangan yakni para siswa siswi yang mengikuti Rohis ikut berjuang
menegakkan agama Islam dengan berdakwah.39
Dapat disimpulkan dari ketiga skripsi yang peneliti ambil sebagai
acuan penulisan karya ilmiah memiliki beberapa perbedaan dan juga
persamaan. Persamaan pada penelitian ini dilihat dari jenis penelitian
yaitu sama-sama menggunakan metode pendekatan kualitatif, dan juga
memiliki persamaan yaitu membahas tentang Kegiatan Rohani Islam
(Rohis). Letak perbedaan dari ketiga penelitian tersebut dengan
38
Desy Narita, “Peranan Organisasi Kerohanian Islam dalam Meningkatkan Nilai
Religius dan Kejujuran Siswa di SMA Negeri 1 Pesisir Barat” Skripsi, (Lampung:
Universitas Lampung Bandar Lampung, 2016)
39
Desy Ikmaliyah Camilin, “Peran Organisasi Rohis Dalam Membentuk Sikap
Religius Siswa di SMAN 2 Pemalang” Skripsi, (Semarang:UIN Walisongo, 2019)
41
penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat pada objek penelitian dan
juga pada latar tempat penelitian.
C. Kerangka Berfikir
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki peranan yang begitu penting
dalam menunjang perkembangan minat, bakat, dan potensi peserta didik.
Berbagai kegiatan eksrakurikuler yang ada di SMPN 12 Kota Serang
salah satunya ialah Rohis. Rohis yang sering disebut dengan Rohani
Islam merupakan salah satu organisasi yang sangat tepat untuk
mewadahi siswa yang rendah akan perilaku keberagamaannya.
Maka dari itu salah satu cara untuk membentuk dan membina
karakter religius siswa yang tinggal di SMPN 12 Kota Serang itu bisa
dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis, yang tujuannya agar
anak-anak tidak memiliki kesadaran yang rendah disetiap ucapan,
perilaku dan juga tindakannya, dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler
ini maka diharapkan siswa dapat berubah dan mampu memiliki banyak
karakter yang religius dan juga mampu diaplikasikan pada kehidupan
sehari-hari.
Untuk itu berdasarkan penjelasan diatas, maka didapatkan sebuah
kerangka berfikir sebagai berikut:
42
Pembentukan
Karakter Religius
Kegiatan
Ekstrakurikler Rohis