S - Pai - 181210045 - Bab Ii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Hakikat Karakter Religius
a. Makna, Tujuan dan Fungsi Karakter Religius
1) Pengertian Karakter Religius
Karakter religius ini berasal dari dua suku kata, yang pertama
kata karakter dan yang keduanya adalah kata religius. Meskipun
berbeda tetepi keduanya memiliki kaitan yang kuat dan saling
berhubungan antara satu sama lain.
Karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Dengan demikian, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang
bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat.1 Dan Karakter merupakan
sifat yang dapat membekali setiap pebelajar menjadi individu
yang unggul dan pribadi yang dapat beradaptasi dengan kemajuan
teknologi. Kemajuan ini mesti menjadi penunjang dalam
pembimbingan mental setiap peserta didik. Kapitalisasi karakter
yang dilakukan semenjak anak usia dini turut berpartisipasi
menyiapkan generasi bangsa yang berkarakter, mereka adalah
calon generasi bangsa yang didambakan berjiwa pemimpin

1
Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah
(Yogyakarta: Araska, 2014), 11.

11
12

bangsa dan menjadikan negara yang berperadaban, menjunjung


tinggi nilai-nilai luhur bangsa dengan akhlak dan etika yang baik
serta menjadi generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dan
menghiasi dirinya dengan iman dan takwa.2
Dengan demikian maka karakter merupakan cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
bangsa maupun negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang
dibuatnya. Dan dicatat oleh Endah Sulistyowati dalam bukunya
yang berjudul Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter,
bahwa : “Karakter dapat diartikan sebagai watak, tabiat, akhlak,
atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak”.3
Dari pendapat para pakar tentang karakter di atas, maka dapat
dipahami bahwa karakter adalah akar dari semua tindakan
seseorang, baik itu tindakan yang baik atau buruk. Orang yang
berkarakter adalah orang yang memiliki ciri khas tertentu. Ciri
khas tersebut adalah asli dan mengakar pada setiap kepribadian
individu dan merupakan pendorong sebagaimana individu
tersebut bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.

2
Muh. Hambali dan Eva Yulianti, “Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap
Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik di kota Majapahit”dalam Jurnal Pedagogik,
Vol. 05, No. 02 (Juli-Desember 2018), 194.
3
Endah Sulistyowati, Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter (Yogyakarta:
PT Citra Aji Parama, 2012), 21.
13

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa


“religi adalah suatu kepercayaan pada Allah; mempercayai bahwa
ada sesuatu yang lebih kuat dari pada manusia yaitu Allah”.4
Selanjutnya pengertian religus merupakan suatu pemikiran,
perkataan, perlakuan seseorang yang berdasarkan pada nilai
ketuhanan.5
Maka dari itu religius memiliki makna yaitu suatu perilaku
yang membuat orang semakin kuat kepercayaan nya kepada
agama yang dianutnya, jika sudah benar-benar yakin dan percaya
kepada agama nya masing-masing maka akan hidup damai dan
rukun.
Pengertian agama atau religi secara terminologis menurut
pendapat para ahli adalah:
a) Emile Durkheim mengartikan suatu kesatuan system
kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sakral,
kemudian kepercayaan dan pengalaman tersebut menyatu ke
dalam suatu komunitas moral;
b) John R. Bennet mengartikan penerimaan atas tata aturan
terhadap kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada
kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh manusia sendiri;
c) Frans Dahler mengartikan hubungan manusia dengan sesuatu
kekuatan suci yang lebih tinggi daripada manusia itu sendiri,
sehingga ia berusaha mendekatinya dan memiliki rasa
ketergantungan kepadanya;
d) Ulama Islam mengartikan sebagai undang-undang kebutuhan
manusia dari Tuhannya yang mendorong mereka untuk

4
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 943.
5
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), 44.
14

berusaha agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan


akhirat.6
Dari berbagai pengertian diatas yang telah dijelaskan, jadi
karakter religius secara umum itu dapat diartikan sebagai suatu
sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dalam pengertian
ini jelas bawasannya karakter religius merupakan hal yang paling
penting dalam mewujudkan kehidupan yang sangat tentram dan
damai. Selain itu juga, dalam karakter religius ini nilai agama
ialah nilai dasar yang begitu harus dikenalkan kepada anak mulai
dari rumah, sehingga pengetahuan di sekolah hanya akan
menambah wawasan saja.7
Menurut Stark Dan Glock yang dikutip Mohamad Mustari,
terdapat lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi
religius. Yakni, keyakinan agama, ibadah, pengetahuan agama,
pengalaman agama dan konsekuensi.8
a) Keyakinan agama adalah kepercayaan atas doktrin
Ketuhanan, seperti percaya terhadap Tuhan, Malaikat, Surga,
Neraka dan lain sebagainya.
b) Ibadah yaitu merupakan suatu cara melakukan penyembahan
kepada Tuhan dengan segala rangkaiannya. Selain itu ibadah
juga dapat meremajakan keimanan, menjaga diri dari
kemerosotan, budi pekerti atau dari mengikuti hawa nafsu
yang sangat berbahaya.
6
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), 18.
7
Suparlan, Mendidik Karakter Membetuk Hati, (Jakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2012), 88.
8
Alivermana Wiguna, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Deepublish, 2014), 161.
15

c) Pengetahuan agama ialah pengetahuan tentang ajaran agama


yaitu meliputi berbagai segi dalam suatu agama, seperti
halnya pengetahuan tentang puasa, zakat, haji, shalat bagi
umat muslim
d) Pengalaman agama adalah suatu perasaan yang biasanya
dialami oleh orang yang beragama seperti halnya rasa tenang,
tentram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal dan lain
sebagainya.
e) Kosekuensi merupakam aktualisasi dari suatu doktrin agama
yang dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan,
perilaku, atau tindakan. Dengan kata lain hal ini ialah
penjumlahan dari unsur lain.
Pada penjelasan yang sudah dipaparkan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya karakter religius merupakan suatu
keyakinan terhadap ajaran agama yang masing-masing dianutnya
dan itu melekat pada diri seseorang, serta dapat menghasilkan
beberapa sikap atau tindakan seseorang pada kehidupan
kesehariannya baik ketika bersikap maupun dalam melakukan
tindakan yang bisa membedakan antara karakter orang lain.
2) Tujuan Karakter Religius
Tujuan dari karakter religius adalah mengembalikan fitrah dan
perwujudan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam
pribadi manusia yang diiktiarkan oleh pendidik muslim melalui
proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian
Islam yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang
16

sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang


taat.9
Menurut Asmani, tujuan dari karakter religius adalah
menanamkan nilai dalam diri peserta didik dan pembaharuan tata
kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan orang lain.
Tujuan jangka panjangnya adalah membuat peserta didik lebih
tanggap terhadap rangsangan social yang secara alami ada, yang
pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan
diraih lewat proses pembentukan diri secara terus menerus.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriot, berkembang
dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan Pancasila.10
Selain tujuan yang sudah dijelaskan oleh Asmani, karakter
juga memiliki beberapa tujuan yaitu:11
a) Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/afektif pesera didik
sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa.
b) Mengenbangkan kebiasaan dari perilaku siswa yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal, serta tradisi budaya
bangsa yang religius.
c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab siswa
sebagai generasi penerus bangsa
9
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah (Malang: UIN-Maliki
Press, 2009), 69.
10
Euis Puspitasari, “Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal Edueksos, Vol 3, No 2,
(Juli-Desember, 2014), 46.
11
Endah Sulistyowati, Implementasi Kurikulum pendidikan Karakter…, 27-28.
17

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang


mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi serta
penuh kekuatan.
Pembentukan karakter yang baik akan menghasilkan perilaku
individu yang baik juga. Pribadi yang selaras dan seimbang, serta
dapat mempertanggungjawabkan semua tindakan yang dilakukan.
Maka dari itu tindakan itu sangat diharapkan bisa membawa apa
yang kita lakukan.
Dari berbagai penejelasan diatas, dapat dipahami bahwa
tujuan dari karakter religius adalah membentuk, menanamkan,
memfasilitasi, dan mengembangkan nilai-nilai positif pada anak
sehingga menjadi pribadi yang unggul dan bermartabat.
3) Fungsi Karakter Religius
Menurut Kemendiknas (2010:7), fungsi karakter religius
sebagai berikut:
a) Pengembangan.
Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku yang baik.
b) Perbaikan.
Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung
jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih
bermartabat.
c) Penyaring.
18

Untuk menyaring budaya bangsa sendiridan budaya bangsa


lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang bermartabat.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa fungsi
karakter religius dalam penelitian ini seperti berikut:
a) Fungsi pengembangan. Penguatan karakter religius pada guru
mampu menjadikan pribadi yang berperilaku baik.
b) Fungsi perbaikan. Kiprah pendidikan mampu memperkuat
rasa tanggung jawab dalam penguatan potensi pada guru yang
lebih bermartabat.
c) Fungsi penyaringan. Penguatan karakter religius pada guru
mampu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang bermartabat.
b. Indikator Karakter Religius
Karakter religius merupakan salah satu karakter yang harus
ditanamkan pada anak sejak dini. Hal ini karena karakter religius
merupakan karakter utama yang menentukan kepribadian anak,
apakah anak tersebut akan memilih langkah atau sikap yang baik atau
sebaliknya. Adapun karakter religius dapat dilatih dan ditanamkan
melalui pendidikan disekolah. Indikator-indikator pencapaian
pembelajaran karakter religius adalah sebagai berikut:
1) Beraqidah lurus;
2) Beribadah yang benar;
3) Berdoa sebelum memulai dan sesudah pembelajaran;
4) Melaksanakan shalat dhuhah;
19

5) Melaksanakan shalat zuhur berjamaah;12


Berdasarkan rumusan Kemendiknas Balitbang Puskur
diuraikan indikator sikap religius adalah sebagai berikut:
1) Megenal dan mensyukuri tubuh dan bagainnya sebagai
ciptaan Tuhan melalui cara merawatnya dengan baik;
2) Mengagumi keberasan tuhan karena kelahirannya di dunia
dan hormat kepada orang tuanya;
3) Mengagumi kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan
berbagai jenis bahasa dan suku bangsa;
4) Senang mengikuti aturan kelas dan sekolah untuk kepentingan
hidup bersama;
5) Senang bergaul dengan teman sekelas dan satu sekolah
dengan berbagai perbedaan yang telah diciptakan-Nya;
6) Mengagumi sistem dan cara kerja organ-organ tubuh manusia
yang sempurna dalam sinkronisasi fungsi organ;
7) Bersyukur kepada tuhan karena memiliki keluarga yang
menyayanginya; dan
8) Membantu teman yang memerlukan bantuan sebagai suatu
ibadah atau kebajikan.13
Dari berbagai penejelasan diatas, dapat dipahami bahwa
indikator dari karakter religius itu sangatlah penting untuk diketahui
oleh anak-anak sejak dini dan di terapkan pada kehidupan sehari-hari
terutama pada saat anak-anak sudah menginjak jenjang pendidikan.
c. Macam-macam Karakter Religius

12
Rianawati, Implementasi Nilai-Nilai Karakter pada Mata Pelajaran (Pontianak:
IAIN Pontianak Press, 2018), 29.
13
Rianawati, Implementasi Nilai-Nilai…, 29-30.
20

Sebelum membahas macam-macam karakter religius, terlebih


dahulu membahas beberapa macam-macam karakter Menurut Pusat
Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2010:9-10) yakni:
1) Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
agama lain.
2) Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagi hambatan belajar
dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7) Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya serta orang lain.
9) Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, serta didengar.
21

10) Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan


berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa di atas
kepentingan diri serta kelompoknya.Percaya diri adalah sikap
yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
11) Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, serta berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, maupun politik bangsa.
12) Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14) Cinta damai adalah sikap, perkataan, atau tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15) Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif adalah
berpikir serta melakukan sesuatu berdasarkan kenyataan atau
logika untuk menghasilkan cara baru dari apa yang telah
dimiliki.
16) Peduli lingkungan adalah sikap atau tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, serta mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
22

17) Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan
18) Tanggung jawab adalah sikap atau perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya
dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara maupun Tuhan Yang Maha
Esa.
Berdasarkan teori yang dipaparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa karakter memiliki 18 macam. Delapan
belas karakter tersebut diantaranya adalah religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab. Karakter-karakter tersebut harus benar-benar
ditanamkan pada setiap individu agar dapat berdampak positif
kehidupan sehari-hari.
Karakter sama dengan nilai (value), maka peneliti disini
menjelaskan tentang nilai-nilai religius. Adapun nilai-nilai religius
terdapat beberapa perbedaan di kalangan banyak tokoh, antara lain:
Dicatat oleh Maimun dan Fitri dalam bukunya yang berjudul
Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era
Kompetitif, ada beberapa nilai - nilai religius (keberagamaan) yaitu
sebagai berikut:14
1) Nilai Ibadah

14
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang : UIN- Maliki Press, 2010), 83-89.
23

Secara etimologi ibadah artinya adalah mengabdi


(menghamba). Menghambakan diri atau mengabdikan diri
kepada Allah merupakan inti dari nilai ajaran Islam. Suatu
nilai ibadah terletak pada dua hal yaitu: sikap batin (yang
mengakui dirinya sebagai hamba Allah) dan perwujudannya
dalam bentuk ucapan dan tindakan.
2) Nilai Jihad (Ruhul Jihad)
Ruhul Jihad adalah jiwa yang mendorong manusia untuk
bekerja atau berjuang dengan sungguh – sungguh. Seperti
halnya mencari ilmu merupakan salah satu manifestasi dari
sikap jihadunnafis yaitu memerangi kebodohan dan
kemalasan.
3) Nilai Amanah dan Ikhlas
Secara etimologi kata amanah akar kata yang sama dengan
iman, yaitu percaya. Kata amanah berarti dapat dipercaya.
4) Akhlak dan Kedisiplinan
Akhlak secara bahasa berarti budi pekerti, tingkah laku.
Dalam dunia pendidikan tingkah laku mempunyai keterkaitan
dengan disiplin.
5) Keteladanan
Nilai keteladanan tercermin dari perilaku para guru.
Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam
pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam penanaman
nilai – nilai.
Madrasah sebagai sekolah yang memiliki ciri khas
keagamaan, maka keteladanan harus diutamakan. Mulai dari
cara berpakaian, perilaku, ucapan dan sebagainya. Dalam
24

dunia pendidikan nilai keteladanan adalah sesuatu yang


bersifat universal.

Menurut Gay dan Hendricks dan Kate Ludeman dalam Ari


Ginanjar, sebagaimana dicatat oleh Asmaul Sahlan dalam bukunya
yang berjudul Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Upaya
Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi, terdapat beberapa sikap
religius yang tampak dalam diri seseorang dalam menjalankan
tugasnya, diantaranya:15
1) Kejujuran
Rahasia untuk meraih sukses menurut mereka adalah dengan
selalu dengan berkata jujur. Mereka menyadari, justru
ketidak jujuran kepada orang lain pada akhirnya akan
mengakibatkan diri mereka sendiri terjebak dalam kesulitan
yang berlarut-larut.
2) Keadilan
Salah satu skill seseorang yang religius adalah mampu
bersikap adil kepada semua pihak, bahkan saat ia terdesak
sekalipun.
3) Bermanfaat bagi orang lain
Hal ini merupakan salah satu bentuk sikap religius yang
tampak dari diri seseorang. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling
bermanfaat bagi orang lain”.
4) Rendah hati

15
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah …, 67-68.
25

Sikap rendah hati merupakan sikap tidak sombong mau


mendengarkan pendapat orang lain dan tidak memaksakan
gagasan dan kehendaknya.
5) Bekerja efisien
Mereka mampu memusatkan semua perhatian mereka pada
pekerjaan saat itu, dan begitu juga saat mengerjakan pekerjaan
selanjutnya. Namun mampu memusatkan perhatian mereka
saat belajar dan bekerja.
6) Visi ke depan
Mereka mampu mengajak orang ke dalam angan-angannya.
Kemudian menjabarkan begitu terinci, cara untuk menuju
kesana.
7) Disiplin tinggi
Mereka sangatlah disiplin. Kedisiplinan mereka tumbuh dari
semangat penuh gairah dan kesadaran, bukan berangkat dari
keharusan dan keterpaksaan.
8) Keseimbangan
Seseorang yang memiliki sifat religius sangat menjaga
keseimbangan hidupnya, khususnya empat aspek inti dalam
kehidupannya, yaitu keintiman, pekerjaan, komunitas dan
spiritualitas.

Ada beberapa sumber nilai yang berlaku dalam kehidupan


manusia dan digolongkan menjadi dua macam, yaitu:16
1) Nilai ilahiyah

16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam …, 93-
98.
26

Nilai ilahiyah adalah nilai yang berhubungan dengan ketuhanan


atau habul minallah, dimana inti dari ketuhanan adalah
keagamaan. Kegiatan menanamkan nilai keagamaan menjadi inti
kegiatan pendidikan. Nilai-nilai yang paling mendasar adalah:
a) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada
Allah.
b) Islam, yaitu sebagai kelanjutan dari iman, maka sikap pasrah
kepada-Nya dengan menyakini bahwa apapun yang datang
dari Allah mengandung hikmah kebaikan dan pasrah kepada
Allah.
c) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah
senantiasa hadir atau berada bersama kita dimanapun kita
berada.
d) Taqwa, yaitu sikap menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah.
e) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan
tanpa pamrih, semata-mata mengharapkan ridho dari Allah.
f) Tawakal, yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada Allah,
dengan penuh harapan kepada Allah.
g) Syukur, yaitu sikap dengan penuh rasa terimakasih dan
penghargaan atas nikmat dan karunia yang telah diberikan
oleh Allah.
h) Sabar, yaitu sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan
asal dan tujuan hidup yaitu Allah.
2) Nilai insaniyah
Nilai insaniyah adalah nilai yang berhubungan dengan sesama
manusia atau habul minanas yang berisi budi pekerti.
Berikut adalah nilai yang tercantum dalam nilai insaniyah:
27

a) Sillat al-rahim, yaitu petalian rasa cinta kasih antara sesama


manusia.
b) Al-Ukhuwah, yaitu semangat persaudaraan.
c) Al-Musawah, yaitu pandangan bahwa harkat dan martabat
semua manusia adalah sama.
d) Al-„Adalah, yaitu wawasan yang seimbang.
e) Husnu al-dzan, yaitu berbaik sangka kepada sesama manusia.
f) Al- Tawadlu, yaitu sikap rendah hati.
g) Al-Wafa, yaitu tepat janji
h) Insyirah, yaitu lapang dada.
i) Al- amanah, yaitu bisa dipercaya.
j) Iffah atau ta‟affuf, yaitu sikap penuh harga diri, namun tidak
sombong tetap rendah hati.
k) Qawamiyah, yaitu sikap tidak boros.
l) Al-Munfiqun, yaitu sikap kaum beriman yang memiliki
kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia.
Dari beberapa nilai-nilai religius di atas dapat dipahami
bahwa nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan
tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga unsur
yaitu aqidah, ibadah, dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku
manusia sesuai dengan aturan-aturan Illahi untuk mencapai
kesejahteraan serta kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
Bila nilai-nilai religius tersebut tertanam pada diri siswa dan
dipupuk dengan baik, maka dengan nilai-nilai itulah yang nantinya
akan menyatu dalam diri siswa, menjiwai setiap perkataan, akan ada
kemauan dan perasaan yang tumbuh dari sikap dan tingkah laku
mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya hal tersebut
28

maka akan terbentuk karakter religius dengan sendirinya dalam diri


siswa.
d. Implementasi Karakter Religius
Pada umumnya karakter religius menekankan pada
keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui
berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian,
apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta
didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan
keteladanan dan pembiasaan sebgai metode pendidikan utama,
penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga
sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik yang
religius.
Penerapan nilai yang menjadi dasar penanaman karakter
religius, yaitu:
1) Menciptakan karakter religius yang bersifat vertikal dapat
diterapkan melalui kegiatan peningkatkan hubungan dengan
Allah SWT baik secara kualitas atau kuantitasnya. Pelaksanaan
kegiatan religius disekolah yang bersifat ibadah, diantaranya
sholat berjamaah, membaca ayat suci Al-Qur‟an, berdoa bersama
dan lain sebagainya.
2) Menciptakan karakter religius yang bersifat horizontal yaitu lebih
menempatkan sekolah sebagai institusi sosial yang berbasis
religius dengan menciptakan hubungan antar sosial yang baik.
Jenis hubungan sosial antar manusia dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
a) hubungan antara atasan dan bawahan
b) hubungan professional
29

c) hubungan sederajat atau sukarela berdasarkan nilai-nilai


religius, seperti persaudaraan, kedermawanan, kejujuran,
saling menghormati dan sebagainya (Muhaimin, 1996: 61-
62).
Dalam hal ini, program kegiatan religius di sekolah harus
dilaksanakan secara berkelanjutan baik di dalam jam pelajaran
maupun waktu kegiatan ekstrakurikuler, yaitu ekstrakurikuler rohis.
Dalam hal ini sebagai upaya penguatan pendidikan karakter siswa
dimasa sekarang ini. Maka dari itu, budaya atau karakter masing-
masing sekolah sangat mempengaruhi sistem manajemen sekolah
yang akan membentuk visi, misi, dan tujuan sekolah itu sendiri.
Sehingga lulusan lulusan yang dihasilkan dari masing masing sekolah
juga akan membawa pengaruh baik terhadap kehidupan masyarakat.
2. Hakikat Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
a. Pengertian Ekstrakurikuler Rohis
Ekstrakurikuler diartikan sebagai suatu kegiatan pendidikan
yang dilaksanakan diluar jam pelajaran yang ditujukan untuk
membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga pendidik yang
17
berkemampuan dan berkewenanagn disekolah.
Ekstrakurikuler sekurang-kurangnya mengambarkan beberapa
hal, diantaranya ialah:
1) Jenis pilihan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam

17
Zainal Aqib dan Sujak. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung:
Yrama Widya, 2011), 68.
30

2) Memeberikan rasional bahwa kegiatan ekstrakurikuler


merupakan bagian dari pencapaian visi, misi, dan tujuan
sekolah
3) Memberi keterangan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sudah
memperhatikan sumber daya yang ada di sekolah
4) Memiliki persyaratan terhadap peserta didik yang akan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
5) Memberikan target terhadap pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler.18
Bukan hanya itu saja Muhaimin dkk, mengemukakan
bahwasanya kegiatan ekstrakurikler itu merupakan kegiatan yang
dilaksanakan diluar jam pelajaran untuk menumbuhkan dan
mengembangkan berbagai potensi peserta didik baik berkaitan
dengan implikasi ilmu pengetahuan dan juga mengembangkan
potensi dan bakat yang ada dalam diri peserta didik. Kegiatan
ekstrakurikuler itu adalah tempat untuk menumbuhkan apa yang tidak
didapatkan siswa ketika di kelas, atau juga sebagai tempat berkreasi,
berinovasi dan meralisasikan apa yang menjadi bakat dan minat
peserta didik.
Ekstrakurikuler juga merupakan kegiatan tambahan di suatu
lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler.19
Sementara, ekstrakurikuler Rohis merupakan salah satu
ekstrakulikuler yang diharapkan dapat mendukung program kurikuler
pendidikan agama Islam yang dilakukan di sekolah dan melatih
peserta didik dalam mengaplikasikan materi pelajaran agama yang

18
Muhaimin, M. A, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 66.
19
Sowiyah, Pengembangan Kompetensi Guru SD (Bandar Lampung: Lembaga
Penelitian Universitas Lampung, 2010), 94.
31

mereka terima dari sebuah kurikulum agama.20 Jadi ekstrakurikuler


Rohis adalah suatu aktivitas yang dilakukan di luar jam pelajaran
sekolah dalam bidang rohani Islam untuk meningkatkan keyakinan,
keimanan, penghayatan dan pengamalan siswa tentang pengetahuan
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.,21 dan pelaksanaan kegiatan
ektrakulikuler Rohis ini juga menyesuaikan dengan kebijakan
masing-masing sekolah.
Rohani Islam berasal dari dua kata yaitu Rohani dan Islam.
Rohani artinya berkaitan dengan roh/rohaniah.22 Secara etimologis,
“Islam” berasal dari bahasa Arab, diderivasikan dari “salima” yang
berarti selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk aslama yang berarti
“memelihara dalam keadaan yang selamat sentosa”, dan juga berarti
“menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat”. Kata “aslama” itulah
yang menjadi kata pokok dalam “Islam”, mengandung segala arti
yang ada dalam arti pokoknya.23
Islam adalah agama yang sempurna didalamnya tidak hanya
terdapat tuntunan syariat untuk melaksanakan ibadah saja, tetapi
islam mengatur seluruh aspek kehidupan yang dapat dijadikan
sebagai the way of life atau pedoman hidup. Tidak terkecuali didalam
hal tarbiyah atau pengasuhan dan pendidikan terhadap anak, islam
mengatur bagaimana pola pengasuhan terhadap anak, seperti apa kita

20
Tri Haryanto dan Zaenal Abidin, “Perbedaan Intensi Menonton Pornografi pada
Siswa SMA Negeri 6 Semarang yang Menjadi Anggota Rohis dengan yang Bukan Anggota
Rohis” dalam Empati:Jurnal Karya Ilmiah, Vol. 3, No. 3 (Agustus, 2014), 3.
21
Eka Yanuarti, “STUDI KOMPARATIF PRESTASI SISWA (Mengikuti dan
tidak Mengikuti Ekstrakurikuler ROHIS)” dalam Jurnal Studi Pendidikan, Vol 15, No.2
(Desember 2008), 96.
22
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 960.
23
M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam (Semarang: Pustaka Nuun, 2010), 29.
32

memperlakukan anak, dan bagaimana membimbing dan


mengarahkan, islam sudah mengaturnya didalam al-qur‟an dan al-
hadits.24
Menurut Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, kata
Rohani Islam ini sering disebut dengan istilah “Rohis” yang berarti
sebagai suatu wadah besar yang dimiliki oleh siswa untuk
menjalankan aktivitas dakwah di sekolah.25
Rohani Islam merupakan kegiatan Ekstrakurikuler yang
dijalankan di luar jam pelajaran. Tujuannya untuk menunjang dan
membantu memenuhi keberhasilan pembinaan Intrakurikuler, yang
diantaranya yaitu meningkatkan suatu pengetahuan, ketrampilan,
sikap, dan memperluas cara berfikir siswa yang kesemuanya itu dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.26
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
Rohani Islam adalah organisasi da‟wah Islam dikalangan pelajar
dalam lingkungan sekolah. Organisasi yang memperdalam dan
memperkuat Islam ini biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakulikuler
di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.
b. Tujuan Ekstrakurikuler Rohis
Rohani Islam merupakan salah satu bentuk kegiatan ekstra
kulikuler disekolah. Sebelum mengetahui tujuan dari Rohis tersebut,
hendaknya mengetahui tujuan dari kegiatan ekstrakulikuler terlebih
dahulu. Tujuan program kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk
memperdalam dan memperluas pengetahuan peserta didik, mengenal
24
Hasbullah, ”Pola Asuh Islami: Antara Transformasi Nilai-Nilai Theologis dan
Internalisasi Karakter Mahmudah”, dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 8, No.02
(Juni-Desember, 2021), 424.
25
Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah, Kerja Besar untuk Perubahan
Besar (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003), 66.
26
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama (Bandung: Pustaka Banin Quraisyi,
2004), 36
33

hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan


minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.27
Menurut Nugroho Widiyantoro, tujuan Rohis sebagai
lembaga dakwah sekolah adalah untuk mewujudkan barisan remaja
pelajar yang mendukung dan memelopori tegaknya nilai-nilai
kebenaran, mampu menghadapi tantangan masa depan dan menjadi
batu bata yang baik dalam bangunan masyarakat Islami.28
Secara singkat tujuan bimbingan rohani Islam itu dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
a) Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
b) Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat
secara jasmaniah dan rohaniah.
c) Meningkatkan kualitas keimanan, ke-Islaman, keihsanan dan
ketauhidan dalam kehidupan seharihari dan nyata.
d) Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa
dengan esensi diri dan citra diri serta dzat yang Maha Suci
yaitu Allah swt.29
2) Tujuan Khusus
a) Membantu individu agar terhindar dari masalah.
b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.
27
Departemen Agama R.I., Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah Umum dan Madrasah; Panduan Untuk Guru dan Siswa (Jakarta: Depag RI,
2004), 10.
28
Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: kerja Besar untuk Perubahan
Besar ..., 26
29
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002), 18.
34

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi


dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik
atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber
masalah bagi dirinya dengan orang lain.30
Selain itu terdapat beberapa tujuan kegiatan ekstrakulikuler
Rohis memiliki tujuan untuk:
1) Kegiatan ekstrakulikuler Rohis harus dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
a) Kemampuan kognitif meliputi aspek pengetahuan keislaman
yang diajarkan di Rohis yang sesuai dengan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
b) Kemampuan afektif meliputi sikapatau perilaku peserta didik
setelah adanya pengajaran yang dilakukan di Rohis.
c) Kemampuan psikomotorik meliputi keterampilan peserta
didik dalam mempraktikkan amalam-amalan agama, seperti
membaca Al-Qur‟an, praktik shalat jenazah, dan praktik
khutbah.
2) Kegiatan ekstrakulikuler Rohis ini harus dapat mengembangkan
bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia sebenarnya.31 Ada beberapa bakat
dan minat yang dapat dikembangkan di ekstrakulikuler Rohis
seperti tahsinul qur‟an, tahfidzul qur‟an, tausyiah, dan memanah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya tujuan Rohis adalah untuk memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan, mengembangkan minat dan bakat dan juga

30
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII
Press, 2001), 36.
31
Kompri, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 227.
35

membina sikap dan nilai serta kepribadian yang pada akhirnya


bermuara pada penerapan akhlak yang mulia.
c. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengungkapkan
bahwa kegiatan berarti aktivitas, kegairahan, usaha, pekerjaan, atau
kekuatan dan ketangkasan (dalam berusaha).32 Kegiatan Rohis adalah
suatu aktifitas yang mengenalkan Islam secara mendalam kepada
siswa, sehingga kegiatan tersebut mampu bermanfaat dan menjadikan
remaja sebagai trendcenter Islam di tengah bergejolaknya dunia
remaja.
Rohis mempunyai tugas yang cukup serius yaitu sebagai
lembaga dakwah. Dakwah secara kelembagaan yang dilakukan Rohis
adalah dakwah aktual, yaitu terlibatnya Rohis secara langsung dengan
objek dakwah melalui kegiatan-kegiatan bersifat sosial keagamaan.
Menurut Koesmarwanti, dkk., kegiatan dakwah sekolah
dibagi menjadi dua macam, yakni bersifat ammah (umum) dan
bersifat khashah (khusus).
1) Dakwah ammah (umum)
Dakwah ammah adalah dakwah yang dilakukan dengan cara yang
umum. Dakwah ammah dalam sekolah adalah proses penyebaran
fitrah Islamiyah dalam rangka menarik simpati, dan meraih
dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya demikian,
dakwah ini harus dibuat dalam bentuk yang menarik, sehingga
memunculkan objek untuk mengikutinya.33 Dakwah ammah meliputi:
a) Penyambutan siswa baru

32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 276.
33
Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru (Solo:
Era Inter Media, 2000), 139-140.
36

Program ini khusus diadakan untuk penyambutan adik-adik yang


menjadi siswa baru, target program ini adalah mengenalkan siswa
baru dengan berbagai kegiatan dakwah sekolah, para pengurus,
dan alumninya.
b) Penyuluhan problem remaja
Program penyuluhan problematika remaja seperti narkoba,
tawuran, dan seks bebas. Program seperti ini juga menarik minat
para siswa karena permasalahan seperti ini sangat dekat dengan
kehidupan mereka dan dapat memenuhi rasa ingin tahu mereka
secara positif.
c) Studi dasar Islam
Studi dasar Islam adalah program kajian dasar Islam yang
materinya antara lain tentang akidah, makna syahadatain,
mengenal Allah, mengenal Rasul, mengenal Islam, dan mengenal
al-Qur‟an, peranan pemuda dalam mengemban risalah, ukhuwah,
urgensi tarbiyah Islamiah, dan sebagainya.
d) Perlombaan
Program perlombaan yang biasanya diikutkan dalam program
utama PHBI merupakan wahana menjaring bakat dan minat para
siswa di bidang keagamaan, ajang perkenalan (ta‟aruf)
silaturrohmi antar kelas yang berbeda, dan syiar Islam.
e) Majalah dinding
Majalah dinding memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai
wahana informasi keislaman dan pusat informasi kegiatan Islam,
baik internal sekolah maupun eksternal.
f) Kursus membaca al-Qur‟an
Program ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak
guru agama Islam di sekolah, sehingga mereka turut mendukung
37

dan menjadikannya sebagai bagian dari penilaian mata pelajaran


agama Islam.34
2) Dakwah khashah (khusus)
Dakwah khashah adalah proses pembinaan dalam rangka
pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan sekolah. Dakwah
khashah bersifat selektif dan terbatas dan lebih berorientasi pada
proses pengkaderan dan pembentukan kepribadian, objek dakwah ini
memiliki karakter yang khashah (khusus), harus diperoleh melalui
proses pemilihan dan penyeleksian. Dakwah khashah meliputi:
a) Mabit
Mabit yaitu bermalam bersama, diawali dari magrib atau isya‟
dan di akhiri dengan sholat shubuh.
b) Diskusi atau bedah buku (mujaadalah)
Diskusi atau bedah buku ini merupakan kegiatan yang bernuansa
pemikiran (fikriyah) dan wawasan (tsaqaafiyah). Kegiatan ini
bertujuan untuk mempertajam pemahaman, memperluas wawasan
serta meluruskan pemahaman peserta tarbiyah.
c) Pelatihan (daurah)
Daurah/pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan pelatihan kepada siswa, misalnya daurah al-Qur‟an
(bertujuan untuk membenarkan bacaan al-Qur‟an), daurah bahasa
Arab (bertujuan untuk penguasaan bahasa Arab), dan sebagainya.
d) Penugasan
Penugasan yaitu suatu bentuk tugas mandiri yang diberikan
kepada peserta halaqoh, penugasan tersebut dapat berupa hafalan
al-Qur‟an, hadist, atau penugasan dakwah.35

34
Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru ..., 142-
151.
38

Dari penejelasan diatas, dapat dipahami bahwa kegiatan Rohis


merupakan aktifitas yang dapat memberikan pengenalan tentang
Islam secara terperinci dan mendalam kepada siswa, sehingga
kegiatan tersebut mampu memiliki banyak manafaat dan menjadikan
remaja sebagai trend center Islam di tengah-tengah zaman globalisasi
ini.
d. Peraturan Ekstrakurikuler Rohis
Dalam kegiatan ekstrakurikuler Rohis ini terdapat beberapa
dasar hukum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sebelumnya
ada peraturan yang menjadi dasar hukum dilaksankanannya
ekstrakurikuler terlebih dahulu yiatu dicatat oleh Mohammad Nuh,
Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 dalam pdf tentang kegiatan
ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan menengah, bahwa:
“Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional”.36
Setelah itu ada beberapa peraturan yang menjadi dasar hukum
yang melandasi kegiatan ekstrakurikuler Rohis diantaranya:
1) Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan
2) Peraturan Menteri Agama RI No 16. Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah;
3) Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. Dj.I/12A
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurukler
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah.

35
Koesmarwanti, Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru ..., 159-161.
36
Mohammad Nuh, Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014, Permendikbud-
tentangkegiatan-ekstrakulikuler-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah-pasal2. Pdf. hal. 2.
39

B. Penelitian yang Relevan


Pertama, skripsi yang disusun oleh Restiana Lestari dengan judul
Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Rohani Islam di SMA
Negeri 4 Purwokerto. Metode yang dilakukan adalah pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa Pembentukan Karakter siswa
melalui kegiatan rohani islam di SMA Negeri 4 Purwokerto dilakukan
melalui kegiatan rutin yang ada di dalam ekstrakurikuler rohani islam
dan dengan berbagai metode yang sesuai dengan jenis kegiatannya, serta
menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam setiap kegiatan. Beberapa
nilai karakter yang diperoleh siswa antara lain religius, disiplin, kreatif,
rasa ingin tahu, dan juga tanggung jawab.37
Kedua, skripsi yang disusun oleh Desy Narita, dengan judul Peranan
Organisasi Kerohanian Islam dalam Meningkatkan Nilai Religius dan
Kejujuran Siswa di SMA Negeri 1 Pesisir Barat Tahun Pelajaran
2015/2016. Metode yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Hasil
penelitian dari skripsi tersebut bahwa Peranan organisasi rohani Islam
(Rohis) dalam meningkatkan nilai religius dengan kegiatan dalam
dakwah umum yaitu studi dasar Islam melalui materi pemahaman dasar-
dasar keislaman, bimbingan baca Al-Quran selain melakukan perintah
agama juga prestasi yang didapat oleh salah satu siswa dengan mengikuti
perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ), tadabur alam dengan
hikmah siswa mensyukuri segala ciptaan Tuhan dan majalah dinding
nuansa Islami. Peranan organisasi Rohani Islam (Rohis) dalam
meningkatkan nilai kejujuran dengan kegiatan dalam dakwah khusus
yaitu mentoring/sharing. Melalui kegiatan tersebut membuat siswa

37
Linda Fitri Ariyani, “Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Rohani
Islam di SMA Negeri 4 Purwokerto” Skripsi, (Purwokerto:IAIN Purwokerto ,2016)
40

menjadi percaya diri dan berkata sesuai keadaan sebab Allah selalu
melihat terhadap segala apa yang dikerjakan oleh manusia.38
Ketiga, skripsi yang disusun oleh Desy Ikmaliyah Camilin, dengan
judul Peran Organisasi Rohis Dalam Membentuk Sikap Religius Siswa di
SMAN 2 Pemalang. Metode yang dilakukan adalah pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian dari skripsi tersebut bahwa peran organisasi
Rohis yaitu Sebagai lembaga keagamaan, lembaga dakwah khususnya
dakwah yang berada di lingkungan sekolah, sesuai dengan misi yang
dibentuk di dalam Rohis. Selain itu, berbagai kajian lainnya yang
mengikutsertakan pembina di dalamnya diantara mentoring, tahfidz,
kajian Jumat dan kajian Sabtu. Sebagai lembaga kemasyarakatan Rohis
mengupayakan para anggota dan pesertanya untuk berkomunikasi baik
itu di lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Dengan mengikuti Rohis,
para peserta dan anggota dapat menambah ukhuwah islamiyah, dan
sekaligus berhubungan baik dengan anggota masyarakat diluar sekolah,
seperti kajian sabtu yang dibuka untuk umum. Sebagai lembaga
perjuangan yakni para siswa siswi yang mengikuti Rohis ikut berjuang
menegakkan agama Islam dengan berdakwah.39
Dapat disimpulkan dari ketiga skripsi yang peneliti ambil sebagai
acuan penulisan karya ilmiah memiliki beberapa perbedaan dan juga
persamaan. Persamaan pada penelitian ini dilihat dari jenis penelitian
yaitu sama-sama menggunakan metode pendekatan kualitatif, dan juga
memiliki persamaan yaitu membahas tentang Kegiatan Rohani Islam
(Rohis). Letak perbedaan dari ketiga penelitian tersebut dengan

38
Desy Narita, “Peranan Organisasi Kerohanian Islam dalam Meningkatkan Nilai
Religius dan Kejujuran Siswa di SMA Negeri 1 Pesisir Barat” Skripsi, (Lampung:
Universitas Lampung Bandar Lampung, 2016)
39
Desy Ikmaliyah Camilin, “Peran Organisasi Rohis Dalam Membentuk Sikap
Religius Siswa di SMAN 2 Pemalang” Skripsi, (Semarang:UIN Walisongo, 2019)
41

penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat pada objek penelitian dan
juga pada latar tempat penelitian.
C. Kerangka Berfikir
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki peranan yang begitu penting
dalam menunjang perkembangan minat, bakat, dan potensi peserta didik.
Berbagai kegiatan eksrakurikuler yang ada di SMPN 12 Kota Serang
salah satunya ialah Rohis. Rohis yang sering disebut dengan Rohani
Islam merupakan salah satu organisasi yang sangat tepat untuk
mewadahi siswa yang rendah akan perilaku keberagamaannya.
Maka dari itu salah satu cara untuk membentuk dan membina
karakter religius siswa yang tinggal di SMPN 12 Kota Serang itu bisa
dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis, yang tujuannya agar
anak-anak tidak memiliki kesadaran yang rendah disetiap ucapan,
perilaku dan juga tindakannya, dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler
ini maka diharapkan siswa dapat berubah dan mampu memiliki banyak
karakter yang religius dan juga mampu diaplikasikan pada kehidupan
sehari-hari.
Untuk itu berdasarkan penjelasan diatas, maka didapatkan sebuah
kerangka berfikir sebagai berikut:
42

2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Pembentukan
Karakter Religius

Siswa SMPN 12 Kota Serang

Kegiatan
Ekstrakurikler Rohis

Proses Implementasi Kegiatan Nilai-nilai Karakter yang


Ekstrakurikuler Rohis dikembangkan pada Kegiatan
Ekstrakurikuler Rohis

Anda mungkin juga menyukai