Makalah Speech Delay (Kel 2)
Makalah Speech Delay (Kel 2)
Makalah Speech Delay (Kel 2)
SISTEM INFORMASI
Aplikasi mengenai Keperawatan Anak
(Speech Delay)
Disusun oleh :
Kelompok 2
Apella Putri Rulef Amd.Kep 2215142013297
Asva Saviati Amd.Kep 2215142013575
Ira Sartika Sari Amd.Kep 2215142013574
Putri Rahma Illahi Amd.Kep 2215142013572
PRODI S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang Speech Delay serta aplikasi yang dapat
membantu dalam mengatasi speech delay ini. Makalah ini mungkin kurang
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pertumbuhan kembang anak, dikatakan menunjang perkembangan
anak karena bahasa inilah yang menjadi penunjang perkembangan dalam
bidang lain dalam kehidupan sang anak. Bahasa menjadi salah satu bagian
utama dalam kehidupan manusia, dikarenakan bahasa ini telah menyatu
Bersatu kepada kehidupan pemiliknya. Bahasa menjadi hal yang penting dan
sangat berperan dalam kehidupan manusia karena bahasa ini mampu menjadi
alat yang dapat mengutarakan pikiran, perasaan, dan ekspresi seseorang untuk
berinteraksi di dalam lingkungannya(Sari, Y. A., Utama, F., & Yawisah,U. (2019;
Amalia, dkk, 2019). Akan tetapi, berbagai faktor dapat mempengaruhiproses
kebahasaan seseorang, sehingga seseorang atau anak dapat mengalami
gangguandalam proses berbahasa mereka, seperti keterlambatan berbicara
(speechdelay).Kemampuan berbicara anak merupakan hal yang sangat
penting dalam perkembangannya. Di mana ketika anak telah mampu berbicara
denganbaik maka ia akan mampu mengekpresikan perasaan serta gagasan dan
emosi mereka antara anak dengan lingkungan sekitanya.
Perkembangan berbicara mereka pun akan normal apabila anak tersebut
mampu mengeluarkan bunyi yang dibuat dengan mulut mereka menggunakan
artikulasi yang tepat dan mampu dimengerti oleh semua orang(Suhono, S., &
Sari, Y. A.,2017). Tetapi hal ini tidak selalu berjalan baik pada anak, banyak anak
dalam lingkungan kita yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) di
mana keterlambatan berbicara (speech delay) ini mendorong ketidakmampuan
anak berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik dikarenakanada
beberapa faktor yang menghambat hal tersebut. Yang bisa dikatakan adalah
salah satunya yaitu tekhnologi yang canggih pada zaman sekarang ini ( Jurnal Al
–QiyamVol. 1, No. 2, December2020)
1
masyarakat. Mulai dari anak usia dini, usia remaja hingga usia dewasa pun
telah mengenal dengan baik yang dinamakan kecanggihan tekhnologi, misalnya
tekhnologi yang dimaksud adalah seperti handpon serta media sosial yang
sekarang sudah sangat dikenal luas dikalangan masyarakat yang ada di dunia
khususnya di Indonesia. Hal ini sudah dianggap lumrah dan dimaklumi
karena yang diketahui dizaman sekarang ini tekhnologi telah menjadi bagian
penting dalam kehidupan seseorang. Tetapi apabila dilihat dan ditelisik lebih
dalam, tekhnologi ini memiliki dampak, baik itu dampak positif maupun
dampak negatif. Untuk membicarakan hal dampak negatifnya, seperti yang
kita tahu tekhnologi ini memang sangat membantu dalam kehidupan
manusia, misalnya dalam berkirim pesan atau menelpon serta mencari sumber-
sumber pelajaran semua bisa digunakan melalui tekhnologi yang sangat canggih
sekarang ini. tetapi untuk melihat dampak negatifnya, cukup banyak juga
dampak negative tersebut, yaitu apabila dilihat zaman sekarang anak-anak
kecil pun telah bermain media sosial seperti youtube walaupun usia mereka
belum pas untuknya, harus dalam pengawasan orang tua(Suhono, S., & Utama,
F. (2017).Karena apabila disalah gunakan akan sangat merusak mental dan jiwa
anak tersebut. melihat dampak negatif ini bagi anak mungkin dampak
negative yang sering kita dilihat dikalangan anak adalah speech delay,
dimana anak mengalami keterlambatan bicara. Hal ini banyak di alami oleh
anak pada masa umur 1-3 tahun.
Pada masa pandemi anak terpaksa harus selalu berada di dalam rumah.
Anak yang sudah terbiasa main di luar akan merasa bosan saat diharuskan untuk
main di dalam ruangan saja. Maka dari itu, pelarian satu-satunya adalah televisi
dan gadget. Dengan hanya berfokus pada layar membuat interaksi anak dengan
lingkungannya berkurang. Bagi anak balita yang sedang dalam tahap belajar
berbicara, akan mengalami kekurangan stimulasi. Hal ini yang dapat menjadi
salah satu penyebab anak kemudian mengalami terlambat bicara.
Di kutip dari Bisnis.com, Dokter spesialis anak di Siloam Hospitals
Surabaya Dian Pratamastuti menyebut, kasus terlambat berbicara (speech delay)
kian meningkat meningkat dari tahun ke tahun, khususnya pada masa pandemi
Covid-19. Sekadar informasi, speech delay atau terlambat bicara merupakan salah
2
satu gangguan pada tahapan perkembangan anak (milestone). Dia menjelaskan,
pada masa pandemi Covid-19 anak terpaksa harus selalu berada di dalam rumah.
Anak yang sudah terbiasa main di luar akan merasa bosan saat diharuskan untuk
main di rumah saja. Maka dari itu pelarian satu-satunya adalah televisi dan gawai.
Alhasil, dengan hanya berfokus pada layar membuat interaksi anak dengan
lingkungannya berkurang. Bagi anak balita yang sedang dalam tahap belajar
berbicara akan mengalami kekurangan stimulasi karena itu. Hal ini yang dapat
menjadi salah satu penyebab anak kemudian mengalami terlambat bicara,”
ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (20/5/2022) Ketua Umum Ikatan Terapi
Wicara Indonesia (IKATWI), Waspada mengatakan, terlambat bicara pada anak
dapat berpengaruh pada kognitif dan perilaku sosial si kecil. Dia menambahkan,
saat ini 20 persen anak mengalami speech delay, itu artinya jika terdapat 5 juta
anak maka 1 juta anak mengalami speech delay, padahal anak merupakan aset
bangsa yang harus diasuh dan dididik sebaik mungkin demi masa depan bangsa
Indonesia yang lebih baik.
Sedangkan REPUBLIKA.CO.ID, mengatakan Kasus speech delay di era
pandemi cukup meningkat. Hal itu disebabkan pemakaian gawai yang berlebihan,
sehingga interaksi dan aktivitas sosial anak berkurang. Dokter Spesialis Anak
Ajeng Indriastari, memaparkan ciri anak yang mengalami speech delay. Anak
yang mengalami keterlambatan bicara biasanya jarang mengeluarkan dan
merespons suara, tidak mengerti gestur orang sekitar, dan tidak memiliki
kemampuan konsonan sesuai usia. Sayangnya, orang tua baru menyadari itu saat
usia anak 18-24 bulan, ketika anak tidak merespons saat dipanggil orang tua.
Sementara pada umumnya anak usia 2 tahun sudah menguasai 50 kosa
kata.“Bahasa ini kan menjadi trending karena fenomena telat bicara lagi tinggi.
Kalau kita tahu dari awal, kita akan cari tahu penyebabnya apa. Kalau tahu
penyebabnya apa, solusinya berdasarkan penyebab,” ungkap dr Ajeng .
Keterlambatan bicara terbagi menjadi fungsional dan non fungsional. Sebagian
besar anak dengan speech delay saat ini masuk dalam kategori fungsional, artinya
kurang stimulasi dan pola asuh yang salah. Sementara non fungsional adalah
anak-anak yang memiliki gangguan bahasa reseptif, seperti autism ataupun
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).“Yang jadi problem anak
3
speech delay ini, banyak dari mereka nggak punya kelainan loh. Fungsi
pendengarannya bagus, tidak ada kelainan organ oromotor, masalah bibir sumbing
nggak ada. Terus yang salah dimana? Ternyata pola pengasuhan,” ujar dokter
Ajeng.
Terkait hal ini, Ajeng menyebutkan tiga langkah kewaspadaan yang harus
diperhatikan ibu.
1. Billingual
Ini bukan berarti ayah berasal dari Eropa dan ibu dari Indonesia,
sehingga bahasa maupun culture yang digunakan bercampur. Speech delay
bisa terjadi ketika anak diberikan konten menonton dengan bahasa dan
kata beragam, sehingga menyebabkan kebingungan pada anak.
2. Gawai
Anjuran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merujuk pada
American Academy of Pediatrics (AAP), idealnya anak berusia di bawah 2
tahun tidak boleh diperkenalkan dengan gadget.
“Kita harus bersikap di sini bagaimana bijak menggunakan gawai.
Bukan berarti dikasih begitu saja lalu ditinggal. Tapi ada pendampingan di
situ dan interaksi. Karena ibarat pedang bermata dua ya, sesuatu itu bisa
bermanfaat tergantung si pemakai,” papar dr Ajeng.Di era serba
digitalisasi sekarang ini, kita memang tidak bisa 100 persen antigadget dan
kita tidak bisa melawan zaman. Tetapi jangan sampai menjadikan gadget
ini sebagai electronic baby sitting, gadget diberi pada anak begitu saja lalu
anak tidak diajak mengobrol.
3. Alarm
'Alarm' memiliki maksud deteksi dini, karena seringkali speech
delay datang terlambat. Padahal, sejak umur 9 bulan tanda-tanda
keterlambatan bicara sudah bisa terlihat, seperti belum bisa berbicara
mama dan papa atau ketika diajak main cilukba orang tua sudah heboh tapi
anaknya cuek. Perlu ada tes dan screening untuk menemukan penyebab
speech delay pada anak. Kemudian, juga butuh kerja tim antara dokter,
terapis, orang tua, bahkan psikolog yang bekerja sama. Karena banyak ibu
yang stres ketika anaknya mengalami gangguan.
4
B. Rumusan Masalah
Banyak faktor yang membuat speech delay ini terserang pada anak dan
speech delay ini juga memiliki banyak jenis sesuai dengan perilaku si anak
tersebut. Berangkat dari hal ini maka penulis mengangkat suatu rumusan
masalah, faktor apakah yang menyebabkan anak mengalami speech delay dan
bagaimana dampaknya?
C. Tujuan
Adapun tujan yang ingin dicapai dalam makalah ini, yaitu agar orang tua
memahami factor – factor yang menyebab kan speech delay pada anak,
bagaimana dampak nya serta bagaimana penganganan nya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bahasa merupakan suatu sistem simbol-simbol bahasa / kata-kata yang
diorganisasikan dan dipergunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Seseorang
yang mengalami gangguan bahasa menunjukkan adanya gangguan dalam
memahami serta menggunakan lambing / symbol bahasa, baik secara lisan
maupun tulisan sehingga menghambat kemampuannya untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya.
Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah
pengucapan yang menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara
dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam
suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa
reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang di lihat dan apa yang di
dengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis
baik visual ( menulis, memberi tanda ) atau auditorik.
Menurut Berry and Eisenson, gangguan pada berbicara adalah :
1. Tidak mudah di dengar
2. Tidak langsung terdengar dengan jelas
3. Secara vocal terdengar tidak enak
4. Terdapat kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu
5. Bicara itu sendiri sulit di ucapkannya, kekurangan nada dan ritme yang
normal
6. Terdapat kekurangan dari sisi linguistik
7. Tidak sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan perkembangan fisik
pembicara
8. Terlihat tidak menyenangkan bila ia berbicara
6
Keterlambatan bicara dan bahasa dapat di sebabkan oleh berbagai faktor termasuk
faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.
Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang
mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.
Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi
suara yang “ tidak normal ” ( sengau, serak ) sampai dengan ketidakmampuan
untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme
motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
7
Perkembangan Kosa Kata
8
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak berbicara
Awal masa kanak - kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena
sering kali anak dapat berbicara dengan mudah tidak terputus - putus bicaranya.
Adapun faktor-faktor yang terpenting di dalam anak banyak bicara yaitu :
Inteligensi
Yaitu semakin cerdas (pintar) anak, semakin cepat anak menguasai
keterampilan berbicara.
Jenis disiplin
Yaitu anak - anak yang cenderung di besarkan dengan cara disiplin
lebih banyak bicaranya ketimbang pada suatu kekerasan.
Posisi urutan
Yaitu anak sulung cenderung / didorong orang tua untuk banyak
berbicara dari pada adiknya.
Besarnya keluarga
Status sosial ekonomi
Status ras
Berbahasa dua
9
4. Genetik Heriditer
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua.
Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil.
5. Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua.
Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil.
6. Kelainan Sentral ( Otak )
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk
menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan
berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik
untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia
sekolah,terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
7. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat di sebabkan karena
autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak
yang di tandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam
bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial
8. Mutism Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun,
yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau
bila ada orang tertentu. Atau kadang - kadang ia hanya mau bicara
pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih
banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis
atau gangguan motivasi.
9. Gangguan emosi dan perilaku lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak
minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah
untuk d kenali. Biasanya di sertai dengan kesulitan belajar, hiperaktif,
tidak terampil dan gejala tersamar lainnya.
10. Alergi makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak,
sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya
10
adalah keterlambatan bicara pada anak. Bila alergi makanan sebagai
penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun,
di atasusia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
11. Deprivasi lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari
lingkungannya. Berbagai macam keadaan lingkungan yang
mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :
a.) Lingkungan yang sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya
melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak
ada yang di tiru maka akan menghambat kemampuan bicara
dan bahasa pada anak.
b.) Status ekonomi sosial
Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau
ahli hukum mempunyai anak dengan perkembangan bahasa
yang lebih baik di bandingkan anak dengan orang tua pekerja
semi terampil dan tidak terampil.
c.) Tehnik pengajaran yang salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering
menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa
pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena proses
meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
d.) Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang
tidak menyenangkan
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan,
kekacauan dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak
akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk
menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
e.) Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan
yang berlebihan terhadap anaknya, dengan memberikan latihan
dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya
11
menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru
akan menghambat kemampuan bicarnya.
f.) Anak kembar
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang
lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal.
Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan bicara
yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling
meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada
keadan kemampuan bicara yang sama - sama belum bagus.
g.) Bilingual ( 2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab
keterlambatan bicara, namun keadaan ini tidak terlalu
mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan
pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik.
h.) Keterlambatan fungsional
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan
anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri
khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.
F. Penatalaksanaan
1. Oral peripheral Mechanism Examiniation (Pemeriksaan Mekanisme
Mulut dan Sekitarnya)
a. Pada bentuk:
Warna yang tidak normal pada lidah, palatal atau pharynx.
Ketinggian atau kelebaran yang tidak normal pada palatal
arch (lengkung palatal).
Kesimetrisan pada wajah atau palatal. Biasanya
berhubungan dengan adanya gangguan neurologi atau
kelemahan pada otot.
Deviasi dari lidah dan/ atau uvula ke kanan atau kekiri.
Indikasi dari gangguan neurologi biasanya kearah sisi yang
lebih lemah.
12
Pembesaran dari tonsil.
Gigi yang hilang/ ompong, tergantung pada gigi yang
hilang, artikulasi dapat terganggu.
b. Pada kekuatan:
Kelemahan pada tekanan Indra - oral.
Lingual frenum yang pendek., dapat mengakibatkan
gangguan pada artikulasi.
Kelemahan atau tidak adanya reflex. Biasanya menandakan
adanya kelemahan pada otot.
Kelemahan pada bibir, lidah dan atau rahang.
c. Pada pergerakan:
Secara informal, terapis dapat mengobservasi terhadap
penggunaan organ bicara tersebut yang di gunakan untuk
hal lainnya seperti makan dan minum ( pergerakan untuk
mengisap, mengunyah, menelan dan lainnya ).
Secara formal dengan pengambilan Diadochokinetik Rate (
evaluasi kemampuan untuk secara cepat melakukan
gerakan bicara yang berganti –ganti ), misalnya: mengulang
/ papapapa /, / tatatata /, / kakakaka dalam hitungan 1 (satu)
menit.
2. Artikulasi atau pengucapan
Terapi yang diberikan dengan tahap latihan :
Isolasi (isolation): Latihan pengucapan konsonan itu sendiri
tanpa huruf hidupnya ( Konsonan tunggal )
Suku Kata ( CV Combination ): Latihan pengucapan
konsonan dengan kombinasi Konsonan Vocal
Kata: Latihan pengucapan konsonan untuk tingkat kata (
Posisi: Awal –Pertengahan – Akhir ). Aktifitas yang dapat
di berikan antara lain dengan menamakan benda atau
gambar sesuai dengan konsonan yang mengalami kesulitan.
Misalnya: / r / awal: rumah, rambut, robot, roti, dan
lainnya.
13
Kalimat: Latihan menggunakan konsonan yang mengalami
kesulitan dalam kalimat atau bacaan ( bila anak sudah dapat
membaca ). Misalnya: konsonan / r / : ruri memberi ira
sebutir beras.
Tentunya untuk latihan pemakaian secara fungsional atau
sehari - hari dalam berbicara (carry over).
3. Bahasa dan Bicara (Reseptif dan Eksprosif)
Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif /
pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal.
4. Suara
Terapi yang dapat diberikan:
Terapi Suara ( Voice Therapy ) : Permasalahan pada nada,
volume, kualitas yang dapat dibantu dengan Facilitation
Technique.
5. Pendengaran
Terapi yang dapat diberikan:
Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk
pada dokter yang terkait
Terapi penggunaan sensori lainnya untuk membantu
komunikasi
14
BAB III
PEMBAHASAN APLIKASI
SPOKLE
Spokle Group Pty Ltd, sebuah perusahaan jasa kesehatan asal Australia
meluncurkan aplikasi SpokleTM App, yang menyajikan dukungan dan bimbingan
profesional untuk orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Aplikasi ini
disebar di enam negara Asia Pasifik yaitu Indonesia, Australia, Selandia Baru,
Singapura, Malaysia dan Filipina.
15
strategi komunikasi tertentu untuk anak kerbebutuhan khusus. "Selain untuk para
orang tua, aplikasi ini sangat disarankan untuk digunakan oleh seluruh anggota
keluarga agar mempercepat proses perkembangan sensorik sesuai yang
diharapkan
16
2. Buka aplikasi
3. Masuk penggunaan email yang aktif, dan buka email untuk kode
verifikasinya
4. Pilih tipe akun, jika untuk orang tua pilih “saya orang tua”
17
6. Masukan jenis kelamin dan tanggal lahirnya
7. Klik option yang sesuai dengan kondisi anak dan lanjutkan sampai selesai
pertanyaannya
18
8. Ketika sudah selesai mejawab semua pertanyaannya, akun anak anda
sudah bisa dipakai
9. Ikuti semua program yang ada diaplikasi satu persatu dengan cara
membuka video yang sudah diberikan, kemudian diaplikasikan ke anak
19
10. Setelah mengikuti berbagai programnya nanti bisa di lihat diprogress
berapa persen yang sudah tercapai dari item yang disediakan oleh spokle.
20
BAB IV
LAPORAN PENERAPAN APLIKASI
21
menurut Ibu An. H sangat membantu mengatasi Speech Delay pada anak
dengan arahan dan contoh program yang jelas walaupun disayangkan dengan
biaya langganan perbulan yang terbilang cukup mahal.
22
merasa sangat terbantu dengan aplikasi ini, apalagi progress dari
perkembangan anaknya bisa langsung di sampaikan kepada terapis nya.
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan bahasa pada anak sangat penting untuk diawasi oleh orang tua
karena tidak perkembangnya kemampuan komunikasi anak dapat merugikan
anak nantinya, setiap bertambahnya umur anak sudah seharusnya bertambah
pula kemampuan anak jadi ketika kemapuan anak tidak bertambah sesuai
dengan usianya maka itu akan membuat anak tertinggal dari anak
seumurannya. Dari hasil laporan penerapan aplikasi spokle kepada 4 anak
dengan speech delay diambil kesimpulan penggunaaan aplikasi spokle sangat
dapat membantu ibu dengan anak yang memiliki speech delay, berbagai
program dengan arahan yang sangat jelas membuat ibu dengan mudah
menerapkannya kepada si anak, walaupun semua ibu yang diuji
menyayangkan biaya langganan aplikasi yang cukup berat tapi para ibu tetap
mengatakan aplikasi ini sangat membantu dalam kondisi speech delay pada
anak.
B. Saran
Saran kami dari makalah yang telah kami tulis agar pembaca lebih
memahami mengenai peech delay dan pentingnya bagaimana orang tua harus
memperhatikan perkembangan bicara dan bahasa pada anak-anak mereka.
24
DAFTAR PUSTAKA
Akkuş, P. Z., Yoldaş, T. Ç., Kurtipek, G., & Özmert, E. N. (2018). Speech
delay in toddlers: are they only late talkers. The Turkish Journal of Pediatrics, 60,
165-172. doi:10.24953/turkjped.2018.02.008
Asmawati, L. (2015). Dimensi Pola Asuh Orangtua untuk
Mengembangkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 4-5 Tahun.
Jurnal Teknodik, 69-77.
Azizah, U. (2017). Keterlambatan Bicara dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Anak Usia Dini. Hikmah:Jurnal Pendidikan Islam, 281-297
Khoiriyah, Ahmad, A., & Fitriani, D. (2016). Model Pengembangan
Kecakapan Berbahasa Anak yang Terlambat Berbicara (Speech Delay). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, 36-45.
Wooles, N., Swann, J., & Haskison, E. (2018). Speech and Language
Delay Children: A Case to Learn From. British Journal of General Practice, 47-48.
Zengin-Akkuş, P., Çelen-Yoldaş, T., Kurtipek, G., & Özmert, E. N.
(2018). Speech Delay in Toddlers: Are They Only “Late Talkers”? The Turkish
Journal of Pediatrics, 165-172.
Anggraini, W. (2011). Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak.
18-19.
25