Dokumentasi Kelompok5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN PX SAFETY

Hospital infection accociation

Dosen pengampu: Henny Yolanda, Ners., M.Kep

Disusun oleh kelompok 5:

1. Rizqiana Khairunnisa (047SYE22) 2. Saifullah yusup (048SYE22)


3. Rilki Apsari (046SYE22) 4. Salfia Hidayaturrobbi (049SYE22)
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D3

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGATAR

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah Swt karena telah melimpahkan
rahmat berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terimakasih untuk teman-teman yang telah berkontribusi dalam membuat makalah ini sehingga
makalah ini bisa tersusun dengan baik dan rapih.

Tidak lupa dihaturkan sholawat beserta salam atas junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW. Dan tidak lupa penyusun sampaikan terimakasih kepada Dosen pembimbing
mata kuliah Manajemen px Safety yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah pada semester dua program studi D3 Keperawatan.

Penyusun berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik dan serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 16 Mei 2023

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................

B. Rumusan masalah...................................................................................................

C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

A. Pengertian Hospital Infection accociation...................................................

B. Macam-macam Hospital Infection Accociation...........................................

C. Faktor resiko.................................................................................................

D. Cara pencegahan...........................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................

B. Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi yang didapat di rumah sakit, juga dikenal sebagai Hospital Infection
Associate (HIA's), adalah infeksi yang didapat secara nosokomial yang biasanya tidak
ada atau mungkin sedang dalam masa inkubasi pada saat masuk. Infeksi ini biasanya
didapat setelah rawat inap dan bermanifestasi 48 jam setelah masuk ke rumah sakit.
Infeksi dipantau secara ketat oleh lembaga seperti National Healthcare Safety Network
(NHSN) dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa jenis kejadian tidak diinginkan yang paling umum yang
mempengaruhi pasien rawat inap adalah kejadian obat yang merugikan, HIA's, dan
komplikasi bedah. Surveilans dilakukan untuk mencegah HIA's dan meningkatkan
patient safety. Infeksi HIA's termasuk infeksi aliran darah terkait jalur sentral (CLABSI),
infeksi saluran kemih terkait kateter (CAUTI). infeksi situs bedah (SSI), Pneumonia yang
didapat di rumah sakit (HAP), Pneumonia terkait ventilator (VAP), dan infeksi
Clostridium difficile (CDI).
Angka kejadian HIA's di berbagai negara masih belum bisa diketahui dengan
pasti, terutama di negara miskin dan negara berkembang. Namun dari beberapa penelitian
terbaru menunjukkan rata-rata angka terjadinya HIA's di negara maju adalah 7,6% dan di
negara berkembang 10,1%. Jika melihat banyaknya kerugian yang disebabkan oleh
HIA's, maka diperlukan upaya untuk menekan angka kejadian tersebut, salah satunya
dengan membersihkan tangan, karena 80% infeksi disebarkan melalui tangan-tangan.
Beberapa patogen penyebab HIA's memiliki frekuensi yang cukup tinggi di tangan,
seperti: Staphylococcus aureus yang merupakan penyebab utama dari infeksi luka pasca
operasi dan pneumonia memiliki frekuensi sekitar 10-78% di tangan, Pseudomonas spp
merupakan patogen penyebab infeksi nafas bawah memiliki frekuensi sekitar 1-25% di
tangan, jamur termasuk Candida sp sekitar 23-81% dan dapat bertahan selama satu jam di
tangan.

1
Infeksi yang didapat di
rumah sakit, juga dikenal
sebagai Hospital
Infection Associate (HIA’s),
adalah infeksi yang didapat
secara nosokomial
yang biasanya tidak ada atau
mungkin sedang dalam masa
inkubasi pada saat
masuk. Infeksi ini biasanya
didapat setelah rawat inap dan
bermanifestasi 48
jam setelah masuk ke rumah
sakit. Infeksi dipantau secara
ketat oleh lembaga
2
seperti National Healthcare
Safety Network (NHSN) dari
Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit
(CDC). Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa
jenis kejadian tidak diinginkan
yang paling umum yang
mempengaruhi pasien
rawat inap adalah kejadian
obat yang merugikan,
HIA’s, dan komplikasi
bedah. Surveilans dilakukan
untuk mencegah HIA’s dan
meningkatkan patient
3
safety. Infeksi HIA’s
termasuk infeksi aliran
darah terkait jalur sentral
(CLABSI), infeksi saluran
kemih terkait kateter (CAUTI)
Infeksi yang didapat di
rumah sakit, juga dikenal
sebagai Hospital
Infection Associate (HIA’s),
adalah infeksi yang didapat
secara nosokomial
yang biasanya tidak ada atau
mungkin sedang dalam masa
inkubasi pada saat

4
masuk. Infeksi ini biasanya
didapat setelah rawat inap dan
bermanifestasi 48
jam setelah masuk ke rumah
sakit. Infeksi dipantau secara
ketat oleh lembaga
seperti National Healthcare
Safety Network (NHSN) dari
Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit
(CDC). Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa
jenis kejadian tidak diinginkan
yang paling umum yang
mempengaruhi pasien
5
rawat inap adalah kejadian
obat yang merugikan,
HIA’s, dan komplikasi
bedah. Surveilans dilakukan
untuk mencegah HIA’s dan
meningkatkan patient
safety. Infeksi HIA’s
termasuk infeksi aliran
darah terkait jalur sentral
(CLABSI), infeksi saluran
kemih terkait kateter (CAUTI)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HIA’s
2. Apa saja macam-macam HIA’s
3. Faktor risiko HIA’s
4. Bagaimana cara mencegah HIA’s

6
5. Apa saja terapi HIA’s

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi HIA’s
2. Untuk mengetahui jenis HIA’s
3. Untuk mengetahui faktor risiko HIA’s
4. Untuk mengetahui cara mencegah HIA’s
5. Untuk mengetahui terapi HIA’s

BAB II
PEMBAHASAN

7
A. Pengertian
Hospital infection accociate (HIA’s) atau infeksi Nosokomial adalah infeksi yang
terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses
penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik
melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya. Infeksi ini dapa
t terjadisebagai hasil prosedur yang invasif, pemakaian antibitik, adanya organisme
yangresisten dengan berbagai obat, dan pelanggaran dalam kegiatan pencegahan
dankontrol infeksi.
Menurut Brooker (2008) Healthcare-Associated Infections (HAIs) adalahinfeksi
yang didapat dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama72 jam (3
hari) dan pasien tersebut tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk
rumah sakit. Secara umum pasien yang masuk rumah sakit dengantanda infeksi yang
timbul kurang dari 3 kali 24 jam, menunjukkan bahwa masainkubasi penyakit telah
terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, sedangkaninfeksi dengan gejala 3 kali 24 jam
setelah pasien berada dirumah sakit tanpa tanda-tanda klinik infeksi pada waktu
penderita mulai dirawat, serta tanda infeksi bukanmerupakan sisa dari infeksi sebelumya,
maka ini yang disebut infeksi nosocomial
B. Cara mencegah Hospital infection accociate
Adapun cara untuk mencegah HIA's yaitu dengan menerapkan kewaspadaan standar.
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara
rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, baik yang telah didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk
mencegah transmisi silang sebelum pasien didiagnosis, sebelum adanya hasil
pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis. Tenaga kesehatan seperti
petugas laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya juga berisiko
besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan kepatuhan petugas
tersebut untuk juga menerapkan kewaspadaan standar agar tidak terinfeksi. Pada tahun
2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu:
1. Kebersihan Tangan

8
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu
bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci
tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat:
a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan tubuh
sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verban, walaupun telah memakai sarung
tangan.
b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama
Adapun indikasi kebersihan tangan:
- Sebelum kontak pasien
- Sebelum tindakan aseptik
- Setelah kontak darah dan cairan tubuh
- Setelah kontak dengan pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Kriteria pemilihan antiseptik:

- Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas
(gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan tuberkulosis, fungi, serta
endospore)
- Efektifitas
- Kecepatan efektifitas awal
- Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk merendam pertumbuhan
- Tidak menyebabkan iritasi kulit
- Tidak menyebabkan alergi

Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan adalah mencegah agar tidak terjadi
infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke lingkungan
termasuk lingkungan kerja petugas. Menurut WHO, langkah-langkah mencuci tangan
atau hand hygiene adalah sebagai berikut:

9
a. Teknik hand hygiene dengan mencuci tangan
- Basahkan tangan dengan air
- Berikan sabun secukupnya, dan ratakan ke seluruh permukaan tangan
- Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
- Jempol. kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu juga sebaliknya
- Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari saling terkait.
- Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
- Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu sebaliknya
- Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri begitu juga sebaliknya
- Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan dan
sebaliknya
- Keringkan tangan.

Mencuci tangan memerlukan waktu sekitar 40-60 detik

b. Teknik hand hygiene dengan hand rubbing menggunakan bahan berbasis


alkohol:
- Berikan alkohol secukupnya pada tangan
- Ratakan alkohol ke seluruh permukaan tangan
- Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
- Telapak tangan kanan digosokkan ke punggung tangan kiri beserta ruas ruas jari,
begitu juga sebaliknya
- Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari saling terkait
- Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
- Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu pula sebaliknya
- Jari kaki menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan dan
sebaliknya
- keringkan tangan

Waktu yang diperlukan yaitu sekitar 20-30 detik.

2. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri atau disingkat APD adalah pakaian khusus atau peralatan
yang dipakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik,kimia,biologi atau bahan

10
infeksius. Tujuan pemakaian APD yaitu untuk melindungi kulit dan membran mukosa
dari resiko pajanan darah. cairan tubuh, sekret,ekskreta,kulit yang tidak utuh dan se dan
sebaliknya.Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan
tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
Adapun jenis-jenis APD yaitu:
a. Sarung Tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan yaitu:
- Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
- Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan.
- pemeriksaan atau pekerjaan rutin. Sarung tangan rumah tangga, dipakai
sewaktu memproses peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi.dan
sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks karena elastis, sensitif
dan tahan lama serta dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Bagi mereka yang
alergi terhadap lateks, tersedia dari bahan sintetik yang menyerupai lateks, disebut
nitril'. Terdapat sediaan dari bahan sintetis yang lebih murah dari lateks yaitu 'vinil'
tetapi sayangnya tidak elastis, ketat dipakai dan mudah robek. Sedangkan sarung
tangan rumah tangga terbuat dari karet tebal, tidak fleksibel dan sensitif, tetapi
memberikan perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.
b. Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari
cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang
kotor dan melindungi pasien atau permukaan udara dari petugas pada saat batuk dan
bersin. Masker yang digunakan harus menutupi hidung dan mulut, serta melakukan
Fit Test atau penekananan di bagian hidung.
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
1) Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui
droplet.

11
2) Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
3) Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.

Cara memakai masker:

Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika menggunakan kaitan tali
karet atau simpulkan tali di belakang kepala jika menggunakan tali lepas). Eratkan
tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.

c. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan paparan
atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi pasien dari
paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Jenis-jenis gaun pelindung:
- Gaun pelindung tidak kedap air
- Gaun pelindung kedap air
- Gaun steril
- Gaun non steril

Indikasi penggunaan gaun pelindung Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan
pencemaran atau kontaminasi pada pakaian petugas, seperti:

- Membersihkan luka
- Tindakan drainase
- Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan atau WC/toilet
- Menangani pasien perdarahan masif
- Tindakan bedah
- Perawatan gigi

Segera ganti gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh pasien (darah).

Cara memakai gaun pelindung :

Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan tangan dan
selubungkan ke belakang punggung. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.

d. Goggle (kacamata pelindung) dan Perisai Wajah

12
Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan mata.
Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah: Melindungi mata dan wajah dari
percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi.
Indikasi penggunaan:
Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan tindakan persalinan, tindakan
perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah, penanganan
linen terkontaminasi di laundry, di ruang dekontaminasi CSSD
e. Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindungi kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan
tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar
berfungsi optimal. Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang
menutup seluruh permukaan kaki. Indikasi pemakaian sepatu pelindung :
- Penanganan pemulasaraan jenazah
- Penanganan limbah
- Tindakan operasi
- Pertolongan dan Tindakan persalinan
- Penanganan linen
- Pencucian peralatan di ruang gizi
- Ruang dekontaminasi CSSD

f. Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme
yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril atau
membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut
petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari pasien. Indikasi pemakaian topi
pelindung:

- Tindakan operasi Pertolongan dan tindakan persalinan


- Tindakan insersi CVL
- Intubasi Trakea

13
- Penghisapan lendir massive
- Pembersihan peralatan kesehatan
-
3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien Dalam dekontaminasi peralatan perawatan
pasien dilakukan penatalaksanaan bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi
daerah atau cairan tubuh (pre-cleaning, cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai Standar
Prosedur Operasional (SPO) sebagai berikut:
a) Rendam peralatan bekas pakai dalam air dengan detergen atau enzyme lalu
dibersihkan dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat tinggi
(DTT) atau sterilisasi
b) Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
c) Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip pembuangan
sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang,
jika akan dibuang.
d) Untuk alat bekas pakai yang akan dipakai ulang, setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
e) Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan alkohol
70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal
harus di desinfeksi dan disterilisasi.
f) Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.

Alur dekontaminasi peralatan perawatan pasien

1) Pembersihan Awal (pre-cleaning): proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum di bersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV,
HBC, dan HIV) dan mengurangi,

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai