Isi Laporan 1
Isi Laporan 1
Isi Laporan 1
PENDAHULUAN
2. Tujuan Kegiatan
Aksi nyata ini dilakukan untuk mewujudkan kepemimpinan murid baik di
kelas maupun di luar kelas yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Nilai
kepemimpinan akan meningkatkan kemandirian murid, menjadi motivasi dalam
diri murid, serta membentuk karakter yang baik dalam diri murid. Kegiatan ini
1
juga bertujuan untuk menjalin kolaborasi sesama murid sehingga rasa
kekeluargaan semakin erat.
Aksi nyata ini juga diimbaskan kepada rekan sejawat agar mereka juga
dapat merancang pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik agar mereka dapat mengembangkan potensinya sesuai minat dan
bakat dengan tuntunan pendidik dan murid mendapatkan kemerdekaan dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat dari kegiatan aksi nyata yang CGP lakukan diantaranya
adalah :
a. Bagi CGP
- dapat merancang pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada murid
- Menjadikan murid sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran
- Membangun kerja sama dengan rekan sejawat dan kepala sekolah
- Lebih memahami karakteristik murid
b. Bagi Peserta didik
- Meningkatkan kemandirian murid
- Meningkatkan rasa kekeluargaan sesama murid
- Murid lebih aktif dalam peroses pembelajran
- Murid lebih termotivasi dan bersemangat dalam kegiatanpembelajaran
c. Lembaga
- Meningkatkan hasil belajar murid
- Meningkatkan citra yang baik di masyarakat sekitar sekolah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. berkolaborasi dengan orang tua, rekan sejawat, dan komunitas untuk
mengembangkan visi, misi, dan program satuan Pendidikan;
c. mengembangkan kompetensi secara mandiri dan berkelanjutan berdasarkan
hasil refleksi terhadap praktik pembelajaran;
d. menumbuhkembangkan ekosistem pembelajar melalui olah rasa, olah karsa,
olah raga, dan olah pikir bersama dengan rekan sejawat dan komunitas secara
sukarela.
4
reflektif kritis terhadap pemikiran Filosofis Pendidikan Merdeka untuk Pendidik
Indonesia sesuai dengan konteks lokal daerah asal.
5
d. Inovatif
Berarti senang memberikan ide-ide baru yang membangun dan bervariasi.
Seorang guru penggerak dituntut mampu untuk menemukan solusi tepat guna
untuk menyelasaikan masalah yang timbul. Ia pun bersikap terbuka terhadap
masukan dan gagasan orang lain untuk mencapai solusi yang solid untuk
menyelesaikan tantangan yang dihadapi.
e. Berpihak pada Murid
Berarti guru penggerak senantiasa mengutamakan kepentingan dan kebutuhan
perkembangan peserta didik sebagai dasar bertindak utama. Apa yang kita
siapkan adalah untuk mendukung kebutuhan dan keadaan peserta didik.
Nilai dan peran dari guru penggerak dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara
sangat memiliki keterkaiatan yang erat sekali. Kegiatan Pendidikan Guru
Penggerak akan membentuk pribadi para guru penggerak yang mampu
mematrikan nilai-nilai dan menjalankan peran untuk menjadi teladan bagi para
peserta didik sehingga kebiasaan berperilaku akan membentuk karakter dan profil
pelajar Pancasila.
Selain itu guru penggerak juga perlu berlatih untuk menumbuhkan
semangat berdikari untuk mendidik peserta didik kita dengan mengedepankan
Merdeka Belajar. Belajar dengan bahagia dan bahagia selama belajar. Begitu pula
para pendidiknya, bahagia mendidik dan mendidik dengan bahagia. Sehingga,
cita-cita mulia bangsa Indonesia untuk memerdekakan belajar akan terwujud.
Terdapat beberapa strategi yang bisa kita lakukan untuk mencapai nilai-
nilai dari guru penggerak didalam melakukan perannya, seperti :
a. Berkolaborasi aktif dengan rekanan dan semua pihak yang berada di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
b. Belajar sepanjang hayat dan pantang menyerah. Tantangan dalam berperan
nantinya pasti akan ada, tetapi jika terus berjuang untuk menghadapi tantangan,
yakinlah selalu akan ada kemudahan di balik kesulitan.
c. Melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran dan literasi untuk menciptakan
pembelajaran yang berpihak pada murid dan mewujudkan Merdeka Belajar.
d. Berperilaku sesuai nilai-nilai guru penggerak agar dapat menjadi teladan yang
6
baik bagi para peserta didik agar terwujudnya profil pelajar Pancasila.
7
karya, dan tindakan yang orisinal. Mereka juga memiliki keluwesan berpikir
dalam mencari alternatif solusi permasalahan.
6. Budaya Positif
Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan
nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari.
Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai
berbagai tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu
yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerja sama
dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian.
Adapun yang dimaksud dengan budaya positif di sekolah ialah nilai- nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada
murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat
dan bertanggung jawab.
Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral.
Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya
positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin
positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun
murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Ada dua konsep yaitu
posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positif.
8
BAB III
PENUTUP
Untuk mengetahui sejauh mana saya sudah memahami modul yang sudah
dipelajari dan saya dapat mengetahui apakah aksi nyata yang saya lakukan sudah
berjalan dengan mekanisme yang sudah ditetapkan dan berdampak pada diri saya
ataupun kepada peserta didik saya, maka saya melakukan hal sebagai berikut:
1. Refleksi
a. Setelah saya mempelajari paket modul 1 tentang Filosofi KHD, saya baru
sadar ternyata murid itu adalah subjek pada kegiatan pembelajaran. Seorang
pendidik hanyalah sebagai fasilitator yang tugasnya membimbing dan
menuntun peserta didik untuk dapat mengembangkan potensinya sesuai
dengan minat dan bakat agar mereka mendapatkan kebahagian yang
setinggi-tingginya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.
Seorang pendidik harus dapat merancang pembelajaran yang berdampak
pada murid dan memberikan lingkungan belajar yang aman dan
menyenangkan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan usia
peserta didik.
b. Hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya adalah saya harus benar- benar
memahami setiap keunikan dan karakter peserta didik. Saya juga harus
memanfaatkan lingkungan atau sumber daya yang ada di lingkungan rumah
peserta didik maupun lingkungan sekolah sebagai tempat/media
pembelajaran agar tidak monoton.
c. Perubahan konkret yang saya lakukan setelah memahami pemikiran KHD
adalah menanamkan budaya positif pada murid seperti mengucapkan kata
tolong, maaf, dan terima kasih.
d. Mengambil peran yang lebih maksimal sebagai pemimpin pembelajaran,
mewujudkan kepemimpinan murid dan menjadi coach bagi rekan sejawat
serta mendorong kolaborasi antar guru.
e. Membuat kesepakatan kelas untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah.
Saya melakukan komunikasi aktif dengan murid di kelas agar mereka dapat
9
melakukan kegiatan pembelajaran dengan tertib dan mencatat ide-ide yang
diinginkan. Setelah itu memeriksa kembali kesepakatan kelas yang dipakai,
merekatkan kesepakatan kelas pada kertas lalu ditempelkan di dinding lalu
menjalankan kesepakatan kelas dengan penuh tanggung jawab.
f. Pada saat saya melakukan refleksi saya juga meminta rekan sejawat untuk
memberikan masukan atau saran tentang kegiatan yang sudah saya lakukan
agar saya dapat benar-benar maksimal dalam menjalankan tugas saya
sebagai pendidik atau sebagai calon guru penggerak.
2. Tindak Lanjut
Adapun tindak lanjut dari kegiatan yang sudah saya dapatkan dalam
Program Guru Penggerak dan untuk mengembangkan kompetensi saya adalah :
a. mampu merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta berdampak
pada murid
b. menjalin komunikasi/kerjasama dengan orang tua murid
c. menjadi motor penggerak dalam komunitas guru di sekolah sendiri
ataupun di komunitas KKG kecamatan
d. berkolaborasi dengan pihak terkait di daerah setempat
10
DAFTAR PUSTAKA
Deal, Terrence E. & Peterson, Kent D. (1999). Shaping School Culture: The
Heart of Leadership. San Fransisco: Jossey – Bass Publishers.
Dewantara, K.H. (2009). Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Penerbit
Leutika.
Dewantara, K.H. (1936). Dasar-dasar Pendidikan Keluarga. Yogyakarta:
Penerbit Leutika.
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan. (2019). Sekretariat GTK
Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak.
Fullan, M. (2007). The Jossey- Bass Readers in Educational Leadership. San
Francisco: John Wiley & Sons.
Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak, Wasita, Jilid No.1 Oktober 1928
Permendikbud (2022). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.22
tahun 2022 tentang Pendidikan Guru Penggerak
https://kemendikbud.go.id/read-news/menegenal-konsep-merdeka-belajar-dan-
guru-penggerak
11
LAMPIRAN
12
3. Aksi Nyata Modul 1.3
Link video https://youtu.be/GoUW6XHYG9A
13
4. Aksi Nyata Modul 1.4
Link video https://youtu.be/mBX8a4Qmozg
14